Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari manusia berinteraksi
dengan sesamanya. Interaksi dapat berjalan apabila terdapat komunikasi agar apa yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh lawan bicaranya. Dalam dunia kedokteran
komunikasi juga sangat dibutuhkan. Ini berkaitan dengan banyaknya kasus malpraktek yang
sebagian besar dikarenakan komunikasi yang terjadi antara dokter dan pasien tidak berjalan
efektif. Kebanyakan dokter tidak menjelaskan secara rinci mengenai penyakit dan jadwal
minum obat kepada pasiennya. Beberapa dokter juga bersikap dingin dan kurang ramah
kepada pasiennya. Ini mengakibatkan pasien menjadi enggan bercerita atau bertanya panjang
lebar mengenai penyakitnya.
I. 2. Tujuan
Melalui makalah ini diharapkan dokter dan mahasiswa dapat lebih memahami
komunikasi dokter-pasien sehingga informasi yang disampaikan dokter dapat diterima dengan
tepat oleh pasien, maupun sebaliknya.








2
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Komunikasi Dokter-Pasien
Komunikasi berasal dari kata communicare atau communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Jadi ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita berusaha
agar pesan yang kita sampaikan menjadi milik orang lain. Berikut adalah beberapa definisi
dari komunikasi.
1. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke
orang lain (Davis, 1981)
2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi
tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G)
3. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang
lain(Schram,W)
4. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang
lain,komunikasi merupakan proses social(Modul PRT, Lembaga Administrasi)

Dalam setiap komunikasi terdapat beberapa elemen sehingga suatu interaksi dapat
dikatakan suatu komunikasi. Elemen itu antara lain:
Pengirim pesan
Penerima pesan
Pesan
Media
Noise (hambatan)
Konteks (latar belakang)
Umpan balik
Efek
Komunikasi dibagi menjadi dua tipe, komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi
verbal adalah komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan, sedangkan komunikasi non
3
verbal adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain tanpa kata-
kata.
1
Komunikasi non verbal ditunjukkan dengan isyarat, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
nada suara. Contoh, senyuman, badan agak dibungkukkan ketika bersalaman, nada suara yang
berbeda-beda yang menunjukkan emosi.
Komunikasi yang efektif yaitu menjadi pembicara dan juga pendengar, memahami
dan menerima apa adanya, menjadi pendengar yang aktif, komunikasi dewasa dengan dewasa
(saling menghargai, tidak otoriter, dan tidak mengatur saja). Agar terjadi komunikasi yang
efektif maka harus dibarengi dengan cara wawancara yang efektif.
Membangun komunikasi efektif dokter-pasien memiliki beberapa keuntungan.

Pertama, untuk mengoptimalkan penemuan diagnosis penyakit dan terapi.
2
Kedua, untuk
menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dokter dan pasien dalam rangka pengambilan
keputusan medis bersama.
2
Ketiga, untuk membangun kepercayaan.
2
Keempat, mencegah dan
mengurangi resiko tuntutan medikolegal.
2

Dalam pembangunan komunikasi efektif antara dokter dengan pasien tentu terdapat
hambatan-hambatan. Hambatan tersebut antara lain, perbedaan sudut pandang, pengetahuan
atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
3
Sehingga apa yang
disampaikan dokter belum tentu diterima dengan benar oleh pasien. Dalam hal ini sebaiknya
dokter mengkonfirmasi kepada pasien. Misalnya dalam mengintrepetasikan kata panas.
Dokter berpesan pada ibu anak berusia 3 tahun, jika badannya panas, berikan obat. Apa
yang dimaksudkan dokter mengenai panas belum tentu sama dengan yang diterima ibu anak
tersebut. Maka dokter harus memastikan kembali, misal dengan mengajarkan cara
menggunakan termometer pada badan anak dan apabila suhunya mencapai angka tertentu,
sang ibu harus memberikan obat yang diresepkan dokter. Dengan demikian, tidak terjadi
kesalahpahaman dalam komunikasi dokter dengan pasien.
II. 2. Perilaku Sehat
Selain komunikasi efektif, hal lain yang dibutuhkan oleh dokter adalah bagaimana
menjelaskan kepada pasien mengenai perilaku sehat. Misalnya, berolahraga teratur, makan
makanan bergizi, tidur/istirahat cukup, tidak merokok, tidak minum alkohol dan sebagainya.
Berikut beberapa definisi perilaku sehat.
4
1. Perilaku sehat adalah kondisi ketika individu dengan kondisi kesehatan yang stabil
berupaya aktif mencari cara untuk mengubah kebiasaan pribadi yang sehat dan/atau
lingkungan guna beralih ke tingkat kesehatan yang lebih tinggi.
4

2. Perilaku sehat adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang
sakit agar memperoleh kesembuhan.
5

3. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan
diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
5

Ada beberapa tahapan perubahan perilaku sehat, yaitu.
1. Prekontemplasi
2. Kontemplasi
3. Persiapan
4. Tindakan
5. Pemeliharaan
Pada tahap prekontemplasi, seseorang belum memiliki kesadaran/niat untuk
mengubah perilakunya. Dalam tahap ini diperlukan sebuah umpan balik yang menyadarkan
pentingnya melakukan perubahan dan informasi tentang sikap yang meyakinkan diri mereka
akan manfaat dari perubahan perilaku itu.
Kemudian tahap berikutnya, prekontemplasi, individu telah menyadari adanya
masalah dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih sehat, tetapi belum ada
komitmen untuk bertindak.
Tahap ketiga, persiapan, individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan. Pada
tahap ini individu sudah pernah melakukan tapi mungkin masih gagal.
Tahap selanjutnya, tindakan, individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya
6 bulan dari sejak mulai usaha memberlakukan perilaku sehat.
Tahap terakhir, pemeliharaan, individu berusaha untuk mempertahankan perilaku
sehat yang telah dilakukan.
II. 3. Kepribadian
5
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain.
6
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
6

Terdapat dua aspek kepribadian, yaitu temperamen/tabiat dan watak/karakter.
Temperamen adalah gaya perilaku dan cara berespon yang khas yang ditampilkan seseorang.
7

Beberapa ahli berdebat mengenai pengaruh faktor bawaan pada pembentukan temperamen
seseorang. Ada yang berpendapat bahwa temperamen tidak terpengaruh faktor bawaan
melainkan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan. Tetapi sebuah penelitian
menyatakan bahwa faktor bawaan mempengarui temperamen secara moderat. Jadi
temperamen dapat dikatakan menetap seumur hidup.
Aspek kedua adalah watak/karakter. Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi
oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut mau bertindak.
8

Contohnya, seseorang menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kukuh dapat
dikatakan seorang yang berwatak. Watak terus berkembang dalam kehidupan seseorang. Ini
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan, pengalaman, dan pendidikan.
Struktur kepribadian dibagi menjadi dua bagian. Pertama, id, yaitu naluri yang
merupakan energi psikis seseorang. Id tidak disadari dan tidak mempunyai hubungan dengan
realita. Kedua, ego, adalah struktur kepribadian yang berfungsi menghadapi tantangan realita
yang ada. Ego disebut cabang eksekutif kepribadian karena ego menghasilkan keputusan
rasional. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena tidak membedakan antara benar atau
salah. Ketiga, superego, merupakan struktur kepribadian yang memiliki moral. Superego
membedakan benar dan salah. Kita sering menyebut superego dengan hati nurani.
II. 4. Skenario
Dalam kasus yang saya bahas pada PBL yaitu Pasien laki-laki 35 tahun, datang
berobat ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdarah. Batuk seperti ini pernah dialaminya 2
tahun yang lalu. Pasien berobat untuk sakitnya tersebut dan stop obat karena bosan minum
obat yang direncanakan dokter akan berlangsung minimal 6 bulan. Pasien saat ini masih
merokok 20 batang rokok per hari.
Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa pasien tidak menaati nasihat dokter untuk rutin
minum obat. Pasien juga masih merokok 20 batang rokok per hari. Ini menunjukkan bahwa
pasien tidak memiliki perilaku sehat.
6
Kemungkinan kedua adalah dokter tidak menjelaskan secara rinci kepada pasien
mengenai obat yang seharusnya diminum pasien. Dokter juga tidak menjelaskan tentang
pentingnya perilaku sehat kepada pasien. Oleh karena itu hipotesis yang dapat diambil adalah
dokter dan pasien tidak melakukan komunikasi efektif.




















7

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam kasus di atas kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya kepada dokter atau
pasien karena terdapat beberapa kemungkinan. Pertama, pasien tidak paham mengenai
perilaku sehat yang disampaikan dokter. Kedua, dokter tidak menjelaskan pentingnya perilaku
sehat kepada pasien. Akibatnya tidak terjadi komunikasi efektif antara dokter dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai