Anda di halaman 1dari 2

Hukumonline

Jumat, 11 January 2008



Sengketa Kontrak Billabong vs Bali Balance Ditangani Polisi

Pemutusan kontrak pemberian lisensi Billabong kepada Bali Balance berbuntut panjang.
Presdir Billabong Indonesia Chris James ditetapkan sebagai tersangka. Billabong
menganggap kasus ini bernuansa perdata.


Suasana mesra kerja sama PT Billabong dengan CV Bali Balance yang sudah tejalin sejak
tahun 1990 berakhir sudah. Pemutusan kontrak antara PT Billabong dan CV Bali Balance
selaku pemegang lisensi untuk memasarkan produk Billabong di Indonesia justru menyeret
nama Christopher John James alias Chris James sebagai tersangka kasus penggelapan dan
penipuan.

Status tersangka Chris juga tertuang dalam surat Badan Reserse Kriminal/Direktur II
Ekonomi dan Khusus Mabes Polri tertanggal 28 Desember 2007. Surat ini memberikan
penjelasan tentang perkembangan hasil penyidikan sengketa Billabong versus Bali Balance.
Sejumlah saksi sudah dipanggil, bahkan beberapa asset sudah disita seperti beberapa light
box dari empat toko terpisah.

Kasus yang menimpa Chris ini berkaitan dengan penggelapan atas diputusnya pemberian
lisensi Billabong kepada CV Bali Balance. Bagi Bali Balance, kesalahan Chris bukan hanya
itu. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain, hak pribadi, hak
kekayaan, hak atas kebebasan dan hak atas kehormatan nama baik, jelas kuasa CV Bali
Balance, Mira Stephanie di Jakarta, Selasa (8/1).

Meski panggilan kedua sudah dilayangkan, pria asal Australia itu belum juga hadir
memenuhi panggilan kepolisian. Chris ada kesibukan di luar negeri, ujar kuasa hukumnya,
Juniver Girsang. Kita sudah kirim surat ke kepolisian supaya ditunda agar dia menyelesaikan
tugasnya dahulu, tambahnya..

Syahdan, kasus ini bermula dari pemutusan kontrak antara Billabong yang berkedudukan di
Australia terhadap Bali Balance. Kala itu, Bali Balance dimiliki oleh mantan atlet selancar I
Wayan Suwenda. Padahal kontraknya dari 1990 sampai 2009, ujar ahli warisnya, Daniel.
Tapi setelah ayah saya meninggal tahun 2005, kontrak tersebut diputus secara sepihak,
ujarnya. Setelah, pemutusan kontrak tersebut, pihak Billabong mendirikan perusahaan
penanaman modal asing, dengan nama PT Billabong Indonesia. Mereka investasi langsung,
tambah Daniel.

Merasa sebagai pemilik, PT Billabong Indonesia lalu mengambil light box yang merupakan
papan iklan Billabong yang diklaim Bali Balance sebagai miliknya. Berbekal alasan inilah,
Daniel melaporkan Chris dengan tuduhan tindak pidana penggelapan yang tercantum dalam
Pasal 372 KUHP. Mereka juga membajak karyawan kami, ujar Mira. Sebagai catatan,
penyidik pun telah menyita beberapa light box sebagai barang bukti.

Seharusnya perdata
Pengacara Billabong, Juniver Girsang punya cerita versi berbeda. Ia menjelaskan perusahaan
PMA yang didirikan oleh Billabong adalah Bali Balance Indoensia, bukan Billabong
Indonesia seperti yang diceritakan oleh Daniel. Juniver pun tak habis pikir mengapa kasus ini
bisa sampai ke Mabes Polri. Masalahnya simpel. Ini kan cuma perdata, ujarnya ketika
dihubungi hukumonline.

Juniver mengungkapkan kontrak yang rencananya berakhir tahun 2009, telah berakhir
bersamaan dengan meninggalnya Wayan Suwenda. Yang berhak itu adalah almarhum. Dia
yang menandatangani. Kalau meninggal, berarti secara otomatis putus (kontraknya,-red),
jelasnya. Malah, Juniver menuduh, pelaporan ke Mabes Polri ini merupakan usaha dari Bali
Balance untuk menghindar dari kewajiban yang masih harus dipenuhinya. Kewajiban mereka
bila dihitung malah sebesar satu miliar, tegasnya.

Juniver malah sudah menyiapkan gugatan perdata balik untuk Bali Balance. Bukan saja
lantaran dinilai ada pencemaran nama baik, tetapi juga adanya upaya menghindari kewajiban.
Kami sudah siapkan, ujarnya.

Pihak Bali Balance pun mengaku berencana untuk menggugat secara perdata. Tapi kita
selesaikan yang ini dulu (pidana,-red), ujar Mira. Sedangkan Daniel mengatakan bila
memang kontrak akan diputus, seharusnya Billabong memberikan Bali Balance sejumlah
kompensasi. Kita sudah membesarkan nama Billabong di Indonesia belasan tahun, jelasnya.

Juniver hanya tertawa mendengar permintaan tentang kompensasi tersebut. Kompensasi apa?
Seharusnya mereka bersyukur sudah diberikan lisensi selama ini. Kan sudah ada keuntungan
yang mereka dapat, jelasnya. Disamping itu, lanjutnya, tak ada dalam klausul kontrak yang
mengatur tentang pemberian kompensasi.

Anda mungkin juga menyukai