Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KELOMPOK

BLOK 17 TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


SKENARIO 2
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS AKIBAT KOMPLIKASI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS
OLEH :
1. Arti Tyagita Kw. G!2!
2. "a#$aria "%ri$t H. G!&1
'. D#(i F#)ria*(ar+ G!,1
&. Dia* Na$titi Dwi M. G!,!
,. Di#*a A$%-i%ati G!.1
.. Fitria* S+/ia*a S G!07
7. Gi*1*g Prati(i*a 2 G!!'
0. H 3#//r#y F L G!!,
!. L+45a* Ha6i5 G!12'
1. Ni*(ya P+tri P R G!1,1
11. Ra7a A5#-ia P G!17!
NAMA TUTOR : D3OKO HADI2IDODO8(r8 S9.PK.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNI:ERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
211
A. 3UDUL
Otitis media supuratif kronis akibat komplikasi infeksi saluran pernapasan atas.
B. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi
atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk
akut dan kronis. Otitis media akut termasuk ke dalam jenis otitis media supuratif.
Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa,
otitis media sifilitik dan otitis media adesif.
Otitis media pada anak-anak banyak dijumpai bersamaan atau setelah terjadi
infeksi saluran pernapasan atas !S"#$. #danya beberapa faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya otitis media ini turut mengambil andil. Maka, perlu diketahui
apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya otitis media baik
bersamaan maupun karena diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas.
"enanganan yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. !lmu-ilmu
dasar perlu dikuasai dan perlu memahami mengenai otitis media dan kaitannya
dengan beberapa penyakit lain sebagai suatu pegangan dalam menentukan diagnosis
dan melakukan manajemen penyakit ini dengan baik dan tepat. Oleh karena itu,
sebagai upaya pembelajaran maka pada pembahasan akan dibahas beberapa masalah
mengenai otitis media dan kaitannya dengan infeksi pernapasan atas.

%umusan Masalah
&. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari telinga'
(. Bagaimanakah patofisiologi masing-masing manifestasi klinis penderita'
). Bagaimanakah interpretasi dari setiap hasil pemeriksaan fisik dan penunjang'
Mengapa bisa terjadi demikian'
*. #pakah diagnosis kerja berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang'
+. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat, komplikasi dan prognosisnya'
,ujuan dan Manfaat "embelajaran
&. Mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi organon auditi-a.
(. Mampu menjelaskan klasifikasi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis dan faktor-faktor pencetus otitis media.
). Mampu menyusun data dari gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis
kerja.
*. Mengetahui penatalaksanaan yang sesuai dengan keadaan pasien serta
komplikasinya dan prognosis secara umum.
Skenario
;T#-i*ga K#-+ar "aira*<
.atang seorang anak laki-laki usia / tahun ke "oli ,0, %S1. dr. Moe2ardi
dengan keluhan seja + hari yang lalu batuk pilek dengan hidung buntu dan demam
menggigil, keluhan dirasakan semakin memberat, karena telinga kanannya terasa
nyeri dan & hari sebelum masuk rumah sakit keluar cairan jernih encer tidak berbau
disertai berdenging, tetapi demam menurun, pada kelenjar di leher penderita juga
agak membesar dan nyeri tekan.
Sebelumnya penderita sering batuk pilek disertai nyeri 2aktu menelan yang
kambuh-kambuhan, tetapi membaik setelah diberi obat dari "uskesmas.
Setelah mendapat terapi dari dokter jaga di "oli %S1. dr. Moe2ardi, kondisi
penderita membaik, tetapi tidak pernah kontrol lagi, dikarenakan ketidakpedulian
orang tua akan perkembangan penyakit anak tersebut. Baru ) bulan kemudian
penderita datang lagi dengan keluhan telinga kanannya keluar cairan kuning kental
dan berbau busuk, pendengaran menurun disertai kepala sering pusing.
"ada pemeriksaan ,elinga 3 didapatkan discharge purulen, 0idung 3 discharge
seromukous, konka hiperemi, ,enggorok 3 mukosa pharynk 3 hiperemy, 0asil
pemeriksaan laboratorium darah terdapat lekositosis, eosinophylia, dan LE.
meningkat.
0ipotesis
4,onsilofaringitis atau !nfeksi Saluran "ernapasan #tas !S"#$ dapat berlanjut
menjadi otitis media dan berkembang menjadi otitis media supuratif kronis5
". PEMBAHASAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
#6#,OM! ,EL!67#
,elinga dibagi menjadi telinga luar auris e8terna$, telinga tengah auris media$
dan telinga dalam auris interna$. #uris e8terna terdiri atas auricula dan meatus
acusticus e8ternus. .engan telinga bagian tengah dibatasi oleh membrana tympani.
#uricula terdiri atas cartilago auricula yang berhubungan dengan cartilago meatus
acusticus e8ternus Budianto dan #9i9i, (::+$. Saraf sensorik meatus acusticus
e8ternus dan auricula adalah cabang dari 6 ;, yaitu #rnold<s ner-e, dan dari 6 =,
yaitu 6. #urikulotemporalis Soebroto, &>>*$.
Membrana tympani memisahkan ca-um tympani dengan meatus acusticus
e8ternus, berbentuk kerucut dengan basis yang lebar dan o-al sedang puncak kerucut
cekung ke arah medial. ,epi membrana tympani disebut margo tympani. Membrana
tympani terpasang miring dengan melekat pada suatu cekungan tulang yang disebut
sebagai sulcus tympanicus dengan perantaraan jaringan ikat. Bagian atas membrana
tympani berbentuk bulan sabit disebut pars flaccida atau membrana Shrapnolli.
Bagian ba2ah berbentuk o-al dengan 2arna putih mutiara yang disebut pars tensa
?isnubroto, &>>*$.
"ada pars tensa melekat manubrium mallei. ,empat perlekatan ini kelihatan
sebagai stria mallearis yang ber2arna putih. ,empat ini disebut umbo. .i dalam
pemeriksaan klinis, untuk keperluan terapi, membrana tympani dibagi menjadi empat
kuadran oleh dua garis. Satu garis ditarik sepanjang striae mallearis, garis lain ditarik
tegak lurus terhadap garis pertama, melalui umbo. Empat kuadran tersebut adalah 3
&. @uadran superior anterior
(. @uadran inferior anterior, pada kuadran
ini terdapat cone of light yaitu daerah
pantul dimana suatu sinar langsung pada
mata dipantulakn oleh umbo dan
menyebar ke arah anterior inferior.
). @uadran inferior posterior, pada kuadran
ini sering dilakukan parasenthesis.
*. @uadran superior posterior Budianto dan #9i9i, (::*$.
=askularisasi membrana tympani berasal dari arteria di auris e8terna yaitu arteri
auricularis profunda cabang arteri ma8illaris dan arteri auricularis posterior cabang
dari arteri carotis e8terna. Sedangkan -enanya adalah -ena auricularis anterior yang
bermuara ke -ena facialis anterior dan -ena auricularis posterior yang bermuara ke
-ena jugularis anterior Budianto dan #9i9i, (::+$.
Aa-itas ,ympanica merupakan ruangan yang terbesar di auris media. Batas-
batasnya adalah 3
.inding superior 3 tegmen tympani
.inding inferior 3 tulang tipis yang membatasi antara recessus hypotympanicus
dengan bulbus -ena jugularis
.inding posterior 3 terdapat antrum mastoideum yang dihubungkan dengan ca-um
tympani oleh aditus ad anthrum.
.inding anterior 3 dibentuk oleh a. carotis interna, muara tuba Eustachii dan suatu
canal dari tulang yang berisi m. tensor tympani
.inding medial 3 pars labyrinthus
.inding lateral 3 pars membranaceaus membrana tympani$ ?isnubroto, &>>*$
Aa-um tympani meluas ke atas sebagai recessus epitympanicus dan ke ba2ah
sebagai recessus hipotympanicus. %ecessus epitympanicus berhubungan dengan
antrum mastoideum di sebelah latero occipitalnya melalui aditus ad anthrum. .inding
lateralnya adalah pars sBuamosa ossis temporalis. #tapnya adalah tegmen tympani,
yang memisahkan recessus dengan fossa cranii media. .asar recessus hipotympanicus
adalah pars jugularis. Aa-itas tympani juga terdiri dari ossicula auditus, diantaranya
os malleus, os incus dan os stapes Budianto dan #9i9i, (::*$.
#uris interna disebut juga labyrinth karena berkelok-kelok. #tas pembagian
mayor, auris interna dibagi menjadi dua yaitu labyrinthus osseus dan labyrinthus
membranaceus. Labyrinyhus osseus terdiri atas tulang, merupakan tulang paling keras
dalam tubuh manusia, di belakang ca-um orbitae, sehingga menjadi ruang aman bagi
Cmesin< reseptor yang tinggal di sana. Labyrinthus membranaceus disebut juga
labyrinth selaput, merupakan kelanjutan dari saccus atau ductus-ductus
membranaceus yang berada di dalam labyrinthus osseus dan kurang lebih mengikuti
bentuk labyrinthus osseus tersebut. Labyrinthus osseus berisi cairan perilimfe
sedangkan labyrinthus membranaceus berisi cairan endolimfe. ,iga bagian struktural
yang menyusun labyrinthus ini diantaranya yaitu -estibulum, canalis dan ductus
semicirkularis, serta cochlea Budianto dan #9i9i, (::+$.
D!S!OLO7! ,EL!67#
Disiologi pendengaran dapat dibagi menjadi dua bagian penting 3
&. Bagian penghantaran atau bagian konduktif atau konduksi, yaitu telinga
bagian luar dan tengah
(. Bagian penerimaan atau bagian perseptif, yaitu sebagian telinga bagian dalam,
saraf pendengaran n. cochlearis dan n. acustikus 6. =!!!$ dan sebagian dari
otak, yang pengatur penerimaan persepsi$ bunyi.
,elinga bagian luar, aurikula atau daun telinga adalah bagian menarik yang
dapat dilihat dan dinilai dari luar berfungsi untuk menentukan arah bunyi dan
mengumpulkan suara. Sedangkan meatus acusticus e8ternus di dalamnya terdapat
rambut-rambut dan sejumlah kelenjar yang mengeluarkan serumen. %ambut dan
serumen ini berfungsi melindungi telinga supaya tidak kemasukan barang E kotoran
atau binatang terutama serangga ?iyadi, &>>*$.
,elinga bagian tengah disebut juga ca-um tympani berhubungan dengan dunia
luar melalui tuba Eustachius, ke nasofaring. ,uba ini biasanya tertutup, namun saat
menelan, menguap atau batuk akan terbuka sebentar. 0al ini perlu untuk mengalirkan
udara ke ca-um tympani sehingga udara yang mengandung oksigen tersebut dapat
digunakan untuk metabolisme mukosa ca-um tympani. @arena dipakai untuk
metabolisme maka udara semakin berkurang, tekanan udara di dalam tidak sama
dengan di luar, pendengaran sedikit terganggu, maka saat menelan tekanan udara
disamakan lagi. .i dalam ca-um tympani juga terdapat ossicula auditi-a yaitu
mallleus, incus dan stapes yang saling berhubungan sehingga getaran bunyi dapat
diantarkan dari membran tympani ke telinga bagian dalam ?iyadi, &>>*$.
,elinga bagian dalam juga disebut sebagai labyrinth. #da ) bagian penting dari
telinga dalam yaitu -estibulum, canalis semisirkularis alat keseimbangan$ dan
cochlea alat pendengaran$. Suatu proses mendengar dia2ali dengan adanya suatu
sumber bunyi. Sumber bunyi akan memberikan getaran ke semua arah. Bila telinga
menangkap sumber bunyi tersebut, maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam
telinga. ,ekanan udaraEbunyi tersebut akan menggetarkan membran tympani, getaran
ini akan diteruskan oleh malleus, incus dan stapes ke cairan di belakang foramen
o-ale, cairan itu mulai bergelombang di dalam cochlea. ,ekanan akan langsung
diteruskan oleh cairan tersebut sehingga membrana basilaris akan mengikuti
gelombng-gelombang di dalam cairan itu ?iyadi, &>>*$.
7elombang dalam cairan itu tidak merata, tapi memuncak pada tempat tertentu.
7elombang-gelombang itu mulai dari -estibulum basis$ ke apeks, seperti gelombang
dalam air, tempat dimana gelombang itu memuncak tergantung pada frekuensi bunyi
itu. 1ntuk frekuensi rendah tempatnya dekat apeks sedang frekuensi tinggi tempatnya
dekat basis -estibulum$ dekat foramen o-ale dan foramen rotundum. 1ntuk frekuensi
tinggi disentuh oleh sel-sel rambut yang berbeda daripada sel-sel rambut untuk
frekuensi rendah. .ari sini rangsang diteruskan melalui n. cochlearis, bersma n.
-estibularis menjadi 6. =!!! ke medula oblongata, akhirnya ke pusat pendengaran
pada korteks serebri lobus temporalis ?iyadi, &>>*$.
ISPA =I*/#6$i Sa-+ra* P#r*a/a$a* A6+t>
!S"# sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Fang benar
!S"# merupakan singkatan dari !nfeksi Saluran "ernapasan #kut. !S"# meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian ba2ah. !S"# adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai &* hari. Fang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti 3 sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
pleura$.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian
anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian. "rogram "emberantasan "enyakit !S"# membagi
penyakit !S"# dalam ( golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
"neumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. "enyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah -irus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Daringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang
telinga akut harus mendapat antibiotik. !S"# dapat ditularkan melalui air ludah,
darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang
sehat kesaluran pernapasannya.
@elainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian
atas dan ba2ah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada
lapangan pediatri. !nfeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh -irus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
,etapi !S"# yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gi9i kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan
yang tidak hygiene. %isiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai
untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya
pemakaian antibiotik.
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Otitis media supuratif kronis OMS@$ ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah.jaafar dkk, (::G$.
"erjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari ( bulan. Bila proses infeksi kurang
dari ( bulan disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OM# menjadi OMS@ ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, -irulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah gi9i kurang$, atau hygiene buruk.
Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipeEjenis
OMS@. "erforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau
atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
"ada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh
tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. "ada perforasi marginal sebagian
tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum.
"erforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Henis OMS@
OMS@ dibagi menjadi ( jenis, yaitu OMS@ tipe aman tipe mukosaItipe
benigna$ dan OMS@ tipe bahaya tipe tulang-tipe maligna$.
Berdasarkan akti-itas sekret yang keluar dikenal juga OMS@ aktif dan OMS@
tenang. OMS@ aktif ialah OMS@ dengan sekret yang keluar dari ka-um timpani
secara aktif, sedangkan OMS@ tenang ialah yang keadaan ka-um timpaninya terlihat
basah atau kering.
"roses peradangan pada OMS@ tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. "erforasi terletak di sentral. 1mumnya OMS@ tipe
aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. "ada OMS@ tipe aman tidak
terdapat kolesteatoma.
Fang dimaksud dengan OMS@ tipe maligna ialah OMS@ yang disertai dengan
kolesteatoma. OMS@ ini dikenal juga dengan OMS@ tipe bahaya atau OMS@ tipe
tulang. "erforasi pada OMS@ tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMS@ dengan perforasi subtotal. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMS@ tipe bahaya.
.iagmosis
.iagnosis OMS@ dapat ditegakkan dengan3
&. #namnesis history-taking$
"enyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. 7ejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang
pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang mukous$,
tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya
lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi
atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. #da kalanya
penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
(. "emeriksaan otoskopi
"emeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. .ari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
). "emeriksaan audiologi
E-aluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk menge-aluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. #udiometri tutur berguna untuk menilai
Cspeech reception threshold< pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.
*. "emeriksaan radiologi
%adiologi kon-ensional, foto polos radiologi, posisi SchJller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan A, scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
,erapi OMS@
,erapi OMS@ memerlukan 2aktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. @eadaan ini disebabkan
adanya perforasi membrane timpani permanen, sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luarK terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasalK sudah terbentuk jaringan patologik yang irre-ersible dalam rongga
mastoidK gi9i dan hygiene yang kurang.
"rinsip terapi OMS@ tipe aman ialah konser-atif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan 0(O( )L selama )-+ hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bah2a semua obat tetes yang dijual di
pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu,
penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus-menerus lebih dari &-( minggu
atau pada OMS@ yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin, atau eritromisin, bila pasien alergi terhadap penisilin$, sebelum hasil tes
resistensi diterima. "ada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam kla-ulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobser-asi selama
( bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran
yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan
tonsilektomi.
"rinsip terapi OMS@ tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.
Hadi, bila terdapat OMS@ tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. ,erapi konser-atif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.
@omplikasi
@omplikasi pada OMS@ ini dapat berupa komplikasi intratemporal seperti
parese n.fasial, ataupun ekstrateporal seperti abses ekstradural, abses intradural, abses
subdural, dll. "ada radang telinga tengah menahun ini 2alaupun telinga berair sudah
bertahun-tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa
sakit disertai demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi
komplikasi ke intrakranial.
@omplikasi ke intrakranial, merupakan penyebab utama kematian pada OMS@
di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita
mengabaikan keluhan telinga berair. ?0O$ Meningitis atau radang selaput otak
adalah komplikasi intrakranial OMS@ yang paling sering ditemukan di seluruh dunia,
biasanya mempunyai gejala demam, sakit kepala serta adanya tanda-tanda
perangsangan meningen, seperti kejang. @ematian terjadi pada &/,ML kasus OMS@
dengan komplikasi intrakranial.
6amun frekuensi komplikasi yang mengancam ji2a pada OMS@ telah
menurun secara dramatis dengan ditemukannya antibiotik. #ngka mortalitas
menurun tajam dari GML pada tahun &>):-an menjadi )ML pada tahun &>/:-an.
TINITUS
,initus adalah bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik ataupun listrik. @eluhan
dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lain.
"ada tinnitus terjadi akti-itas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan
perasaan adanya bunnyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal
yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam
tubuh pasien sendiri.
,initus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi
karena gangguan konduksi. ,initus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, bisanya
berupa bunyi dengan nada rendah, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga
karena serumen atau tumor, otitis media, otoskeloosis, dll. Hika disertai dengan
inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut tinnitus pulsasi$. ,elinga, 0idung
,enggorok @epala N Leher D@ 1!$
DEMAM TURUN
"ada stadium hiperemis, pembuluh darah melebar di membrane timpani dan
edem. Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel
superficial, dan terbentuknya eksudat purulen, menyebabkan membrane timpani
menonjol bulging$ kea rah telinga luar. 0al ini membuat pasien merasa nyeri di
telinga, nadi serta suhu meningkat. Saat stadium perforasi, terjadi rupture membrane
timpani, menyebabkan suhu badan pasien turun dikarenakan tekanan nanah di ka-um
timpani yang berkurang sehingga tekanan pada kapiler-kapiler juga ikut menurun.
BATAS AMBANG DENGAR MANUSIA
!ntensitas suara ditunjukkan dalam bentuk logaritma dari intensitas sebenarnya.
"eningkatan &: kali lipat energy suara disebut & bel, dan :.& bel disebut & desibel.
Satu decibel me2akili peningkatan sebenarnya &.(M kali dari energy suara. Suara
)::: siklus per detik dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah G: desibel di
ba2ah & dyneEcm O tingkat tekanan suara, yaitu satu per sepuluh juta micro2att per
sentimeter persegi. Drekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda, sebelum
terjadi penuaan pada telinga, ditentukan antara (:-(:.::: siklus per detik. "ada usia
tua, rentang frekuensi menurun menjadi +: sampai /::: siklus per detik atau kurang.
D. DISKUSI
.iferensial diagnosis dari scenario ini adalah, otitis media akut, otitis media
serosa, otitis media perforate dan penyakit keganasan pada saluran pernapasan atas.
"ada otitis media serosa, pasien tidak mengalami gejala infeksi, dan pada keganasan
prefalensi untuk epitaksis akan meningkat. "ada scenario ini pasien mengeluhkan
nyeri, demam, pusing dan tidak terdapat perdarahan pada saluran nafas atas, yang
berarti pasien tidak menderita otitis media serosa maupun keganasan. Sehingga dapat
disimpulkan pada scenario ini pasien menderita otitis media akut yang mengalami
perjalanan menjadi otitis media perforate karena ketidakpedulian pasien akan
penyakitnya.
"emeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan untuk
terapi pada pasien diatas adalah dengan otoscopi, foto rontgen, pemeriksaan kultur
dan sensiti-itas secret. "enatalaksanaan kasus di atas adalah dengan pemberian
antibiotic yang sesuai dengan hasil tes resistensi, pemberian analgetik, dekongestan,
dan obat pencuci telinga dan hidung. "emberian antibiotic pertama kali dilakukan
secara intramuscular untuk mencegah mastoiditis. Obat tetes hidung berupa 0Al
efedrin dan obat tetes telinga berupa 0(O( )L. "erlu dirujuk dilakukan miringotomi
untuk mengeluarkan sisa pus setelah terjadi perforasi. 1ntuk memperbaiki
perforasinya, dapat dilakukan tympanoplasty. "asien juga perlu diberi edukasi untuk
tidak berenang dan telinga jangan sampai kemasukan air.
#pabila kasus pada scenario diatas tidak mendapat terapi secara adekuat, maka
dapat menyebabkan komplikasi berupa mostoiditis, meningitis, abses otak, erosi
tulang pendengaran,paralisis ner-us fascialis, labirinitis, dan ketulian permanen.
"rognosis pasien pada kasus ini dilihat dari seberapa keparahan perforasi
membrane timpani, apabila perforasi membrane timpani ringan, maka dalam 2aktu G-
&: hari membran timpani dapat menutup kembali.
E. KESIMPULAN
&. Berdasarkan dari anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan lab, dapat disimpulkan
bah2a pasien menderita otitis media supuratif kronis otitis media perforata$.
(. Selain itu, penyakit yg diderita pasien diakibatkan ketidakpedulian orangtua
terhadap terapi yg sedang dijalankan oleh anaknya pasien$.
). ,erapi yg diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang tes kultur dan
sensiti-itas dll$ dan diagnosa pasien, serta perjalanan penyakit pasien.
SARAN
&. .iharapkan pasien tidak melakukan hal-hal yg dapat membuat telinga terkena
air seperth berenang.
(. Orang tua pasien dapat menjadi penga2as dalam proses terapi pasien mengingat
sebelumnya tidak adanya kepedulian orang tua terhadap terapi pasien,
diharapkan orang tua dapat meningkatkan kepeduliannya.
). ,erapi untuk pasien adalah penting, maka dari itu diharapkan bisa melakukan
terapi sampai selesai sesuai petunjuk dari dokter agar tidak memperparah
kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, #nang dan #9i9i, M. Syahrir. (::*. Guidance to Anatomy III. Surakarta3
@eluarga Besar #sisten #natomi D@ 16S.
.jaafar, Painul #., &>>G. @elainan ,elinga ,engah dalam Soepardi, Efiaty #rsyad.
!skandar, 6urbaiti. Buku #jar !lmu "enyakit ,elinga 0idung ,enggorok Edisi
@etiga. Hakarta 3 Dakultas @edokteran 1ni-ersitas !ndonesia
.jaafar, P.#., 0elmi, dan %estuti, %. (::G. @elainan ,elinga ,engah, dalam Buku
#jar !lmu @esehatan ,elinga 0idung ,enggorok @epala dan Leher Edisi ke
enam. Soepardi, E.#., !skandar, 6., Bashiruddin, H., %esturi, %... Hakarta3
Dakultas @edokteran 1ni-ersitas !ndonesia. pp3 M*-GG
"aparella, Michael M., 7eorge L. #dams, Samuel A.Le-ine. &>>G. "enyakit ,elinga
,engah dan Mastoid, dalam BO!ES Buku #jar "enyakit ,0,. 0arjanto
Effendi Ed$. Hakarta 3 E7A, hal3 >+->>
%asmaliah. (::*. !nfeksi Saluran "ernapasan #kut dan "enanggulangannya. .i unduh
dari http3EElibrary.usu.ac.idEdo2nloadEfkmEfkm-rasmaliah>.pdf Sabtu, &G September
(:&&$
Soebroro, Sri %ukmini. &>>*. "enyakit ,elinga Bagian Luar. .alam3 Diktat Kuliah
THT. Surabaya3 SieBursa Senat Mahasis2a Dakultas @edokteran #irlangga.
?isnubroto. &>>*. #uris Media. .alam3 Diktat Kuliah THT. Surabaya3 SieBursa
Senat Mahasis2a Dakultas @edokteran #irlangga.
?iyadi, M.S. &>>*. Disiologi "endengaran. .alam3 Diktat Kuliah THT. Surabaya3
SieBursa Senat Mahasis2a Dakultas @edokteran #irlangga.

Anda mungkin juga menyukai