Anda di halaman 1dari 7

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mengartikan kualitas hidup sebagai
persepsi individu mengenal posisinya dalam kehidupan, dalam konteks kultur dan
sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungan dengan tujuan, harapan,
standar yang ada dan perhatian mereka. Kualitas hidup yang rendah berpengaruh
terhadap kapasitas kerja, yang selanjutnya menghambat pencapaian dan
kemajuan. Kualitas hidup yang baik maka kapasitas kerja juga akan baik,
sehingga dapat mencapai hasil yang lebih optimal. Proses penuaan yang dibiarkan
tanpa upaya pencegahan atau penundaan, akan mengganggu banyak aspek dalam
lingkup kualitas hidup. Keadaan ini dengan cepat akan menurunkan kualitas
hidup. Proses penuaan dapat dicegah, dihambat atau ditunda melalui upaya yang
dilakukan dengan benar agar kualitas hidup dapat dipertahankan (Pangkahila,
2007).
Studi mengenai dampak kesehatan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup
dan kesehatan umum telah banyak dilakukan. Hubungan antara kesehatan mulut
dan kesehatan umum secara nyata terdapat pada lanjut usia. Kesehatan mulut yang
buruk dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan umum serta mengganggu
fungsi pengunyahan dan kemampuan untuk makan yang akan berefek pada
kandungan nutrisi yang masuk (Petersen dan Yamamoto, 2005).
Menurut Ingle dkk. (2010), karies dan jumlah gigi yang hilang dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Semakin banyak jumlah gigi yang hilang
2
dan indeks karies yang tinggi, maka kualitas hidup seseorang akan semakin
rendah. Kualitas hidup lanjut usia lebih rendah dibandingkan dengan remaja atau
orang dewasa dikarenakan pada lanjut usia terdapat permasalahan kesehatan yang
kompleks terutama pada kesehatan mulut, sehingga mempengaruhi penampilan
dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan penelitian Gerdin dkk. (2005), kondisi mulut kering yang
bersifat subjektif maupun objektif dapat mempengaruhi beberapa aspek di dalam
Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) pada lanjut usia yang berusia 83-
91 tahun. Kondisi ini dikarenakan perawatan yang dilakukan kurang maksimal
serta pengaruh kesehatan umum dan pengobatan yang dilakukan lanjut usia.
Kusdhany dkk. (2011) melaporkan hasil penelitian yang berbeda yang
menyatakan kualitas hidup lemah hubungannya dengan jumlah gigi yang hilang
pada usia paruh baya dan wanita lanjut usia di Indonesia. Subjek terlihat lebih
bermasalah pada kesehatan umum dan penyakit sistemik daripada masalah pada
kesehatan mulutnya.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia mencapai 18,04 juta jiwa atau sebesar 7,58% dari total penduduk
Indonesia, sedangkan jumlah penduduk pra lanjut usia mencapai 34,05 juta jiwa
atau 14,34% dari seluruh penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia, 2010). Provinsi yang mempunyai penduduk lanjut usia dengan proporsi
tertinggi adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 14,02% (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010).
3
Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Bantul (2012)
menyatakan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada Tahun 2011
sebanyak 921.263 orang. Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten di
Yogyakarta yang memiliki penduduk lansia terbanyak yaitu 178.025 laki laki
dan 188.749 wanita (BPS Bantul, 2011).
Pertumbuhan lanjut usia di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun terus
meningkat, rata-rata di atas 10% per tahun. Pada tahun 2006 jumlah lanjut usia
mencapai 87.500 orang yang meningkat menjadi 91.921 orang pada tahun 2008.
(Prihtiyani, 2008). Pada tahun 2010 penduduk lanjut usia di Kabupaten Bantul
telah mencapai 109.213 orang (Danu dan Nur, 2012).
Usia harapan hidup yang semakin meningkat membuat jumlah penduduk
lanjut usia di Bantul semakin bertambah. Penghitungan usia harapan hidup (UHH)
waktu lahir di Kabupaten Bantul pada Tahun 2010 adalah 71,31 tahun yang
cenderung meningkat pada tahun ke tahun. Pada tahun 2008, UHH sebesar 71,11
tahun dan tahun 2009 yaitu 71,21 tahun (Dinkes Pemerintah Kabupaten Bantul,
2012).
Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul rerata 1.818 orang per Km
2
,
dengan wilayah kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah
Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 4.301 jiwa per Km
2
(Dinkes Pemerintah
Kabupaten Bantul, 2012). Jumlah pra lanjut usia yang berusia 45-59 tahun di
kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 10.115 orang yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah lanjut usia berusia 60 tahun keatas yaitu sebesar
7.565 orang (Dinkes Kabupaten Bantul, 2010).
4
Puskesmas Banguntapan I memiliki wilayah kerja yaitu 24 dusun dan
pedukuhan yang tersebar pada 3 desa. Persebaran wilayah dusun dan pedukuhan
Puskesmas Banguntapan I meliputi: desa Baturetno terdiri dari 8 dusun, desa
Potorono terdiri dari 9 dusun, dan desa Jambidan terdiri dari 7 dusun. Jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I tahun 2010 tercatat 33.278
jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 2.922 jiwa /km
2
. Posyandu lanjut usia
terdapat 24 posyandu (Dinkes Kabupaten Bantul, 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar RI pada tahun 2007, prevalensi
penduduk yang mengalami permasalahan gigi dan mulut di Indonesia sebesar
23,4%. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi yang memiliki prevalensi
masalah gigi dan mulut sedikit lebih besar dari prevalensi nasional yaitu 23,6%
(Depkes RI, 2008).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2008 menyatakan
bahwa semakin meningkatnya usia maka pengalaman karies akan semakin
meningkat namun prevalensi karies aktif akan meningkat hingga usia 35-44 tahun
dan menurun kembali pada usia 65 tahun ke atas. Indeks DMFT untuk usia 35
44 sebesar 4,41 yang meliputi komponen D sebesar 1,44, M sebesar 2,89 dan F
sebesar 0,08 sedangkan indeks DMF-T untuk usia 60 tahun ke atas menunjukkan
angka yang lebih besar atau meningkat yaitu sebesar 18,29 meliputi komponen D
sebesar 1,16, M sebesar 16,99 dan F sebesar 0,14.


5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, permasalahan yang dapat diambil:
apakah terdapat hubungan antara status karies gigi dengan kualitas hidup terkait
dengan kesehatan mulut pada pra lanjut usia (Kajian di Puskesmas Banguntapan I
Kabupaten Bantul Yogyakarta)?

C. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian mengenai Oral Health Related Quality of Life
(OHRQoL) yang telah dilakukan, yaitu :
1. Ingle dkk. (2010) dengan judul Oral Health Related Quality of Life in Adult
population Attending the Outpatient Department of A Hospital in Chennai,
India. Variabel pengaruh pada penelitian Ingle dkk. (2010) adalah status
karies dan status oral hygiene dan variabel terpengaruh adalah OHRQoL.
Pengukuran OHRQoL menggunakan kuesioner Oral Health Impact Profile-14
/OHIP-14.
2. Manurung (2012) dengan judul Pengaruh Xerostomia terhadap Kesehatan Gigi
dan Mulut Terkait Kualitas Hidup pada Usila. Variabel pengaruh pada
penelitian Manurung (2012) adalah xerostomia dan variabel terpengaruh
adalah OHRQoL. Kuesioner OHRQoL yang digunakan dalam penelitian
adalah OHIP-14.
3. Alcarde dkk. (2010) dengan judul A Cross-sectional Study of Oral Health-
related Quality of Life of Piracicabas Elderly Population. Variabel
pengaruh pada penelitian Alcarde dkk. (2010) adalah sosio-demografi, status
6
kelembagaan dan kunjungan ke tempat pelayanan gigi dan variabel
terpengaruh adalah OHRQoL. Kuesioner OHRQoL yang digunakan dalam
penelitian adalah GOHAI.
4. Dindarini (2011) dengan judul Pengaruh Hilangnya Gigi Terhadap Kualitas
Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan Mulut (Oral Health Related
Quality of Life). Variabel pengaruh pada penelitian Dindarini (2011) adalah
jumlah gigi yang hilang dan variabel terpengaruh adalah OHRQoL. Kuesioner
OHRQoL yang digunakan dalam penelitian adalah GOHAI.
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel pengaruh, yaitu status karies gigi. Status karies gigi dinilai menggunakan
indeks DMF-T. Penulis melakukan penelitian di Puskesmas Banguntapan I
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Peneliti mengukur OHRQoL dengan
menggunakan kuesioner Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI) yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status karies gigi
dengan kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut pada pra lanjut usia (Kajian
di Puskesmas Banguntapan I Kabupaten Bantul Yogyakarta).

7
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Untuk Masyarakat
Memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara status karies gigi
dengan OHRQoL sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan agar kualitas
hidup terkait dengan kesehatan mulut dapat meningkat.
2. Untuk Puskesmas Banguntapan I
Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I Kabupaten Bantul
Yogyakarta.
3. Untuk Dokter Gigi
Sebagai informasi dokter gigi di dalam memberikan perawatan gigi
dan mulut kepada pasien terkait hubungannya pada kualitas hidup agar
tercapainya kesejahteraan pasien yang lebih baik.
4. Untuk Peneliti
Sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara status karies
gigi dengan kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (OHRQoL).

Anda mungkin juga menyukai