Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri, karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah keperawatan akan membuka mata kita tentang bagaimana perkembangan keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan berkembang secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia. Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan perempuan telah memegang peran perawat, masuknya perempuan dalam keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.
A. Keperawatan Zaman Purba
Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang lainnya. Istilah perawat (nurse) berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.
2
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang yang sakit.
Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang yang sakit.
B. Zaman Peradapan Kuno
Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip dengan zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab penyakit non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik penyembuhan ada pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan peradapan Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk mengatasi penyakit apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia. Lontar ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini dan mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya. Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode ini dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu, keluarga, dan kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antara yang bersih dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno, sudah mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 3
a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan b. Pintar c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien d. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan, namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of medicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar, bertanya dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai dewa penyembuh adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi pusat penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik. Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat pemandian umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.
C. Zaman Keagamaan
Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat, miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam bidang sosial 4
(1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit dan orang miskin (Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah (Miller Rosser, 2006)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education)
Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Turki dan Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan. 5
Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle Ages (1000 1500 M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki- laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
D. Keperawatan Abad Pertengahan
Permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari hal tersebut adalah banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal tempat ini dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan perawatan dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)
Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka terdiri dari kelompok agama, wanita- wanita yang mengikuti suaminya ke medan perang turut merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulainya dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa itu keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan, yang secara otomatis akan membutuhkan peran tenaga kesehatan (termasuk di dalamnya perawat).
Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial, seperti hukum yang menekan orang miskin dan pajak terhadap jendela rumah, menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik rumah menutup jendela guna menghindari membayar pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan yang memerlukan respon dari perawat.
6
Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul. Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena mereka merawat orang sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit, dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion, meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan Wanita Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit ini pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah revolusi Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII, pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit dan memperbesar peran perawat.
Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga nama Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War), dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah rumah sakit Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan negatif terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan Florence Nightngale diikuti oleh Negara- negara lain. Tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit (Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale untuk perawat di St. Thomas Hospital di London. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
7
Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).
Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan menenangkan para pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995). Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun 1908, Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National Association of Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun 1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan nama American Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit, orang miskin mebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan. Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun 1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan. Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation of Operating Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).
E. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya, perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. 8
Perkembangan keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam RSCM menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 9
1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu didirikan pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia (Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini berkaitan dengan 10
semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun 1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia hingga kini.
2. Teori-Teori Keperawatan
A. Pendahuluan Stevens (1984), mendefinisikan keperawatan sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Menurut Newman (1979), ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu: meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawan serta menciptakan suatu kerangkan konsep yang memungkinkan pengembanagan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan mengembangkan praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. 11
Karakteristik Dasar Teori Keperawatan Torre (1985) dan Chin dan Ycob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut mereka, ada lima karakteristik dasar teori keperawatan, yaitu: 1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefenisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan. 2. Teori keperawat harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan alas an atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis. 3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktik keperawatan. 4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian. 5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktik keperawatan.
B . Konsep dan Teori dalam Keperawatan
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat- sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda anatar teori yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan. C. Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan. Asumsi dasar model ini adalah: 1. .Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenehi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial. 2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi. 3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan 12
kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal utnuk memelihara integritas diri. 4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi. Menurut Roy, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan istirahat, pengaturan sushu, hormonal dan fungsi sensori. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan akan kemampuan melakukan interaksi sosial termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya (Rambo, 1984, dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989). Singkatnya Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.Roy mendefenisikan lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada. D. Teori Martha E. Roger Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hisup manusia dan pula pertumbuhna dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori Roger tentang manusia adalah: 1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. 2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan disekelilingya. 3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan orang lain. 4. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya. 5. Manusia diciptakan sebagai karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan emosi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya.Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang beredar di luar diri individu. 13
E. Teori Dorothy E. Johnson Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit.Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu.Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang diakatan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu kesimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.
F. Teori Dorothea E. Orem Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care atau Self Care Defisit Teori. Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri atau perawatan mandiri.Pertama, perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainnya.Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembang manusia.Ketiga, perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan. Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang membutuhkan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri. Menurutnya, area kerja perawat adalah membina dan mempertahankan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, menentukan kapan seseorang membutuhkan bantuan atau pertolongan, memperhatikan respon pasien, memberi pertolongan langsung kepada individu dan keluarga serta bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dna kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat 3 angkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Pertama, perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan 14
keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Kedua, perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.Ketiga, pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat. G. Model Betty Neuman Model Neuman berfokus pada individu dan respon atau reaksi individu terhadap stres termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kemampuan adapatasi pasien. Menurut Neuman manusia merupakan system terbuka yang saling berinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat merupakan penyebab stress (stresor). Dalam kehidupan sehari-hari individu selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi kebutuhan biologi, psikologi dan sosial cultural. Adanya stressor seperti penyakit misalnya, menyebabkan seseorang bereaksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab stressor dapat berasal pada diri sendiri, dari luar individu atau karena interaksi dengan orang lain. Pengaruh stressor pada seseorang tergantung pada tingkatan stresor, lamanya stresor serta kemampuan dan keefektifan koping yang digunakan. Menurut Neuman asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stresor.Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stresor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stresor serta mendukung koping pasien yang konstruktif.Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor.Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit. Kerangkan ini dikenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini adalah: 1) Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang. 2) Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, kelompok, dan masyarakat. 3) Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan. Dalam kerangka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling berinteraksi dan saling berhubungan erat. 1) Kepribadian (personal sistem). Setiap individu mempunyai sistem kepribadian tertentu.Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, pertumbuhan dan perkembangan, gambaran diri, tempat dan waktu. 15
2) Sistem interpersonal. Sistem interpersonal terbentuk karena hasil interaksi manusia. Konsep ini dapat berupa interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran. 3) Sistem sosial. Meliputi keluarga, kelompok keagamaan, sistem pendidikan, sistem pekerjaan dan kelompok sebaya. Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak dicapai.. H. Teori Myra E Levine Teori Levine berfokus pada interaksi manusia . Asumsi dasar Teori Levine adalah : 1) Pasien membutuhkan pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah kesehatan. 2) Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respon/reaksi dan perubahan tingkah laku serta perubahan fungsi tubuh pasien. Espon pasien terjadi ketika ia mencoba beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respon tersebut dapat berupa ketakutan, stress, inflamasi dan respons panca indra. 3) Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik. Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit serta memperbaiki status kesehatan.
I. Falsafah Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu pandangan dan pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau asumsi tertentu tentang kehidupan.Falsafah memberikan suatu gambaran atau pandangan terhadap suatu sistem nilai dan keyakinan.Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam membantu seseorang memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta berfungsi sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku.Falsafah hidup seseorang berkembang melalui dari hasil belajar, hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun informal, agam, dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan. Falsafah keperawatan meliputi falsafah pendidikan dan pelayanan keperawatan serta falsafah pada institusi pelayanan kesehatan berperan sebagai pedoman utama dalam pemberian asuhan keperawatan.Implementasi peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, pengelola atau peneliti, pada hakekatnya mencerminkan falsafah keperawatan melalui pemahaman tentang nilai dan konsep keperawatan seperti konsep sehat- sakit, kesehatan, penyakit, akontabilitas dan pemahaman terhadap etika keperawatan.
16
J. Konsep Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalam dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan.Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep.Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep. K. Teori Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangkan konsep, atau defenisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenoma dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan, dan atau mengendalikan suatu fenomena.Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.Teori dapat dikembangkan melalui dua metode dasar yaitu metode induktif dan deduktif.Teori keperawatan menggunakan kedua metode ini. Proses adalah fase kerja dari suatu kerangkan konsep atau suatu teori. Dalam hal ini berlangsung secara sistematis, bertahap dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan. Proses keperawatan adalah contoh aplikasi kerangka konsep dan teori keperawatan.
3. PPNI
A. Pendahuluan Induk organisasi keperawatan di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia atau lebih dikenal dengan istilah PPNI.Tanggal lahir PPNI dan didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah/organisasi nasional.
Sejarah PPNI dan juga asal mula sejarah keperawatan adalah dengan lahirnya sang Pelopor Keperawatan Untuk itulah para perawat indonesia mempunyai induk organisasi dan induk organisasi dari perawat sendiri adalah PPNIatau Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan 17
nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942.
Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia.Pelayanan keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.
Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan.Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945 1954 yaitu Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI).sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam kurun waktu 1951 1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959 1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.
B. Tujuan PPNI
Sebagai organisasi profesi yang berorientasi pada kebutuhan kesehatan masyarakat, yang tercermin dalam rencana strategik PPNI yang meliputi :
1) Terwujudnya Undang-Undang Praktik Keperawatan serta berfungsinya Konsil Keperawatan Indonesia dalam rangka menjamin perlindungan terhadap masyarakat dan profesi keperawatan. 2) Bersatunya perawat yang komit dengan kepemimpinan yang kuat untuk membawa perubahan terhadap pendidikan dan pelayanan keperawatan 3) Terbentuknya Sistem Penghargaan dan Jejaring Karir Professional bagi perawat yang didukung oleh Sistem - Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan yang kuat. 4) Terwujudnya Pusat Sistem Informasi Keperawatan Indonesia. 5) Meningkatnya kinerja organisasi profesi keperawatan dengan Pengurus Pusat yang kuat. 6) Meningkatnya citra perawat profesional.
C. Visi dan Misi PPNI
18
Induk organisasi perawat Indonesia telah mendefinisikan visi dan misi yang direfleksikan di dalam Rencana Bisnis PPNI (2002-2010).
1) VISI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah nasional yang memiliki kekuatan suara komunitas keperawatan dan peduli terhadap pemberian pelayanan / asuhan keperawatan yang bermutu bagi kepentingan masyarakat.
2) Misi
a. Menguatkan manajemen dan kepemimpinan PPNI untuk mencapai organisasi yang berwibawa jejaring yang kuat di tingkat kepengurusan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Komisariat. b. Mendukung perawat Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang aman, kompeten dan professional bagi masyarakat Indonesia. c. Menjadi pintu gerbang standar keperawatan regional dan internasional.
D. Keanggotaan PPNI
Jenis dan macam keanggotaan daripada PPNI ini ternagi menjadi 3 yaitu Anggota Penuh, Anggota Muda, Anggota Kehormatan.Semua kategori perawat dapat menjadi anggota PPNI. Pada tahun 2002, PPNI mempunyai kepengurusan daerah sebanyak 29 pengurus tingkat provinsi, 336 pengurus tingkat kabupaten/kota dan lebih dari 2500 pengurus tingkat komisariat. Menurut hasil laporan sensuses bulan Maret 2002, terdapat 69.938 (27.97%) dari total 250.000 perawat termasuk perawat vocational dari 25 total 28 provinsi adalah anggota PPNI.
Sekarang PPNI mempunyai 29 pengurus tingkat provinsi dari 30 provinsi yang ada. Provinsi baru, yaitu Bangka dan Belitung dalam dua bulan ke depan akan mempunyai Kepengurusan tngkat provinsi. Dan kemudian, semua struktur PPNI akan meliputi semua daerah yang ada di Indonesia untuk memperkuat jaringan kerja PPNI.
E. Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia antar lain, Achir Yani S, Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd., Tien Gartinah, MN, dan Dewi Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). 19
Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr. Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tempat diselenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Dan ini termasuk dalam jenjang pendidikan perawat di Indonesia Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang kedokteran.
Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas. Dalam hal ini peran Prof. Dr. Marifin Husein selaku Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan.Meskipun beliau berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK sebagai cikal bakal Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UI) yang merupakna institusi pendidikan tinggi keperawatan profesional pertama di Indonesia, setingkat sarjana. F. Susunan Pengurus Pusat PPNI pada periode 2010 2015
Ketua Umum: Dewi Irawaty, MA, PhD. Ketua I: Dra. Junaiti Sahar, PhD Ketua II: Rita Sekarsari, SKp, MHSM. Sekretaris Jenderal: Harif Fadhillah, SKp., SH. Sekretaris I: Yeni Rustina, PhD. Sekretaris II: Yupi Supartini, SKp., MSc. Bendahara Umum: Netty Sofyan, SKM, M.Kes. Bendahara I: Ruti Nubi, SKM Bendahara II: Rasmanawati, SKp., MM G. Departemen Organisasi
H. Departemen Hukmas & Pemberdayaan Politik Ketua: Amelia K, SKp., MN. Anggota: Ahmad Neru, MKep. Sp.Kom., Armen Patria, SKp. MKes.
I. Departemen Pengembangan Kerjasama Dalam Negeri & Luar Negeri Ketua: Masfuri, SKp. MN. Anggota: Meidiana Dwidiyanti, SKM. MSc., Ns. Apri Sunadi, SKep.
J. Departemen Pelayanan Ketua: Ns. Riyanto, MKep. Sp.Kom. Anggota: Syahridal, SKp., Pawit Rodiah, SKp., M.Kep.
K. Departemen Pendidikan & Pelatihan Ketua: Dra. Murni Hartanti, SKp., MSi. Anggota: Astuti Yuni Nursasi, SKp. MN., Michiko Umeda, SKp. MS.Biomed
L. Departemen Kesejahteraan Ketua: Mustikasari, SKp. MARS Anggota: Asep Sopari, SKM, MM, MKM., Iwan Effendi, Amd.Kep.
M. Dewan Pertimbangan Ketua: Prof. Achir Yani, MN. DNSc. Sekretaris: Drs. Husen, BSc Anggota: Drs. Husain, SKM., Ahmad Djauhari, MM., Janes Lesilolo, SKM. MKes.
N. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK) Ketua: Dra. Junarsih W. Sudibjo Sekertaris: Fitriati, SKM, MKes. Anggota: Tien Gartinah, MN., Dra. Herawani Aziz, MKes. MKep., Sumijatun, SKp., MARS., Maria Wijaya, SKM.
4. Konsep Dasar Dan Ciri-Ciri Profesi
A. Penjelasan Istilah
a. Profesi: 21
1) Suatu jabatan atau pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang memadai. (Liberman) 2) Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut (Dedi Supriadi) 3) Suatu pernyataan atau janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
b. Makna: 1) Hakikat profesi adalah suatu pernnyataan atau janji terbuka 2) Profesi mengandung unsur pengabdian 3) Profesi adalah suatu jabatn atau pekerjaan 4) Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang relatif lama dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang pelaksanaannya diatur oleh kode etik tersendiri, dan menuntut tingkat kearifan atau kesadaran serta pertimbangan pribadi yang tingi. {World Confederation of Organization for Teaching Profession (WCOTP)}
c. Profesional 1) Penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. 2) Menunjuk kepada orangnya.
d. Profesionalisasi: Proses menjadikan seseorang sebagai profesional melalui inservice training dan atau preservice training.
e. Profesionalisme: 1. Derajat penampilan seseorang sebagai profesional. 2. Penampilan suatu pekerjaan sebagai suatuprofesi; dan juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
B. Apa Ciri-ciri Profesi?
a. Liberman: 1) Jabatan tersebut harus merupakan suatu layanan yang khas dan esensial serta dengan jelas dapat dibedakan dari jabatan lain. 2) Untuk pelaksanaannya tidak sekedar diperlukan keterampilan (skills) tetapi juga kemampuan intelektual. 3) Diperlukan suatu masa studi dan latihan khusus yang cukup lama. 4) Para praktisinya secara individual atau kelompok memiliki otonomi dalam bidangnya. 5) Tindakan an keputusannya dapat diterima oleh para praktisi yang bertangung jawab. 22
6) Layanan tersebut tidak semata-mata untuk kepentingan ekonomi. 7) Memiliki suatu kode etik
b. Ciri-ciri Profesi : 1) Pekerjaan itu mempunyai signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. 2) Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan 3) Profesi didukung oelh suatu disiplin ilmu 4) Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik 5) Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan financial
c. WCOTP : 1) Profesi adalah panggilan jiwa 2) Fungsinya telah terumuskan dengan jelas 3) Menetapkan persyaratan-persyaratan minimal untuk dapat melakukannya (kualifikasi pendidikan, pengalaman, keterampilan) 4) Mengenakan disiplin kepada seluruh anggotanya dan biasanya bebas dari campur tangan kekuasaan luar. 5) Berusaha meningkatkan status ekonomi dan sosial para anggotanya. 6) Terbentuk dari disiplin intelektual masyarakat terpelajar dengan anggota-anggota dan terorganisasi
5. Pengertian Filsafat Dan Dasar Pengetahuan
A. Pengertian Filsafat
Filsafat ialah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, agama, dogma ) dan sedalam-dalamnya sehingga samapai pada dasar persoalan.
B. Fungsi Filsafat :
Menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan, logis tidak logis, Salah/benar. Apa hidup ada tujuannya, apa ada hukum yang mengatur alam dan kehidupanya ?
Salah satu perlunya belajar filsafat adalah untuk menjawab pertanyaan apakah ilmu keperawatan memenuhi persyaratan untuk bereksistensi sebagai disiplin keilmuan yang mandiri, jika iya, apakah yang membedakan pengetahuan ilmiah keperawatan dengan pengetahuan lainya. 23
Sebagai pengetahuan harus memenuhi karakteristik dan spesifikasi sebagai pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Dimensi klasifikasi dibagi menjadi 3 : 1) Karakteristik bersifat Universal : berlaku untuk disiplin yang besifat keilmuan. 2) Karakteristik Generik : Merincikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah (IPA/IPS). 3) Karakteristik bersifat Spesifik: Cirihas yang membedakan dari ilmu yang lain.
C. Syarat pengetahuan ilmiah : 1) Ontologi : Apa yang diketahui. 2) Epistemologi : Bagai mana pengetahuan itu disusun . 3) Axiologi : Nilai mana yang terkait dengan pengetahuan.
D. Ontologi Ilmu
Dibagi menjadi 2 Aspek :
a. Prinsip penafsiran realitas keilmuan
Dimana beberapa pertanyaan tentang realitas : gejala fisik -> data/fakta. Realitas merupakan pikiran dari kenyataan yang sebenarnya dan di ungkapkan sebagai mana adanya (dessein) tanpa terikat nilai-nilai tertentu diluar kenyataan tersebut.
Dalam menafsirkan realitas maka keilmuan mempunyai beberapa anggapan (asumsi) yaitu Unformitas setiap wujud mempunyai keserupaan dengan wujud lainya, dilihat dengan kriteria tertentu :Kualitas, Kuntitas, Modus. Yang relatif tetap dalam selang tertentu setiap wujud mempunyai bentuk yang tetap sehingga tidak bersifat . Ec : Hutan gundu menjadi banjir , garam meningkatkan tekanan darah tinggi.
Menyangkut dunia empirik yang dapat ditangkap oleh infra manusia Pengetahuan ilmiah Saran berpikir ilmiah
b. Saran Pengrtahuan Ilmiah
Alat yang membantu kegiatan Dalam memperoleh dan menyusun pengetuan ilmiah seperti : bahasa, logika, matematika dan metodelogi penelitian. Secara khusus disiplin ilmu mempunyai objek forma dan objek materi hal tersebut untuk melihat fokus penelaahannya. Objek Forma : cara pandang terhadap sesuatu. 24
Objek Materi : Merupakan substansi objek tertentu.
Setiap disiplin ilmu tertentu mempunyai objek forma dan objek materi yang berbeda dengan disiplin ilmu lain. Sehingga hal tersebut menjadi tolak ukur dan ciri spesifik dari suatu disiplin ilmu.
E. Epistemologi
a. Mempunyai 2 aspek : 1. Sifat pengetahuan ilmiah 2. Proses untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan yang mempunyai sifat pengetahuan tersebut. 3. Fungsi dari pengetahuan yang telah berhasil diperoleh dan disusun.
Yang bersifat kait mengait.
b. Sifat pengetahuan : 1. Milik umum (public knowledge) dikomunikasikan lewat publikasi ilmiah 2. Obyektif Jika obyek sama, maka orang yang mempelajarinya sampai pada kesimpulan yang sama pula 3. Abstraksi Mereduksi realitas menjadi konsep 4. Generalisasi Untuk mewujudkan sifat-sifat tersebut, maka disusun mekanisme yang memproses pengetahuan secara umum (metode ilmiah). Pemrosesan ini terbagi 3 bagian : 1) Proses keabsahan Yaitu menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh kegiatan keilmuan (logis,analitis,stimatis) walaupun pengetahuan memenuhi syarat tertentu belum tentu benar secara ilmiah. 2) Kriteria kebenaran ilmiah Diuji secara empiris, pengetahuan yang bersifat logi, analitis dan sistematis serta teruji secara empiris bersifat absah dan benar secara ilmiah. 3) Penyusunan Pengetahuan yang diperoleh itu disusun bagi dunia ke ilmuan. Fungsi : Mendeskripsikan, Menjelaskan, Memprediksi, Mengontrol
Betapapun tingginya suatu teori jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka pengetahuan belum bermutu tinggi.
c. Struktur Pengetahuan Ilmu
Pada prinsipnya struktur pengetahuan ilmiah 2 : 25
1. Pikiran dasar : Hal yang meladasi suatu pikiran 2. Tubuh Penegetahuan Teoritis
d. Pikiran Dasar :
1. Postulat ; Anggapan tentang suatu obyek yang merefleksikan sudut pandang tertentu. Tidak terkait dengan criteria benar /salah tetapi setuju/ tidak setuju. Contohnya wawasan Nusantara adalah Postulat bangsa Indonesia memandang keberadaannya dalam bertanah air, berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak perlu di verifikasi secara empiris untuk menentukan benar/salah. 2. Asumsi adalah pernyataan dasar tentang realitas yang menjadi obyek telaahannya. 3. Prinsip merupakan pernyataan dasar mengenai tndakan atau pilihan Contohnya prinsisp ekonomi : Tindakan manusia untuk memperoleh kepuasan sebenar- benarnya dan pengorbanan sekecil-kecilnya. Dalam dunia kedokteran pemberian obat secara rasional.
Postulat, asumsi, prinsip digolongkan sebagai pikiran dasar dari sebuah pengetahuan ilmiah. Tubuh pengetahuan teoritis yang mendiskripsikan, menseleksi, memprediksi dan mengontrol gejala dan obyek telaahan dan untuk mengembangkan maka sebuah disiplin keimuan meminjamkan dan menerapkan unsur pengetahuan dari berbagai disiplin keilmuan yang lain.
Sebagai suatu disiplin ilmu mandiri harus mempunyai perangkat pikiran dasar utama yang bersifat khas yang memberikan payung konseptual yang bersifat makro.
Contoh : Ilmu manajemen meminjam teori motivasi dari psikologi begitu juga dengan ilmu keperewatan, tetapi dalam penerapan berbeda, karena obyek forma dan obyek materi berbeda.
F. Axiologi
Axiologi keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah secara internal, ekternal maupun social. Sehingga tidak semua wujud empirik dapat dijadikan obyek penelitian. Kode etik merupakan suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi yang bersumberkan pada nilai internal dan eksternal suatu disiplin keilmuan.
G. Filsafat Ilmu Keperawatan
a. Keperawatan : Fungsi unik perawat adalah untuk membantu individu baik sakit atau sahat, didalam memenuhi kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan atau penyembuhan (a/ kematian dengan damai) bantuan diberikan pada individu yang tidak mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan. 26
b. Obyek material : manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitan dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan
c. Obyek forma : Bantuan terhadap individu yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitan dengan kondisi kesehatan dan dalam proses penyembuhan.
d. Postulat : Manusia tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam keitannya dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan, mempunyai seperangkat kebutuhan.
e. Asumsi : Manusia tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan kondisi kesehatannya dan proses penyembuhan merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
f. Prinsip : Bahwa bantuan yang efektif terhadap individu yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan kondisi kesehatannya dan proses penyembuhan dan merupakan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistic dan optimal. Dan mungkin saja konsep-konsep itu tesebut telah ada dipergunakan oleh disiplin ilmu lain, tetapi dikaitkan dengan ruang lingkup keperawatan proses itu akan berbeda . perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan substansi dalam rangka konseptual makro yang disusunnya . Konsep ilmu keperawatan telah dikembangkan sejak tahun 1950 dan symposium mengenai teori ilmu keperawatan tahun 1966, tahun 70an teori keperawatan berkembang pesat sekali dan pada dekade 80an diluar negeri AS program S1 = 31,1% (1977-1978) Input Lulusan SMA IPA/IPS Proses Ceramah, diskusi, penugasan, presentasi, UAS, UTS Out put Mahasiswa mengenal obyek forma dan obyek materi Mengenal sistem dalam ilmu keperawatan, Mengenal berbagi pengembangan dalam ilmu keperawatan Mampu berfikir kritis dan mandiri dalam ilmu keperawatan
g. Filsafat ilmu: Bagian dari filsafat pengetahuan yang harus mengkaji hakekat /pengetahuan ilmiah : Sudah diuji kebenarannya. Timbul pernyataan pada diri sendiri : 1) Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu. 27
2) Apa ciri-ciri ilmu dengan pengetahuan yang bukan ilmu 3) Bagaimana saya ketahui kebenaran ilmu 4) Kriteria apa yang dipakai dalam menilai kebenaran. 5) Mengapa harus mempelajari ilmu. 6) Apa guna ilmu.
h. Berendah hati mengevaluasi segenap penegtahuan yang telah kita miliki : 1) Apakah telah mencakup segenap pengetahuan yang seharusnya kita miliki 2) Batas mulai dan berhentinya ilmu dimana 3) Kemana harus merujuk pengetahuan saya 4) Apa kelebihan dan kekurangan ilmu
i. Ciri berpkir filsafat : 1) Mmenyeluruh ; Hubungan ilmu dengan pengetahuan yang lain, moral, agama, dan kebehagiaan dirinya. 2) Mendasar ; Meragukan kebenaran. 3) Spekulatif ; yang penting dalam proses analisis dan pembuktiannya : logis, benar,shahih.
j. Bidang telaah filsafat ilmu : Apa obyek telaahnya, bagaimana wujudnya, bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, dan mengindra) ~ Ontologi. Bagaimana proses dan prosedur memperoleh ilmu, agar benar (apa kriterianya) serta apa yang dapat memperoleh ilmu ~ Epistemologi Untuk apa ilmu digunakan, bagaimana dengan kaidah moral dan norma profesi ~ Aksiologis
k. Dasar dasar pengetahuan : Cara mendapatkan penalaran, intuisi dan perasaan, wahyu : 1) Penalaran ; proses berpikir logis untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar. a. Logis ; Berpikir menurut pola tertentu ~ konotasi logik adalah plural b. Analisis; Kegiatan berpikir menurut pola tertentu/ proses awal dalam pemencaha masalah dengan metode yang konsisten untuk menemukan prinsif dasarnya. 2) Instuisi dan perasaan : Kegiatan berpikir non analitik , karena tidak berdasarkan pola pikir tertentu biasanya bercampur dengan perasaan ~ berpikir non analitik. 3) Wahyu ; Pengetahuan yang bukan hasil usaha tetapi diberikan/wahyu melalui utusan tuhan.
28
PENALARAN
Sumber : Fakta/rasional pengalaman
Rasional
Deduktif
Silogisme
2 pernyataan 1 kesimpulan
a. Premis mayor b. Premis minor c. Kesimmpulan
Sumber ;
Empiris
Induktif
Ekonomis
Dapat dilakukan penalaran leih lanjut sehingga makin Fundamental
Kemampuan manusia dalam penalaran dan bahasa untuk komunikasi ( informasi dan pemikiran) ~ sehingga manusia yang ingin jadi ilmuan harus bisa berbahasa. l. Logika Pengkajian untuk berpikir secaara shahih (valid) ~ proses penarikan kesimpulan secara tertentu. Logika deduktif : Umum ~ Khusus / kasus individual Logika induktif : Kasus individual Pancaindra ~ Kesimpulan umum.
m. Kriteria Kebenaran a. Teori Koherensi : Pernyataan dianggap benar bila konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar. b. Teori Korespondensi : Pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandungnya berhubungan dengan obyek yang dituju pernyataan tersebut. c. Teori Pragmatis : Kebenaran diukur dengan kriteria apakah fungsi awal/kegunaan praktis dalam kahidupan dan berhubungan dangan prespektif waktu (fsisika,tak)
n. Prinsip Ilmu (Johnson) 1. Koheren 2. Concern terhadap bidang pengetahuan tertentu 3. Universal 4. Pernyataan harus benar atau mungkin benar. 5. Pernyataan harus logis 6. Harus menjelaskan penelitian dan argumentasinya. 29
~ Harus diaplikasikan agar menjadi body of Knowledge
o. Tujuan Ilmu (Kerlinger) 1. Menguraikan 2. Menjelaskannya 3. Meramalkan 4. Mengontrol ~ Gejala Alam
p. Ilmu keperawatan ( 1969, Abdullah) A body of comulative scentific knowledge tersusun/ terdiri : Darwn from the Physical, biological and behavioral, sciences that is uniquely nursing
q. Science (ilmu pengetahuan Yacobs, 1974) - Suatu proses ( pengetahuan dan penelitian ) - Suatu hasil ( batang tubuh pengetahuan) Yacobs and Huchter Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh suatu proses.
r. Obyek di dalam suatu keilmuan ada 2 : 1. Obyek forma : Substansi yang disoroti oleh suatu ilmu, walaupun materinya sama ~ membedakan ilmu. 2. Obyek materi : Sejumlah obyek yang menjadi lapangan penyelidikan sebagai imu ~ cara pandang berbeda dengan ilmu lain. Sebagai penyidik memandang manusia sebagai mahluk yang belajar (dapat berubah) Sebagai psikolog memandang manusia sebagai obyek material Sebagai dokter mamandang manusia sebagai orang sehat /orang sakit Sebagai ilmuan harus bisa mendengarkan orang. Kebutuhan relatif Semua ciri tersebut sebagai ciri spesifikasi s/ ilmu.
s. Ilmu keperawatan Fenomena khusus (Obyek forma) Respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan (aktual/potensial) untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Definisi UUD kesehatan :
H. Keperawatan
1. Fenomena khusus 30
Fenomena khusus : Respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan (aktual/potensial) untuk memenuhi kebuthan dasar manusia. Telaah dari para ahli ~ Donaldson & Crowlet 1997 Commonalities in nursing ~ memperhatikan : Prinsip hukum Proses Kehidupan Kesejahteraan Fungsi optimal ~ sepangjang respon manusia sehat/sakit Pola tingkah laku manusia dalam situasi kehidupan yang kritis Cara mempengaruhi proses perubahan positif dalam stress kehidupan. (dari negatif ke arah positif)
a. Dasar Keperawatan : Falsafah, praktek dan penelitian terapan untuk : Meningkatkan mutu praktek Menemukan gagasan baru Menemukan teori Penelitiana lanjutan
b. Keperawatan disebut Filsafat karena : 1) Ontologi 2) Epistemologi 3) Aksiologi
Keperawatan dianggap sebagai praktek ciri profesi, bidang pendidikan akademik dan jenjang pendidikan tinggi (S1, S2,,,,,) Perbedaan jenjang pendidikan profesi dan keilmuan Akademik ~ D IV D III Keilmuan : S1,S2,S3 Spesialis ~ setelah S3 Penelitian terapan : semua hasil penelitian harus dapat di terapkan
c. Domain Keperawatan : 1) Konsep utama : Konsep utama keperawatan : manusia sehat, sakit ,lingkungan, keperawatan. Secara konseptual perawat memandang manusia sebagai apa ?, Lingkungan seperti apa ?, keperawatan seperti apa ?
2) Proses keperawatan : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi Alat untuk mendiagnosa, meramalkan, mengintervensi : Untuk mengintervensi kita perlu data.Data merupakan suatu yang dapat memberika n informasi yang didapat dari hasil pengukuran, pengindraaan. 31
Untuk meramalkan -> alatnya : data yang didapat diolah, dianalisis menjadi informasi Untuk intervensi alat : informasi
Desain dan metode penelitian dikaitkan dengan pengetahuan keperawatan.
3) Pola Pengetahuan Keperawatan : Pengetahuan empirik, dasar pengetahuan Pengetahuan Etikal : menguj premis filosofi keadilan dan mencari kredibilitas melalui alasan logis. Pengetahuan Estetikal : Kreatifitas bentuk, struktur dan melalui kritik hasil dan proses Pengetahuan Personal : Mengintegrasikan dan menganalisa personal saat ini dan pengalaman pengetahuan pengalaman masa lalu
Empirik : ada batasan waktu, benar sakarang belum tentu benar yang akan datan, juga tempat benar di AS belum tentu benar disini Keadilan : adil dan tidak adil sangat relatif untuk diterapka pada setiap orang. Pendekatan keperawatan perlu dengan kiat. Keempat pengetahuan ini hendaknya di integrasikan agar lengkap dan realistik.
Pendidikan seorang perawat minimal S1
2. Epistemologi
Bagaimana ilmu keperawatan dikembangkan agar kebenarannya diakui, bagaimana cara prosedur ilmiah- metode ilmiah inti: Proses logicio ~ Hypothetico-verifikasi Logico : Proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara tertentu.
Langkah langkah : 1) Perumusan masalah : pernyataan mengenai obyek, empirik yang jelas batasanya serta dapat diidentifikasi faktor yang terkait didalamnya 2) Kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis : Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor empiris yang relevan dengan masalah. 3) Hipotesis : merupakan jawaban sementara/dugaan terhadap duagaan yang diajukan. 4) Pengujian hipotesis : pengumpuan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk melihat ada tidaknya fakta yang mendukung hipitesis 5) Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah hipotesis ditolak atau diterima.
32
Bila fakta cukup maka hipotesis diterima, bila fakta tidak cukup maka hipotesis ditolak. Hipotesis di terima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmuan kerana telah memenuhi persyaratan ilmiah.
Kerangka penjelasan konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya. Telah diuji kebenarannya (kebenaran pragmatis, belum ada fakta yang mengatakan sebaliknya.
3. Mengkomunikasikan Penemuan Ilmiah
1. Jacobs Bronowski : a. Hakekat : Perbadaan metode ilmiah dengan pengetahuan yang linnya : 1) Sistematik 2) Eksplisit : merupakan milik umum, dimanfaatkan secara komunal. b. Batas ilmu : Hanya dalam lingkup pengalaman manusia, hanya sebatas kamampuan dan penalaran dan indra manusia.
2. Daniel Boorstin Kemajuan manusia diukur bukan hanya dengan perluasan, pengetahuannya di ukur dengan ketidak tahuannya. Makin terspesialisasi : Pengkajian suatu disiplin ilmu makin sempit ~ dipersempit lagi dengan pembatasan ponsulat, asumsi dan prinsip ~ deformation profesionalisasi ~ Perlu sarana berpikir ilmiah. Yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagi langkah yang ditempuh. Sitem : 1) Bahasa 2) Matematika 3) Statistik
Berpikir Sistem : Diperlukan untuk mendorong menggunakan pendekatan multi disipliner terhadap gambaran masalah. Sehingga dapat melihat wujud secara keseluruhan permasalah yang ada.
1) Bahasa Merupakan keunikan manusia ~ dimana manusia dianggap sebagai animal simbol (Erust Cassire) Lebih luas dari homo sapiens. Ciri bahasa bunyi dan lambang simbol.
a. kegunaan Bahasa : 1. Untuk berpikir secara sistemastis, teratur, rumit dan abstrak. 33
2. Untuk mengembangkan budaya 3. Untuk mengkomunikasikan pengetahuan dengan orang lain.
b. Aspek fungsi bahasa (Kneller 1964) : Simbolik, Emotif, Informatif
c. Komunikasi ilmiah untuk menyampaikan informasi suatu pengetahuan ~harus bersifat: Reproduktif dan antiseptik ~ diterima sama dengan yang dikirimkan. Jelas ~ Eksplisit/tersurat Objektif ~ terbebas dari unsur emotif d. Kelemahan bahasa : Sulit untuk tidak emosional Artinya tidak eksak/pasti Artnya tidak yang sama
2) Matematika Adalah bahasa artifisial (buatan simbol-simbol/tiruan) yang melambangkan serangkaian makna pernyataan yang ingin disapaikan ~ cirinya : Jelas Singkat Spesifik/tepat Informal Tidak emotif Eksak ~ prediktif, kontrol lebih cermat dan tetap secara kuantitatif.
Sarana berpikir deduktif ~ simpulan berdasarkan premis-premis yang telah diakui kebenarannya. Berpikir deduktif : Dua garis sejajar dipotong tegak membentuk sudut 90 derajat, sudut-sudut yang bersebrangan sama tegak.
3) Statistika Pengetahuan yang berhubungan dengan cara pengumpulan, pengolahan/ analisa data dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan dan analisa data tersebut (sujana, 1996). Statistika teoritis : Membuat penurunan asifat, dalil, rumus menciptakan model. Walaupun premis benar dan prosedur penarikan kesimpulan sah, simpulan belum tentu benar ~ simpulan berpeluang untuk benar ~ menghitung tingkat peluang secara eksak melalui penggunaan statistika ~ tingkat ketelitian >>> ~ hubungan kausalitas jelas. Kebenaran dapat dipertanggung jawabkan ~ ekonomis ~ mimilh sampel/contoh yang representatif dari obyek. Perlu keseimbangan berpikir deduktif dan induktif.
4. Aksiologi
~ Untuk apa ilmu tersebut 34
~ bagaimana hubungan dengan kaidah moral/etik Penggunaan Penelitian obyek Tehnik prosedur ~ Dilaksanakan dengan konsekuen dan disiplin
a. Disiplin : pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan mainya dengan penuh tanggungjawab dan kesanggupan. Guna mengembangkan pengetahuan bagi manusia : ~ Kelangsungan hidupnya ~ Kebudayaan ~ Memberi makna kehidupan ~ Memanusiakan diri dalam hidup
b. Etiket : Cara bergaul dengan manusia ~ berlaku untuk sekelompok tertentu ( tidak berlaku unversal ) Etika : Kaidah moral ~ Bisa berlaku secara umum (Universal)
c. Aksologi imu keperawatan (kegunaannya) ~ keguanaan nilai ~ Internal ~ Eksternal ~ Sosial
d. Nilai Internal : Berkaitan ~ Wujud/bentuk ~ Kegiatan
Pengembangan ilmu keperawatan ~ tidak semua yang dapat dikembangkan keguanaan/nilai ~ etika
e. Nilai sosial : Tidak langsung berkaitan dengan keperawatan sebagai ilmu menyangkut pandangan masyarakat terhadap : Keberadaan keperawatan perlu memperbaiki/ mengembangkan ~ Ilmu pengetahuan keperawatan ~ praktek-praktek keperawatan ~apa manfaat keperawatan sebagai ilmu
f. Nilai eksternal ~ Nilai yang menyangkut penggunaan ilmu keperawatan ~ Pengetahuan dikontrol oleh etika dan hukum
g. Fungsi-fungsi untuk menigkatkan masyarakat ilmiah : ~ Secara komunikasi ~ Forum untuk Kritik 35
Desiminasi hasil penelitian secara lisan/tertulis, lisan dengan konverensi kasus, secara tertulis dengan journal. Indentifikasi Phenomeda (Klinikal Utama) dan sebagai pertanyaan yang berkaitan dengan praktek profesi. Contoh : perilaku sehat reamaja.
h. Ciri masyarakat ilmiah : (Gortner 1983, Gortner Shuztz 1988, Hingway, 1980) 1. Comunality : Pertukaran ide dan hasil penelitian, saling kritik membangun. 2. Coleagueship ~ Menyiapkan lingkungan yang mendukung proses kreatifikasi (Kesejawatan) 3. Construktive Competitiin Motivasi meningkat untuk menciptakan ide cegah terjadinya black negative repercussion.
i. Faktor Yang Berpengaruh : ~ Kemapuan perawat : Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Meneliti dan menyerahkan hasil penelitian ~ melaksanakan penelitian ~ Journal dan temu ilmiah meningkat hasil riset dan penerapan didalam praktek ~Institusi kesehatan mendorong meningkatkan kemampuan perawat berdasarkan riset Administrasi keperawatan mendukung penelitian oleh praktisi keperawatan.
j. Program Studi Ilmu Keperawatan
Tenaga Akademik Keilmuan Keperawatam
Respon manusia dalam menghadapi masalah kesatan A/P
KDM gang. & Upaya pemenuhannya mandiri/kolaborasi
Profesional
Pel prof. Yang berpengaruh pada kehidupan dan keamanan masyarakat
Domain Profesi Kep. Hub. Saling percaya masyarakt dan masyarakat prof.
Penegakan Status Privalege
Komitmen terhadap profesi
36
Penalaran Ilmiah Penalaran Etis
6) Paradigma Keperawatan
A. Pengertian
Adam Smith (1975) ---- Paradigms is the way we perceive the world The paradigm explain the worlds to us and help us on predict its behaviour. Fegurson ----- Pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan.
Poerwanto, P (1997) ---- paradigma sangat menentukan bagi penggunaannya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar yang khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai sesuatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
Berdasarkan definisi diatas di buat kesimpulan paradigma adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Berdasarkan definisi diatas di buat kesimpulan paradigma adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
B. Komponen Paradigma
Tabel . Komponen Paradigma
a. Konsep Manusia
MANUSIA
KEPERAWATAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
37
Manusia adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual yang utuh dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1994)
e. Manusia/Individu sebagai klien
Peran perawat pada individu pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang diarahkan untuk menuju kemandirian
f. Keluarga sebagai klien
Keluarga sebagai kelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
g. Alasan keluarga dijadikan fokus pelayanan keperawatan
a) Unit utama dalam masyarakat b) Sebagai Kelompok ; Mencegah, menimbulkan, memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan. c) Masalah kesehatan keluarga berkaitan. d) Berperan dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan. e) Perantara yang efektif untuk kesmas. h. Masyarakat sebagai Klien Adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungannya, bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai. b. Konsep Keperawatan Adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan : 1. Keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia yaitu keutuhan manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual. 38
2. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. 3. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, dsb. 4. Keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan. 5. Keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan keperawatan. c. Konsep Sehat Sakit
Sehat bukan berarti bebas dari penyakit, tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia, termasuk aspek sosial, psikologis, spiritual, faktor-faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan dan rekreasi.
Sehat merupakan suatu keadaan yang terdapat pada masa tumbuh kembang manusia Sehat mencakup manusia seutuhnya meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Sakit adalah kegagalan atau gangguan dalam proses tumbuh kembang, gangguan fungsi tubuh dan penyesuaian diri manusia secara keseluruhan, atau gangguan salah satu fungsi. Sakit merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada dalam keadaan tidak seimbang akibat adanya pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam dirinya.
d. Konsep Lingkungan Di fokuskan pada lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual. 39
Agent-Hospes-Environment Triangel (Leavell, 1965) Agen adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan tejadinya penyakit. Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi atau dipengaruhi oleh agen Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempenaruhi kesehatan
7. Konsep stress dalam keperawatan
A. Konsep Stress Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. 1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah ) 2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan). Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang berbeda- beda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang 40
terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya. Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan.Pendekatan ini telah dibatasi sebagai model psikologi. Model psikologi ini menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ). Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama. Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.
B. Manifestasi stress Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain : 1) Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan 2) Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis) 3) Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma 4) Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. 5) Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare. 6) Sering berkemih. 41
7) Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan. 8) Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea) 9) Libido menurun atau bisa juga meningkat. 10) Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan. 11) Tidak bisa tidur 12) Sakit mental-histeris
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu: 1) Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress.Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya. 2) Faktor Organisasi Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut : a) Role Demands 42
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut. b) Interpersonal Demands Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya. c) Organizational Structure Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi. d) Organizational Leadership Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan- permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).
3) Faktor Individu Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena 43
akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
D. Tahapan Stres Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah sebagai berikut: 1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
3) Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, akan jatuh pingsan.
4) Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
5) Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.
44
6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, lemah, serta pingsan.
Sementara menurut Holmes & Rehe (1976) dan Wiebe & Williams (1992), tahapan stres dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Stres ringan adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari orang lain. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.
2) Stres sedang Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari, seperti perselisihan dengan teman.
3) Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawanan terus menerus, penyakit fisik jangka panjang
E. Adaptasi Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian.Dalam hal ini respon individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut. Adaptasi terhadap stress dapat berupa : a. Adaptasi fisiologis Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia. b. Adaptasi psikologi Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu: LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit 45
tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. GAS ( general adaptation syndroma)adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
F. Proses Keperawatan Stress Managemen Stress Untuk Perawat Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara : 1) Pengaturan Diet dan Nutrisi Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh. 2) Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3) Olah Raga atau Latihan Teratur Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. 4) Berhenti Merokok
46
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5) Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. 6) Pengaturan Berat Badan Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. 7) Pengaturan Waktu Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. 8) Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. 9) Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10) Psikoterapi 47
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain. 11) Terapi Psikoreligius Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi. 12) Homeostatis Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya: a) Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia. b) Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh. c) Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada. d) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
48
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stres-dan-adaptasi.html http://jannyerika-mkes.blogspot.com/2011/06/adaptasi.html http://www.scribd.com/doc/30270598/Konsep-Stres-Dan-Manajemen-Stres http://wwwnursekep.blogspot.com/2011/12/makalah-stress-dan- adaptasi.html?zx=c51f05b3c76120d6 Kusnannto .2003. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC. Priharjo, Robert. 2005. Konsep & Prespektif praktik keperawatan Profesional. Jakarta : EGC. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: SeLemba Medika.