Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penelitian Pembelajaran Fisika Dosen Pengampu : Dr. Nonoh S.A., M.Pd.
Disusun Oleh: 1. Akmal Faizal N (K2311004) 2. Inge Banowati (K2311036) 3. Suci Novira A (K2311074)
PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
IDENTIFIKASI BAB 1 PENDAHULUAN PADA SKRIPSI
JUDUL Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Sains-Lingkungan-Teknologi- Masyarakat (SALINGTEMAS) untuk SMP Kelas IX dengan Tema Global Warming.
A. LATAR BELAKANG Latar belakang masalah mengungkapkan konteks pengembangan projek dalam masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya dikemukakan pada bagian akhir dari paparan latar belakang masalah. Pada bahasan latar belakang pada skripsi tersebut, sudah mencakup tentang apa yang seharusnya diungkapkan dalam latar belakang. Yang pertama yaitu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkan oleh kesenjangan-kesenjangan itu. Ditunjukkan pada paragraf pertama, yaitu mengenai skor rata-rata yang dicapai oleh anak Indonesia masuk dalam kategori rendah. Berikut isi paragraf pertama, yaitu : Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Banyak yang beranggapan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Hasil evaluasi Rustaman (dalam Puskur, 2007:25) menyatakan bahwa dari hasil Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 yang menempatkan Indonesia berada pada urutan 36 dari 48 negara peserta untuk kemampuan siswa berumur 13 tahun atau kelas 8 di bidang sains. Skor rata-rata perolehan anak Indonesia untuk IPA mencapai 420,221. Skor ini tergolong ke dalam kategori rendah (low bencmark) artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar dalam Fisika dan Biologi. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian The Programme For Internatinal Student Assesment (PISA) tahun 2000 dan tahun 2003 menunjukkan bahwa literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke-38 dari 41 negara dan peringkat ke-38 dari 40 negara (Purwadi dalam Puskur, 2007:25). Adapun skor rata-rata pencapaian siswa dietetapkan sekitar nilai 500 dengan simpangan baku 100 point. Hal ini disebabkan kira- kira dua per tiga siswa-siswa negara peserta memperoleh skor antara 400 dan 600 pada PISA 2003. Ini artinya skor yang dicapai oleh siswa-siswa Indonesia kurang lebih terletak di sekitar angka 400. Dan diduga baru mampu mengingat penegtahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana. Yang kedua yaitu mengenai alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya, ditunjukkan pada paragraf kedua, ketiga, dan kelima. Adapun berikut paparan paragraf kedua, ketiga, dan kelima adalah : Berdasarkan hal tersebut, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara memperbaiki kurikulum agar tidak tertinggal dengan negara- negara maju. Salah satu perbaikan tersebut sudah ditempuh yakni perubahan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Mulyasa (2006:21), ide pengembangan KTSP mesti diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah atau satuan pendidikan. Selain perubahan kurikulum, perbaikan itu juga ditempuh dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan Permendiknas tersebut, pada sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/Mts) penyajian IPA secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam ruang lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan dan bumi-alam semesta. Banyak ahli yang sepakat dengan penerapan IPA terpadu. Erekson dan Shumway (2006, 29) menyatakan bahwa... the authors suggest that the full interdisciplinary model, in which the content from two or more disciplines are merged, has the potential to be very effective in technology education, yang intinya penyajian secara terpadu sangan dianjurkan karena akan membuat pembelajaran lebih efektif. Menurut Fogarty (dalam Puskur, 2007:8) pembelajaran IPA terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan observasi di lapangan, bahan ajar yang telah beredar di lapangan masih bervariasi ditinjau dari jenis maupun kualitasnya. Bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah yaitu IPA terpadu yang telah beredar di lapangan belum dikemas ke dalam topik/tema tertentu meskipun sudah berlabel IPA terpadu. Penyajian materi pada bahan ajar masih terpisah-pisah berdasarkan bidang- bidang kajiannya meskipun sudah disatukan dalam sebuah buku. Guru IPA di SMP masih kesulitan dalam menentukan bahan ajar IPA terpadu yang dipakai. Hal tersebut dikarenakan banyak bahan ajar yang berlabel IPA terpadu belum sesuai dengan konsep IPA terpadu. Bahkan, masih banyak guru menggunakan bahan ajar yang menggunakan KBK. Oleh karena itu, jika mutu bahan ajar yang ada tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep, maka yang terjadi adalah bahan ajar tersebut akan menjadi sumber yang salah. Hal tersebut sangat membahayakan dunia pendidikan. Mengenai alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya, dipaparkan pada paragraf terakhir yaitu: Bahan ajar yang beredar seharusnya memiliki kualitas yang memenuhi standar kualitas mutu buku pelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk menulis skripsi yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat (SALINGTEMAS) untuk SMP Kelas IX dengan Tema Global Warming.
B. RUMUSAN MASALAH Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dapat diungkapkan dengan kalimat pernyataan, maupun dalam bentuk kalimat pertanyaan seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah hendaknya disertai dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional mengapa alternatif itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat terhadap masalah yang ada. Pada skripsi yang diidentifikasi, rumusan masalah dikemukakan secara singkat, padat, jelas dan diungkapkan dengan kalimat pernyataan meskipun bentuknya berupa kalimat pernyataan. hal tersebut dapat dilihat pada kutipan rumusan masalah berikut: Permasalahan penelitian pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimanakah mengembangkan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul yang berbasis salingtemas untuk SMP kelas IX dengan tema Global Warming yang memenuhi kriteria baik?
C. TUJUAN PENGEMBANGAN Tujuan pengembangan dirumuskan bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternatif yang telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan ke pencapaian kondisi ideal seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul yang berbasis salingtemas untuk SMP kelas IX dengan tema Global Warming yang memenuhi kriteria baik.
D. SPESIFIK PRODUK Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan dari kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua identitas penting yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lain- nya. Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama. Beberapa Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1. Materi yang disajikan dalam modul dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang berbasis salingtemas sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari lebih dalam 2. Materi yang disajikan merupakan gabungan antara KD 3.2 Menghubungkan konsep atom, ion dan molekul dengan produk kimia sehari-hari, KD 4.1 Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia, KD 5.4 Mendiskripsikan proses- proses khusus yang terjadi di lapisan litosfer dan atmosfer yang terkait dengan perubahan zat dan kalor, KD 5.5 Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan litosfer dan atmosfer dengan kesehatan dan permasalahan lingkungan.
E. MANFAAT PENGEMBANGAN Bagian ini sering dikacaukan dengan tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan upaya pencapaian kondisi yang ideal, sedangkan manfaat pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, manfaat pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan. Manfaat yang diharapkan dari pengembangan bahan ajar tersebut yakni sebagi berikut: 1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan dalam menyusun suatu bahan ajar yang mengacu pada KTSP. 2. Bagi siswa, memberikan kemudahan dalam belajar secara aktif dan mandiri. 3. Bagi peneliti lainnya, hasil pengembangan ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam pengembangan bahan ajar selanjutnya, baik untuk tema yang sama atau berbeda.
F. ASUMSI DAN KETERBATASAN PENGEMBANGAN Asumsi dalam pengembangan merupakan landasan pijak untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Asumsi hendaknya diangkat dari teori-teori yang teruji sahih, pandangan ahli, atau data empiris yang relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dengan menggunakan produk yang akan dikembangkan. Keterbatasan pegembangan mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas. Paparan ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini disikapi hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya. Bahan ajar IPA terpadu yang telah beredar di lapangan belum dikemas ke dalam topik atau tema meskipun sudah berlabel IPA terpadu. Oleh karena itu penulis mencoba mengembangkan bahan ajar IPA terpadu berupa modul berbasis salingtemas. Cakupan materi modul pengembangan IPA Terpadu ini hanya terbatas pada tema Global Warming yang diperuntukan bagi siswa kelas IX SMP. Pengembangan bahan ajar ini dibatasi hanya sampai pada pengujian oleh beberapa validator dan uji kelas terbatas. Uji lapangan modul IPA terpadu pada sisi materi dan kelayakkannya digunakan dosen IPA, guru IPA SMP untuk uji coba keterbacaan modul IPA Terpadu dan enam orang siwa dari dua kelas di SMP dan teman sejawat. Untuk uji kelas terbatas hanya diikuti oleh siswa dalam satu kelas dengan satu uji subbab modul di luar jam sekolah. Hal ini dikarenakan di belum ada SMP yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu dan keterbatasan waktu.