Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH PEMBERIAN PASI DENGAN BOTOL TERHADAP GINGIVITIS

Anak usia prasekolah umumnya masih banyak yang mengkonsumsi susu formula,
khususnya menggunakan botol. Pemberian susu ini cenderung dibiarkan sampai anak tertidur
dalam keadaan menghisap botol yang berisi susu atau kadang air gula sehingga susu atau
cairan manis tersebut menggenang di sekitar maksila bagian depan. Kebiasaan minum ini
bisa mengakibatkan karies gigi pada anak yang sering disebut dengan Nursing Bottle Caries,
Nursing Bottle Mounth, Baby Bottle Caries, dan Early Childhood Caries (ECC).
Lubang gigi ini disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat
merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa.
Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang di mulut sepanjang malam, akan
mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam. Gula pasir/sukrosa merupakan
makanan penyebab utama karies dentin. Sedangkan gula laktosa dalam ASI tidak semanis
gula pada sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Tingkat kemanisan laktosa hanya seperenam
kemanisan glukosa, itulah sebabnya bayi yang diberi ASI tidak mengalami karies gigi.
Bakteri yang sering muncul dalam plak adalah Streptococcus, dengan salah satu
spesiesnya yaitu Streptococcus mutans. Bakteri Streptococcus berada dalam mulut secara
anaerobic melalui enzim yang diproduksi mampu mencerna atau menghidrolisis sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil metabolisme jenis gula tersebut, terbentuklah
polimer rantai panjang dari glukosa dan fruktosa. Dari situlah kemudian berkembang menjadi
noda pada permukan gigi. Noda-noda tersebut bersifat gel yang lengket sekali. Streptococcus
mutans berkembang dengan subur jika ada kombinasi gula, sedikit air ludah dan tingkat
keasaman (pH rendah) dalam air ludah. Sebagian dari populasi ini sekitar 20% diperkirakan
semakin bertambah banyak dalam suasana sangat asam yang dihasilkan bakteri.
Proses pengeroposan gigi sendiri disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu
produksi hasil sampingan dari metabolisir fruktosa. Bayi dan anak kecil yang dibiasakan
minum susu formula/cairan manis dalam botol sambil tidur lebih memungkinkan terjadi laju
penyedotan isi botol lebih cepat dari laju penelanan, sehingga sering susu berada di dalam
mulut terlalu lama. Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga
menjadi sensitive pada pH rendah. Ketika itu, proses demineralisasi menjadi lebih cepat
karena menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.
Permukaan gigi tampak utuh, tetapi sebenarnya lapisan di bawahnya telah larut.
Demineralisasi awal tampak seperti bercak putih di gigi dan lama-lama menjadi kecoklatan.
Aliran saliva di dalam rongga mulut sebenarnya dapat membantu membersihkan asam
yang menempel pada permukaan gigi. Namun ketika anak tertidur, aliran saliva secara
signifikan akan berkurang dan kondisi ini akan diikuti oleh tergenangnya asam yang
dihasilkan oleh fermentasi gula yang terdapat pada susu formula/larutan manis yang
mengandung gula di dalam rongga mulut sehingga akan mempercepat terbentuknya karies
gigi. Dan jika gigi dibiarkan tidak dirawat, maka lubang akan berkembang.
Hasil penelitian Drg. Yuke Yulianingsih Heriandi, MS, Universitas Trisakti tahun
2005 menunjukkan terdapat pertumbuhan karies gigi yang lebih tinggi yaitu rata-rata
39,622% pada anak balita yang mengkonsumsi makanan kariogenik, karena makanan
kariogenik mengandung sukrosa 4,4 kali lebih banyak daripada makanan non-kariogenik.
Dari hasil penelitian yang terdahulu yang berjudul hubungan lama pemberian susu botol
dengan kejadian karies gigi pada anak TK Arafat, Semanggi, Surakarta yang dilakukan oleh
Ida Ayu Komang Ari Purnamaastuti tahun 2006 menunjukkan bahwa pemberian susu
formula lebih dini akan mengakibatkan angka kejadian keparahan karies gigi yang lebih
tinggi juga.
Salah satu keburukan mengkonsumsi susu formula terutama bila anak sudah balita
dan pemberian susu telah dilakukan lebih dari 1 tahun adalah kemungkinan terjadinya karies
susu botol. Memperpanjang waktu susu formula yang melebihi masa peralihan pemberian
makanan cair ke makanan padat, akan menyebabkan karies lebih dini. Pemberian makanan
pendamping ASI sebaiknya dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang berupa makanan
padat/semi padat. Kepadatan makanan yang diberikan pada bayi meningkat secara bertahap
sampai mendekati usia 1 tahun.
Selain berpengaruh terhadap karies gigi, pemberian susu botol juga berpengaruh
terhadap gingivitis. Bakteri yang normal ada di dalam mulut memanfaatkan komponen gula
yang ada dalam susu pada botol, menghasilkan asam yang akan merusak gigi anak. Akibat
karies yang mencapai bagian dasar dari gigi yang melekat di gusi, banyak anak mengalami
peradangan pada gusinya atau gingivitis. Ini merupakan keadaan yang berbahaya karena
kuman dengan leluasa dapat memasuki pembuluh darah yang ada di daerah atas dari tubuh
manusia yang terhubung dengan pembuluh darah besar menuju jantung dan dapat sangat
berbahaya bila dimanfaatkan oleh kuman.

Dua hal yang mempengaruhi gingivitis dalam hal pemberian PASI dengan botol,
selain karies gigi adalah :
1. Botol Susu
Botol susu yang biasa digunakan tidak steril dan telah terakumulasi bakteri. Bakteri
yang ada di botol susu ini masuk ke dalam mulut bayi saat bayi mengkonsumsi susu botol.
Karena sistem imun bayi masih sangat lemah dan rentan akan penyakit, maka bakteri sangat
mudah menginvasi oral bayi, dan pada akhirnya terjadilah gingivitis.
2. Susu Formula
Susu botol yang diberikan kepada bayi mengandung kadar gula yang tinggi. Kadar
gula yang tinggi inilah yang menyebabkan timbulnya plak dan kalkulus. Akumulasi plak
dan kalkulus ini lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya gingivitis. Selain itu, pH
yang tidak sesuai juga dapat memicu terjadinya gingivitis. pH susu formula murni adalah
basa. pH asam dapat memicu terjadinya karies gigi, sedangkan pH basa dapat memicu
terjadinya gingivitis. Namun, faktor utama yang mempengaruhinya adalah ketidaksterilan
botol susu, kandungan gula pada susu formula, dan sistem imun bayi yang masih sangat
lemah.

Anda mungkin juga menyukai