Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan perekonomian di Indonesia yang berbasis pada ekonomi
kerakyatan dapat terlihat pada sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Sektor ini
mempunyai peranan yang cukup besar dalam perekonomian nasional maupun daerah.
Di Indonesia, usaha kecil mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan
kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi
sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas
(Asikin;Noorjaya:2003).
Sejak perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis, usaha
kecil menjadi sektor andalan yang paling diminati oleh berbagai kalangan, baik
donor, pemerintah, maupun lembaga lembaga swadaya masyarakat untuk menjadi
salah satu pilar ekonomi Indonesia. Hal ini dapat tercermin dalam rencana
pengembangan iklim usaha yang kondusif serta peningkatan daya saing usaha kecil
didalam dokumen Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004
( Widyaningrum, 2004 : 118 ).
Informasi akuntansi memiliki peranan yang sangat penting untuk meraih
keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al.,2000 dalam Pinasti
2007). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan menjadai dasar UKM
untuk mengambil keputusan pengelolaan dan pengembangan usaha kecil. faktor
2

penyebab kegagalan wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah kurangnya
kemampuan dalam mengendalikan keuangan perusahaan (Zimmerer, 1996 : 14-15
dalam Suryana, 2001).
Pada tanggal 17 Juli 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Sesuai dengan namanya, SAK ETAP ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
(general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Pada umumnya,
entitas tanpa akuntabilitas publik adalah perusahaan mikro, kecil dan menengah
(UMKM) sehingga pengguna ETAP akan banyak terdiri dari entitas dengan kategori
UMKM. Dimana entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat
menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan standar tersebut. Hal ini dimungkinkan apabila pihak otoritas berwenang
merasa ketentuan pelaporan dengan menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya
ataupun terlalu rumit untuk entitas yang mereka awasi.
Pada 1 Januari 2011, Penyusunan laporan keuangan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah dinyatakan efektif
berlaku untuk entitas yang tidak memiliki akuntabiltas publik. Sehingga mulai tahun
2011, setiap entitas tanpa akuntabilitas publik diberikan pilihan apakah akan
menggunakan PSAK umum atau SAK ETAP. Jika pada tahun 2011 suatu entitas
3

tanpa akuntabilitas publik tetap ingin menerapkan PSAK Umum maka tidak ada lagi
peluang untuk mengubahnya ke SAK ETAP.
Munculnya SAK ETAP dengan maksud agar konvergensi International
Financial Reporting Standards (IFRS) dapat segera diwujudkan penuh sehingga
perusahaan-perusahaan yang kesulitan untuk menerapkan SAK penuh, dapat
mengadopsi SAK-ETAP sebagai standar keuangan yang lebih sederhana.
Faktor accountability sangat diperlukan jika pemilik UKM menginginkan
usahanya lebih maju, karena untuk mengajukan pinjaman dana kepada bank atau
lembaga perkreditan lainnya yang memerlukan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan ( accountability).
Beberapa penelitian tentang Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah dilakukan pada beberapa entitas tanpa
akuntabilitas publik. Baberapa penelitian tersebut yang menjadi referensi untuk
melakukan penelitian ini, diantaranya Adityawan Salam (2010), dengan judul
Persepsi Akuntan Terhadap Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang menyatakan bahwa presepsi akuntan
terhadap SAK ETAP sudah relevan dan efektif diterapkan pada UMKM. Serta tidak
ada perbedaan yang signifikan antara presepsi akuntan publik dengan akuntan
manejemen terkait penerapan SAK ETAP pada UMKM.
Penelitian Anita Romauli (2011), dengan berjudul Persepsi Mahasiswa
Akuntansi Tentang Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP) Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah dengan hasil penelitian
4

bahwa mahasiswa Akuntansi memiliki persepsi bahwa UMKM memiliki cukup
hambatan dalam mengaplikasikan SAK. SAK yang dikonvergensi dengan IFRS sulit
bagi UMKM dan diperlukan biaya yang mahal untuk diaplikasikan. UMKM tidak
bisa menerapkan SAK yang sama dengan usaha besar. Tetapi menurut persepsi
mahasiswa akuntansi tentang pengakuan dan pengukuran SAK -ETAP dikategorikan
cukup baik. Mahasiswa akuntansi memiliki persepsi cukup baik bagaimana suatu
transaksi keuangan diakui atau tidak dan diukur nilainya seperti pos-pos kompleks
yang tidak diperlukan oleh UMKM, pembebanan biaya pinjaman dan tidak ada
pengakuan dan pengkuran biaya pinjaman.
Pada penelitian Monica Marcelia (2011), dengan judul Implementasi Standar
Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada
CV Scala Mandiri dengan hasil penelitian bahwa dengan menerapkan SAK ETAP,
pelaporan keuangan UMKM atau entitas yang belum memiliki akuntabilitas publik
akan lebih mudah dibaca dan dipahami oleh para penanam modal baik yang berasal
dari lembaga keuangan, bank ataupun lembaga lain.
Penelitian ini akan dilakukan pada PT Ukhuwah UMI Industri yaitu usaha
home industri pembuatan air minum gelas milik UMI. PT Ukhuwah yaitu usaha tanpa
akuntan publik yang sudah menerapkan strandar akuntansi yang berlaku di Indonesia,
tetapi hanya dapat digunakan oleh pihak internal perusahaan. Penggunaan SAK
ETAP, diharapkan perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan untuk pihak
eksternal dan internal perusahaan serta nantinya dapat menjadi contoh bagi UKM lain
supaya lebih tertarik dan dapat menerapkan SAK ETAP dengan benar.
5

Karena begitu pentingnya SAK ETAP untuk di terapkan pada UKM, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kesiapan Penerapan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Dalam
Penyusunan Laporan Keuangan pada PT Ukhuwah UMI Industri .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana kesiapan penerapan SAK ETAP sebagai standar penyusunan
laporan keuangan pada PT Ukhuwah UMI industri ?
2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi pada PT Ukhuwah UMI industri
dalam mengadopsi SAK ETAP?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui kesiapan penerapan SAK ETAP sebagai standar
penyusunan laporan keuangan pada PT Ukhuwah UMI industri
b. Untuk mengetahui gambaran permasalahan yang dihadapi pada PT
Ukhuwah UMI industri dalam mengadopsi SAK ETAP.

6

2. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
menerapkan beberapa teori yang diperoleh dalam perkuliahan.
b. Bagi usaha kecil menengah tanpa akuntabilitas publik, menjadi acuan
dalam penyusunan lapran keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku
di Indonesia.
c. Bagi akademis, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi
peneliti lain yang berminat meneliti masalah yang sama di masa akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai