FILOSOFI FENOMENA SEBAGAI TITIK AWAL UNTUK MERUMUSKAN
SAINS, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KELAUTAN
Oleh: Bruri M. Laimeheriwa
Pengantar
Inti dari aktivitas dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian, karena hanya dengan penelitian maka khazanah informasi yang terhimpun sebagai ilmu pengetahuan akan tumbuh dan berkembang, karena ilmu pengetahuan itu sendiri adalah himpunan informasi tentang hal-hal yang diketahui secara ilmiah. Khazanah informasi tentang pengetahuan yang bukan ilmiah, yaitu pengetahuan awam, tidak memerlukan penelitian; karena informasi yang terhimpun hanyalah bersumber dari hasil pengamatan, pengalaman, ataupun perasaan tentang fenomena hanya dijumpai dalam kehidupan, tanpa adanya kejelasan dan rumusan tentang struktur dari fenomenanya. Aktivitas lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan hanya merupakan aktifitas perantara yang mendukung dan memperkuat keseluruhan aktivitas ilmu pengetahuan. Aktivitas perantara tersebut antara lain aktivitas untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang telah tersedia di dalam khazanah ilmu pengetahuan, menyebarluaskan isi khazanah ilmu pengetahuan, pendirian institusi dan perangkat untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan tersebut, dan sebagainya. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengekspresikan pikiran, perasaan serta pandangan sebagai sebuah refleksi filosofis penulis tentang fenomena sebagai titik awal untuk merumuskan dan atau menghasilkan sebuah sains, teknologi dan industri kelautan Indonesia. Penulis ingin menstrukturkan pokok-pokok pikiran dalam kaitan dengan pemahaman akan mata kuiah falsafah sains yang telah diajarkan. Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis lebih banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan beruntun sebagai hakikat dalam berfilsafat.
2
A. MENYATUKAN APA YANG MAKIN BERANTAKAN
Apakah semuanya berawal dari fenomena? Istilah fenomena digunakan penulis untuk menyatakan segala sesuatu yang dapat dilihat, dirasakan ataupun dialami. Dengan dilihat, atau dirasakan, atau dialaminya, fenomena tersebut terbentuk khazanah informasi yang merupakan pengetahuan awam dari orang yang melihat atau merasakan atau mengalami fenomena tersebut. Setiap fenomena mempunyai struktur, yaitu unsur-unsur yang membentuk fenomena tersebut dan susunan serta hubungan saling pengaruh yang ada diantara unsur-unsur pembentuk fenomena tersebut. Sebagai contoh, kalau sebuah mobil bergerak itu adalah fenomena. Sehingga apabila mobil itu dibongkar total, maka diperoleh kumpulan dari benda-benda yang semula membentuk mobil tersebut bergerak, jadi merupakan unsur-unsur pembentuk mobil. Akan tetapi apabila unsur-unsur tersebut tidak tersusun dan saling terkait dalam suatu hubungan saling pengaruh yang berupa mobil, maka hanyalah sekedar tumpukan benda-benda yang tak tampak kegunaan dan fungsinya sebagai alat transport. Jadi unsur-unsur pembentuk suatu fenomena tanpa ada kejelasan tentang susunan dan saling hubungan serta saling pengaruhnya di dalam membentuk suatu fenomena, maka tidak dapat dinyatakan sebagai struktur fenomenanya. Struktur suatu fenomena mencakup kedua hal tersebut yakni unsur-unsur yang membentuknya serta susunan dan hubungan saling terkait yang saling berpengaruh.
Apa dan bagaimana merumuskan sains dari suatu fenomena?
Bila suatu fenomena yang telah diketahui strukturnya, maka fenomena itu (bagi yang mengetahui strukturnya) merupakan suatu sistem. Jadi suatu sistem adalah fenomena yang telah diketahui strukturnya. Dengan diketahuinya struktur suatu sistem, maka dapat diketahui dan diprediksi kelakuan sistemnya. Makin rinci pengetahuan tentang struktur suatu sistem, makin banyak kelakuan dari sistem yang diketahui dan diprediksi. Selain itu, dapat juga diketahui fungsi-fungsi yang dimiliki oleh sistemnya, dan selanjutnya dapat diterangkan fungsi-fungsi apa saja yang dapat ditimbulkan oleh sistem tersebut. Dengan diketahui struktur dari suatu fenomena, maka dapat dijelaskan mengapa sesuatu fenomena mempunyai wujud dan kelakuan tertentu. Pengetahuan tentang fenomena tersebut, dengan 3
demikian, tidak hanya merupakan pengetahuan awam, tetapi telah menjadi pengetahuan ilmiah. Khazanah informasi tentang pengetahuan ilmiah itu merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, yang berisikan deskripsi dan penjelasan struktur fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Bila fenomenanya merupakan fenomena alam, maka informasi tersebut termasuk dalam khazanah ilmu pengetahuan alam (Natural science). Bila fenomenanya mengenai tatanan dan hubungan dalam kehidupan masyarakat, termasuk di dalam ilmu pengetahuan sosial (social sciences). Bila dipandang sebagai suatu fenomena, pengertian sains (natural ataupun sosial), selain mencakup khazanah informasi juga mencakup segala bentuk kegiatan mengenai pembentukan, pengembangan, pemeliharaan, penyebarluasan, dan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya yang berkaitan dengan upaya-upaya yang lingkup perhatiannya tertuju kepada pendeskripsian dan penjelasan dari struktur dan kelakuan fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Jadi berhasilnya suatu fenomena dideskripsikan atau dijelaskan sebagai pengetahuan ilmiah, itu adalah sebuah sains.
Apa dan bagaimana merumuskan teknologi dari sebuah sains?
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa bila sesuatu fenomena telah diketahui struktur dan kelakuannya, dikenali juga fungsi-fungsi yang dapat ditegakkan oleh sistem yang terungkapkan sebagai fenomena tersebut, dan juga dapat diterangkan fungsi-fungsi apa saja yang dapat diciptakan dari sistem itu, atau bila berbagai sistem dibentuk (disintesa). Pengetahuan untuk menciptakan fenomena baru dari sistem yang ada, atau sintesa dari sistem-sistem yang ada sebagai naluri yang ada pada manusia. Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam bila proses pencip- taannya semata-mata didasarkan pada pengamatan, perasaan dan pengalaman saja. Tetapi bila proses penciptaannya dilandasi oleh kefahaman mengenai struktur dan kelakuan sistemnya, dan langkah-langkah untuk penciptaannya dilakukan menuruti alur nalar yang dapat dibuktikan keabsahannya dan dilaksanakan menuruti sistematika yang terumuskan dengan jelas, maka pengetahuan tentang penciptaan fenomena itu merupakan pengetahuan ilmiah. Jelas bahwa fenomena baru yang diciptakan harus disintesakan dari, atau dengan memanfaatkan fenomena atau himpunan fenomena yang telah ada. 4
Khazanah pengetahuan yang berisikan pengetahuan ilmiah tentang penciptaan sistem-sistem ini merupakan bagian lain dari khazanah informasi ilmu pengetahuan. Khazanah informasi yang telah disebutkan terdahulu, yaitu sains, mengacu kepada pendeskripsian dan penjelasan dari fenomena-fenomena yang dijumpai (jadi fenomenanya sudah ada). Sedangkan kahzanah informasi yang mengacu pada penciptaan sistem-sistem inilah yang dikenal sebagai teknologi. Jadi dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum secara ringkas sebagai berikut: pengetahuan tergolong atas pengetahuan awam, dan pengetahuan ilmiah. Yang terakhir dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dengan lingkup perhatian pada pendeskripsian dan penjelasan mengenai struktur dan kelakuan sistem disebut sains dan tergantung dari jenis fenomenanya, dibedakan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dengan lingkup perhatian pada pensintesaan dan penciptaan sistem disebut teknologi. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, ilmu pengetahuan sebagai suatu fenomena tidak hanya mencakup informasi mengenai pengetahuan ilmiah tetapi juga segala aktivitas untuk memelihara, menyempurnakan dan memperkaya khazanah informasi tersebut, serta segala upaya penegakan dan pemeliharaan kelengkapan dan perangkat fisik maupun institusional untuk mengakomodasi dan mendukung aktivitas-aktivitas tersebut. Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang menghasilkan informasi baru dalam khazanah ilmu pengetahuan, dan karenanya proses penyempurnaan isi dan pengkayaan isi khazanah informasi tersebut hanya dapat terjadi kalau dilakukan penelitian. Karena perbedaan dalam lingkup perhatiannya, terdapat juga perbedaan antara penelitian dilingkup sains dan teknologi. Dalam sains yang diupayakan adalah mendapatkan kejelasan dari struktur dan kelakuan suatu fenomena. Fenomenanya sendiri sudah ada, tetapi struktur dan kelakuannya belum diketahui. Dalam arena teknologi yang diupayakan adalah terciptanya suatu sistem baru, yang mempunyai struktur dan kelakuan yang diinginkan sehingga sesutu tujuan dapat diwujudkan. Bila dalam sains informasinya bersifat deskriptif, dalam teknologi informasinya bersifat preskriptif (resep-resep). Penelitian di arena sains fenomenanya sudah ada, dan terhadap fenomena itu dilakukan analisis untuk mengenali strukturnya, sehingga dapat dikenali spektrum 5
kelakuannya. Dengan diketahuinya spektrum kelakuan tersebut maka dapat diketahui kejadian-kejadian yang mungkin terjadi dan juga arah gerak yang mungkin terjadi atau paling tinggi kemungkinannya untuk terjadi bila sistem ada dalam lingkungan keadaan tertentu. Pengetahuan tentang struktur suatu fenomena yang memungkinan diketahuinya spektrum kelakuan sistemnya memunculkan kemampuan prediktif (perkiraan) dari ilmu pengetahuan. Di arena teknologi, pokok persoalannya dalam penelitian bukan mengenali struktur dari suatu fenomena, karena disini yang dipertanyakan adalah 'bagaimana struktur-struktur dari berbagai fenomena dapat disintesakan sehingga terbentuk struktur lain, membentuk fenomena baru, yang dapat memenuhi sesuatu tujuan?' Makin kaya pengetahuan tentang struktur dari fenomena yang ada, makin dipermudah upaya- upaya teknologis untuk menciptakan fenomena baru. Oleh karena itu, kemajuan dalam sains, yang berarti makin kaya khazanah pengetahuan tentang struktur dan kelakuan dari fenomena-fenomena, makin pesat perkembangan teknologi, yaitu perkembangan dari proses-proses penciptaan fenomena baru. Peran sains dalam mendukung perkembangan teknologi ini telah menimbulkan kerancuan dalam memandang peran sains dalam kehidupan masyarakat, yaitu bahwa seolah-olah sains hanya terkait pada teknologi. Sebenarnya peran sains lebih luas dari itu, yaitu memberikan jawaban atas keinginan orang untuk tahu secara jelas, atau keingintahuan untuk mengenali secara lebih jelas kejadian-kejadian yang dijumpainya. Bahwa setelah mendapatkan kejelasan lalu terpikirkan untuk memanfaatkan pengetahuan itu untuk menciptakan sesuatu yang lain, hanyalah suatu akibat saja. Teknologi merupakan salah satu arena dimana sains berfungsi.
Apa dan bagaimana merumuskan suatu industri dari teknologi? Memang kalau dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan naluriah untuk mengenali fenomena di lingkungan kehidupannya dan untuk menciptakan hal- hal baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, teknologi terkesan sebagai arena terpenting dimana sains berfungsi. Bagaimana halnya dengan teknologi? Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, informasi dalam teknologi bersifat resep-resep (preskriptif). Dengan demikian arena kegiatan yang paling memerlukan resep (preskriptif) merupakan arena terpenting dimana teknologi berfungsi. Arena 6
kegiatan yang paling memanfaatkan resep-resep adalah arena dimana sistem- sistem produksi, dan dikenal sebagai industri. Industri merupakan salah satu tempat dimana resep teknologi digunakan, tetapi industri pada hakekatnya bukanlah teknologi. Bahkan dalam banyak hal diperlukan tahap-tahap kegiatan lain untuk memungkinkan penggunaan resep teknologis di dalam sistem industri. Diperlukan suatu jenis industri lain untuk mengolah resep teknologis agar dapat siap pakai digunakan untuk berproduksi. Industri yang mengolah resep teknologis menjadi siap pakai untuk berproduksi tersebut mempunyai sifat yang berbeda dari industri yang memproduksi komoditas dan jasa, dan disebut industri teknologi, untuk menekankan bahwa yang dihasilkan oleh industri itu bukanlah jasa atau komoditi melainkan resep-resep teknologis yang siap pakai untuk diimplementasikan dalam kegiatan guna menghasilkan komoditi dan jasa.
B. MELURUSKAN APA YANG MAKIN MEMBINGUNGKAN
Manakah yang benar ilmu pengetahuan alam, ataukah ilmu alam?
Seorang yang profesinya mendalami biologi mungkin bila ditanya apakah bidang yang menjadi keahliannya, maka tanpa ragu-ragu mungkin akan menjawab: 'biologi'. Bila lebih lanjut ditanya tentang sinonim biologi dalam bahasa Indonesia, maka mungkin tanpa berpikir ia akan berkata: 'ilmu hayat'. Sekiranya dia ditanya dalam kelompok mana biologi itu termasuk, maka dia mungkin akan menyambung : 'ilmu pengetahuan alam'. Kalau ditanya, mengapa tidak ilmu alam, atau ilmu-ilmu alam? Mungkin jawabnya: ya, tidak tahu, sebab kenyataannya memang begitu. Bila kenyataan begitu, sambung si penanya, mengapa biologi tidak disebut ilmu pengetahuan hayat? Jawab ahli biologi itu: sebab ilmu pengetahuan hayat itu tidak biasa. Jadi, kalau ditanya lagi, mengapa ilmu pengetahuan alam itu tidak disebut ilmu alam saja? Sebab, mungkin kata sang biolog, ilmu pengetahuan alam itu dibina oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Skenario ini menggambarkan kebingungan dalam penggunaan istilah ilmu pengetahuan. Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya, dalam 7
berbagai bentuk pengetahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Istilah pengetahuan ini diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dari proses mengetahui ini dimasukkan ke dalam kategori yang disebut pengetahuan. Dalam bahasa Inggris sinonim dari pengetahuan ini adalah knowledge. Pengetahuan atau knowledge ini mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, kimia, matematika, fisika dan biologi itu sendiri. Jadi biologi termasuk ke dalam pengetahuan (knowledge) seperti juga ekonomi, matematika dan fisika. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok pengetahuan ini terdapat tiga kriteria yakni: a. Obyek apakah yang ditelaah, untuk membuahkan pengetahuan (knowledge) tersebut? Kriteria ini disebut obyek ontologis. Umpamanya saja ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama. Dengan demikian dapat ditetapkan obyek penelaahan masing-masing dari ekonomi, manajemen, filsafat, matematika, fisika, kimia dan biologi sehingga dapat dibedakan daerah penjelajahan atau bidang telah pengetahuan (knowledge) masing-masing. b. Cara apakah yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge) tersebut, atau dengan perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat. c. Untuk apa pengetahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pentas jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari matematika atau biologi. Nilai kegunaan ekonomi jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari kimia dan oseanografi.
Jadi seluruh bentuk pengetahuan dapat digolongkan ke dalam kategori pengetahuan di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karateristik obyek 8
ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis masing-masing. Salah satu dari bentuk pengetahuan (knowledge) ditandai dengan: 1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat di- jangkau lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra; 2. Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis. 3. Landasan aksiologis: kesejahteraan manusia artinya segenap wujud penge- tahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Bentuk pengetahuan (knowledge) ini dalam bahasa Inggris adalah science. Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge dan science; antara pengetahuan yang bersifat generik dan bentuk pengetahuan yang spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas. Lalu apakah sinonim knowledge dan science dalam bahasa Indonesia? Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Hal ini yang sekarang umum dipakai. Walaupun demikian penggunaannya mempunyai beberapa kelemahan yakni: pertama, adalah 'knowledge' merupakan genus dan 'science' adalah anggota (species) dari kelompok (genus) tersebut. Adalah kurang layak kalau pengetahuan merupakan istilah genus dan ilmu pengetahuan merupakan anggota yang termasuk ke dalam pengetahuan. Kedua, kata sifat dari science adalah scientific; yang sekiranya secara konsekuen kita mempergunakan untuk ilmu adalah pengetahuan ilmiah? atau ke- ilmu-pengetahuan-an? Dua istilah ini akan menyesatkan dan kurang nyaman menggunakannya. Pengetahuan ilmiah bisa diartikan scientific knowledge yang dalam bahasa Inggris sinonim dengan science; sedangkan ke-ilmu-pengetahuan-an rasanya terlampau dibuat-buat. Kelemahan ketiga, adalah tidak konsekunsinya mempergunakan istilah ilmu pengetahuan untuk science di mana biologi disebut ilmu hayat sedangkan fisika disebut ilmu pengetahuan alam. Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada da- sarnya adalah dua kata benda yakni ilmu dan pengetahuan. Rangkaian dua kata semacam ini adalah biasa dalam bahasa Indonesia seperti emas, perak, atau intan berlian. Dengan demikian kita tinggal menetapkan mana yang sinonim dengan 9
science dan mana yang sinonim dengan knowledge. Dalam hal ini yang lebih tepat kiranya adalah penggunaan kata pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk science. Dengan demikian maka social sciences kita terjemahkan dengan ilmu- ilmu sosial dan natural sciences sama dengan ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ini, juga seni, filsafat, bahasa, dll., termasuk ke dalam pengetahuan yang merupakan istilah generik (genus). Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau keilmuan: metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah metode ilmiah (keilmuan). Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.
C. APAKAH YANG HARUS DIPERBUAT OLEH PARA PENDIDIK DAN ILMUWAN? (Sebuah pesan moral bagi candidat doktor)
Jadilah yang benar dan beriman! Masalah ilmu pengetahuan dan iman sangat perlu dipikirkan dalam rangka pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai pendidik harus menjamin kebenaran dan bobot ilmu yang melebihi ukuran yang berlaku secara pengetahuan awam, dan juga harus bertanggung jawab sebagai kelompok orang yang diserahi tugas pembinaan para mahasiswa dalam iman yang benar. Allah sendiri yang menilai keberhasilan kita. Kalau seorang mahasiswa memasuki suatu perguruan tinggi yang pendidiknya sekular, maka ia perlu waspada karena menyadari akan ada serangan- serangan terhadap kepercayaannya. Tetapi kalau ia memasuki sebuah perguruan tinggi yang pendidik-pendidiknya hidup dalam kebenaran, maka sepatutnya ia dapat menganggap para dosennya menganggap sebagai sesepuh ilmu (intelektual) dan iman (spiritual), yang mengajar sesuai dengan kitab suci yang dipercayainya. Tentu saja, banyak sekali mahasiswa dirugikan, karena jarang bertemu dengan seorang dosen yang telah memikirkan benar tidaknya aksioma- aksioma jurusannya berdasarkan kitab suci (Firman Allah) yang dipercayainya. Adalah merupakan kesempatan yang luar biasa bagi seseorang dosen untuk meneguhkan iman mahasiswa melalui keahliannya. Para dosen telah dipercayai oleh para mahasiswa sebagai sesepuh. Hal ini membuka jalan untuk mengarahkan mereka menuju iman yang bermental positif (baca: revolusi mental). Sebelum Perang Dunia II, banyak dosen yang mempunyai minat demikian, tetapi terhambat karena tidak memilki banyak buku teks yang memadai ditulis dari sudut spiritual. 10
Tambah pula, mereka tidak mempunyai sumber keterangan yang dapat mem- perkokoh mereka dalam menghadapi serangan dan ejekan dari para rekan mereka yang menganut ajaran sekular dan saintisme. Kalau mereka mengajar berdasarkan kitab suci, mereka dianggap kolot, picik, dan ketinggalan zaman. Sebenarnya sekularisme dan kepicikan pihak yang memusuhi kitab-kitab suci sudah menguasai sikon dan aksioma-aksioma pengajaran di banyak tempat. Dr. Frances Schaffer menceritakan kasus seorang wanita yang mengajar di salah satu universitas di London. Karena tidak bersedia mengajar sosiologi atas dasar behaviorisme, maka wanita itu dipecat. Satu kasus lain, seorang bekas Atheis Yahudi, setelah menerima dan percaya Yesus Kristus, ia memperkenalkan Yesus kepada seorang pasien di rumah sakit jiwa. Karena pasien itu langsung kembali normal dan sembuh, psikiater tersebut dilarang berpraktik di bagian negara New York. Pasien bersangkutan sudah berada di rumah sakit jiwa selama lima belas tahun tanpa tertolong. Oleh karena pasien itu sembuh, psikiater Kristen itu diberhentikan dengan alasan tidak profesional praktis. Tetapi situasi yang menghambat itu, telah berubah sejak perang dunia II. Pada awal abad ke duapuluh kaum intelek dilandasi oleh optimisme. Sangkanya, asal manusia dididik dengan baik dan diberikan teknologi modern, pasti maju dan dengan demikian masalah peperangan teratasi. Sains dipercayai sebagai sebagai penyelamat bagi umat manusia. Dengan pecahnya perang, harapan optimis tersebut lenyap. Sejak masalah itu, para ilmuwan berusaha memperbaiki dasarnya sendiri. Banyak cendekiawan kembali ke gereja atau mesjid dan mulai membacakan Alkitab atau Al-quraan. Mereka meletakkan suatu dasar baru di bidangnya masing- masing. Kini bertambah banyak dosen dan peneliti yang menyimak keterangan Alkitab dan Al-quraan demi pengerahan baru dan segar di setiap bidang, terutama dalam biologi, geologi, sosiologi, psikologi, kependidikan, sejarah dan teknologi. Bahkan banyak antara mereka merasa tergerak menjadi dosen perguruan tinggi sekuler sekaligus seorang pendeta atau ustad. Dalam suasana yang baru ini, sebagai seorang pendidik dan ilmuwan dapat memilih bahan kuliah dari spektrum yang luas. Pendidik dapat memperteguh imannya sendiri dan iman para mahasiswa asuhannya. Pendidik harus dapat memberi contoh bahwa justru kitab sucilah (Firman Allah) yang merupakan dasar sains yang paling produktif. Pendidik dan ilmuwan (dosen) mempunyai kesempatan 11
yang baik untuk menolong kaum rohaniwan juga. Dari golongan teolog banyak juga yang hanyut karena mengikuti teladan ilmuwan sekular, yang atheis. Para imam dan pendeta cenderung mendengarkan para cendekiawan yang ada di mesjid dan gerejanya. Mudah-mudahan seorang imam/kiayai dan pendeta dapat diperkenalkan kembali kepada kebenaran mutlak kitab suci melalui contoh dan pencerahan.
Sains bukan untuk dihafal, tapi untuk difungsikan dan dipraktiskan
Suatu hari bertanyalah seorang murid kepada Plato apakah sebenarnya kegunaan dari pelajaran matematika yang telah diberikannya selama ini. Filsuf besar ini merasa sangat tersinggung dengan pertanyaan ini dan langsung memecat serta mengeluaran murid tersebut dari sekolah. Pada waktu itu pengetahuan- pengetahuan, termasuk juga ilmu, memang tidak mempunyai kegunaan praktis melainkan estetis. Artinya seperti kita mempelajari main piano atau membaca sajak, maka pengetahuan semacam ini lebih ditujukan kepada kepuasan jiwa, dan bukan sebagai konsep untuk memecahkan masalah. Bahkan sekarang pun gejala ini masih terlihat dimana orang memepelajari berbagai pengetahuan ilmiah bukanlah sebagai teori yang mempunyai kegunaan praktis melainkan sekedar upaya untuk memperkaya jiwa. Sambil minum teh atau kopi, mereka berdebat tentang masalah nuklir sampai ke pedagang kaki lima, sekadar untuk mengasah ketajaman berpikir mereka dan mendapatkan kepuasaan. Ilmu sekadar pengetahuan yang harus bisa dihafal, agar bisa dikemukakan waktu berdebat; makin hafal lantas makin hebat! Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang-bidang yang amat luas, maka makin hebat. Kemampuan mengutip teori-teori ilmiah yang bersifat estetik ini lalu berkembang menjadi status sosial (sarjana sains/S.Si, Magister Sains/M.Si, M.Sc., dan Doktor Sains/D.Sc., Ph.D.). Penempatan ilmu dalam fungsi estetis pada jaman Yunani kuno itu disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pkerjaan yang bersifat praktis yang waktu itu dikerjakan oleh budak belian. Adalah kurang pada tempatnya kalau kaum yang elit memikirkan masalah praktis yang tidak sesuai dengan status sosial mereka. Bukankah pekerjaan praktis yang memeras tenaga adalah predikat kaum orang kecil atau rakyat kecil? Sebenarnya pendapat semacam itu bukanlah sesuatu yang aneh, sebab sekarang pun masih ada yang berpendapat 12
seperti itu: jangan mau jadi masinis atau pekerja teknik, anakku, jadilah pegawai negeri atau politikus. Itu baru hebat! Presepsi yang salah inilah yang sebenarnya menyebabkan berkembangnya kebudayaan menghafal dalam sistem pendidikan Indonesia. Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah kita sehari- hari, melainkan sekadar dikenal dan dikonsumsikan. Misalnya, puisi-puisi Chairul Anwar atau lagu-lagu Ebiet G Ade tentang alam yang fungsinya memang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik, memberikan kenikmatan batiniah. Jiwa kita bergetar, terharu, tersentuh oleh komunikasi artistik. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita. Karya Multatuli yakni Max Havelaar begitu meyentuh nurani bangsa Belanda yang membuahkan perubahan sikap terhadap penindasan, yang seperti kita ketahui dari sejarah, menyebabkan perubahan kebijaksanaan politik. Meskipun patut dicatat bahwa perubahan sikap dan kelakuan itu tidak selalu menggembirakan. Kita tidak bisa memecahkan masalah tentang kelautan yang hanya dengan menyanyi lagu atau membaca puisi tentang kelautan. Kita harus melakukan tindakan-tindakan kongkrit, tidak dengan membentuk vokal grup, namun melakukan serangkaian tindakan yang konsepsional berdasarkan pengetahuan yang terandalkan. Jadi, dibutuhkan ilmuwan ahli/pakar ilmu kelautan untuk berperan. Akan tetapi pada banyak kejadian, para ilmuwan kelautan hanya menyodorkan buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah serta karya ilmiah sejenisnya. Hal ini tak jauh berbeda dengan dari buku primbon dukun ramal yang dipergunakan untuk konsultasi dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Paling-paling yang berbeda adalah lingkupnya yakni: dukun, bagaimana ramalan kehidupan masa depan anak anda setelah ia dewasa? Atau Prof, bagaimana ramalan situasi potensi produksi perikanan laut Maluku tahun 2030 atau memasuki milenium ketiga? Bahkan seperti konsultasi dengan dokter, kita bukan seakadar didiagnosis namun juga diberi pemecahan terapinya. Buku-buku tebal ilmuwan pada hakikatnya adalah sama saja dengan buku- buku primbon tukang ramal yakni menjelaskan, meramal dan mengontrol. Tentu saja yang berbeda adalah asas dan prosedurnya: menjelaskan-meramalkan-mengontrol inflasi, kita memenggunakan asas dan prosedur keilmuan, sedangkan menjelaskan- 13
meramalkan dan mengontrol telapak tangan, dukun menggunakan asas dan prosedur perdukunan. Dengan demikian tidak usah heran kalau dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan orang (bahkan para elit) tidak selalu datang berkonsultasi kepada ilmuwan melainkan kepada dukun atau paranormal. Karena keduanya melakukan fungsi yang sama meskipun dengan asa dan prosedur yang berbeda. Pilihan di antara keduanya tergantung kepada kepercayaan elit, artinya dalam memecahkan masalah kehidupan, apakah mereka mempercayai asas dan prosedur keilmuan atau perdukunan. Tingkat kepercayaan seseorang dan masyarakat memang berbeda, dimana kepercayaan seseorang tergantung kepada pendidikan, dan kepercayaan masyarakat juga tergantung kepada kebudayaan. Jadi bagaimana tingkat profesional ilmuwan yang tidak bisa menjelaskan, meramal dan mengontrol masalah kehidupan, melainkan sekadar menghafal teori- teori ilmiah? Lebih baik membantu membuat syair lagu-lagu dalam rangka memasyarakatkan ilmu dan mengilmiahkan masyarakat. Apakah itu hakikat dan kegunaan sains?
Mandiri supaya mampu kendali diri
Bila suatu masyarakat mampu mandiri dalam ilmu pengetahuan, maka kendali terhadap pengetahuan ilmiah tersebut ada pada masyarakat itu. Penyempurnaan dan pengkayaan informasi yang ada dalam masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat tersebut, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk memilih maupun menghasilkan informasi yang ingin ditambahkannya, serta mempunyai kemampuan untuk memilih informasi mana yang akan diambil dan dimanfaatkan dari informasi itu. Keadaan yang menciptakan kemandirian ilmu pengetahuan sangat terkait dengan budaya masyarakat dan keberhasilan masyarakat tersebut dalam mengelola sumberdaya, melalui aktivitas industri dan ekonomi lainnya sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu secara berkesinambungan menyisihkan dana untuk melaksanakan aktivitas ilmiah yang berupa penelitian. Karena hanya dengan penelitian, maka khazanah ilmu pengetahuan masyarakat dapat berkembang tanpa terlalu tergantung pada sumber-sumber informasi di luar masyarakat tersebut. Memang informasi dari luar itu tak dapat dihindari akan selalu 14
terjadi dan dibutuhkan. Akan tetapi bila informasi luar ini mengendalikan pertumbuhan dan ragam khazanah ilmiah suatu masyarakat, maka jelas masyarakat tersebut tidak mempunyai kemandirian ilmu pengetahuan.
Penutup
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari uraian di atas, yakni: Bahwa fenomena, sains, teknologi dan industri merupakan empat hal yang berbeda. Salah satu arena dimana fenomena berfungsi adalah sains, arena kegiatan di mana sains berfungsi adalah teknologi, arena kegiatan terpenting dimana teknologi berfungsi adalah industri. Bahwa kemandirian ilmu pengetahuan suatu masyarakat hanya di- jumpai bila penelitian merupakan agenda nyata dalam aktivitas kehidupan masyarakat tersebut.
Demikianlah paparan dalam makalah ini, semoga mencelikkan mata dan hati kita calon-calon doktor bidang Ilmu Kelautan di Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN 1. Hempel, G.C., 1966. Philosophy of Natural Science. Printice-Hall, INC. Englewood Cliffs, N.J. 2. Suriasumantri,J.S, 2013. Filsafat ilmu Sebuah pengantar populer. Tempo, 375halaman 3. Latif M, 2014. Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. Penerbit Kecana Group, 340halaman 4. Rahman M.A, 2013. Sejarah filsafat barat. Penerbit IRCiSoD, 435 halaman 5. Kasdim dkk, 2012. Critical thinkin.Membangun pikiran logis. PT Pustakan Sinar Harapan Jakarta, 165 halaman.