Anda di halaman 1dari 15

1

MUMPS
I. Pendahuluan
Gondong adalah penyakit yang disebabkan oleh virus.

Penyakit
Gondong atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai parotitis atau Mumps
adalah suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian
atas atau pipi bagian bawah. Parotitis epedemika adalah penyakit virus
menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar
parotis, merupakan tanda-tanda yang biasa ada.
1,2,3

Mumps virus adalah ssRNA2 virus yang termasuk dalam genus
Rubulavirus. Virus ini akan menyerang kelenjar air liur ( kelenjar parotid).
Umumnya penderita mumps adalah anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Cara
penularan mumps adalah melalui droplet ludah atau kontak langsung dengan
bahan yang terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi.
3,7
Komplikasi mumps terjadi satu minggu setelah gejala penyakit ini
muncul. Meningitis, orchitis, pankreasitis, oophoritis, dan keguguran
merupakan komplikasi dari mumps. Gejala yang paling umum apabila
seseorang terinfeksi mumps virus adalah pembengkakan pada kelenjar parotid,
panas tinggi, dan sakit pada saat menelan. Perawatan dapat dilakukan dengan
cara memberi Paracetamol atau Acetaminophen pada anak yang menderita
gejala demam. Penyakit beguk atau mumps dapat dicegah dengan cara
2

imunisasi. Nama imunisasi untuk mencegah infeksi mumps virus adalah MMR
(untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella).
3,7

II. Definisi
Gondong adalah penyakit virus akut dan menular yang ditandai oleh
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis.

Virus parotitis merupakan
kelompok Paramyxovirus, suatu virus RNA tunggal yang terbungkus dalam
selubung protein dan lemak yang memiliki zat hemaglutinasi neuroaminidase
dan hemolisis, rusak pada pemanasan sampai 56
0
C selama 20 menit.
4

Gambar 1: kelenjar parotis
III. Epidemiologi
Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis
epidemika merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak.
Insidens pada umur <15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-
9 tahun. Setelah ditemukan vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika
3

menjadi sangat jarang. Di negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata
didapat kurang dari 1.000 kasus per tahun. Demikian pula insidens parotitis
bergeser pada anak besar dan dewasa muda serta menyebabkan kejadian luar
biasa di tempat kuliah atau tempat kerja. Di Indonesia, tidak didapatkan adanya
data mengenai insidens terjadinya parotitis epidemika.

Penyakit tersebar di
seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik.

Penyakit
Mumps atau penyakit gondong telah dilaporkan hampir di seluruh belahan
dunia, demikian juga di Indonesia resiko anak terkena gondok mungkin masih
tinggi. Gondong masih endemik di banyak negara di seluruh dunia, sedangkan
vaksin MMR digunakan hanya 57% dari negara-negara yang menjadi anggota
Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam Inggris
dan Wales, sebuah epidemi gondok yang dimulai pada 2005, telah dilaporkan
56.390 kasus kematian.
2,5,6

Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-14
tahun. Peningkatan kasus yang besar biasanya didahului pada penularan di
tempat sekolah. Bayi sampai umur 6 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits
epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental
dari ibunya. Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian
diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14
tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar),
sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.

Penyebaran
virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin
dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam
4

hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis
epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dari
faring.
2,6

IV. Etiologi
Virus golongan paramyxovirus. Virus ini adalah kelompok
paramiksovirus, yang juga mencakup parainfluenza, campak dan virus penyakit
Newcastle.

Virus parainfluenza dan penyakit Newcastle menghasilkan
antibody yang cross-react dengan virus gondok. Virus ini memiliki genom
RNA berantai tunggal.

Virus mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA)
rantai tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan merupakan
salah satu virus parainuenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang
(host). Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur,
dan urin.
1,4,5
Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase
dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
8

a) Klasifikasi
Group : V (-) ssRNA
Ordo : Mononegavirales
Famili : Paramyxoviridae
Genus : Rubulavirus
Spesies : Mumps Virus
5

b) Morfologi
Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu
nukleokapsid/kapsid. Kapsid ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm
dan panjang 1000-10000 nm. Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan
yang terlihat menyerupai paku-paku yang besar. Kapsidnya berfilamen dan
memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18 nm.
7

Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa
demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti
peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari
setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis. Satu minggu setelah terjadi
pembengkakan kelenjar parotis pasien dianggap sudah tidak menular.
5

V. Patofisiologi
Virus masuk tubuh mungkin lewat hidung atau mulut. Proliferasi
terjadi di parotis atau epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar atau saraf dan yang paling sering
terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase akut, virus mumps
dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor.
6

Terdapat 2 teori :
1. Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus Stensen kelenjar parotis dan
terjadi multiplikasi pertama pada kelenjar ini viremia umum testis,
ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung, dan otak.
6

2. Replikasi primer dalam epitel permukaan saluran nafas viremia umum
dan lokalisasi serentak dalam kelenjar saliva dan organ tubuh lainnya.
4

Gambaran patologi dari kelenjar ludah yang terkena infeksi
menunjukkan adanya pembengkakan dan perdarahan pada kapsula kelenjar.
Infeksi akut oleh virus mumps dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM
dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Pemeriksaan
serologis yang umum digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi mumps
akut atau atau yang baru saja terjadi adalah ELISA,tes HI dan CF. virus dapat
juga diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari sesudah terjadi
pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari air seni 6 hari
sebelum dan 15 hari sesudah terjadi parotitis.
7

VI. Diagnosis
a. Manifestasi klinis
Gejala timbul dalam waktu 12-24 hari setelah terinfeksi, yaitu
berupa:
7

- menggigil
- sakit kepala
- nafsu makan berkurang
- merasa tidak enak badan
- demam ringan sampai sedang (terjadi 12-24 jam sebelum 1 atau
beberapa
- kelanjar liur membengkak).
7

- muntah
Tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Gejala pertama dari infeksi kelenjar ludah adalah nyeri ketika mengunyah atau
menelan, terutama jika menelan cairan asam (misalnya jus jeruk). Jika kelenjar
liur disentuh, akan timbul nyeri. Pada saat ini suhu biasanya naik sampai 38,9-
40o Celsius. Pembengkakan terjadi pada hari kedua. Gejala lain yang mungkin
ditemukan:
7

- nyeri testis
- benjolan di testis
- pembengkakan skrotum (kantung zakar).
Masa tunas 14-24 hari. Gejala prodromal 1-2 hari berupa demam,
anoreksia, sakit kepala, nuntah, dan nyeri otot.

Suhu tubuh biasanya naik
sampai 38,5
0
C sampai 39,5
0
C kemudian timbul pembengkakan kelenjar
parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral.
Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun perabaan, terlebih-
lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang masam, ini merupakan
gejala khas untuk parotitis epidemika.

Dapat terjadi trismus dan disfagia.
Kadang-kadang kelenjar submandibularis dan sublingualis dapat terkena.


Penderita Gondong juga mengalami gejala kehilangan nafsu makan, nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang
(sulit membuka mulut). Kadangkala disertai nyeri telinga yang hebat pada 24
jam pertama. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga
(parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian
8

kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi
pembengkakan kelanjar pada dua sisi. Pembengkakan biasanya berlangsung
sekitar 3-5 hari kemudian berangsur mengempis dan disertai dengan demam
yang membaik. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur di bawah
rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar di bawah lidah (sublingual)
dan terjadi edema dan eritematus pada orificium dari duktus. Pada pria akil
balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran
melalui aliran darah.
2,6


Gambar 2: pembengkakan kelenjar parotid pada penderita MUMPS
b. Diagnosis
Diagnosis mudah ditegakkan bila pada pemeriksaan fisis jelas, bila
gejala tidak jelas, diagnosis didasarkan pada:
1. Terdapatnya virus dalam saliva, urin, cairan serebrospinal, atau darah.
2. Serum neutralization test.
3. Kenaikan titer yang bermakna dari complement fixing antibody selama
masa penyembuhan.
9

4. Didapatkan antibodi dalam serum terhadap antigen S selama gejala
parotitis epidemika ada.
Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa
demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti
peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari
setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis. Satu minggu setelah terjadi
pembengkakan kelenjar parotis pasien dianggap sudah tidak menular.
5
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika
pada pemeirksaan fisis. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai
puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam
dua minggu.
7

Keterangan klinis berupa:
7

- ada kontak dengan penderita mumps 2-3 minggu sebelumnya
- gambaran klinis serupa parotitis
- tanda-tanda aseptIc meningitis
Pemeriksaan Laboratorium
Jumlah lekosit normal atau terdapat leukopenia dengan limfositosis
relatif. Sebagai pemeriksaan tambahan dapat dilakukan complement-fixing
antibody test, neutralization test, isolasi virus, uji intradermal dan pengukuran
kadar amylase dalam serum.
7

10

Iksolasi virus mumps dan test serologic tidak diperlukan pada
mumps yang klasik tetapi pada keadaan-keadaan yang meragukan seperti bila
tidak ada parotitis atau pada recurrent parotitis. Sekurang-kurang ada 3 uji
serologic untuk mebuktikan spesifik mumops antibodies:
7

Complement fixation antibodies (CF)
Hemagglutination inhibitor antibodies (HI)
Virus neutralizing antibodies (NT)
CF paling praktis dan paling dipercaya. Countries antibodies dapat
dibuktikan di darah pada minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada
peninggian jelas. Titer meningkaty lebih ari 4 kali atau lebih berarti mumps.
7

Keterangan Laboratorium tambahan
Kadar amylase dalam serum meninggi pada mumps paraparotitis dan
pankreatitis. Kadar amylase rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan
paroits, puncaknya tercapai di minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal
pada minggu ke-2 atau 3. kira-kira 70% mumps disertai amylase yang
meninggi.
7

VII. Pemeriksaan penunjang
Apabila dibutuhkan konfirmasi untuk menegakkan diagnosis, harus
dilakukan isolasi virus. Isolasi virus dapat dilakukan dari air liur sejak 6 hari
sebelum sampai 9 hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.
Virus juga dapat diisolasi dari urin sejak pertama sampai hari ke-14 sejak
terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis. Pemeriksaan yang menjadi pilihan
11

utama adalah enzyme-linked immunosorbent assay. Pemeriksaan
haemagglutination inhibition test dapat digunakan tetapi memiliki reaksi silang
dengan virus parainuenza lainnya. Diagnosis parotitis epidemika biasanya
tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
5

Ditemukannya IgM virus parotitis epidemika atau peningkatan titer
IgG terhadap virus parotitis epidemika dapat membantu diagnosis parotitis
epidemika.

Jumlah lekosit normal atau terdapat leukopenia dengan limfositosis
relatif. Sebagai pemeriksaan tambahan dapat dilakukan complement-fixing
antibody test, neutralization test, isolasi virus, uji intradermal dan pengukuran
kadar amylase dalam serum. Countries antibodies dapat dibuktikan di darah
pada minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada peninggian jelas.
Titer meningkat lebih dari 4 kali atau lebih berarti mumps. Kadar amylase
dalam serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankreatitis. Kadar
amylase rupanya berjalan paralel dengan pembengkakan parotis, puncaknya
tercapai di minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada minggu ke-2
atau 3. Kira-kira 70% mumps disertai amylase yang meninggi.

Pemeriksaan
analisis isoenzim dapat digunakan untuk membedakannya dengan amilase
pankreas.

Virus mumps juga dapat dideteksi dengan PCR (polymerase chain
reaction)).
1,5,6



12

VIII. Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur selama masih demam dan pembengkakan
kelenjar parotis masih ada. Simtomatik diberikan kompres demam atau dingin
serta dapat diberikan analgetik. Diet makanan cair atau lunak tergantung dari
kemampuan menelan. Kortikosteroid diberikan selama 2-4 hari dan globulin
gama dipikirkan apabila terdapat orkitis.

Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20
ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya
orkitis. Simtomatis, istirahat baring disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
makanan disesuaikan dengan kemampuan mengunyah.
4,5
Daerah pipi atau leher bisa juga dikompres secara bergantian dengan
panas dan dingin. Obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen dan ibuprofen)
bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala dan tidak enak badan. Aspirin
tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya
sindroma Reye.
7

Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah
baring. Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu. Jika terjadi
mual dan muntah akibat pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.
7

IX. Pencegahan
Vaksinasi parotitis epidemika menggunakan virus mumps hidup yang
dilemahkan. Pemberian vaksin parotitis epidemika dikombinasi dengan vaksin
virus campak dan rubela dalam vaksin, mumps, measles, dan rubela (MMR).
5
13

Pemberian vaksinasi MMR (mumps, morbili, rubela) untuk mencegah
penyakit gondong merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-
kanak, diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat
juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita
Gondong.
2
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP)
merekomendasikan penggunaan MMR apabila seseorang memiliki komponen-
komponen indikasi.
1

Vaksinasi MMR pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, yang kedua
direkomendasikan pada usia 4-6 tahun namun dapat diberikan pada usia berapa
pun minimal 4 minggu setelah vaksinasi pertama. Pada anak yang tidak
mendapatkan vaksinasi kedua direkomendasikan untuk mendapatkan imunisasi
pada usia 11-12 tahun.
5

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan vaksin
MMR, 98,3% membentuk antibodi terhadap campak dan parotitis epidemika
99,7% membentuk antibodi terhadap rubela. Antibodi yang terbentuk setelah
imunisasi MMR muncul perlahan. Pemberian vaksin parotitis epidemika pada
saat sudah terjadi paparan parotitis epidemika tidak dapat mencegah terjadinya
infeksi parotitis epidemika. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada
pemberian vaksinasi MMR jarang terjadi. Gejala KIPI yang mungkin terjadi
antara lain parotitis atau demam subfebris yang dapat terjadi pada 10-14 hari
pasca vaksinasi. Pada kasus ini pasien belum pernah mendapatkan vaksinasi
MMR.
5

14

X. Komplikasi
Komplikasi serius infeksi parotitis epidemika adalah ensefalitis,
meningitis, orkitis, dan pancreatitis yang dapat timbul tanpa pembengkakan
kelenjar parotis. Orkitis merupakan salah satu komplikasi parotitis epidemika
yang ditakuti.
5
Komplikasi lain adalah Meningoensefalitis, epididimoorkitis,
oovoritis, pankreatitis, artritis, nefritis, mastitis, dakrioadenitis, tiroiditis, dan
miokarditis.


a. Epididymo-orchitis
Epididimitis selalu disertai orchitis. Ditemukan 20-30%, unilateral
pada lelaki yang menderita mumps sesudah pubertas, insiden orchitis bilateral
rendah, kira-kira 2 %.Orchitis kebanyakan terjadi dalam 2 minggu pertama.
Adakalanya di minggu ketiga. Diagnosis mumps orchitis tanpa parotitis
ditegakkan dengan titer complement fixing antibodies yang meningkat selama
masa rekonvalesensi.
6

b. Meningoencephalitis
Insiden kira-kira 10%, biasanya timbul 3-10 hari sesudah parotitis,
dapat juga mendahului parotitis. Ditandai oleh demam, sakit kepala, nausea,
muntah, kaku kuduk, gangguan kesadaran dan jarang ada kejang. Positive
Brudzinskis dan Kernigs Signs. Liquor menunjukkan plecytosis dengan
kebanyakan limfosit, protein meninggi, glukosa dan klorida normal. Biasanya
demam menurun secara lysis dalam 3-10 hari. Perjalanan penyakit serupa
benign aseptic meningitis dan biasanya tanpa sequelae.
6
15

c. Pankreatitis
Kelainan berat teapi jarang sekali, tia-tiba ada keluhan hebat di
epigastrium disertai demam, menggigil, lemah sekali,nausea dan muntah.
Keluh kesah hilang perlahan lahan dalam 37 hari, biasanya sembuh
sempurna.
6
XI. Prognosis
Pada umumnya bagus sekali, kematian sangat jarang.
Meningoencephalitis biasanya tidak ganas dan jarang bersequele walaupun
insiden setelah atrofi testis setelah orchitis tinggi tetapi kemandulan sangat
jarang ditemukan. Hanya persentasi kecil yang mendapat tuli permanen.
7

Anda mungkin juga menyukai