Anda di halaman 1dari 5

Etika Pendidikan

A. Pengertian Etika
Etika merupakan satu hal penting dalam kehidupan. Penerapan etika
melingkupi seluruh bidang kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan
pendidikan. Orang yang beretika tapi tidak berpendidikan, jauh lebih terhormat
daripada orang berpendidikan tapi tidak beretika. Etika adalah hal paling
mendasar dalam pendidikan. Etika pendidikan merupakan pondasi bagi ilmu
pengetahuan, penelitian, dan pelayanan.
Etika merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) etika memiliki arti: 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak serta kewajiban moral, 2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, dan 3) Asas perilaku yang menjadi pedoman.
Pada definisi pertama etika dimaksudkan sebagai suatu disiplin ilmu. Pada
definisi kedua etika yang dimaksud adalah kode etik. Sementara definisi ketiga
mirip dengan definisi moral. Etika yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
etika pada definisi yang kedua.

B. Perbedaan Etika dan Moral
Dalam kehidupan sehari-hari istilah etika dan moral memiliki arti yang
serupa dan sulit dibedakan. Moral merupakan suatu aturan (norma) atau prinsip
hidup yang membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Moral sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut masyarakat, baik nilai universal, nilai
agama, adat, ideologi, dan sebagainya. Pengertian moral lebih kepada penilaian
perbuatan yang dilakukan, baik atau buruk.
Etika lebih mengarah pada sistem nilai yang berlaku dan mempelajari
bagaimana hakikat dan penerapan kaidah moral tersebut. Etika berfungsi untuk
memberi penilaian kritis dan rasional atas perbedaan nilai-nilai moral yang ada,
benar atau salah.
Contoh sederhana untuk membedakannya, membunuh adalah moral yang
buruk, sesuai dengan nilai yang dianut masyarakat. Pelakunya dikatakan bermoral
buruk atau tidak bermoral. Namun bagaimana hakikat dari aturan tentang
membunuh, keputusan benar atau salah, dan bagaimana penerapan aturannya
dipelajari dan diatur melalui etika. Seorang eksekutor terpidana mati tidak dapat
dikatakan tidak bermoral, meskipun sama-sama membunuh. Hal ini disebabkan
adanya etika (aturan) yang membenarkan dan mengizinkannya untuk
melakukan hal itu.

C. Etika Pendidikan
Etika dalam suatu organisasi merupakan suatu sistem nilai. Sistem ini
berisi rentang nilai yang dianggap penting serta menjadi standar dan panduan
yang mengarahkan sikap/perilaku seseorang. Perilaku personal yang dianggap
menyalahi nilai yang dianut akan menjadi sorotan orang-orang yang berada dalam
lingkungan tersebut.
Dalam etika pendidikan terdapat nilai-nilai moral yang menjadi dasar
perilaku dalam praktik pendidikan, di dalam dan di luar lingkungan pendidikan.
Nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai panduan yang mengarahkan sikap/perilaku
seseorang dalam praktik pendidikan.
Berbicara tentang nilai dalam etika pendidikan tidak lepas dari
pembahasan tentang integritas akademik. Integritas akademik merupakan nilai
fundamental dalam pengajaran, pembelajaran, dan ilmu pengetahuan. Adanya
integritas akademik menunjukkan sebuah komitmen untuk melaksanakan nilai-
nilai fundamental tersebut meskipun ketika berhadapan dengan situasi yang
buruk. Nilai-nilai fundamental tersebut meliputi kejujuran (honesty), kepercayaan
(trust), keadilan (fairness), rasa hormat (respect), dan tanggung jawab
(responsibility).
- Kejujuran
Kejujuran merupakan prasyarat bagi nilai fundamental lainnya. Kejujuran
adalah landasan dalam pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan pelayanan.
Kejujuran ini dimulai dari diri sendiri dan berkembang ke orang lain.
- Kepercayaan
Kepercayaan merupakan respon terhadap kejujuran. Seseorang apabila
selalu berbuat jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan. Kepercayaan ini
dapat ditingkatkan dengan adanya peraturan akademik. Hanya dengan
memberikan kepercayaan kita dapat memercayai orang lain, bekerja sama, berbagi
informasi dan ide, serta memercayai nilai sosial dan arti penting pengetahuan.
- Keadilan
Keadilan adalah tanggung jawab seluruh sivitas akademik dan semuanya
memiliki peran dalam menjamin keadilan. Kesalahan seseorang tidak boleh
menjadi dalih untuk kesalahan orang lain. Kesalahan pribadi tetap dinilai sebagai
kesalahan pribadi. Tidak ada rasionalisasi semuanya bersalah bila ada anggota
yang berbuat salah. Kesalahan orang lain bila ada yang melihat namun tidak
mengingatkan dinilai sebagai kesalahan yang lain lagi.
- Rasa Hormat
Komunitas akademis mesti menghormati dan menghargai berbagai macam
opini dan ide yang dikemukakan anggotanya dalam partisipasi pada proses
pembelajaran. Semua orang harus menunjukkan rasa hormat terhadap karya orang
lain dengan cara mengidentifikasi dan menyebutkan referensi yang benar, serta
mengakuinya sebagai pinjaman intelektual yang mereka dapat melalui referensi
tersebut.
- Tanggung Jawab
Seluruh komponen di institusi pendidikan memiliki tanggung jawab
melaksanakan tugasnya, nilai-nilai fundamental, dan tridharma perguruan tinggi.
Bertanggung jawab artinya menentukan dan mengambil sikap terhadap kesalahan,
meskipun ada tekanan dari teman sebaya, ketakutan, loyalitas, atau belas kasih.

D. Etika Dalam Al-Qur An
Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal bahwa al-Quran berisi nilai-
nilai ethos yang akhirnya membentuk sistem etika Islam. Namun tidak dalam
bentuk baku, karena teks-teks suci tersebut memuat banyak penafsiran. Term-term
dalam al-Quran yang berkenaan dengan masalah etika akan menjadi fokus
pembahasan ini. Tentunya tidak semuanya dapat diuraikan. Ada beberapa hal
yang dianggap paling menyentuh dalam konsep etika seperti penggunaan kata al-
khayr, al-birrr, al-qisth, al-maruf, dan beberapa kata lainnya akan dapat dijumpai
dalam al-Quran dan menjadi dasar-dasar pembentukan etika Islam.
Dalam ajaran Islam, penggunaan kata-kata di atas menunjukkan bahwa
konsep utama dalam al-Quran adalah benar-benar berasal dari konsep Tuhan
yang maha adil, dan bahwa dalam lingkungan etika manusia setiap konsep
sucinya hanyalah refleksi yang suramatau imitasi yang sangat tidak sempurna
dari sifat ketuhanan itu sendiri, atau yang mengacu kepada respon khusus yang
diperoleh dari perbuatan-perbuatan ketuhanan. Di sini, seorang muslim dituntut
untuk sebisa mungkin meniru sikap etis Tuhan, karena pada kenyataannya Tuhan
merupakan sumber dari segala yang etis sebagaimana yang tertera dalam teks suci
al-Quran.
Banyak para ahli merasa kesulitan dalam mengelompokkan kata-kata
dalam al-Quran berkaitan dengan konsep moral dan etika religius, seperti: al-
khayr, al-birr, al-qisth, al-iqsath, al-adl, al-haqq, al-maruf dan al-taqwa.
Perbuatan-perbuatan yang baik biasa disebut shalihat, sedangkan perbuatan yang
buruk disebut sayyiat. Perbuatan sayyiat secara umum disebut itsm atau wizr yaitu
dosa atau kejahatan yang arti asalnya adalah beban.
Term-term di atas menjadi dasar umat Islam terhadap pengembangan
konsep-konsep moral, yang disebut sebagai moralitas skriptual. Bentuk-bentuk
pengamalan terhadap term-term tersebut juga dijelaskan dalam al-Quran serta
masing-masing memiliki akibatnya. Perbuatan-perbuatan shalihat akan membawa
manusia kepada konsekuensi yang baik bagi pelakunya dan perbuatan-perbuatan
sayyiat juga akan membawa pelakunya terhadap akibat yang dapat merugikan dan
membebani dirinya sendiri.

E. Kesimpulan
1. Etika adalah gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan
keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa
perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan atau dilarang.
2. Etika Islam merupakan pembahasan yang dikembangkan sebagai perpaduan
antara etika Yunani dan etika yang ada dalam Islam yang berasal dari teks-teks
suci. Perpaduan tersebut telah melahirkan sebuah bentuk baru dalam disiplin
keilmuan yang disebut filsafat akhlak, di mana akhlak sebagai konsep-konsep
praktis menjadi lebih tercerahkan dengan adanya kajian etika.
3. Para filosof muslim, hampir semua sepakat menyatakan bahwa dalam kajian
etika, modal dasar yang harus diketahui terlebih dahulu adalah pengetahuan
tentang jiwa.

4. Akhlak itu ialah kebiasaan jiwa yang tetap dan terdapat dalam diri manusia
yang dengan mudah dan tidak perlu berfikir menumbuhkan perbuatan-
perbuatan dan tingkah laku manusia.
5. Kebaikan merupakan hal yang dapat dicapai oleh manusia dengan
melaksanakan kemauannya dan berupaya dengan hal yang berkaitan dengan
tujuan diciptakannya manusia. Sedangkan keburukan merupakan penghambat
manusia mencapai kebaikan, di mana hambatan ini berupa kemauan dan
upayanya, atau berupa kemalasan dan keengganan mencari kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai