Anda di halaman 1dari 22

PENANGANAN KEJANG

DALAM OBSTETRI
(EKLAMPSIA)
Kelompok A
1. Ammar Setyawan
2. Anastasia Oktarina
3. Baity Indriani
4. Dita Febrianti Hanani
5. Siti Azizsa Airunissa

dr. H. Nuswil
Bernolian, SpOG(K)

Eklampsia
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita
preeklampsia berat yang disertai dengan kejang
menyeruluh dan koma.
Eklampsia
menyebabkan
50.000
kematian
maternal di seluruh dunia dalam satu tahun,
disamping itu kematian janin dalam kandungan dan
kematian neonatal mencapai angka 34/1000.

Eklampsia dapat terjadi pada ante partum, intra partum dan


post partum (24 jam seetelah persalinan).
Eklampsia sering terjadi pada kehamilan nullipara, kehamilan
kembar, kehamilan mola, dan hipertensi dengan penyakit ginjal.

Sebelum serangan kejang pada eklampsia biasanya


didahului oleh gejala prodorma yang disebut
impending eklampsia, yang dapat berupa:
nyeri kepala
mata kabur
mual, muntah, dan nyeri epigastrium
jika keadaan ini tidak segera ditanggulangi maka
akan timbul kejang (eklampasia).

Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan


yaitu :
1. Tingkat awal
Keadaan ini berlangsung sekitar 30 detik. Mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
tangan bergetar dan kepala diputar kekanan atau kekiri.
2. Tingkat kejangan tonik
Berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini seluruh otot
menjadi
kaku,
wajah
kelihatan
kaku,
tangan
menggenggam dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan
berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah dapat tergigit.
Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik.

3. Tingkat kejangan klonik


Berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik
menghilang, semua otot berkontraksi dan berulangulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan
menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut keluar lidah yang berbusa, wajah
menunjukkan kongesti dan sianotis. Setelah kejang
terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur.
4. Tingkat koma
Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan penderita biasa menjadi sadar lagi

Gambaran klinik penderita eklampsia biasanya lebih berat


dan dapat disertai berbagai komplikasi seperti: koma, oedema
paru, gagal ginjal, solusio plasenta, gangguan pertumbuhan
janin, dan kematian janin.

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pre-eklampsia dan
eklampsia adalah :
Mencegah dan menghentikan terjadinya
kejang/eklampsia yang akan memperburuk keadaan
ibu hamil.
Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat lahir
hidup,
Mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada ibu.

Jika perjalanan penyakitnya memburuk dan


dijumpai tanda-tanda impending eklampsia, kehamilan
harus segera diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan.
Pengelolaan eklampsia sedapat mungkin berusaha
mempertahankan kehamilan sampai aterm

Terapi yang dapat


diberikan pada eklampsia adalah

1. Stabilisasi fungsi vital


2. Antikonvulsan

Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat merupakan antikonvulsan yang
efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan
dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran
darah ke fetus.
Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang
eklamptik pada >95% kasus.
.

Protokol pemberian magnesium menurut The Parkland


Memorial Hospital, Baltimore, adalah sebagai berikut:
4 g magnesium sulfat diberikan secara IV dalam 5
menit, dilanjutkan dengan 10 g. magnesium sulfat
dicampur dengan 1 ml lidokain 2% IM dibagi pada kedua
bokong.
Bila kejang masih menetap setelah 15 menit lanjutkan
dengan pemberian 2 g magnesium sulfat IV dalam 3-5
menit.
Sebagai dosis rumatan, 4 jam kemudian berikan 5 g
magnesium sulfat IM, kecuali jika refleks patella tidak
ada, terdapat depresi pernafasan, atau urine output
<100 ml dalam 4 jam tersebut maka dosis rumatan
belum bisa diberikan.
Atau dapat diberikan magnesium sulfat 2-4 g/jam IV. Bila

Perhatikan selalu adanya refleks yang hilang,


depresi nafas dan penurunan urine output: Pemberian
harus dihentikan bila terdapat :
hipermagnesia dan pasien mungkin membutuhkan
bantuan ventilasi.
Depresi SSP
hilangnya refleks tendon
depresi pernafasan
koma
henti jantung
Bila terdapat tanda keracunan magnesium, dapat
diberikan kalsium glukonat 1 g IV secara perlahan.

Fenitoin
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan
kecepat-an < 50 mg/min, diikuti dengan dosis rumatan
5 mg/kgbb 2 jam kemudian.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap fenitoin, blok
sinoatrial, AV blok tingkat kedua dan ketiga, sinus bra
dikardi, sindrom Adams-Stokes.
Kategori D (Tidak aman untuk kehamilan)

Diazepam
Dosis : 5 mg IV
Kontraindikasi:
Hipersensitif
pada
diazepam,
narrow-angle glaucoma
Interaksi: Pemberian bersama fenotiazin, barbiturat,
alkohol dan MAOI meningkatkan toksisitas benzodiazepin pada SSP.
Waktu paruh pendek dan memiliki efek depresi SSP
Kategori D (Tidak Aman bagi ibu hamil)

3. Antihipertensi
Hipertensi yang berasosiasi dengan eklampsia
dapat dikontrol dengan adekuat dengan menghentikan
kejang.
Antihipertensi mempunyai 2 tujuan utama:
1. Menurunkan angka kematian maternal dan
kematian yang berhubungan dengan kejang, stroke
dan emboli paru
2. Menurunkan angka kematian fetus dan kematian
yang disebabkan oleh IUGR, placental abruption dan
infark.

Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang
menyebabkan takikardi dan peningkatan cardiac
output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran
darah ke uterus dan mencegah hipotensi.
Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien
dengan eklampsia.
Dosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai
tekanan darah <110 mmHg. Aksi obat mulai dalam 15
menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam.

Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam
preparat IV dan per oral. Digunakan sebagai
pengobatan alternatif dari hidralazin pada penderita
eklampsia.
Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga
40 mg, dosis berikutnya hingga 80 mg sampai dosis
kumulatif maksimal 300 mg;
Dapat diberikan secara konstan melalui IV; Aksi
obat dimulai setelah 5 menit, efek puncak pada 10-20
menit, durasi kerja obat 45 menit sampai 6 jam.

Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai
efek vasodilatasi kuat arteriolar.
Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis
maksimal 120 mg/ hari.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap nifedipin.
Interaksi: Hati-hati pada penggunaan bersamaan
dengan obat lain yang berefek menurunkan tekanan
darah, termasuk beta blocker dan opiat; H2 bloker (si
metidin) dapat meningkatkan toksisitas.
Efek Samping : dapat menyebabkan edema
ekstremitas bawah.
Sebaiknya dihindari pada kehamilan dengan IUGR dan
pada pasien dengan fetus yang memiliki detak jantung
abnormal.

3. Kortikosteroid
Pada pre-eklampsia berat kortikosteroid hanya
diberikan pada kehamilan preterm < 34 minggu dengan
tujuan untuk mematangkan paru janin. Semua kehamilan
34 minggu yang akan diakhiri diberikan kortikosteroid
dalam bentuk dexamethasone atau betamethasone.
National Institute of Health (NIH, 2000) menganjurkan
pemberian kortikosteroid pada semua wanita dengan
usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan
preterm, termasuk penderita pre-eklampsia berat.
Pemberian betamethasone 12 mg intra-muskuler dua
dosis dengan interval 24 jam, atau pemberian
dexamethasone 6 mg intra-vena empat dosis dengan
interval 12 jam.

Terima kasih

pertanyaan
Apa yang kita harapkan dari refleks patella?
Berapa lama dosis rumatan kita pertahankan?

Anda mungkin juga menyukai