Anda di halaman 1dari 16

Is Rhinosinusitis a

Cause of Asthma ?

RH. RAFSANJANI 11.2012.144
Abstrak
Ada banyak bukti hubungan antara rhinosinusitis dan asma.
Namun, kurang jelas apakah rhinosinusitis merupakan pemicu
langsung untuk asma atau dua kondisi hanya manifestasi
umum dari proses yang mendasari.
Mekanisme yang mungkin pada hubungan ini termasuk refleks
naso-pharyngo-bronchial, post nasal drip, abnormal breathing
dan produksi mediator inflamasi lokal yang menyebabkan
inflamasi pada paru melalui sumsum tulang.
Sebagai contoh, adanya kesamaan perubahan histopatologi di
epitel pada rinosinusitis kronis dan asma.
Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, pada spesialisasi alergi dan
imunologi telah mengakui adanya kondisi yang tampaknya
berbeda mungkin memiliki pengaruh penting satu sama lain.
Dan kenyataannya, mungkin hanya manifestasi yang berbeda
dari penyakit yang umum.
Satu contoh dari hubungan ini diantara rhinosinusitis dengan
asma. Namun, hubungan ini masih kontroversial. Ada bukti
bahwa rhinosinusitis merupakan pemicu langsung asma oleh
berbagai mekanisme yang masuk akal.
Disisi lain, ada juga bukti bahwa rhinosinusitis dan asma
adalah manifestasi lokal dari sebuah penyakit sistemik.
Mekanisme perkembangan
rhinosinusitis
Mekanisme infeksi rhinosinusitis melibatkan terhambatnya
(obstruksi) drainase yang normal pada ostium sinus.
Obstruksi ini terjadi karena peradangan pada rhinosinusitis
viral akut atau rhinitis alergi atau karena abnormal anatomi
seperti polip dan deviasi dari septum nasal.
Terjadinya obstruksi pada drainage sinus menyebabkan mukus
yang statis di sinus paranasal. Tempat ini merupakan media
yang baik untuk bakteri. Perkembangan bakteri ini
menyebabkan peradangan lebih lanjut dan menciptakan
proses yang kronis.
Para peneliti telah melaporkan bukti pada proses inflamasi ini.
Contohnya, ada atau tidaknya kehadiran alergi, T-Helper 2
(Th2) sitokin yang tipikal pada respon alergi yang hadir pada
mukosa sinus di rhinosinusitis kronis (CRS).
Contohnya, sebuah grup dari 20 allergic dan 15 anak-anak
non-allergic dengan CRS dan asma. Peneliti menunjukkan
adanya peningkatan interleukin (IL-4) dan TNF a, dengan
penurunan IL-12 dan interferon (IFN)-y, dimana subjek non-
allergic terjadi peningkatan IL-4 dan penurunan IFN-y.
Persamaan diantara spesimen mukosa sinus pada pasien
allergic dan non-allergic dengan CRS adalah meningkatnya
jumlah eosinofil, sel T dan sel B. Dimana pada pasien non-
allergic dengan CRS adanya infiltrasi dari eosinofil, tetapi
jumlah limfosit T tidak meningkat.
Eosinofil pada mukosa sinus mungkin menyebabkan kerusakan
jaringan. Bakteri mungkin menginfeksi area pada mukosa sinus
yang rusak, sehingga menyebabkan adanya purulent
discharge.
Hubungan antara
rhinosinusitis dan asma
Ada banyak contoh dari hubungan antara CRS dgn asma. Bukti
untuk hubungan ini mengacu kembali pada studi identifikasi
rhinosinusitis penyebab asma.
Bresciani et al, melaporkan bahwa pasien asma berat
dependent steroid memiliki penampakan abnormal sinus pada
CT scan. Dan sebuah laporan dari Finland menemukan bahwa
pasien dewasa dengan asma eksaserbasi memiliki 87%
abnormal sinus.
Hubungan ini juga ditunjukkan pada pasien pediatric. Sebuah
studi melaporkan 27% pasien anak pada status asmatikus
memiliki sinus yang abnormal.
Studi lain menunjukkan bahwa pada pemeriksaan dengan
endoscopy, sekitar 50% anak-anak dengan asma menderita
rhinosinusitis.
Contoh-contoh ini merupakan bukti kuat mengenai hubungan
antara rhinosinusitis dengan asma.
Medical management
Salah satu cara untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat
yang mungkin antara rhinosinusitis dan asma adalah untuk
menunjukkan apakah asma mengalami perbaikan setelah
pengobatan rhinosinusitis.
Rachelefsky et al. Menunjukkan sebuah studi pada pasien
anak dengan rhinosinusitis dan asma. Rhinosinusitis pada
pasien ini diketahui dengan sinus radiograph, dan asma
didiagnosis dari adanya gejala pada respirasi seperti batuk dan
atau mengi selama 3 bulan atau lebih.
Pada studi ini, 79% anak-anak dengan asma tidak melanjutkan
pengobatan dengan bronkodilator setelah penyakit
rhinosinusitisnya diobati.
Pada studi yang sama, tes fungsi paru normal pada 67% pasien
yang telah diterapi medis untuk sinusitis.
Studi yang lain menunjukkan bahwa 54% dari 55 anak dengan
asma dan abnormal sinus mengalami perbaikan dengan
dengan antibiotik, dimana 67% perbaikan dengan nasal
kortikosteroid.
Richards et al, menunjukkan bahwa 12 dari 15 anak dengan
asma memiliki asma eksaserbasi diikuti dengan sinusitis akut,
diidentifikasi dengan riwayat, pemeriksaan fisik, dan sinus x-
rays.
Sebuah kelompok dari Kroasia melaporkan bahwa terapi pada
endosinus untuk CRS pada pasien dengan asma menghasilkan
perbaikan pada asma.
Ini membuktikan bahwa terapi medis yang spesifik pada
rhinosinusitis dapat memperbaiki asmanya pada pasien
dengan memiliki penyakit sinosinusitis dan asma.
Surgical management
Terapi bedah pada CRS juga menunjukkan hasil perbaikan
pada penyakit di jalan napas bawah. Sebagai contoh, sebuah
studi, 15 dewasa pasien dengan CRS yang memakai steroid
inhalan dan prednison oral untuk mengontrol asma
menunjukkan perbaikan pada gejala asma dan menurunkan
jumlah dosis total steroid yang digunakan pada tahun pertama
setelah di terapi bedah.
Pada studi dengan 20 pasien dengan asma dan CRS (umur 16-
72), functional endoscopic sinus surgery (FESS) menghasilkan
perbaikan pada asma.
Mekanisme penyebab hubungan
antara Rhinosinusitis dan Asma
Karena terapi medis pada rhinosinusitis menghasilkan
perbaikan pada asma. Ada banyak jumlah hipotesis yang
menjelaskan bagaimana hubungan ini ada.
Salah satunya adalah bahwa refleks naso-pharyngo-bronchial
mungkin dilibatkan pada hubungan antara saluran pernapasan
atas dan bawah.
Naso-bronchial refleks ini telah ditunjukkan pada model
manusia dan hewan dengan stimulasi nasal dengan variasi
substansi, termasuk silica particle, sulfur dioxide, udara dingin,
dan asap.
Refleks ini bisa diblok dengan antikolinergik, lidokain, dan
blokade ganglionik.
Table.1
Proposed Mechanisms for Causal Relationship Between
Rhinosinusitis and Asthma
Naso-pharyngo-bronchial reflexes
Drainage of inflammatory cells and mediators into the lungs
Inhalation of dry, cold air, and enviromental pollutants
Local upper respiratory inflammation leading to pulmonary
inflammation
Kesimpulan
Hubungan antara rhinosinusitis dengan asma sangat
kompleks.
Ada bukti bahwa rhinosinusitis mungkin faktor penyebab
untuk asma, dan banyak mekanisme terjadinya seperti, naso-
pharyngo-bronchial refleks, post nasal drip, pernapasan yang
abnormal dan produksi mediator peradangan lokal yang
menyebabkan peradangan paru melalui sumsum tulang.
Terima kasih ~

Anda mungkin juga menyukai