Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja pertengahan yaitu usia 14-17 tahun. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis maupun social. Tetapi umunya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan jiwa (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, 2001). Masa remaja merupakan masa transisi yang kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni, 1993). Namun kita harus mengakui pula bahwa masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan, dan minat (Sofyan s.Willis, 2010). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Adapun pengertian perilaku menyimpang yang dikemukakan Kartono (1992: 13) yaitu tingkah laku yang tidak adekwat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma yang ada. Pengelompokan bentuk-bentuk perilaku menyimpang menurut pendapat Kartono, sebagaimana dikutip Maryamah (2007:34) diantaranya:

a) Penyimpangan yang bersifat amoral dan asusila, yaitu: 1. Berbohong, memutar balikan fakta dengan maksud menipu orang atau menutupi kesalahan orang lain; 2. Membolos atau kabur meninggalakan sekolah tanpa izin atau tanpa sepengetahuan sekolah; 3. Suka menentang orang lain; 4. Keluyuran, pergi sendiri atau dengan kelompok tanpa tujuan; 5. Selalu membuat keonaran atau berperilaku jelek; 6. Berpakaian tidak pantas; 7. Berbahasa tidak pantas; 8. Tidak mau disiplin; 9. Membaca buku-buku cabul 10. Suka memeras teman 11. Merokok atau meminum-minuman keras, ganja,narkotika; 12. Memiliki/ membawa benda yang membahayakan orang lain. b) Penyimpangan yang dianggap melanggar hokum dan juga bersifat anti social: 1. Perjudian dengan segala bentuk perjudian yang menggunkan uang; 2. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, pencopetan, perampsan, dan penjambretan; 3. Penggelapan barang penipuan, dan pemalsuan;

4. Pelanggaran tata asusila, film porno, pemerkosaan; 5. Penganiayaan yang berakibat kematian. Dalam skripsi yang berjudul Fenomena Perilaku Menyimpang pada Remaja (studi deskriptif anlaitik mengenai berkembangnya perilaku menyimpang pada siswa SMP negri 12 Bandung ) oleh Heriyantini dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang di SMP Negri 12 Bandung telah mencapai titik kritis, hal ini terbukti dengan kecenderungan siswa dalam melakukan tindakan delinquent sehingga mengakibatkan dekadensi moral pada remaja. Sementara itu, hasil penelitian di SMA Kartika Siliwangi II telah terjadi beberapa perilaku menyimpang yang bersifat asusila/amoral yang tercatat pada laporan buku kasus siswa pada bulan juli tahun ajaran 2007/2008 di kantor layanan bimbingan penyuluhan yang pernah terjadi diantaranya: 1. Membolos/kabur meninggalkan sekolah tanpa izin atau tanpa

sepengetahuan sekolah. Kasus yang terjadi bahkan ada yang sampai dua minggu bolos dari sekolah. 2. Kasus merokok yang dilakukan sekelompok siswa di WC sekolah. 3. Dalam hal pakaian, banyak siswa berpakaian tidak sesuai criteria sekolah. 4. Adanya beberapa siswa yang membuat keonaran dan berperilaku jelek. 5. Dalam hal kedisiplinan, setiap harinya masih banyak siswa yang telat bahkan ada yang telat sekitar 30 menit Banyak terjadinya perilaku-perilaku menyimpang yang bersifat asusila dan amoral yang dilakukan pelajar SMA akan menjadi pemicu terjadi perilaku menyimpang dalam tingkatan lebih tinggi, misalnya pemerkosaan, perzinahan, homoseksual, pencurian, dan penyalahgunaan narkoba yang menjadi ancaman

khususnya siswa-siswi sekolah. Oleh karena itu, upaya mengatasi penyimpangan perilaku pada pelajar dianggap perlu dilakukan oleh berbagai pihak sebagai upaya penyelamatan generasi muda dari tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan hokum. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pengetahuan tentang beberapa factor-faktor yang menyebabkan penyimpangan perilaku agar masalah tersebut dapat diatasi sesuai dengan akar permasalahanya. Secara luas faktor penyebab perilaku menyimpang terbagi menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari faktor lingkungan sekitar (Kartono, 2011:109). Dilihat dari faktor internal, remaja sering kali merasa kebingungan dalam proses pencarian jati dirinya, sehingga remaja sering kali terpengaruh dari lingkungan sekitarnya. Di samping itu, remaja yang mempunyai control diri yang lemah akan mudah terpengaruh oleh lingkunganya. Sementara itu, penyebab dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang besar dalam perilaku penyimpangan pada remaja. Diataranya berasal dari lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan dimana remaja itu tinggal. kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan social yang ada di dalamnya. Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan disekitarnya (Hurlock, 1973). Sedangkan Yusuf (2004:60) menjelaskan dalam bukunya mengnai hasil penelitian Hans Sebald bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih cara berpakaian, hobi, perkumpulan dan kegiatan-kegiatan social lainya. Dari hasil peneletian Herien Puspitawati,2006 tentang pengaruh keluarga,lingkungan teman, dan sekolah terhadap kenakalan pelajar dan prestasi

belajar, didapatkan hasil bahwa adanya kompetisi pengaruh secara relative anatara orangtua dan teman sebaya yang keduanya mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Penelitian tersebut mendukung hipotesis bahwa keeratan hubungan dengan teman yang bermasalah berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku agresif dan kenakalan dan menurunkan nilai pelajaranya. Penelitian tersebut juga mendukung hipotesis bahwa komunikasi dalam keluarga yang baik berpengaruh terhadap menurunya perilaku agresif dan kenakalandan meningkatkan nilai pelajaranya. Dari beberapa pemaparan diatas, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran factor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang pelajar di SMA Kartika Siliwangi II Bandung. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah tentang Bagaimanakah Gambaran Factor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Menyimpang Pelajar di SMA Kartika Siliwangi II Bandung. 1.3 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan Umum Mengetahui gambaran factor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang pelajar di SMA Kartika Siliwangi II Bandung 1.3.2 Tujuan Khusus

a. mengidentifikasi perilaku menyimpang pelajar di SMA Kartika Siliwangi II Badung b. mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang pelajar di SMA Kartika Siliwangi II Bandung 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat bagi Profesi Keperawatan Sebagai referensi atau bahan pustaka untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan dalam mengetahui masalah kesehatan jiwa remaja tentang perilaku menyimpang pada Remaja. 1.4.2 Manfaat bagi Peneliti lain Sebagai bahan referensi atau data dasar untuk menunjang penelitian lain.

1.4.3

Manfaat bagi pendidikan Sebagai bahan bacaan, dan referensi bagi mahasiswa serta seluruh civitas

akademika khususnya untuk pendidikan Keperawatan Jiwa. 1.4.4 Manfaat bagi pihak sekolah Sebagai bahan pengkajian yang lebih komprehensif mengenai perilaku menyimpang remaja yang terjadi di sekolah untuk selanjutnya bisa ditangani secara tepat dalam upaya penyelesainya.

Anda mungkin juga menyukai