Anda di halaman 1dari 49

1

MODUL FUNDAMENTAL OF NURSING



1. Sejarah Keperawatan Dunia Dan Indonesia

Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri, karena bisa
mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja keras, hingga akhirnya kita bisa
merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah keperawatan akan membuka mata kita
tentang bagaimana perkembangan keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa
yang akan dicapai oleh keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami
keperawatan terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman
dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.

Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan manusia, yaitu
penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga
seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang
yang sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun,
praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga
keperawatan berkembang secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan
manusia.

Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta kondisi sosial
ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta gerakan revolusi Luther turut
mewarnai perkembangan keperawatan di dunia. Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal
sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan
alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama
tuanya dengan kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling
bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa perawat dan
selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan medis (Donahue, 1995;
Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan perempuan telah memegang peran perawat,
masuknya perempuan dalam keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue,
1995). Pada abad keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin
meningkat.

A. Keperawatan Zaman Purba

Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang sulit, juga sulit
untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan
penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri,
ibu, anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan
anggota keluarga yang lainnya. Istilah perawat (nurse) berasal dari perawatan yang diberikan
ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.

2

Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi
mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan
oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu besar, gunung-gunung
yang tinggi, pohon-pohon yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran
perawat tidak berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk
mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih
mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang yang sakit.

Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa
Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat
Cina menganggap penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah
parah jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan
untuk merawat orang yang sakit.

B. Zaman Peradapan Kuno

Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip dengan zaman
primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga penyembuhan membutuhkan
penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir menikmati status dalam masyarakat kuno.
Sejalan dengan perkembangan peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai
penyebab penyakit non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik
penyembuhan ada pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan
peradapan Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk
mengatasi penyakit apa.

Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal sekitar tahun
1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia. Lontar ini berisi uraian tentang
banyak penyakit yang diketahui saat ini dan mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga
berisi 700 zat yang digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya.
Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan
bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan untuk membuat
larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini menunjukkan bahwa pada
masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan patofisiologi.

Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode ini dianggap sebagai
legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai syarat kesehatan masyarakat.
Kode ini mencakup aspek individu, keluarga, dan kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya
membedakan antara yang bersih dengan tidak bersih.

Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat termasuk peran
sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk anak dan lansia (Dolan,
Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno, sudah mengenal adanya perawat laki-laki
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
3

a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan
b. Pintar
c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d. Kemurnian pikiran dan tubuh

Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota keluarga
yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan, namun peran Cina kuno lebih
banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode pengobatan, dan
publikasi Nei Ching (canon of medicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat,
mendengar, bertanya dan merasakan.

Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam mitologi dan
realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai dewa penyembuh adalah Asklepios, istrinya
Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan
diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios
menjadi pusat penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui
pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani kuno,
Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan Hipocrates ini
sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil yang mengatakan bahwa
penyebab penyakit adalah magis dan mistik. Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan
kesehatan adalah sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat
pemandian umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.

C. Zaman Keagamaan

Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran
agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, agama kristen mulai
berkembang. Agama kristen cukup besar mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu
catatan di awal sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari
Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi
orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang ditunjuk
oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang yang sedang sakit. Penunjukan
dilakukan pada wanita yang memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan
mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.

Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia
mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang
yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan
pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas
dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit
ini dilengkapi dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat,
miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam bidang sosial
4

(1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit dan orang miskin
(Deloughery, 1995).

Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga berkembang di
benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan
agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari
keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan
keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti
Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin(Elly
Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence
Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status
ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah
secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di
Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah (Miller
Rosser, 2006)

Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd
International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st
Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan
Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya
melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran
komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum
muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang
Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang
terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan
Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.

Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun
juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap
muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan
memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan
empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya
dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. Rufaidah
juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia
Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong
advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan
kesehatan (health education)

Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok negara dari Afrika,
Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Turki dan Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan.
5

Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene),
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle Ages (1000
1500 M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang
sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS
modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita,
serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-
laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).

D. Keperawatan Abad Pertengahan

Permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari
orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi
kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari hal tersebut adalah banyak tempat
ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal tempat ini dijadikan tempat untuk merawat
orang sakit.

Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah menyebabkan
kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan perawatan dilakukan oleh kelompok
agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau
wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini
melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat beranggapan bahwa wanita
terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah
dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)

Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga
sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka terdiri dari kelompok agama, wanita-
wanita yang mengikuti suaminya ke medan perang turut merawat orang sakit jika diperlukan
dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap
keperawatan adalah mulainya dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada
masa itu keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja
bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai berdiri dan
berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang
luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan, yang secara otomatis
akan membutuhkan peran tenaga kesehatan (termasuk di dalamnya perawat).

Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya kemiskinan di
daerah pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan yang serius pada abad kelima
belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial, seperti hukum yang menekan orang miskin
dan pajak terhadap jendela rumah, menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik rumah
menutup jendela guna menghindari membayar pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi
kesehatan yang memerlukan respon dari perawat.

6

Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul. Kelompok ini
merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum miskin. Selanjutnya kelompok
ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena mereka merawat orang sakit di rumah-rumah.
Pada masa ini juga mulai dirintis pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras.
Program pendidikan yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah
sakit, dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)

Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan.
Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan perawat pada
zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion, meskipun pada awalnya pekerjaan perawat
dilakukan oleh para mantan Wanita Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit
ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama
kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan
keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit ini pekerjaan
keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah revolusi Perancis, kelompok
agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat agama.
Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh
keperawatan Florence Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII,
pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit dan
memperbesar peran perawat.

Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial masyarakat meruba
peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai dipercaya orang
dan pada saat ini juga nama Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820
dari keluarga kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan
yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus
pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War), dan penunjukan
dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah rumah sakit Militer milik
Turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan
karena ia berhasil mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis
anggapan negatif terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.

Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah perkembangan
keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris membuka jalan bagi kemajuan
dan perkembangan perawat di mana kepeloporan Florence Nightngale diikuti oleh Negara-
negara lain. Tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What it is and What it is
not untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari
perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas
menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana menempatkan
tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit (Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada
tahun yang sama, ia mengembangkan program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah
pelatihan Nightingale untuk perawat di St. Thomas Hospital di London. Konsep pendidikan
inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.

7

Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan
bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa
okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan
personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen
rumah sakit, mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan
pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan
penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi
kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).

Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di Amerika
Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di medan pertempuran,
membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan menenangkan para pejuang dalam
menghadapi kematian. (Donahue, 1995). Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika
dan Kanada mulai membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah
pelatihan yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun 1908,
Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National Association of Trained
Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The Canadian Nurses Association (CNA)
pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun 1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti,
organisasi baru dibentuk dengan nama American Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.

Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di komunitas,
keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian
Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada
kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di rumah penampungan New York. Perawat
yang bekerja di tempat ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada
mereka yang bekerja di rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang
membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit,
orang miskin mebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk memperbaiki nutrisi,
memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan. Kemajuan terlihat di rumah sakit,
kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu
mulai dirintis pendidikan keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya
pendidikan keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun
1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada
tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan. Sekitar tahun 1920-an, dibentuk
organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation of Operating Room Nurses (1949),American
Assosiation of Critical-Care Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).

E. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia

Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia.
Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya, perkembangan keperawatan di
Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu penjajahan pemerintah kolonial
Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka.
8

Perkembangan keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum
kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja
pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan
pada masa itu antara lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda
disebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds
Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti
karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.

Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang
dilakukan antara lain: pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819 didirikan beberapa rumah
sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta
Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan
pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit
swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta
Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di
Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI
Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam RSCM
menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.

Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk pada
perkembangan keperawatan Inggris, maka penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia
keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan
oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan
dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga diambil alih
dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat minim, sehingga wabah
penyakit muncul dimana-mana. Bahan balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah
pisang digunakan sebagai bahan balutan.

Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan
mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan
Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun
9

1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu didirikan pula Amper
milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.

Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan
merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan
bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima
keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun
1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi
Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan,
dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.

Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan
pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan
pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga
keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat. Jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan
diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan
pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena
adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi
keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.

Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan
momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu
Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani
S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi
Irawaty, MA, dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar
keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia (Universitas Airlangga,
Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas dan Universitas Sumatra
Utara).

Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI
mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah
Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat
Sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat
orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi
Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini berkaitan dengan
10

semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan
Jepang atas sekutu.

Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi
keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru
Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh
Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu
terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai
upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah nama PDKI menjadi
Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat.
Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat
Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia
(IPI) tahun 1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali
Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional dengan
nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang secara resmi dipakai
sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia hingga kini.


2. Teori-Teori Keperawatan

A. Pendahuluan
Stevens (1984), mendefinisikan keperawatan sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989). Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan
bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan
keperawatan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Menurut Newman (1979), ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan dan
pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu: meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang
relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu keperawatan,
menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan
praktik keperawan serta menciptakan suatu kerangkan konsep yang memungkinkan
pengembanagan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan.
11

Karakteristik Dasar Teori Keperawatan Torre (1985) dan Chin dan Ycob (1983), secara
jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut mereka, ada lima
karakteristik dasar teori keperawatan, yaitu:
1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefenisikan sebagai hubungan yang spesifik
dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit,
keperawatan dan konsep lingkungan.
2. Teori keperawat harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan alas
an atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang
logis.
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks
sesuai dengan situasi praktik keperawatan.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang
dilakukan melalui penelitian.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktik
keperawatan.

B . Konsep dan Teori dalam Keperawatan

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan
menentukan kualitas praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-
sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori
keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda anatar teori
yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan.
C. Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi keperawatan pada tahun 1964.
Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan
keperawatan.Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan.
Asumsi dasar model ini adalah:
1. .Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang
dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenehi kebutuhan biologis, psikologis
dan sosial.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative
untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada
serta keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri
yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan
12

kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal utnuk memelihara integritas
diri.
4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Menurut Roy, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan
adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut
melalui upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi
dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan istirahat, pengaturan
sushu, hormonal dan fungsi sensori. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada
persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian
lebih difokuskan pada kebutuhan akan kemampuan melakukan interaksi sosial termasuk
kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku
individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya (Rambo, 1984, dikutip dari
Taylor, C., dkk, 1989).
Singkatnya Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu
kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan.Roy mendefenisikan lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam
menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.
D. Teori Martha E. Roger
Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta
seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi.
Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang
dipengaruhi alam sebagai lingkungan hisup manusia dan pula pertumbuhna dan perkembangan
seseorang. Asumsi dasar teori Roger tentang manusia adalah:
1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain.
2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan disekelilingya.
3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda
dengan orang lain.
4. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.
5. Manusia diciptakan sebagai karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal
sifat dan emosi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai
satu kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya.Menurutnya, lingkungan adalah segala hal
yang beredar di luar diri individu.
13

E. Teori Dorothy E. Johnson
Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya
penyakit.Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan
tingkah laku tertentu.Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang diakatan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan
sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara
kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu kesimbangan individu
terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah
lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap
perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta
mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

F. Teori Dorothea E. Orem
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini
dikenal sebagai Self Care atau Self Care Defisit Teori.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri atau perawatan mandiri.Pertama,
perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air makanan,
eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainnya.Kedua,
perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembang manusia.Ketiga,
perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang membutuhkan asuhan
keperawatan karena ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri. Menurutnya, area kerja
perawat adalah membina dan mempertahankan hubungan terapeutik antara perawat dan
pasien, menentukan kapan seseorang membutuhkan bantuan atau pertolongan,
memperhatikan respon pasien, memberi pertolongan langsung kepada individu dan keluarga
serta bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan
atau kebutuhan dna kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat 3 angkatan dalam asuhan
keperawatan mandiri. Pertama, perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan
14

keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Kedua, perawat dan
pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.Ketiga, pasien merawat
diri sendiri dengan bimbingan perawat.
G. Model Betty Neuman
Model Neuman berfokus pada individu dan respon atau reaksi individu terhadap stres
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kemampuan adapatasi pasien. Menurut
Neuman manusia merupakan system terbuka yang saling berinteraksi dengan lingkungan
internal maupun eksternal yang dapat merupakan penyebab stress (stresor). Dalam kehidupan
sehari-hari individu selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi kebutuhan biologi,
psikologi dan sosial cultural.
Adanya stressor seperti penyakit misalnya, menyebabkan seseorang bereaksi untuk
mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau koping tertentu.
Penyebab stressor dapat berasal pada diri sendiri, dari luar individu atau karena interaksi
dengan orang lain. Pengaruh stressor pada seseorang tergantung pada tingkatan stresor,
lamanya stresor serta kemampuan dan keefektifan koping yang digunakan. Menurut Neuman
asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya
stresor.Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder
dan tersier.
Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya
stresor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stresor serta mendukung koping
pasien yang konstruktif.Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor.Sedangkan
pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih
lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit.
Kerangkan ini dikenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari
kerangka ini adalah:
1) Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang
mempengaruhi kesehatan seseorang.
2) Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, kelompok, dan masyarakat.
3) Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.
Dalam kerangka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling berinteraksi dan saling
berhubungan erat.
1) Kepribadian (personal sistem). Setiap individu mempunyai sistem kepribadian
tertentu.Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, pertumbuhan
dan perkembangan, gambaran diri, tempat dan waktu.
15

2) Sistem interpersonal. Sistem interpersonal terbentuk karena hasil interaksi manusia.
Konsep ini dapat berupa interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran.
3) Sistem sosial. Meliputi keluarga, kelompok keagamaan, sistem pendidikan, sistem
pekerjaan dan kelompok sebaya.
Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan
pasien saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama
yang hendak dicapai..
H. Teori Myra E Levine
Teori Levine berfokus pada interaksi manusia . Asumsi dasar Teori Levine adalah :
1) Pasien membutuhkan pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah
kesehatan.
2) Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respon/reaksi dan perubahan tingkah laku
serta perubahan fungsi tubuh pasien. Espon pasien terjadi ketika ia mencoba
beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respon tersebut
dapat berupa ketakutan, stress, inflamasi dan respons panca indra.
3) Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan
terapeutik. Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit serta memperbaiki status kesehatan.

I. Falsafah
Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu pandangan dan pengetahuan yang mendasar,
yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau
asumsi tertentu tentang kehidupan.Falsafah memberikan suatu gambaran atau pandangan
terhadap suatu sistem nilai dan keyakinan.Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam
membantu seseorang memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta
berfungsi sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku.Falsafah hidup seseorang
berkembang melalui dari hasil belajar, hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun
informal, agam, dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan.
Falsafah keperawatan meliputi falsafah pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
falsafah pada institusi pelayanan kesehatan berperan sebagai pedoman utama dalam
pemberian asuhan keperawatan.Implementasi peran perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, pendidik, pengelola atau peneliti, pada hakekatnya mencerminkan falsafah
keperawatan melalui pemahaman tentang nilai dan konsep keperawatan seperti konsep sehat-
sakit, kesehatan, penyakit, akontabilitas dan pemahaman terhadap etika keperawatan.


16

J. Konsep
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu
peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalam dan persepsi seseorang berupa ide,
pandangan atau keyakinan.Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat
dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep.Konsep dapat dianalogikan sebagai
batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun
diibaratkan sebagai kerangka konsep.
K. Teori
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangkan konsep, atau defenisi
yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenoma
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan, dan atau mengendalikan suatu fenomena.Teori
dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.Teori dapat
dikembangkan melalui dua metode dasar yaitu metode induktif dan deduktif.Teori
keperawatan menggunakan kedua metode ini.
Proses adalah fase kerja dari suatu kerangkan konsep atau suatu teori. Dalam hal ini
berlangsung secara sistematis, bertahap dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan.
Proses keperawatan adalah contoh aplikasi kerangka konsep dan teori keperawatan.


3. PPNI

A. Pendahuluan
Induk organisasi keperawatan di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional
Indonesia atau lebih dikenal dengan istilah PPNI.Tanggal lahir PPNI dan didirikan pada Tanggal
17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa
tenaga keperawatan harus berada pada wadah/organisasi nasional.

Sejarah PPNI dan juga asal mula sejarah keperawatan adalah dengan lahirnya
sang Pelopor Keperawatan Untuk itulah para perawat indonesia mempunyai induk organisasi
dan induk organisasi dari perawat sendiri adalah PPNIatau Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat
indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum
Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada saat itu profesi
perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan
dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan
17

nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata
Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942.

Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia.Pelayanan
keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula
organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi
Keperawatan.Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945 1954 yaitu Persatuan
Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh
Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu
terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia
(PDKI).sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh
Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951 1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama
PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan
bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959 1974, terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu
organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia
hingga saat ini.


B. Tujuan PPNI

Sebagai organisasi profesi yang berorientasi pada kebutuhan kesehatan masyarakat, yang
tercermin dalam rencana strategik PPNI yang meliputi :

1) Terwujudnya Undang-Undang Praktik Keperawatan serta berfungsinya Konsil
Keperawatan Indonesia dalam rangka menjamin perlindungan terhadap masyarakat dan
profesi keperawatan.
2) Bersatunya perawat yang komit dengan kepemimpinan yang kuat untuk membawa
perubahan terhadap pendidikan dan pelayanan keperawatan
3) Terbentuknya Sistem Penghargaan dan Jejaring Karir Professional bagi perawat yang
didukung oleh Sistem - Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan yang kuat.
4) Terwujudnya Pusat Sistem Informasi Keperawatan Indonesia.
5) Meningkatnya kinerja organisasi profesi keperawatan dengan Pengurus Pusat yang kuat.
6) Meningkatnya citra perawat profesional.


C. Visi dan Misi PPNI

18

Induk organisasi perawat Indonesia telah mendefinisikan visi dan misi yang direfleksikan
di dalam Rencana Bisnis PPNI (2002-2010).


1) VISI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah nasional yang memiliki
kekuatan suara komunitas keperawatan dan peduli terhadap pemberian pelayanan / asuhan
keperawatan yang bermutu bagi kepentingan masyarakat.

2) Misi

a. Menguatkan manajemen dan kepemimpinan PPNI untuk mencapai organisasi yang
berwibawa jejaring yang kuat di tingkat kepengurusan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Komisariat.
b. Mendukung perawat Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang aman,
kompeten dan professional bagi masyarakat Indonesia.
c. Menjadi pintu gerbang standar keperawatan regional dan internasional.


D. Keanggotaan PPNI

Jenis dan macam keanggotaan daripada PPNI ini ternagi menjadi 3 yaitu Anggota Penuh,
Anggota Muda, Anggota Kehormatan.Semua kategori perawat dapat menjadi anggota PPNI.
Pada tahun 2002, PPNI mempunyai kepengurusan daerah sebanyak 29 pengurus tingkat
provinsi, 336 pengurus tingkat kabupaten/kota dan lebih dari 2500 pengurus tingkat komisariat.
Menurut hasil laporan sensuses bulan Maret 2002, terdapat 69.938 (27.97%) dari total 250.000
perawat termasuk perawat vocational dari 25 total 28 provinsi adalah anggota PPNI.

Sekarang PPNI mempunyai 29 pengurus tingkat provinsi dari 30 provinsi yang ada.
Provinsi baru, yaitu Bangka dan Belitung dalam dua bulan ke depan akan mempunyai
Kepengurusan tngkat provinsi. Dan kemudian, semua struktur PPNI akan meliputi semua
daerah yang ada di Indonesia untuk memperkuat jaringan kerja PPNI.

E. Fakultas Ilmu Keperawatan

Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan
momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu
Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia antar lain,
Achir Yani S, Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd., Tien Gartinah, MN,
dan Dewi Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan
pakar Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
19

Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara
ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr. Asri Rasyad, Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, tempat diselenggarakannya PSIK pertama di Indonesia,
ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Dan ini termasuk dalam jenjang
pendidikan perawat di Indonesia
Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan
sarjana keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat
sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang dapat
mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang kedokteran.

Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran
Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas. Dalam hal ini
peran Prof. Dr. Marifin Husein selaku Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan.Meskipun beliau
berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK sebagai cikal bakal
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UI) yang merupakna institusi pendidikan tinggi keperawatan
profesional pertama di Indonesia, setingkat sarjana.
F. Susunan Pengurus Pusat PPNI pada periode 2010 2015

Ketua Umum: Dewi Irawaty, MA, PhD.
Ketua I: Dra. Junaiti Sahar, PhD
Ketua II: Rita Sekarsari, SKp, MHSM.
Sekretaris Jenderal: Harif Fadhillah, SKp., SH.
Sekretaris I: Yeni Rustina, PhD.
Sekretaris II: Yupi Supartini, SKp., MSc.
Bendahara Umum: Netty Sofyan, SKM, M.Kes.
Bendahara I: Ruti Nubi, SKM
Bendahara II: Rasmanawati, SKp., MM
G. Departemen Organisasi

Ketua: Wawan Arif Sawana, SKp.
Anggota: Sunardi, MKep., Sp.KMB., Bambang Tutuko, SKp., SH.

20

H. Departemen Hukmas & Pemberdayaan Politik
Ketua: Amelia K, SKp., MN.
Anggota: Ahmad Neru, MKep. Sp.Kom., Armen Patria, SKp. MKes.

I. Departemen Pengembangan Kerjasama Dalam Negeri & Luar Negeri
Ketua: Masfuri, SKp. MN.
Anggota: Meidiana Dwidiyanti, SKM. MSc., Ns. Apri Sunadi, SKep.

J. Departemen Pelayanan
Ketua: Ns. Riyanto, MKep. Sp.Kom.
Anggota: Syahridal, SKp., Pawit Rodiah, SKp., M.Kep.

K. Departemen Pendidikan & Pelatihan
Ketua: Dra. Murni Hartanti, SKp., MSi.
Anggota: Astuti Yuni Nursasi, SKp. MN., Michiko Umeda, SKp. MS.Biomed

L. Departemen Kesejahteraan
Ketua: Mustikasari, SKp. MARS
Anggota: Asep Sopari, SKM, MM, MKM., Iwan Effendi, Amd.Kep.

M. Dewan Pertimbangan
Ketua: Prof. Achir Yani, MN. DNSc.
Sekretaris: Drs. Husen, BSc
Anggota: Drs. Husain, SKM., Ahmad Djauhari, MM., Janes Lesilolo, SKM. MKes.

N. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK)
Ketua: Dra. Junarsih W. Sudibjo
Sekertaris: Fitriati, SKM, MKes.
Anggota: Tien Gartinah, MN., Dra. Herawani Aziz, MKes. MKep., Sumijatun, SKp.,
MARS., Maria Wijaya, SKM.

4. Konsep Dasar Dan Ciri-Ciri Profesi

A. Penjelasan Istilah

a. Profesi:
21

1) Suatu jabatan atau pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang memadai.
(Liberman)
2) Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut (Dedi Supriadi)
3) Suatu pernyataan atau janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya
kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa
terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

b. Makna:
1) Hakikat profesi adalah suatu pernnyataan atau janji terbuka
2) Profesi mengandung unsur pengabdian
3) Profesi adalah suatu jabatn atau pekerjaan
4) Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang relatif lama
dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang pelaksanaannya diatur oleh kode
etik tersendiri, dan menuntut tingkat kearifan atau kesadaran serta pertimbangan
pribadi yang tingi. {World Confederation of Organization for Teaching Profession
(WCOTP)}

c. Profesional
1) Penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya.
2) Menunjuk kepada orangnya.

d. Profesionalisasi:
Proses menjadikan seseorang sebagai profesional melalui inservice training dan atau
preservice training.

e. Profesionalisme:
1. Derajat penampilan seseorang sebagai profesional.
2. Penampilan suatu pekerjaan sebagai suatuprofesi; dan juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik
profesinya.

B. Apa Ciri-ciri Profesi?

a. Liberman:
1) Jabatan tersebut harus merupakan suatu layanan yang khas dan esensial serta
dengan jelas dapat dibedakan dari jabatan lain.
2) Untuk pelaksanaannya tidak sekedar diperlukan keterampilan (skills) tetapi juga
kemampuan intelektual.
3) Diperlukan suatu masa studi dan latihan khusus yang cukup lama.
4) Para praktisinya secara individual atau kelompok memiliki otonomi dalam
bidangnya.
5) Tindakan an keputusannya dapat diterima oleh para praktisi yang bertangung
jawab.
22

6) Layanan tersebut tidak semata-mata untuk kepentingan ekonomi.
7) Memiliki suatu kode etik

b. Ciri-ciri Profesi :
1) Pekerjaan itu mempunyai signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada
masyarakat.
2) Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang
secara sosial dapat dipertanggungjawabkan
3) Profesi didukung oelh suatu disiplin ilmu
4) Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang
jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik
5) Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka
anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan
financial

c. WCOTP :
1) Profesi adalah panggilan jiwa
2) Fungsinya telah terumuskan dengan jelas
3) Menetapkan persyaratan-persyaratan minimal untuk dapat melakukannya
(kualifikasi pendidikan, pengalaman, keterampilan)
4) Mengenakan disiplin kepada seluruh anggotanya dan biasanya bebas dari campur
tangan kekuasaan luar.
5) Berusaha meningkatkan status ekonomi dan sosial para anggotanya.
6) Terbentuk dari disiplin intelektual masyarakat terpelajar dengan anggota-anggota
dan terorganisasi


5. Pengertian Filsafat Dan Dasar Pengetahuan

A. Pengertian Filsafat

Filsafat ialah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas ( tidak terikat pada
tradisi, agama, dogma ) dan sedalam-dalamnya sehingga samapai pada dasar persoalan.

B. Fungsi Filsafat :

Menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan, logis tidak logis, Salah/benar. Apa
hidup ada tujuannya, apa ada hukum yang mengatur alam dan kehidupanya ?

Salah satu perlunya belajar filsafat adalah untuk menjawab pertanyaan apakah ilmu
keperawatan memenuhi persyaratan untuk bereksistensi sebagai disiplin keilmuan yang
mandiri, jika iya, apakah yang membedakan pengetahuan ilmiah keperawatan dengan
pengetahuan lainya.
23


Sebagai pengetahuan harus memenuhi karakteristik dan spesifikasi sebagai
pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Dimensi klasifikasi dibagi menjadi 3 :
1) Karakteristik bersifat Universal : berlaku untuk disiplin yang besifat keilmuan.
2) Karakteristik Generik : Merincikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah
(IPA/IPS).
3) Karakteristik bersifat Spesifik: Cirihas yang membedakan dari ilmu yang lain.

C. Syarat pengetahuan ilmiah :
1) Ontologi : Apa yang diketahui.
2) Epistemologi : Bagai mana pengetahuan itu disusun .
3) Axiologi : Nilai mana yang terkait dengan pengetahuan.


D. Ontologi Ilmu

Dibagi menjadi 2 Aspek :


a. Prinsip penafsiran realitas keilmuan

Dimana beberapa pertanyaan tentang realitas : gejala fisik -> data/fakta. Realitas
merupakan pikiran dari kenyataan yang sebenarnya dan di ungkapkan sebagai mana adanya
(dessein) tanpa terikat nilai-nilai tertentu diluar kenyataan tersebut.

Dalam menafsirkan realitas maka keilmuan mempunyai beberapa anggapan (asumsi)
yaitu Unformitas setiap wujud mempunyai keserupaan dengan wujud lainya, dilihat dengan
kriteria tertentu :Kualitas, Kuntitas, Modus.
Yang relatif tetap dalam selang tertentu setiap wujud mempunyai bentuk yang tetap
sehingga tidak bersifat . Ec : Hutan gundu menjadi banjir , garam meningkatkan tekanan
darah tinggi.

Menyangkut dunia empirik yang dapat ditangkap oleh infra manusia
Pengetahuan ilmiah
Saran berpikir ilmiah

b. Saran Pengrtahuan Ilmiah

Alat yang membantu kegiatan
Dalam memperoleh dan menyusun pengetuan ilmiah seperti : bahasa, logika,
matematika dan metodelogi penelitian.
Secara khusus disiplin ilmu mempunyai objek forma dan objek materi hal tersebut untuk
melihat fokus penelaahannya.
Objek Forma : cara pandang terhadap sesuatu.
24

Objek Materi : Merupakan substansi objek tertentu.

Setiap disiplin ilmu tertentu mempunyai objek forma dan objek materi yang berbeda
dengan disiplin ilmu lain. Sehingga hal tersebut menjadi tolak ukur dan ciri spesifik dari
suatu disiplin ilmu.

E. Epistemologi

a. Mempunyai 2 aspek :
1. Sifat pengetahuan ilmiah
2. Proses untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan yang mempunyai sifat
pengetahuan tersebut.
3. Fungsi dari pengetahuan yang telah berhasil diperoleh dan disusun.

Yang bersifat kait mengait.


b. Sifat pengetahuan :
1. Milik umum (public knowledge) dikomunikasikan lewat publikasi ilmiah
2. Obyektif
Jika obyek sama, maka orang yang mempelajarinya sampai pada kesimpulan yang
sama pula
3. Abstraksi
Mereduksi realitas menjadi konsep
4. Generalisasi
Untuk mewujudkan sifat-sifat tersebut, maka disusun mekanisme yang memproses
pengetahuan secara umum (metode ilmiah). Pemrosesan ini terbagi 3 bagian :
1) Proses keabsahan
Yaitu menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh kegiatan keilmuan
(logis,analitis,stimatis) walaupun pengetahuan memenuhi syarat tertentu belum
tentu benar secara ilmiah.
2) Kriteria kebenaran ilmiah
Diuji secara empiris, pengetahuan yang bersifat logi, analitis dan sistematis serta
teruji secara empiris bersifat absah dan benar secara ilmiah.
3) Penyusunan
Pengetahuan yang diperoleh itu disusun bagi dunia ke ilmuan.
Fungsi : Mendeskripsikan, Menjelaskan, Memprediksi, Mengontrol

Betapapun tingginya suatu teori jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka
pengetahuan belum bermutu tinggi.

c. Struktur Pengetahuan Ilmu

Pada prinsipnya struktur pengetahuan ilmiah 2 :
25

1. Pikiran dasar : Hal yang meladasi suatu pikiran
2. Tubuh Penegetahuan Teoritis

d. Pikiran Dasar :

1. Postulat ; Anggapan tentang suatu obyek yang merefleksikan sudut pandang
tertentu. Tidak terkait dengan criteria benar /salah tetapi setuju/ tidak setuju.
Contohnya wawasan Nusantara adalah Postulat bangsa Indonesia memandang
keberadaannya dalam bertanah air, berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak perlu
di verifikasi secara empiris untuk menentukan benar/salah.
2. Asumsi adalah pernyataan dasar tentang realitas yang menjadi obyek telaahannya.
3. Prinsip merupakan pernyataan dasar mengenai tndakan atau pilihan Contohnya
prinsisp ekonomi : Tindakan manusia untuk memperoleh kepuasan sebenar-
benarnya dan pengorbanan sekecil-kecilnya. Dalam dunia kedokteran pemberian
obat secara rasional.

Postulat, asumsi, prinsip digolongkan sebagai pikiran dasar dari sebuah
pengetahuan ilmiah. Tubuh pengetahuan teoritis yang mendiskripsikan, menseleksi,
memprediksi dan mengontrol gejala dan obyek telaahan dan untuk mengembangkan
maka sebuah disiplin keimuan meminjamkan dan menerapkan unsur pengetahuan dari
berbagai disiplin keilmuan yang lain.

Sebagai suatu disiplin ilmu mandiri harus mempunyai perangkat pikiran dasar
utama yang bersifat khas yang memberikan payung konseptual yang bersifat makro.

Contoh : Ilmu manajemen meminjam teori motivasi dari psikologi begitu juga
dengan ilmu keperewatan, tetapi dalam penerapan berbeda, karena obyek forma dan
obyek materi berbeda.

F. Axiologi

Axiologi keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan
ilmiah secara internal, ekternal maupun social. Sehingga tidak semua wujud empirik
dapat dijadikan obyek penelitian. Kode etik merupakan suatu persyaratan mutlak bagi
keberadaan suatu profesi yang bersumberkan pada nilai internal dan eksternal suatu
disiplin keilmuan.

G. Filsafat Ilmu Keperawatan

a. Keperawatan :
Fungsi unik perawat adalah untuk membantu individu baik sakit atau sahat,
didalam memenuhi kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan atau
penyembuhan (a/ kematian dengan damai) bantuan diberikan pada individu yang tidak
mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan.
26


b. Obyek material :
manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitan dengan
kondisi kesehatan dan proses penyembuhan

c. Obyek forma :
Bantuan terhadap individu yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam
kaitan dengan kondisi kesehatan dan dalam proses penyembuhan.

d. Postulat :
Manusia tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam keitannya dengan
kondisi kesehatan dan proses penyembuhan, mempunyai seperangkat kebutuhan.

e. Asumsi :
Manusia tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan kondisi
kesehatannya dan proses penyembuhan merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.

f. Prinsip :
Bahwa bantuan yang efektif terhadap individu yang tidak dapat berfungsi secara
sempurna dalam kaitannya dengan kondisi kesehatannya dan proses penyembuhan dan
merupakan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistic dan optimal.
Dan mungkin saja konsep-konsep itu tesebut telah ada dipergunakan oleh
disiplin ilmu lain, tetapi dikaitkan dengan ruang lingkup keperawatan proses itu akan
berbeda . perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan substansi dalam rangka
konseptual makro yang disusunnya .
Konsep ilmu keperawatan telah dikembangkan sejak tahun 1950 dan symposium
mengenai teori ilmu keperawatan tahun 1966, tahun 70an teori keperawatan
berkembang pesat sekali dan pada dekade 80an diluar negeri AS program S1 = 31,1%
(1977-1978)
Input
Lulusan SMA IPA/IPS
Proses
Ceramah, diskusi, penugasan, presentasi, UAS, UTS
Out put
Mahasiswa mengenal obyek forma dan obyek materi
Mengenal sistem dalam ilmu keperawatan,
Mengenal berbagi pengembangan dalam ilmu keperawatan
Mampu berfikir kritis dan mandiri dalam ilmu keperawatan

g. Filsafat ilmu:
Bagian dari filsafat pengetahuan yang harus mengkaji hakekat /pengetahuan ilmiah :
Sudah diuji kebenarannya.
Timbul pernyataan pada diri sendiri :
1) Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu.
27

2) Apa ciri-ciri ilmu dengan pengetahuan yang bukan ilmu
3) Bagaimana saya ketahui kebenaran ilmu
4) Kriteria apa yang dipakai dalam menilai kebenaran.
5) Mengapa harus mempelajari ilmu.
6) Apa guna ilmu.

h. Berendah hati mengevaluasi segenap penegtahuan yang telah kita miliki :
1) Apakah telah mencakup segenap pengetahuan yang seharusnya kita miliki
2) Batas mulai dan berhentinya ilmu dimana
3) Kemana harus merujuk pengetahuan saya
4) Apa kelebihan dan kekurangan ilmu

i. Ciri berpkir filsafat :
1) Mmenyeluruh ; Hubungan ilmu dengan pengetahuan yang lain, moral, agama, dan
kebehagiaan dirinya.
2) Mendasar ; Meragukan kebenaran.
3) Spekulatif ; yang penting dalam proses analisis dan pembuktiannya : logis,
benar,shahih.

j. Bidang telaah filsafat ilmu :
Apa obyek telaahnya, bagaimana wujudnya, bagaimana hubungannya
dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, dan mengindra) ~ Ontologi.
Bagaimana proses dan prosedur memperoleh ilmu, agar benar (apa
kriterianya) serta apa yang dapat memperoleh ilmu ~ Epistemologi
Untuk apa ilmu digunakan, bagaimana dengan kaidah moral dan norma profesi
~ Aksiologis

k. Dasar dasar pengetahuan :
Cara mendapatkan penalaran, intuisi dan perasaan, wahyu :
1) Penalaran ; proses berpikir logis untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan yang benar.
a. Logis ; Berpikir menurut pola tertentu ~ konotasi logik adalah plural
b. Analisis; Kegiatan berpikir menurut pola tertentu/ proses awal dalam
pemencaha masalah dengan metode yang konsisten untuk menemukan
prinsif dasarnya.
2) Instuisi dan perasaan : Kegiatan berpikir non analitik , karena tidak berdasarkan pola
pikir tertentu biasanya bercampur dengan perasaan ~ berpikir non analitik.
3) Wahyu ; Pengetahuan yang bukan hasil usaha tetapi diberikan/wahyu melalui
utusan tuhan.





28



PENALARAN


Sumber : Fakta/rasional
pengalaman

Rasional

Deduktif

Silogisme

2 pernyataan 1 kesimpulan

a. Premis mayor
b. Premis minor
c. Kesimmpulan

Sumber ;


Empiris

Induktif

Ekonomis

Dapat dilakukan penalaran leih lanjut
sehingga makin Fundamental

Kemampuan manusia dalam penalaran dan bahasa untuk komunikasi ( informasi
dan pemikiran) ~ sehingga manusia yang ingin jadi ilmuan harus bisa berbahasa.
l. Logika
Pengkajian untuk berpikir secaara shahih (valid) ~ proses penarikan kesimpulan
secara tertentu.
Logika deduktif : Umum ~ Khusus / kasus individual
Logika induktif : Kasus individual
Pancaindra ~ Kesimpulan umum.

m. Kriteria Kebenaran
a. Teori Koherensi : Pernyataan dianggap benar bila konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang sudah dianggap benar.
b. Teori Korespondensi : Pernyataan benar bila materi pengetahuan yang
dikandungnya berhubungan dengan obyek yang dituju pernyataan tersebut.
c. Teori Pragmatis : Kebenaran diukur dengan kriteria apakah fungsi awal/kegunaan
praktis dalam kahidupan dan berhubungan dangan prespektif waktu (fsisika,tak)

n. Prinsip Ilmu (Johnson)
1. Koheren
2. Concern terhadap bidang pengetahuan tertentu
3. Universal
4. Pernyataan harus benar atau mungkin benar.
5. Pernyataan harus logis
6. Harus menjelaskan penelitian dan argumentasinya.
29

~ Harus diaplikasikan agar menjadi body of Knowledge

o. Tujuan Ilmu (Kerlinger)
1. Menguraikan
2. Menjelaskannya
3. Meramalkan
4. Mengontrol ~ Gejala Alam

p. Ilmu keperawatan ( 1969, Abdullah)
A body of comulative scentific knowledge tersusun/ terdiri : Darwn from the
Physical, biological and behavioral, sciences that is uniquely nursing

q. Science (ilmu pengetahuan Yacobs, 1974)
- Suatu proses ( pengetahuan dan penelitian )
- Suatu hasil ( batang tubuh pengetahuan)
Yacobs and Huchter
Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh suatu proses.

r. Obyek di dalam suatu keilmuan ada 2 :
1. Obyek forma :
Substansi yang disoroti oleh suatu ilmu, walaupun materinya sama ~
membedakan ilmu.
2. Obyek materi :
Sejumlah obyek yang menjadi lapangan penyelidikan sebagai imu ~ cara pandang
berbeda dengan ilmu lain.
Sebagai penyidik memandang manusia sebagai mahluk yang belajar (dapat
berubah)
Sebagai psikolog memandang manusia sebagai obyek material
Sebagai dokter mamandang manusia sebagai orang sehat /orang sakit
Sebagai ilmuan harus bisa mendengarkan orang. Kebutuhan relatif Semua ciri
tersebut sebagai ciri spesifikasi s/ ilmu.

s. Ilmu keperawatan
Fenomena khusus (Obyek forma)
Respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan (aktual/potensial) untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Definisi UUD kesehatan :

H. Keperawatan

1. Fenomena khusus
30

Fenomena khusus : Respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan
(aktual/potensial) untuk memenuhi kebuthan dasar manusia. Telaah dari para ahli ~
Donaldson & Crowlet 1997
Commonalities in nursing ~ memperhatikan :
Prinsip hukum
Proses Kehidupan
Kesejahteraan
Fungsi optimal ~ sepangjang respon manusia sehat/sakit
Pola tingkah laku manusia dalam situasi kehidupan yang kritis
Cara mempengaruhi proses perubahan positif dalam stress kehidupan. (dari
negatif ke arah positif)

a. Dasar Keperawatan :
Falsafah, praktek dan penelitian terapan untuk :
Meningkatkan mutu praktek
Menemukan gagasan baru
Menemukan teori
Penelitiana lanjutan

b. Keperawatan disebut Filsafat karena :
1) Ontologi
2) Epistemologi
3) Aksiologi

Keperawatan dianggap sebagai praktek ciri profesi, bidang pendidikan akademik
dan jenjang pendidikan tinggi (S1, S2,,,,,)
Perbedaan jenjang pendidikan profesi dan keilmuan
Akademik ~ D IV D III
Keilmuan : S1,S2,S3
Spesialis ~ setelah S3
Penelitian terapan : semua hasil penelitian harus dapat di terapkan


c. Domain Keperawatan :
1) Konsep utama :
Konsep utama keperawatan : manusia sehat, sakit ,lingkungan, keperawatan.
Secara konseptual perawat memandang manusia sebagai apa ?, Lingkungan seperti apa
?, keperawatan seperti apa ?

2) Proses keperawatan :
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
Alat untuk mendiagnosa, meramalkan, mengintervensi :
Untuk mengintervensi kita perlu data.Data merupakan suatu yang dapat
memberika n informasi yang didapat dari hasil pengukuran, pengindraaan.
31

Untuk meramalkan -> alatnya : data yang didapat diolah, dianalisis menjadi
informasi
Untuk intervensi alat : informasi

Desain dan metode penelitian dikaitkan dengan pengetahuan keperawatan.

3) Pola Pengetahuan Keperawatan :
Pengetahuan empirik, dasar pengetahuan
Pengetahuan Etikal : menguj premis filosofi keadilan dan mencari kredibilitas
melalui alasan logis.
Pengetahuan Estetikal : Kreatifitas bentuk, struktur dan melalui kritik hasil dan
proses
Pengetahuan Personal : Mengintegrasikan dan menganalisa personal saat ini
dan pengalaman pengetahuan pengalaman masa lalu

Empirik : ada batasan waktu, benar sakarang belum tentu benar yang akan
datan, juga tempat benar di AS belum tentu benar disini
Keadilan : adil dan tidak adil sangat relatif untuk diterapka pada setiap orang.
Pendekatan keperawatan perlu dengan kiat. Keempat pengetahuan ini hendaknya di
integrasikan agar lengkap dan realistik.


Pendidikan seorang perawat minimal S1

2. Epistemologi

Bagaimana ilmu keperawatan dikembangkan agar kebenarannya diakui,
bagaimana cara prosedur ilmiah- metode ilmiah inti:
Proses logicio ~ Hypothetico-verifikasi
Logico : Proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara tertentu.

Langkah langkah :
1) Perumusan masalah : pernyataan mengenai obyek, empirik yang jelas batasanya serta
dapat diidentifikasi faktor yang terkait didalamnya
2) Kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis : Kerangka berpikir disusun secara rasional
berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor empiris yang relevan dengan masalah.
3) Hipotesis : merupakan jawaban sementara/dugaan terhadap duagaan yang diajukan.
4) Pengujian hipotesis : pengumpuan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk melihat ada tidaknya fakta yang mendukung hipitesis
5) Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah hipotesis ditolak atau diterima.

32

Bila fakta cukup maka hipotesis diterima, bila fakta tidak cukup maka hipotesis
ditolak. Hipotesis di terima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmuan kerana telah
memenuhi persyaratan ilmiah.

Kerangka penjelasan konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya.
Telah diuji kebenarannya (kebenaran pragmatis, belum ada fakta yang mengatakan
sebaliknya.


3. Mengkomunikasikan Penemuan Ilmiah

1. Jacobs Bronowski :
a. Hakekat :
Perbadaan metode ilmiah dengan pengetahuan yang linnya :
1) Sistematik
2) Eksplisit : merupakan milik umum, dimanfaatkan secara komunal.
b. Batas ilmu :
Hanya dalam lingkup pengalaman manusia, hanya sebatas kamampuan dan
penalaran dan indra manusia.

2. Daniel Boorstin
Kemajuan manusia diukur bukan hanya dengan perluasan, pengetahuannya di ukur
dengan ketidak tahuannya.
Makin terspesialisasi : Pengkajian suatu disiplin ilmu makin sempit ~ dipersempit lagi
dengan pembatasan ponsulat, asumsi dan prinsip ~ deformation profesionalisasi ~ Perlu
sarana berpikir ilmiah.
Yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagi langkah yang ditempuh.
Sitem :
1) Bahasa
2) Matematika
3) Statistik

Berpikir Sistem :
Diperlukan untuk mendorong menggunakan pendekatan multi disipliner
terhadap gambaran masalah. Sehingga dapat melihat wujud secara keseluruhan
permasalah yang ada.


1) Bahasa
Merupakan keunikan manusia ~ dimana manusia dianggap sebagai animal simbol (Erust
Cassire) Lebih luas dari homo sapiens. Ciri bahasa bunyi dan lambang simbol.

a. kegunaan Bahasa :
1. Untuk berpikir secara sistemastis, teratur, rumit dan abstrak.
33

2. Untuk mengembangkan budaya
3. Untuk mengkomunikasikan pengetahuan dengan orang lain.

b. Aspek fungsi bahasa (Kneller 1964) : Simbolik, Emotif, Informatif

c. Komunikasi ilmiah untuk menyampaikan informasi suatu pengetahuan ~harus
bersifat:
Reproduktif dan antiseptik ~ diterima sama dengan yang dikirimkan.
Jelas ~ Eksplisit/tersurat
Objektif ~ terbebas dari unsur emotif
d. Kelemahan bahasa :
Sulit untuk tidak emosional
Artinya tidak eksak/pasti
Artnya tidak yang sama

2) Matematika
Adalah bahasa artifisial (buatan simbol-simbol/tiruan) yang melambangkan serangkaian
makna pernyataan yang ingin disapaikan ~ cirinya :
Jelas
Singkat
Spesifik/tepat
Informal
Tidak emotif
Eksak ~ prediktif, kontrol lebih cermat dan tetap secara kuantitatif.

Sarana berpikir deduktif ~ simpulan berdasarkan premis-premis yang telah diakui
kebenarannya. Berpikir deduktif : Dua garis sejajar dipotong tegak membentuk sudut 90
derajat, sudut-sudut yang bersebrangan sama tegak.

3) Statistika
Pengetahuan yang berhubungan dengan cara pengumpulan, pengolahan/ analisa
data dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan dan analisa data tersebut (sujana,
1996). Statistika teoritis : Membuat penurunan asifat, dalil, rumus menciptakan model.
Walaupun premis benar dan prosedur penarikan kesimpulan sah, simpulan belum tentu
benar ~ simpulan berpeluang untuk benar
~ menghitung tingkat peluang secara eksak melalui penggunaan statistika
~ tingkat ketelitian >>>
~ hubungan kausalitas jelas. Kebenaran dapat dipertanggung jawabkan
~ ekonomis ~ mimilh sampel/contoh yang representatif dari obyek.
Perlu keseimbangan berpikir deduktif dan induktif.

4. Aksiologi

~ Untuk apa ilmu tersebut
34

~ bagaimana hubungan dengan kaidah moral/etik
Penggunaan
Penelitian obyek
Tehnik prosedur
~ Dilaksanakan dengan konsekuen dan disiplin

a. Disiplin : pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan mainya dengan
penuh tanggungjawab dan kesanggupan.
Guna mengembangkan pengetahuan bagi manusia :
~ Kelangsungan hidupnya
~ Kebudayaan
~ Memberi makna kehidupan
~ Memanusiakan diri dalam hidup

b. Etiket : Cara bergaul dengan manusia ~ berlaku untuk sekelompok tertentu ( tidak
berlaku unversal )
Etika : Kaidah moral ~ Bisa berlaku secara umum (Universal)

c. Aksologi imu keperawatan (kegunaannya)
~ keguanaan nilai ~ Internal ~ Eksternal ~ Sosial

d. Nilai Internal :
Berkaitan ~ Wujud/bentuk ~ Kegiatan

Pengembangan ilmu keperawatan ~ tidak semua yang dapat dikembangkan
keguanaan/nilai ~ etika

e. Nilai sosial :
Tidak langsung berkaitan dengan keperawatan sebagai ilmu menyangkut pandangan
masyarakat terhadap :
Keberadaan keperawatan perlu memperbaiki/ mengembangkan
~ Ilmu pengetahuan keperawatan
~ praktek-praktek keperawatan
~apa manfaat keperawatan sebagai ilmu

f. Nilai eksternal
~ Nilai yang menyangkut penggunaan ilmu keperawatan
~ Pengetahuan dikontrol oleh etika dan hukum

g. Fungsi-fungsi untuk menigkatkan masyarakat ilmiah :
~ Secara komunikasi ~ Forum untuk
Kritik
35

Desiminasi hasil penelitian secara lisan/tertulis, lisan dengan konverensi kasus,
secara tertulis dengan journal. Indentifikasi Phenomeda (Klinikal Utama) dan sebagai
pertanyaan yang berkaitan dengan praktek profesi.
Contoh : perilaku sehat reamaja.

h. Ciri masyarakat ilmiah :
(Gortner 1983, Gortner Shuztz 1988, Hingway, 1980)
1. Comunality : Pertukaran ide dan hasil penelitian, saling kritik membangun.
2. Coleagueship ~ Menyiapkan lingkungan yang mendukung proses kreatifikasi
(Kesejawatan)
3. Construktive Competitiin Motivasi meningkat untuk menciptakan ide cegah
terjadinya black negative repercussion.

i. Faktor Yang Berpengaruh :
~ Kemapuan perawat : Pengetahuan, Keterampilan, Sikap
Meneliti dan menyerahkan hasil penelitian
~ melaksanakan penelitian
~ Journal dan temu ilmiah meningkat hasil riset dan penerapan didalam praktek
~Institusi kesehatan mendorong meningkatkan kemampuan perawat berdasarkan riset
Administrasi keperawatan mendukung penelitian oleh praktisi keperawatan.


j. Program Studi Ilmu Keperawatan

Tenaga Akademik Keilmuan
Keperawatam



Respon manusia dalam
menghadapi masalah kesatan A/P


KDM gang. & Upaya
pemenuhannya
mandiri/kolaborasi









Profesional


Pel prof. Yang berpengaruh pada
kehidupan dan keamanan
masyarakat



Domain Profesi Kep. Hub. Saling
percaya masyarakt dan masyarakat
prof.


Penegakan Status Privalege


Komitmen terhadap profesi

36

Penalaran Ilmiah
Penalaran Etis





6) Paradigma Keperawatan


A. Pengertian

Adam Smith (1975) ---- Paradigms is the way we perceive the world The paradigm
explain the worlds to us and help us on predict its behaviour.
Fegurson ----- Pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap
kenyataan.

Poerwanto, P (1997) ---- paradigma sangat menentukan bagi penggunaannya untuk
dapat memiliki pola dan cara pandang dasar yang khas dalam melihat, memikirkan,
memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai sesuatu kenyataan atau
fenomena kehidupan manusia.

Berdasarkan definisi diatas di buat kesimpulan paradigma adalah suatu cara pandang
yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Berdasarkan definisi diatas di buat kesimpulan paradigma adalah suatu cara pandang
yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.


B. Komponen Paradigma









Tabel . Komponen Paradigma

a. Konsep Manusia

MANUSIA

KEPERAWATAN

KESEHATAN

LINGKUNGAN

37

Manusia adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual yang utuh dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya
(Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1994)

e. Manusia/Individu sebagai klien

Peran perawat pada individu pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang
diarahkan untuk menuju kemandirian

f. Keluarga sebagai klien

Keluarga sebagai kelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama,
didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

g. Alasan keluarga dijadikan fokus pelayanan keperawatan

a) Unit utama dalam masyarakat
b) Sebagai Kelompok ; Mencegah, menimbulkan, memperbaiki atau mengabaikan masalah
kesehatan.
c) Masalah kesehatan keluarga berkaitan.
d) Berperan dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan.
e) Perantara yang efektif untuk kesmas.
h. Masyarakat sebagai Klien
Adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi antara manusia dan budaya
dalam lingkungannya, bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai.
b. Konsep Keperawatan
Adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan
kegiatan keperawatan yang dilakukan :
1. Keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia yaitu keutuhan
manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual.
38

2. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti menghargai
dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta
menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia.
3. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin,
usia, warna kulit, dsb.
4. Keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan.
5. Keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Konsep Sehat Sakit

Sehat bukan berarti bebas dari penyakit, tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia,
termasuk aspek sosial, psikologis, spiritual, faktor-faktor lingkungan, ekonomi,
pendidikan dan rekreasi.

Sehat merupakan suatu keadaan yang terdapat pada masa tumbuh kembang manusia
Sehat mencakup manusia seutuhnya meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Sakit adalah kegagalan atau gangguan dalam proses tumbuh kembang, gangguan fungsi
tubuh dan penyesuaian diri manusia secara keseluruhan, atau gangguan salah satu
fungsi.
Sakit merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada dalam keadaan tidak
seimbang akibat adanya pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam dirinya.


d. Konsep Lingkungan
Di fokuskan pada lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya
dan spiritual.
39


Agent-Hospes-Environment Triangel (Leavell, 1965)
Agen adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan tejadinya penyakit.
Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi atau
dipengaruhi oleh agen
Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempenaruhi kesehatan

7. Konsep stress dalam keperawatan

A. Konsep Stress
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang
individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini
termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus yang mengawali atau
mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari
pasangan).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang berbeda-
beda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang
menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan
wajah memerah. Paham realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang
40

terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada
hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah murni
fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena stres
hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik seseorang seperti dada
yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya berarti akan
menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan.Pendekatan ini telah dibatasi sebagai model psikologi. Model
psikologi ini menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan
ketegangan ( strain ). Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling
mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat
proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang
dapat mempengaruhi stresor melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan
memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal
yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan
pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli,
dalamMustamir Pedak, 2007). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi
karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan
mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.

B. Manifestasi stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi
cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu,
maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1) Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2) Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit
tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3) Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4) Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi)
sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama
ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
5) Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6) Sering berkemih.
41

7) Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila
digerakkan.
8) Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9) Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10) Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11) Tidak bisa tidur
12) Sakit mental-histeris



C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress
dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena
kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1) Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor
lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi,
politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap
ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress.Hal ini dapat
terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap
teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena
hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2) Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Role Demands
42

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi
akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b) Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya
akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan
kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan
menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan
karyawan lainnya.
c) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu
organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316)
dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan
pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta
karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal
pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan
oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-
permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana
hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).

3) Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga
yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena
43

akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi
tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup
bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress
terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu,
gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam
kepribadian seseorang.

D. Tahapan Stres
Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg
(1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah
sebagai berikut:
1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman (bowel discomfort),
jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena
cadangan tenaga tidak memadai.

3) Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah
tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh
terganggu, akan jatuh pingsan.

4) Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,
respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering
menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan
dan kecemasan.

5) Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan
ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan panik.

44

6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda,
seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak
keluar keringat, lemah, serta pingsan.

Sementara menurut Holmes & Rehe (1976) dan Wiebe & Williams (1992),
tahapan stres dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Stres ringan adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, kemacetan
lalu lintas, kritikan dari orang lain. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa
menit atau jam.

2) Stres sedang Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari,
seperti perselisihan dengan teman.

3) Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawanan terus menerus,
penyakit fisik jangka panjang

E. Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian.Dalam hal ini respon
individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari
perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan
agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku
adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu
lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
a. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara
fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang
menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit
ketubuh manusia.
b. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi
bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit
45

tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah
sekitar yang terkena.
GAS ( general adaptation syndroma)adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi
maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses
penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat

F. Proses Keperawatan Stress Managemen Stress Untuk Perawat
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung
pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat
bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah
perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling
berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2) Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan
memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

3) Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan
dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari
pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4) Berhenti Merokok

46

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

5) Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung
alkohol.
6) Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7) Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan
cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu
berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8) Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang
dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan
adalah anti cemas dan anti depresi.
9) Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.

10) Psikoterapi
47

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien
mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan
lain-lain.
11) Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi
atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan
sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12) Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem
endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh
manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui
empat cara di antaranya:
a) Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti
dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b) Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam
tubuh.
c) Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.


48


DAFTAR PUSTAKA



Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stres-dan-adaptasi.html
http://jannyerika-mkes.blogspot.com/2011/06/adaptasi.html
http://www.scribd.com/doc/30270598/Konsep-Stres-Dan-Manajemen-Stres
http://wwwnursekep.blogspot.com/2011/12/makalah-stress-dan-
adaptasi.html?zx=c51f05b3c76120d6
Kusnannto .2003. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Priharjo, Robert. 2005. Konsep & Prespektif praktik keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta:
SeLemba Medika.












49

MODUL FUNDAMENTAL OF NURSING

Fakultas Ilmu Keperawatan







UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
BANDUNG
2014

Anda mungkin juga menyukai