Anda di halaman 1dari 14

1

FILOSOFI FENOMENA SEBAGAI TITIK AWAL UNTUK MERUMUSKAN


SAINS, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KELAUTAN

Oleh: Bruri M. Laimeheriwa




Pengantar

Inti dari aktivitas dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian, karena hanya
dengan penelitian maka khazanah informasi yang terhimpun sebagai
ilmu pengetahuan akan tumbuh dan berkembang, karena ilmu pengetahuan itu
sendiri adalah himpunan informasi tentang hal-hal yang diketahui secara ilmiah.
Khazanah informasi tentang pengetahuan yang bukan ilmiah, yaitu pengetahuan
awam, tidak memerlukan penelitian; karena informasi yang terhimpun hanyalah
bersumber dari hasil pengamatan, pengalaman, ataupun perasaan tentang fenomena
hanya dijumpai dalam kehidupan, tanpa adanya kejelasan dan rumusan tentang
struktur dari fenomenanya. Aktivitas lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
hanya merupakan aktifitas perantara yang mendukung dan memperkuat
keseluruhan aktivitas ilmu pengetahuan. Aktivitas perantara tersebut antara lain
aktivitas untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang telah tersedia di dalam
khazanah ilmu pengetahuan, menyebarluaskan isi khazanah ilmu pengetahuan,
pendirian institusi dan perangkat untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan tersebut,
dan sebagainya.
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengekspresikan pikiran,
perasaan serta pandangan sebagai sebuah refleksi filosofis penulis tentang fenomena
sebagai titik awal untuk merumuskan dan atau menghasilkan sebuah sains, teknologi
dan industri kelautan Indonesia. Penulis ingin menstrukturkan pokok-pokok pikiran
dalam kaitan dengan pemahaman akan mata kuiah falsafah sains yang telah
diajarkan. Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis lebih banyak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan beruntun sebagai hakikat dalam berfilsafat.


2

A. MENYATUKAN APA YANG MAKIN BERANTAKAN

Apakah semuanya berawal dari fenomena?
Istilah fenomena digunakan penulis untuk menyatakan segala sesuatu yang
dapat dilihat, dirasakan ataupun dialami. Dengan dilihat, atau dirasakan, atau
dialaminya, fenomena tersebut terbentuk khazanah informasi yang merupakan
pengetahuan awam dari orang yang melihat atau merasakan atau mengalami
fenomena tersebut. Setiap fenomena mempunyai struktur, yaitu unsur-unsur yang
membentuk fenomena tersebut dan susunan serta hubungan saling pengaruh yang
ada diantara unsur-unsur pembentuk fenomena tersebut. Sebagai contoh, kalau
sebuah mobil bergerak itu adalah fenomena. Sehingga apabila mobil itu dibongkar
total, maka diperoleh kumpulan dari benda-benda yang semula membentuk mobil
tersebut bergerak, jadi merupakan unsur-unsur pembentuk mobil. Akan tetapi
apabila unsur-unsur tersebut tidak tersusun dan saling terkait dalam suatu hubungan
saling pengaruh yang berupa mobil, maka hanyalah sekedar tumpukan benda-benda
yang tak tampak kegunaan dan fungsinya sebagai alat transport. Jadi unsur-unsur
pembentuk suatu fenomena tanpa ada kejelasan tentang susunan dan saling
hubungan serta saling pengaruhnya di dalam membentuk suatu fenomena, maka
tidak dapat dinyatakan sebagai struktur fenomenanya. Struktur suatu fenomena
mencakup kedua hal tersebut yakni unsur-unsur yang membentuknya serta
susunan dan hubungan saling terkait yang saling berpengaruh.

Apa dan bagaimana merumuskan sains dari suatu fenomena?

Bila suatu fenomena yang telah diketahui strukturnya, maka fenomena itu
(bagi yang mengetahui strukturnya) merupakan suatu sistem. Jadi suatu sistem
adalah fenomena yang telah diketahui strukturnya. Dengan diketahuinya struktur
suatu sistem, maka dapat diketahui dan diprediksi kelakuan sistemnya. Makin rinci
pengetahuan tentang struktur suatu sistem, makin banyak kelakuan dari sistem yang
diketahui dan diprediksi. Selain itu, dapat juga diketahui fungsi-fungsi yang
dimiliki oleh sistemnya, dan selanjutnya dapat diterangkan fungsi-fungsi apa saja
yang dapat ditimbulkan oleh sistem tersebut. Dengan diketahui struktur dari suatu
fenomena, maka dapat dijelaskan mengapa sesuatu fenomena mempunyai
wujud dan kelakuan tertentu. Pengetahuan tentang fenomena tersebut, dengan
3

demikian, tidak hanya merupakan pengetahuan awam, tetapi telah menjadi
pengetahuan ilmiah. Khazanah informasi tentang pengetahuan ilmiah itu
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, yang berisikan deskripsi dan penjelasan
struktur fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Bila fenomenanya merupakan
fenomena alam, maka informasi tersebut termasuk dalam khazanah ilmu
pengetahuan alam (Natural science). Bila fenomenanya mengenai tatanan dan
hubungan dalam kehidupan masyarakat, termasuk di dalam ilmu pengetahuan sosial
(social sciences).
Bila dipandang sebagai suatu fenomena, pengertian sains (natural ataupun
sosial), selain mencakup khazanah informasi juga mencakup segala bentuk kegiatan
mengenai pembentukan, pengembangan, pemeliharaan, penyebarluasan,
dan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya yang berkaitan dengan upaya-upaya
yang lingkup perhatiannya tertuju kepada pendeskripsian dan penjelasan dari
struktur dan kelakuan fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Jadi
berhasilnya suatu fenomena dideskripsikan atau dijelaskan sebagai pengetahuan
ilmiah, itu adalah sebuah sains.

Apa dan bagaimana merumuskan teknologi dari sebuah sains?

Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa bila sesuatu fenomena telah diketahui
struktur dan kelakuannya, dikenali juga fungsi-fungsi yang dapat ditegakkan oleh
sistem yang terungkapkan sebagai fenomena tersebut, dan juga dapat diterangkan
fungsi-fungsi apa saja yang dapat diciptakan dari sistem itu, atau bila berbagai
sistem dibentuk (disintesa). Pengetahuan untuk menciptakan fenomena baru dari
sistem yang ada, atau sintesa dari sistem-sistem yang ada sebagai naluri yang ada
pada manusia. Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam bila proses pencip-
taannya semata-mata didasarkan pada pengamatan, perasaan dan pengalaman
saja. Tetapi bila proses penciptaannya dilandasi oleh kefahaman mengenai struktur
dan kelakuan sistemnya, dan langkah-langkah untuk penciptaannya dilakukan
menuruti alur nalar yang dapat dibuktikan keabsahannya dan dilaksanakan menuruti
sistematika yang terumuskan dengan jelas, maka pengetahuan tentang penciptaan
fenomena itu merupakan pengetahuan ilmiah. Jelas bahwa fenomena baru yang
diciptakan harus disintesakan dari, atau dengan memanfaatkan fenomena atau
himpunan fenomena yang telah ada.
4

Khazanah pengetahuan yang berisikan pengetahuan ilmiah tentang penciptaan
sistem-sistem ini merupakan bagian lain dari khazanah informasi ilmu pengetahuan.
Khazanah informasi yang telah disebutkan terdahulu, yaitu sains, mengacu kepada
pendeskripsian dan penjelasan dari fenomena-fenomena yang dijumpai (jadi
fenomenanya sudah ada). Sedangkan kahzanah informasi yang mengacu pada
penciptaan sistem-sistem inilah yang dikenal sebagai teknologi.
Jadi dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum secara ringkas sebagai
berikut: pengetahuan tergolong atas pengetahuan awam, dan pengetahuan ilmiah.
Yang terakhir dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dengan
lingkup perhatian pada pendeskripsian dan penjelasan mengenai struktur dan
kelakuan sistem disebut sains dan tergantung dari jenis fenomenanya,
dibedakan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dengan lingkup perhatian pada pensintesaan dan penciptaan sistem disebut
teknologi.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, ilmu pengetahuan sebagai suatu
fenomena tidak hanya mencakup informasi mengenai pengetahuan ilmiah
tetapi juga segala aktivitas untuk memelihara, menyempurnakan dan memperkaya
khazanah informasi tersebut, serta segala upaya penegakan dan pemeliharaan
kelengkapan dan perangkat fisik maupun institusional untuk mengakomodasi dan
mendukung aktivitas-aktivitas tersebut. Kegiatan penelitian merupakan kegiatan
yang menghasilkan informasi baru dalam khazanah ilmu pengetahuan, dan
karenanya proses penyempurnaan isi dan pengkayaan isi khazanah informasi
tersebut hanya dapat terjadi kalau dilakukan penelitian. Karena perbedaan dalam
lingkup perhatiannya, terdapat juga perbedaan antara penelitian dilingkup sains
dan teknologi. Dalam sains yang diupayakan adalah mendapatkan kejelasan dari
struktur dan kelakuan suatu fenomena. Fenomenanya sendiri sudah ada, tetapi
struktur dan kelakuannya belum diketahui. Dalam arena teknologi yang diupayakan
adalah terciptanya suatu sistem baru, yang mempunyai struktur dan kelakuan
yang diinginkan sehingga sesutu tujuan dapat diwujudkan. Bila dalam sains
informasinya bersifat deskriptif, dalam teknologi informasinya bersifat preskriptif
(resep-resep).
Penelitian di arena sains fenomenanya sudah ada, dan terhadap fenomena
itu dilakukan analisis untuk mengenali strukturnya, sehingga dapat dikenali spektrum
5

kelakuannya. Dengan diketahuinya spektrum kelakuan tersebut maka dapat
diketahui kejadian-kejadian yang mungkin terjadi dan juga arah gerak yang
mungkin terjadi atau paling tinggi kemungkinannya untuk terjadi bila sistem ada
dalam lingkungan keadaan tertentu. Pengetahuan tentang struktur suatu
fenomena yang memungkinan diketahuinya spektrum kelakuan sistemnya
memunculkan kemampuan prediktif (perkiraan) dari ilmu pengetahuan. Di arena
teknologi, pokok persoalannya dalam penelitian bukan mengenali struktur dari suatu
fenomena, karena disini yang dipertanyakan adalah 'bagaimana struktur-struktur
dari berbagai fenomena dapat disintesakan sehingga terbentuk struktur lain,
membentuk fenomena baru, yang dapat memenuhi sesuatu tujuan?' Makin kaya
pengetahuan tentang struktur dari fenomena yang ada, makin dipermudah upaya-
upaya teknologis untuk menciptakan fenomena baru.
Oleh karena itu, kemajuan dalam sains, yang berarti makin kaya khazanah
pengetahuan tentang struktur dan kelakuan dari fenomena-fenomena, makin pesat
perkembangan teknologi, yaitu perkembangan dari proses-proses penciptaan
fenomena baru. Peran sains dalam mendukung perkembangan teknologi
ini telah menimbulkan kerancuan dalam memandang peran sains dalam kehidupan
masyarakat, yaitu bahwa seolah-olah sains hanya terkait pada teknologi. Sebenarnya
peran sains lebih luas dari itu, yaitu memberikan jawaban atas keinginan orang
untuk tahu secara jelas, atau keingintahuan untuk mengenali secara lebih jelas
kejadian-kejadian yang dijumpainya. Bahwa setelah mendapatkan kejelasan lalu
terpikirkan untuk memanfaatkan pengetahuan itu untuk menciptakan sesuatu yang
lain, hanyalah suatu akibat saja. Teknologi merupakan salah satu arena dimana sains
berfungsi.

Apa dan bagaimana merumuskan suatu industri dari teknologi?
Memang kalau dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan naluriah
untuk mengenali fenomena di lingkungan kehidupannya dan untuk menciptakan hal-
hal baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, teknologi terkesan sebagai arena
terpenting dimana sains berfungsi. Bagaimana halnya dengan teknologi?
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, informasi dalam teknologi bersifat
resep-resep (preskriptif). Dengan demikian arena kegiatan yang paling memerlukan
resep (preskriptif) merupakan arena terpenting dimana teknologi berfungsi. Arena
6

kegiatan yang paling memanfaatkan resep-resep adalah arena dimana sistem-
sistem produksi, dan dikenal sebagai industri.
Industri merupakan salah satu tempat dimana resep teknologi digunakan,
tetapi industri pada hakekatnya bukanlah teknologi. Bahkan dalam banyak hal
diperlukan tahap-tahap kegiatan lain untuk memungkinkan penggunaan resep
teknologis di dalam sistem industri. Diperlukan suatu jenis industri lain untuk
mengolah resep teknologis agar dapat siap pakai digunakan untuk berproduksi.
Industri yang mengolah resep teknologis menjadi siap pakai untuk berproduksi
tersebut mempunyai sifat yang berbeda dari industri yang memproduksi komoditas
dan jasa, dan disebut industri teknologi, untuk menekankan bahwa yang dihasilkan
oleh industri itu bukanlah jasa atau komoditi melainkan resep-resep teknologis yang
siap pakai untuk diimplementasikan dalam kegiatan guna menghasilkan komoditi
dan jasa.

B. MELURUSKAN APA YANG MAKIN MEMBINGUNGKAN

Manakah yang benar ilmu pengetahuan alam, ataukah ilmu alam?

Seorang yang profesinya mendalami biologi mungkin bila ditanya apakah
bidang yang menjadi keahliannya, maka tanpa ragu-ragu mungkin akan
menjawab: 'biologi'. Bila lebih lanjut ditanya tentang sinonim biologi dalam bahasa
Indonesia, maka mungkin tanpa berpikir ia akan berkata: 'ilmu hayat'. Sekiranya
dia ditanya dalam kelompok mana biologi itu termasuk, maka dia mungkin akan
menyambung : 'ilmu pengetahuan alam'. Kalau ditanya, mengapa tidak ilmu alam,
atau ilmu-ilmu alam? Mungkin jawabnya: ya, tidak tahu, sebab kenyataannya
memang begitu. Bila kenyataan begitu, sambung si penanya, mengapa biologi tidak
disebut ilmu pengetahuan hayat? Jawab ahli biologi itu: sebab ilmu pengetahuan
hayat itu tidak biasa. Jadi, kalau ditanya lagi, mengapa ilmu pengetahuan alam itu
tidak disebut ilmu alam saja? Sebab, mungkin kata sang biolog, ilmu pengetahuan
alam itu dibina oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Skenario ini
menggambarkan kebingungan dalam penggunaan istilah ilmu pengetahuan.
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan,
pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi mampu menangkap alam
kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya, dalam
7

berbagai bentuk pengetahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan
filsafat. Istilah pengetahuan ini diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari kegiatan
manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dari proses
mengetahui ini dimasukkan ke dalam kategori yang disebut pengetahuan. Dalam
bahasa Inggris sinonim dari pengetahuan ini adalah knowledge.
Pengetahuan atau knowledge ini mencakup segenap bentuk yang kita tahu
seperti filsafat, ekonomi, seni, kimia, matematika, fisika dan biologi itu sendiri. Jadi
biologi termasuk ke dalam pengetahuan (knowledge) seperti juga ekonomi,
matematika dan fisika. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok
pengetahuan ini terdapat tiga kriteria yakni:
a. Obyek apakah yang ditelaah, untuk membuahkan pengetahuan (knowledge)
tersebut? Kriteria ini disebut obyek ontologis. Umpamanya saja ekonomi
menelaah hubungan antara manusia dengan benda atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen menelaah kerja sama manusia
dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama. Dengan demikian dapat
ditetapkan obyek penelaahan masing-masing dari ekonomi, manajemen, filsafat,
matematika, fisika, kimia dan biologi sehingga dapat dibedakan daerah
penjelajahan atau bidang telah pengetahuan (knowledge) masing-masing.
b. Cara apakah yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge)
tersebut, atau dengan perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan
pengetahuan itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk
tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis
matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah
pengalaman dan akal sehat.
c. Untuk apa pengetahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa
yang dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat
dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pentas
jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari matematika atau biologi. Nilai kegunaan
ekonomi jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari kimia dan oseanografi.

Jadi seluruh bentuk pengetahuan dapat digolongkan ke dalam kategori
pengetahuan di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karateristik obyek
8

ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis masing-masing. Salah
satu dari bentuk pengetahuan (knowledge) ditandai dengan:
1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat di-
jangkau lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2. Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif
dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis.
3. Landasan aksiologis: kesejahteraan manusia artinya segenap wujud penge-
tahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

Bentuk pengetahuan (knowledge) ini dalam bahasa Inggris adalah science.
Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge
dan science; antara pengetahuan yang bersifat generik dan bentuk pengetahuan
yang spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan
landasan aksiologis yang khas. Lalu apakah sinonim knowledge dan science dalam
bahasa Indonesia?
Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan
pengetahuan untuk knowledge. Hal ini yang sekarang umum dipakai. Walaupun
demikian penggunaannya mempunyai beberapa kelemahan yakni: pertama, adalah
'knowledge' merupakan genus dan 'science' adalah anggota (species) dari kelompok
(genus) tersebut. Adalah kurang layak kalau pengetahuan merupakan istilah genus
dan ilmu pengetahuan merupakan anggota yang termasuk ke dalam
pengetahuan. Kedua, kata sifat dari science adalah scientific; yang sekiranya secara
konsekuen kita mempergunakan untuk ilmu adalah pengetahuan ilmiah? atau ke-
ilmu-pengetahuan-an? Dua istilah ini akan menyesatkan dan kurang nyaman
menggunakannya. Pengetahuan ilmiah bisa diartikan scientific knowledge yang
dalam bahasa Inggris sinonim dengan science; sedangkan ke-ilmu-pengetahuan-an
rasanya terlampau dibuat-buat. Kelemahan ketiga, adalah tidak konsekunsinya
mempergunakan istilah ilmu pengetahuan untuk science di mana biologi disebut
ilmu hayat sedangkan fisika disebut ilmu pengetahuan alam.
Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada da-
sarnya adalah dua kata benda yakni ilmu dan pengetahuan. Rangkaian dua
kata semacam ini adalah biasa dalam bahasa Indonesia seperti emas, perak, atau
intan berlian. Dengan demikian kita tinggal menetapkan mana yang sinonim dengan
9

science dan mana yang sinonim dengan knowledge. Dalam hal ini yang lebih tepat
kiranya adalah penggunaan kata pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk
science. Dengan demikian maka social sciences kita terjemahkan dengan ilmu-
ilmu sosial dan natural sciences sama dengan ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial ini, juga seni, filsafat, bahasa, dll., termasuk ke dalam pengetahuan
yang merupakan istilah generik (genus). Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau
keilmuan: metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah
metode ilmiah (keilmuan). Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.

C. APAKAH YANG HARUS DIPERBUAT OLEH PARA PENDIDIK DAN
ILMUWAN? (Sebuah pesan moral bagi candidat doktor)


Jadilah yang benar dan beriman!
Masalah ilmu pengetahuan dan iman sangat perlu dipikirkan dalam rangka
pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai pendidik harus menjamin kebenaran dan
bobot ilmu yang melebihi ukuran yang berlaku secara pengetahuan awam,
dan juga harus bertanggung jawab sebagai kelompok orang yang diserahi tugas
pembinaan para mahasiswa dalam iman yang benar. Allah sendiri yang menilai
keberhasilan kita. Kalau seorang mahasiswa memasuki suatu perguruan tinggi yang
pendidiknya sekular, maka ia perlu waspada karena menyadari akan ada serangan-
serangan terhadap kepercayaannya. Tetapi kalau ia memasuki sebuah perguruan
tinggi yang pendidik-pendidiknya hidup dalam kebenaran, maka sepatutnya ia
dapat menganggap para dosennya menganggap sebagai sesepuh ilmu (intelektual)
dan iman (spiritual), yang mengajar sesuai dengan kitab suci yang dipercayainya.
Tentu saja, banyak sekali mahasiswa dirugikan, karena jarang bertemu dengan
seorang dosen yang telah memikirkan benar tidaknya aksioma-
aksioma jurusannya berdasarkan kitab suci (Firman Allah) yang dipercayainya.
Adalah merupakan kesempatan yang luar biasa bagi seseorang dosen untuk
meneguhkan iman mahasiswa melalui keahliannya. Para dosen telah dipercayai oleh
para mahasiswa sebagai sesepuh. Hal ini membuka jalan untuk mengarahkan
mereka menuju iman yang bermental positif (baca: revolusi mental). Sebelum
Perang Dunia II, banyak dosen yang mempunyai minat demikian, tetapi terhambat
karena tidak memilki banyak buku teks yang memadai ditulis dari sudut spiritual.
10

Tambah pula, mereka tidak mempunyai sumber keterangan yang dapat mem-
perkokoh mereka dalam menghadapi serangan dan ejekan dari para rekan mereka
yang menganut ajaran sekular dan saintisme. Kalau mereka mengajar
berdasarkan kitab suci, mereka dianggap kolot, picik, dan ketinggalan zaman.
Sebenarnya sekularisme dan kepicikan pihak yang memusuhi kitab-kitab suci
sudah menguasai sikon dan aksioma-aksioma pengajaran di banyak tempat. Dr.
Frances Schaffer menceritakan kasus seorang wanita yang mengajar di salah satu
universitas di London. Karena tidak bersedia mengajar sosiologi atas dasar
behaviorisme, maka wanita itu dipecat. Satu kasus lain, seorang bekas Atheis
Yahudi, setelah menerima dan percaya Yesus Kristus, ia memperkenalkan
Yesus kepada seorang pasien di rumah sakit jiwa. Karena pasien itu langsung
kembali normal dan sembuh, psikiater tersebut dilarang berpraktik di bagian negara
New York. Pasien bersangkutan sudah berada di rumah sakit jiwa selama
lima belas tahun tanpa tertolong. Oleh karena pasien itu sembuh, psikiater Kristen
itu diberhentikan dengan alasan tidak profesional praktis. Tetapi situasi yang
menghambat itu, telah berubah sejak perang dunia II. Pada awal abad ke duapuluh
kaum intelek dilandasi oleh optimisme. Sangkanya, asal manusia dididik dengan baik
dan diberikan teknologi modern, pasti maju dan dengan demikian masalah
peperangan teratasi. Sains dipercayai sebagai sebagai penyelamat bagi umat
manusia. Dengan pecahnya perang, harapan optimis tersebut lenyap.
Sejak masalah itu, para ilmuwan berusaha memperbaiki dasarnya sendiri.
Banyak cendekiawan kembali ke gereja atau mesjid dan mulai membacakan Alkitab
atau Al-quraan. Mereka meletakkan suatu dasar baru di bidangnya masing-
masing. Kini bertambah banyak dosen dan peneliti yang menyimak keterangan
Alkitab dan Al-quraan demi pengerahan baru dan segar di setiap bidang, terutama
dalam biologi, geologi, sosiologi, psikologi, kependidikan, sejarah dan teknologi.
Bahkan banyak antara mereka merasa tergerak menjadi dosen perguruan tinggi
sekuler sekaligus seorang pendeta atau ustad.
Dalam suasana yang baru ini, sebagai seorang pendidik dan ilmuwan dapat
memilih bahan kuliah dari spektrum yang luas. Pendidik dapat memperteguh
imannya sendiri dan iman para mahasiswa asuhannya. Pendidik harus dapat
memberi contoh bahwa justru kitab sucilah (Firman Allah) yang merupakan dasar
sains yang paling produktif. Pendidik dan ilmuwan (dosen) mempunyai kesempatan
11

yang baik untuk menolong kaum rohaniwan juga. Dari golongan teolog banyak juga
yang hanyut karena mengikuti teladan ilmuwan sekular, yang atheis. Para imam dan
pendeta cenderung mendengarkan para cendekiawan yang ada di mesjid dan
gerejanya. Mudah-mudahan seorang imam/kiayai dan pendeta dapat diperkenalkan
kembali kepada kebenaran mutlak kitab suci melalui contoh dan pencerahan.

Sains bukan untuk dihafal, tapi untuk difungsikan dan dipraktiskan

Suatu hari bertanyalah seorang murid kepada Plato apakah sebenarnya
kegunaan dari pelajaran matematika yang telah diberikannya selama ini. Filsuf
besar ini merasa sangat tersinggung dengan pertanyaan ini dan langsung memecat
serta mengeluaran murid tersebut dari sekolah. Pada waktu itu pengetahuan-
pengetahuan, termasuk juga ilmu, memang tidak mempunyai kegunaan praktis
melainkan estetis. Artinya seperti kita mempelajari main piano atau membaca sajak,
maka pengetahuan semacam ini lebih ditujukan kepada kepuasan jiwa, dan bukan
sebagai konsep untuk memecahkan masalah. Bahkan sekarang pun gejala ini masih
terlihat dimana orang memepelajari berbagai pengetahuan ilmiah bukanlah sebagai
teori yang mempunyai kegunaan praktis melainkan sekedar upaya untuk
memperkaya jiwa. Sambil minum teh atau kopi, mereka berdebat tentang masalah
nuklir sampai ke pedagang kaki lima, sekadar untuk mengasah ketajaman berpikir
mereka dan mendapatkan kepuasaan. Ilmu sekadar pengetahuan yang harus
bisa dihafal, agar bisa dikemukakan waktu berdebat; makin hafal lantas makin
hebat! Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang-bidang yang amat luas,
maka makin hebat. Kemampuan mengutip teori-teori ilmiah yang bersifat estetik ini
lalu berkembang menjadi status sosial (sarjana sains/S.Si, Magister Sains/M.Si,
M.Sc., dan Doktor Sains/D.Sc., Ph.D.).
Penempatan ilmu dalam fungsi estetis pada jaman Yunani kuno itu
disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pkerjaan yang bersifat
praktis yang waktu itu dikerjakan oleh budak belian. Adalah kurang pada
tempatnya kalau kaum yang elit memikirkan masalah praktis yang tidak sesuai
dengan status sosial mereka. Bukankah pekerjaan praktis yang memeras tenaga
adalah predikat kaum orang kecil atau rakyat kecil? Sebenarnya pendapat semacam
itu bukanlah sesuatu yang aneh, sebab sekarang pun masih ada yang berpendapat
12

seperti itu: jangan mau jadi masinis atau pekerja teknik, anakku, jadilah pegawai
negeri atau politikus. Itu baru hebat!
Presepsi yang salah inilah yang sebenarnya menyebabkan berkembangnya
kebudayaan menghafal dalam sistem pendidikan Indonesia. Ilmu tidak berfungsi
sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah kita sehari-
hari, melainkan sekadar dikenal dan dikonsumsikan. Misalnya, puisi-puisi Chairul
Anwar atau lagu-lagu Ebiet G Ade tentang alam yang fungsinya memang bersifat
estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik, memberikan kenikmatan
batiniah. Jiwa kita bergetar, terharu, tersentuh oleh komunikasi artistik. Jiwa kita
bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah
sikap dan kelakuan kita. Karya Multatuli yakni Max Havelaar begitu meyentuh nurani
bangsa Belanda yang membuahkan perubahan sikap terhadap penindasan, yang
seperti kita ketahui dari sejarah, menyebabkan perubahan kebijaksanaan politik.
Meskipun patut dicatat bahwa perubahan sikap dan kelakuan itu tidak selalu
menggembirakan.
Kita tidak bisa memecahkan masalah tentang kelautan yang hanya dengan
menyanyi lagu atau membaca puisi tentang kelautan. Kita harus melakukan
tindakan-tindakan kongkrit, tidak dengan membentuk vokal grup, namun
melakukan serangkaian tindakan yang konsepsional berdasarkan pengetahuan
yang terandalkan. Jadi, dibutuhkan ilmuwan ahli/pakar ilmu kelautan untuk
berperan. Akan tetapi pada banyak kejadian, para ilmuwan kelautan hanya
menyodorkan buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah serta karya ilmiah sejenisnya. Hal
ini tak jauh berbeda dengan dari buku primbon dukun ramal yang dipergunakan
untuk konsultasi dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Paling-paling yang
berbeda adalah lingkupnya yakni: dukun, bagaimana ramalan kehidupan masa
depan anak anda setelah ia dewasa? Atau Prof, bagaimana ramalan situasi potensi
produksi perikanan laut Maluku tahun 2030 atau memasuki milenium ketiga?
Bahkan seperti konsultasi dengan dokter, kita bukan seakadar didiagnosis namun
juga diberi pemecahan terapinya.
Buku-buku tebal ilmuwan pada hakikatnya adalah sama saja dengan buku-
buku primbon tukang ramal yakni menjelaskan, meramal dan mengontrol. Tentu saja
yang berbeda adalah asas dan prosedurnya: menjelaskan-meramalkan-mengontrol
inflasi, kita memenggunakan asas dan prosedur keilmuan, sedangkan menjelaskan-
13

meramalkan dan mengontrol telapak tangan, dukun menggunakan asas dan
prosedur perdukunan. Dengan demikian tidak usah heran kalau dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan orang (bahkan para elit) tidak selalu
datang berkonsultasi kepada ilmuwan melainkan kepada dukun atau
paranormal. Karena keduanya melakukan fungsi yang sama meskipun dengan asa
dan prosedur yang berbeda. Pilihan di antara keduanya tergantung kepada
kepercayaan elit, artinya dalam memecahkan masalah kehidupan, apakah mereka
mempercayai asas dan prosedur keilmuan atau perdukunan. Tingkat kepercayaan
seseorang dan masyarakat memang berbeda, dimana kepercayaan seseorang
tergantung kepada pendidikan, dan kepercayaan masyarakat juga tergantung
kepada kebudayaan.
Jadi bagaimana tingkat profesional ilmuwan yang tidak bisa menjelaskan,
meramal dan mengontrol masalah kehidupan, melainkan sekadar menghafal teori-
teori ilmiah? Lebih baik membantu membuat syair lagu-lagu dalam rangka
memasyarakatkan ilmu dan mengilmiahkan masyarakat. Apakah itu hakikat dan
kegunaan sains?

Mandiri supaya mampu kendali diri

Bila suatu masyarakat mampu mandiri dalam ilmu pengetahuan, maka
kendali terhadap pengetahuan ilmiah tersebut ada pada masyarakat itu.
Penyempurnaan dan pengkayaan informasi yang ada dalam masyarakat dapat
dilakukan sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat tersebut, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk memilih maupun menghasilkan informasi
yang ingin ditambahkannya, serta mempunyai kemampuan untuk memilih informasi
mana yang akan diambil dan dimanfaatkan dari informasi itu. Keadaan yang
menciptakan kemandirian ilmu pengetahuan sangat terkait dengan budaya
masyarakat dan keberhasilan masyarakat tersebut dalam mengelola sumberdaya,
melalui aktivitas industri dan ekonomi lainnya sehingga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat serta mampu secara berkesinambungan menyisihkan dana
untuk melaksanakan aktivitas ilmiah yang berupa penelitian. Karena hanya
dengan penelitian, maka khazanah ilmu pengetahuan masyarakat dapat
berkembang tanpa terlalu tergantung pada sumber-sumber informasi di luar
masyarakat tersebut. Memang informasi dari luar itu tak dapat dihindari akan selalu
14

terjadi dan dibutuhkan. Akan tetapi bila informasi luar ini mengendalikan
pertumbuhan dan ragam khazanah ilmiah suatu masyarakat, maka jelas masyarakat
tersebut tidak mempunyai kemandirian ilmu pengetahuan.


Penutup

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari uraian di atas, yakni:
Bahwa fenomena, sains, teknologi dan industri merupakan empat hal yang
berbeda. Salah satu arena dimana fenomena berfungsi adalah sains, arena
kegiatan di mana sains berfungsi adalah teknologi, arena kegiatan terpenting
dimana teknologi berfungsi adalah industri.
Bahwa kemandirian ilmu pengetahuan suatu masyarakat hanya di-
jumpai bila penelitian merupakan agenda nyata dalam aktivitas kehidupan
masyarakat tersebut.

Demikianlah paparan dalam makalah ini, semoga mencelikkan mata dan hati
kita calon-calon doktor bidang Ilmu Kelautan di Indonesia.


DAFTAR RUJUKAN
1. Hempel, G.C., 1966. Philosophy of Natural Science. Printice-Hall, INC.
Englewood Cliffs, N.J.
2. Suriasumantri,J.S, 2013. Filsafat ilmu Sebuah pengantar populer. Tempo,
375halaman
3. Latif M, 2014. Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. Penerbit Kecana
Group, 340halaman
4. Rahman M.A, 2013. Sejarah filsafat barat. Penerbit IRCiSoD, 435 halaman
5. Kasdim dkk, 2012. Critical thinkin.Membangun pikiran logis. PT Pustakan
Sinar Harapan Jakarta, 165 halaman.

Anda mungkin juga menyukai