Anda di halaman 1dari 7

Hasil Kebudayaan Paleolithikum

Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih


mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya masih kasar.
Secara garis besar, kebudayaan paleolithikum dibedakan:
a. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald, alat yang ditemukan berupa
kapak genggam, serta alat serpih yang masih kasar, yang diperkirakan hasil kebudayaan
manusia jenis Meganthropus.
\
Alat serpih

b. Kebudayaan Ngandong
kebudayaan ngandong merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di daerah
Ngandong, Ngawi, Jawa Timur, alat yang ditemukan berupa peralatan yang terbuat dari
tulang dan tanduk rusa, yang diperkirakan sebagai alat penusuk, belati, atau mata tombak.

Alat dari tulang dan tanduk

Kebudayaan Mesolithikum
Kebudayaa mesolithikum atau kebudayaan jaman batu madya. Hasil peninggalan
kebudayaan adalah ditemukannya kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan abris
sous roche. Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur yang berupa tumpukan kulit
kerang, yang di dalamnya ditemukan kapak genggam/pebble dan kapak pendek. Abris sous
roche, merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua, ditemukan peralatan dari
batu yang sudah diasah, serta peralatan dati tulang dan tanduk. Banyak ditemukan di daerah
Bojonegoro, Sulawesi Selatan, serta Besuki.

Kjokkenmoddinger

Gua tempat penemuan abris souce roche
Kebudayaan Logam
Kebudayaan logam disebut juga hasil kebudayaan dari masa perundagian. Disebut
sebagai masa perundagian karena manusia sudah mulai mengenal dan menguasai teknologi
tahap awal, dengan mulai mengembangkan ketrampilan pertukangan untuk membuat
peralatan yang sesuai kebutuhan hidup.Pada masa itu sudah dikenal peralatan yang terbuat
dari perunggu dan besi. Berikut ini merupakan peninggalan dari masa perundagian:
peralatan dari besi,yang berupa beliung, cangkul, mata pisau, mata tombak dan sabit
Gerabah, yakni peralatan yang terbuat dari tanah liat,
Pakaian, merupakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu,
Perhiasan, berupa gelang dan kalung, baik yang terbuat dari batu dan kerang,
maupun yang terbuat dari perunggu,
Nekara, merupakan tambur yang berbentuk seperti dandang terbalik, digunakan
dalam upacara pemujaan, sehingga alat ini di anggap suci. Banyak ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Selayar, Pulau Roti.
Kapak perunggu atau juga disebut kapak corong atau kapak sepatu.

Kapak Perunggu

Nekara

Nekara dan Moko
Benda Peninggalan Bersejarah
pada Masa Hindu Budha

1. Candi

Candi Borobudur (Budha)

Candi umumnya terbuat dari batu maupun batu bata, sehingga bisa bertahan sampai sekarang.
Candi erat hubungannya dengan keagamaan sehingga bersifat suci. Fungsi bangunan candi
bagi umat Hindu adalah untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan
orang-orang terkemuka. Bagi umat Hindu di Indonesia, fungsi candi adalah untuk pemujaan
terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Candi
yang bercorak Buddha fungsinya untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai
perwujudan dewa.
Bangunan candi merupakan salah satu sumber sejarah. Bangunan candi merupakan bukti
peninggalan kerajaan tertentu. Misalnya sumber sejarah yang menjadi bukti peninggalan
kerajaan Mataram Kuno seperti candi-candi pegunungan Dieng dan Candi Gedung Songo,
yang terletak di Jawa Tengah bagian utara. Di Jawa Tengah bagian selatan juga ditemukan
candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan
Candi Sambi Sari.




Benda Peninggalan Bersejarah pada
Masa Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke
daerah pedalaman. Agama Islam disebarluaskan oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam.
Perkembangan agama Islam diiringi dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan berbagai peninggalan sejarah.

1. Masjid

Masjid merupakan bangunan yang digunakan oleh umat Islam untuk beribadah. Setelah
masuknya agama Islam di Indonesia, bangunan masjid banyak didirikan di Indonesia.
Masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri sebagai berikut.
Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dan tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil misalnya 1, 3, atau
5. Biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut Mustaka.
Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang. Masjid kuno biasanya dilengkapi dengan
kentongan atau bedug untuk menyerukan azan atau panggilan salat.
Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Contoh masjid kuno adalah Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati di Cirebon, dan
Masjid Kudus. Apakah di daerahmu terdapat bangunan masjid kuno? Kalau ada, apakah ciri-
cirinya, sesuai dengan uraian dalam buku ini?


2. Makam

Makam merupakan tempat dikuburkannya orang yang telah meninggal dunia. Bagi umat
beragama Islam, orang yang telah meninggal harus segera dikubur. Ciri-ciri makam kuno
yang ada di Indonesia antara lain:
Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat atau kijing, nisannya
juga terbuat dari batu.
Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
Makam dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam lain atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada
yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi
bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
Di dekat makam biasanya dibangun masjid. Sehingga disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.
3. Kesenian
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias masjid atau makam Islam berupa sulur tumbuh-tumbuhan. Tersebarnya agama
Islam ke Indonesia berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan. Masyarakat mulai
mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu
biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk
menuliskan bahasa Melayu.
Huruf Arab juga berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif
hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
Sedangkan seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang
berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Buddha dan sastra Islam yang banyak
mendapat pengaruh Persia. Bentuk seni sastra yang berkembang antara lain:
Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam
bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu
Hikayat 1001 Malam.
Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton yang sering dianggap sebagai peristiwa
sejarah. Contohnya Babad Tanah Jawi.
Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf, contohnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang.
Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena berbentuk kitab
yang berisi ramalan-ramalan.
Bentuk kesenian yang lain adalah seni suara dan seni tari. Seni suara pengaruh tradisi
Islam antara lain azan, qiraah, dan kasidah. Azan adalah seruan untuk mengajak orang
melakukan salat. Qiraah merupakan seni baca Alquran secara indah. Sedangkan kasidah
adalah nyanyian pujian kepada Tuhan. Perkembangan seni tari yang mengandung unsur Islam
adalah Tari Seudati dari Aceh.

Anda mungkin juga menyukai