Anda di halaman 1dari 142

VIRUS

160110130121 Annisa Putri Jania


160110130122 Nadia Amanda Noviawardhani
160110130123 Ghinda Nevithya Kono
160110130124 Amira Pradsya Paramitha
160110130125 Valencia Ignes
160110130126 Dikea Feradilla
160110130127 Cleverys Qisthi Phienna
160110130128 Riri Werdhany
160110130129 Silmi Azhari Armadiani
160110130130 Zahra Najmi Afifah
160110130131 Ridha Widyastuti
160110130133 Salma Nadiyah Ridho





KARAKTERISTIK VIRUS
VIRUS
Istilah virus berasal dari Bahasa Latin yang
artinya racun. Virus adalah organisme
berstruktur paling sederhana. Tidak termasuk
golongan eukariot, prokariot, monera, maupun
protista.
Virus dibedakan secara khusus dan berbeda
dari golongan lain karena bergantung pada sel
inang untuk dapat hidup dan bereplikasi.



VIRUS
Tidak seperti organisme lainnya, virus tidak
dilengkapi organel yang dapat mendukung
kehidupannya.
Virus tidak dapat hidup di luar sel inang,
karena itu virus bersifat parasit obligat
intraseluler. Virus juga bersifat patogen,
sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit
pada inangnya.



SIFAT UMUM VIRUS
GENOM VIRUS terdiri dari asam nukleat, berupa DNA atau RNA
Ukuran : 10-100 nm
Struktur umum : nukleokapsid

NUKLEOKAPSID :
Inti asam nukleat (mengandung genom)
Kapsid selubung protein yang mengelilingi inti.
Kapsid dapat terdiri dari unit berulang satu atau lebih molekul protein,
unit protein tersebut mungkin membentuk unit struktural yang secara
morfologi disebut kapsomer.
Nukleokapsid dapat telanjang atau berselubung.
Selubung nukleokapsid berupa lipoprotein berasal dari membran sel
inang, membran inti atau retikulum endoplasmicum.
Nukleokapsid virus tersusun sangat simetris oleh unit-unit protein.

SIFAT UMUM VIRUS
ASAM NUKLEAT VIRUS DNA atau RNA.
DNA virus genomnya disusun oleh molekul
tunggal atau ganda.
RNA virus genomnya disusun oleh molekul
tunggal maupun ganda, linier atau
sirkuler.
PROTEIN VIRUS
Berat volume terbesar virion dan selubung pelindung asam
nukleat.
Disusun oleh dua atau tiga rantai polipeptida berbeda.
Protein permukaan mungkin mempunyai daya afinitas terhadap
reseptor pada permukaan sel inang atau pada determinan
antigenik.
Sebagian besar protein berfungsi sebagai protein struktural, tetapi
sebagian ada yang mempunyai aktivitas enzimatis.


SIFAT UMUM VIRUS
LIPID DAN KARBOHIDRAT
Hanya didapatkan pada selubung virus dan
sebagian besar berasal dari sel inang.
50-60% lipid berupa fosfolipid, sisanya berupa
kolesterol

KESIMETRIAN VIRUS
SIMETRI ICOSAHEDRAL
Tersusun berupa 20 sisi yang solid yang setiap sisinya dibentuk oleh
segitiga sama sisi.
Contoh : herpesvirus.

SIMETRI HELIKAL
Kapsomer yang mengelilingi asam nukleat berbentuk heliks atau
spiral yang kemudian membentuk nukleokapsid tubular.
Contoh : pada sebagian besar virus RNA mammalia.

SIMETRI KOMPLEKS
Misalnya pada poxvirus yang berbentuk batu bata, mempunyai
tonjolan pada permukaan luar dan sebuah inti serta badan lateral di
bagian dalam.

KESIMETRIAN VIRUS
SIMETRI ICOSAHEDRAL

KESIMETRIAN VIRUS
SIMETRI HELIKAL

DASAR KLASIFIKASI DAN REPLIKA
VIRUS
DASAR KLASIFIKASI VIRUS


Morfologi (jenis
simetri, jumlah
kapsomer, ada atau
tidaknya selaput)
Jenis asam nukleat
(DNA atau RNA, untai
tunggal atau ganda,)
Antigenisitas (Sifat-
sifat imunologik)
Simtomatologi
Inang, jaringan dan
tropisme sel
Metode penularan
alami
Patologi, pembentukan
badan inklusi
KLASIFIKASI VIRUS BERDASARKAN MORFOLOGI (JENIS
SIMETRI, JUMLAH KAPSOMER, ADA ATAU TIDAKNYA
SELAPUT)


Jenis Simetri

1.Virus bentuk Ikosahedral.
Bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, dengan sumbu rotasi
ganda, contohnya virus polio dan adenovirus.

2.Virus bentuk Heliks.
Menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu struktur yang tidak
kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk
heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan
kapsomer, misalnya virus influenza, TMV.

3.Virus bentuk Kompleks.
Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih lengkap dibanding
dengan virus lainnya. Contoh virus pox (virus cacar) yang mempunyai selubung
yang menyelubungi asam nukelat.

Jumlah Kapsomer
a) Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus.
b) Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus.
c) Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus.
d) Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus.
e) Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus
Ada Tidaknya Selubung
a) Virus berselubung, mempunyai selubung yang tersusun dari
lipoprotein atau glikoprotein.
Contoh: poxvirus, herpesvirus, orthomyxovirus, paramyxovirus,
rhabdovirus, togavirus, dan retrovirus.

b) Virus tidak berselubung. Nukleokapsid tidak diselubungi oleh lapisan
yang lain.
Contoh: Adenoviruses, Papovaviruses, Picornaviruses, dan Reoviruses.
KLASIFIKASI VIRUS BERDASARKAN JENIS ASAM NUKLEAT (DNA
ATAU RNA, UNTAI TUNGGAL ATAU GANDA, POSITIF ATAU
NEGATIF SENSE)


berdasarkan genomik fungsional

Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi
genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:

Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+) sense
Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-) sense
Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) sense dengan DNA perantara
Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

KLASIFIKASI VIRUS BERDASARKAN INANG DAN
TROPISME SEL

Berdasarkan sel inang
a) Virus yang menyerang manusia, contoh HIV.
b) Virus yang menyerang hewan, contoh rabies.
c) Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV.
d) Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T.

Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran

Virus Enterik
Virus Respirasi
Arbovirus
Virus Onkogenik
Hepatitis virus

REPLIKASI VIRUS
1) ADSORPSI 2) PENETRASI
3) UNCOATING
DAN ECLIPSE
4) TRANSKRIPSI
5) SINTESIS
KOMPONEN VIRUS
6) PENYUSUNAN
KEMBALI
KOMPONEN VIRUS
ASSEMBLY
7) RELEASE
(PELEPASAN
VIRUS)

1) ADSORPSI

Partikel virus melekat pada
reseptor spesifik membran
plasma sel inang. Beberapa
spesies virus melekat dengan
bantuan selubung protein.
Contoh; Orthomyxovirus dan
Paramyxovirus.
2) PENETRASI
Yaitu masuknya genom virus
pada sitoplasma sel inang.
Penetrasi dapat terjadi melalui
3 mekanisme, yaitu :
Endositosis sebagian
besar virus yang
berendositosis mengalami
degradasi oleh enzim
lisosom, sehingga gagal
menginfeksi inang.
Fusi, selubung virus berfusi
secara langsung dengan
membran plasma sel,
sehingga mempermudah
nukleokapsid virus dilepaskan
ke sitoplasma, tanpa diganggu
proses fagositosis.
Translokasi, beberapa virus
yang tidak berselubung
mempunyai kemampuan
masuk langsung melalui
membran plasma.
3) UNCOATING DAN ECLIPSE

Pelepasan membran lipid dan protein
kapsid yang mengelilingi asam nukleat
virus. Selanjutnya asam nukleat bebas
menjadi templat untuk sintesis mRNA
virus.
4) TRANSKRIPSI

mRNA virus dikode untuk
sintesis enzim-enzim yang perlu
untuk melengkapi proses
uncoating dan untuk memulai
tahap awal replikasi. Ketika virus
mengawali siklus reproduksi
dalam sel inang, sintesis RNA sel
inang tertahan dan ribosom sel
inang bebas menerima mRNA
virus untuk transkripsi dan
sintesis protein virus.


5) SINTESIS KOMPONEN VIRUS

Protein virus ada 2 macam :
Struktural protein yang
membentuk partikel virus.
Protein ini disintesis secara
simultan dari asam nukelat
progeni virus dengan bantuan
polimerase di poliribosom
seluler.
Non struktural enzim-
enzim yang diperlukan untuk
replikasi genom virus
6) PENYUSUNAN KEMBALI
KOMPONEN VIRUS ASSEMBLY

Penyusunan kembali asam
nukleat menjadi prokapsid dapat
terjadi di inti sel, sitoplasma atau
membran plasma pada virus
berselubung.

7) RELEASE (PELEPASAN VIRUS)

Dapat terjadi melalui pembentukan
kuncup, atau perusakan secara tiba-
tiba membran sel inang.

HEPATITIS C
ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus RNA yang terkait
dengan flavivirus
Belum ditanam pada biakkan atau divisualisasi
secara ultrastruktural
Virus RNA ini masih utuh sekurang-kurangnya
7 hari pada suhu ruangan
Infektivitasnya masih tidak jelas
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO, sekitar 3% populasi dunia sudah
terinfeksi hepatitis C dan lebih dari 170 juta carrier
kronis berisiko berkembang menjadi sirosis hati atau
kanker
Transmisi HCV dapat melalui:
Darah
Intravenous immunoglobulin
Organ yang didonorkan
Kalangan yang berisiko HCV:
Pengguna suntik narkotika
Resipien transfusi
Pasien hemofilia yang menerima darah
DIAGNOSIS
Infeksi HCV didiagnosis dengan serologi
ELISA atau enzyme-linked immunosorbent
assay: mendeteksi antibodi pada selubung
HCV atau inti protein
PCR atau polymerase chain reaction assay:
mendeteksi infeksi awal
CIRI KLINIS
Rata-rata periode inkubasi 6-7 minggu
Sering kali tidak ada gejala pada infeksi awal
HCV dapat disekresi di saliva dan telah dideteksi
berada di kelenjar saliva
25% pasien terinfeksi berkembang menjadi sakit
kuning dan lebih dari 60% mendapat bukti
histologis penyakit liver kronis. Sirosis dapat
berkembang lebih dari 80% pada orang yang
terinfeksi HCV kronis.
Hubungan HCV dan hepatoseluler karsinoma
kebih kuat dibanding HBV

TREATMENT
Infeksi dapat diatur dengan interferon-alpha,
aciclovir dan ribavirin
Digunakan untuk menghilangkan virus dan
viraemia dan mengurangi risiko atau
memperlambat perkembangan sequelae liver.

PENCEGAHAN
Pada saat ini, tidak ada program imunisasi
aktif atau pun pasif untuk infeksi HCV.
HEPATITIS C & KEDOKTERAN GIGI
Perwujudan HCV yang mungkin pada mulut adalah:
Lichen planus
Penyakit mulut yang berbahaya
Penyakit kelenjar saliva
Luka jarum suntik adalah cara HCV bertransmisi yang
paling umum . Risiko infeksi HCV dengan luka dengan
jarum suntik yang terkontaminasi darah adalah 3-10%
atau sekitar 10 kali lebih besar dari HIV
Prosedur penanganan untuk luka jarum suntik dengan
darah dari orang yang terinfeksi HCV:
Terapi immunoglobulin
Terapi interferon
HEPATITIS D
(DELTA HEPATITIS)
Hepatitis D disebabkan oleh virus RNA cacat
yang hidup bersama HBV
Virus ini tidak dapat hidup sendiri tanpa
patikel virus hepatitis B
Merupakan virus hewan yang terkecil dan
mengandung nukleoprotein
Infeksi delta hanya dilihat sebagai:
Co-infection pada pasien hepatitis B
Superinfection pada carrier hepatitis B
EPIDEMIOLOGI
Telah diperkirakan sekitar 15 juta orang di
seluruh dunia telah terinfeksi HDV dan sekitar
5% carrier HBV adalah HDV positif.
Transmisi infeksi terjadi secara parenteral,
seksual, atau berkontak dekat dengan orang
yang terinfeksi HDV.
CIRI KLINIS
Periode inkubasi infeksi HDV sekitar 2-12
minggu, kebanyakan infeksi menyebabkan
penyakit kuning
Sequela infeksi HDV adalah hepatitis kronis
dan 70% dari yang terjangkit berkembang
menjadi sirosis
DIAGNOSIS
Infeksi HDV didiagnosis dengan mendeteksi
delta antigen menggunakan ELSA dalam serum
dan/atau dengan wujud antibodi delta.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan
imunisasi dengan vaksin hepatitis B
HEPATITIS D & KEDOKTERNAN GIGI
Paling sedikit ada 1 laporan mengenai transmisi
HDV pada kedokteran gigi di Amerika Serikat,
dimana lebih dari 700 kasus telah tercatat. Paling
sedkit 4 dokter gigi terinfeksi; 1 dokter bedah mulut
menjadi carrier HBV dan diperkirakan sudah
menginfeksi beberapa pasien.
HEPATITIS E
Merupakann RNA virus baru yang memiliki
beberapa persamaan dengan Caliciviridae
Transmisi melalui rute faecal-oral, dengan
menelan air minuman yang terkontaminasi.
Umum terdapat di Africa, Asia, dan Amerika
Latin, khususnya negara-negara dengan fasilitas
pembuangan limbah yang buruk.
Penyakit Hepatitis E dapat didiagnosis dengan
Western blot, ELISA, dan PCR assay.
Karena caranya bertransmisi, virus ini bukan risiko
utama pada cross infection di kedokteran gigi.
HEPATITIS F
Pada tahun 1994, seorang investigator
melaporkan penemuan partikel virus pada bangku
setelah transfusi
Partikel tersebut diinjeksi ke dalam monyet
Indian Rhesus dan mungkin menyebabkan hepatitis,
dinamakan hepatitis F.
Walaupun begitu, tidak ada investigator lain
yang dapat membenarkan penemuan tersebut, dan
observasinya sekarang diperkirakan merupakan
kebetulan.
Jadi, saat ini belum ada virus hepatitis F.
HEPATITIS G
Pada tahun 1967, sebuah agen hepatitis diisolasi dari seorang dokter bedah
dengan hepatitis akut yang ditransmisi dalam tamarin. Virus ini diperkirakan
merupakan 2 RNA virus yang dari famili Flaviviridae yang dibagi menjadi hepatitis
GB virus A (GBV-A) dan hepatitis GB virus B (GBV-B).
Virus lain, yaitu, GBV-C dan hepatitis G virus (HGV), telah ditemukan.
Virus-virus tersebut mirip dan dinamakan Hepatitis G.
Infeksi virus ini umumnya terdapat pada pasien suntik narkotika dan penderita
hemofilia.
HGV tidak mengeluarkan respon imum yang kuat dan tidak memiliki gejala.

Hepatitis G & Kedokteran Gigi
RNA HGV berada pada keseluruhan saliva dari individu yang terinfeksi, tetapi
transmisi melalui rute ini belum ditentukan. Tidak ada data tersedia mengenai
transmisi hepatitis G atau tingkat pembawa HGV pada staff kedokteran gigi.
Tidak ada vaksin untuk hepatitis G
PAPOVAVIRUS , ADENOVIRUS ,
POXVIRUS, HERPESVIRUS
Papovavirus
Ukurannya kecil
Virus DNA yang berbentuk icosahedral (segi dua
puluh)
Memiliki kemampuan untuk memproduksi tumor
in vivo dan mengubah sel serta menyebabkan
kanker
Papova merupakan akronim dari Papillomavirus,
Polyomavirus, dan Vacuolating Agent Simian
Virus 40 (SV40) yang merupakan pembentuk dari
famili ini
Papovavirus
Papillomavirus
Mengandung serotype manusia yang
menyebabkan tumor jinak pada kulit
atau kutil
Walaupun lebih dikenal sebagai
gangguan kecantikan daripada penyakit
spesifik, papillomavirus telah diketahui
terlibat dalam genital dan oral cancer
Polyomavirus
Genus ini mengandung polyomavirus
tikus dan SV40 kera yang digunakan
sebagai penelitian karsinogenesis pada
hewan-hewan ini
Adenovirus
Virus DNA yang berbentuk icosahedral
Terlibat dalam infeksi pernapasan dan mata
Dinamakan Adenovirus karena pertama kali
diisolasi dari jaringan adenoid yang
menimbulkan efek cytophatic

Adenovirus
Beberapa sindrom yang berhubungan dengan
adenovirus di antaranya:
Febrile pharyngitis akut (terutama pada bayi dan
anak-anak), sering tidak dapat dibedakan dari
pharyngitis yang disebabkan -haemolytic
streptococci
Penyakit pernapasa akut pada orang dewasa,
berkisar dari pharyngitis sampai pneumonia
Infeksi pada organ penglihatan
Poxvirus
Semua penyakit yang
disebabkan oleh poxvirus,
termasuk smallpox dan
cowpox, adalah lesi pada
kulit
Cacar mengarah pada lesi
yang berisi nanah
Multiplikasi virus dimulai
dengan transkriptase virus;
komponen virus disintesis
di sitoplasma sel inang
Herpesvirus
Herpes berasal dari bahasa Yunani herpein
yang artinya mengerikan (kronis, berulang)
Lebih dari 100 virus herpes telah terisolasi
secara alami, hanya 8 virus herpes yang
menyerang manusia
8 virus ini diklasifikasikan menjadi 3 sub-famili:
Alphaherpesvirinae, Betaherpesvirnae, dan
Gammaherpesvirinae
Herpesvirus
Herpesvirus
HSV-1
Infeksi Primer
Infeksi primer oleh HSV-1 biasanya
muncul pada beberapa tahun pertama
kehidupan
Gejala klinik oral ditandai dengan
perkembangan ketidaknyamanan umum
pada bagian mulut dan gingivostomatitis
yang menyebar
Gejala ini relatif ringan sehingga sering
diduga sebagai peristiwa tumbuhnya gigi
pada anak-anak
Bagaimanapun, gejala penyakit yang
ditimbulkan oleh virus ini akan
menunjukkan perubahan yang mencolok
seperti bibir yang tertutup darah,
pembengkakan gingiva, multiple ulcer
pada daerah oral, lymphadenopathy, dan
pyrexia.
Herpesvirus
HSV-1
Semua tanda dan gejala dapat diatasi selama kurun waktu 10 hari
Tanda dan gejala herpetic gingitivis primer cukup khas sehingga
diagnosis dapat dengan mudah dilakukan
Bagaimanapun, diagnosis infeksi HSV-1 paling mudah dilakukan
dengan mengisolasi virus
Virus dalam jumlah banyak berada tidak hanya pada mukosa ber-ulcer
tetapi juga pada saliva
Pengobatan dapat membantu walaupun keputusan harus dibuat
berdasarkan kebutuhan pasien terhadap terapi antiviral
Aciclovir (200mg) harus diberikan 5 kali setiap hari selama 5 hari.
Anak-anak di bawah 2 tahun harus menerima dosis dewasa
HSV-1 tidak dieliminasi dari tubuh berikut resolusi dari gejala akut dan
virus bersisa pada jaringan dalam bentuk laten dan dapat aktif lagi
sewaktu-waktu
Herpesvirus
HSV-1
Infeksi Sekunder
Lebih dari 40% individu yang
positif HSV-1 mengalamai
infeksi sekunder
Reaktivasi HSV-1 laten
berhubungan dengan lemahnya
immunosurveillance lokal atau
perubahan mediator
inflamatori lokal
Ada dugaan bahwa reaktivasi
HSV-1 pindah dari trigeminal
ganglion ke jaringan periferal
bibir dan wajah. Jika ini benar,
besar kemungkinan HSV juga
meluas ke bagian tubuh lainnya
Reaktivasi HSV-1 secara khas
memproduksi herpes labialis.

Herpesvirus
HSV-1
Gejala herpes labialis ditandai dengan gatal atau sensasi panas (prodrome)
di daerah sekitar bibir
Kemungkinan 25% peristiwa ini tidak mempunyai tahap prodromal dan
lesi muncul sebagai vesikel
Dalam kurun waktu 48 jam, vesikel pecah untuk meninggalkan erosi dan
kemudian menutupi daerah sekitarnya
Dapat disembuhkan dalam 7-10 hari
Jika diperlukan, HSV dapat diatasi oleh isolasi virus pada jaringan atau
penggunaan immunofluoresence pada lesi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan herpes labialis pada individu
adalah sinar matahari, taruma, stress, demam, menstruasi, dan
immunosuppression
Aciclovir atau penciclovir dapat mengurangi durasi penyakit
Individu yang terserang penyakit ini dapat diobati dengan penggunaan
prophylactic (aciclovir) secara teratur (200 mg 2 atau 3 kali sehari)

Herpesvirus
HSV-1
Reaktivasi HSV-1 juga dapat
menyebabkan ulcerasi intra-
oral
Sama halnya dengan herpes
labialis, penderita lesi intra-
oral biasanya mengalami
gatal-gatal prodromal
Mukosa pada palatum keras
adalah daerah yang paling
sering terkena
Reaktivasi HSV-1 juga telah
terimplikasi sebagai faktor
aetiological pada penyakit
periodontal dan erythema
multiforme
Herpesvirus
HSV-2
HSV-2 tidak hanya menyerang daerah genitalia tetapi
juga dapat berkembang dan menyebabkan lesi di
daerah oral
Observasi ini kemungkinan lebih disebabkan oleh
transmisi virus sebagai dampak langsung dari
orogenital seksual
Kemunculan HSV-2 dapat dikonfirmasi dengan kultur
virus atau, jika tersedia, immunofluoresence langsung
Aciclovir adalah pengobatan yang disarankan untuk
infeksi HSV-2
HSV-2 meningkatkan resiko kanker serviks, tetapi tidak
kanker oral

Herpesvirus
Varicella Zoster Virus (VZV)
Infeksi Primer
VZV menyebar dengan infeksi droplet
Sering muncul pada anak-anak dan menyebabkan chickenpox
Cacar pada kulit muncul selama 2-3 minggu setelah infeksi dan sangat
memungkinkan dibarengi dengan perkembangan vesikel pada daerah
palatum dan wajah yang ditandai dengan ulcer kecil (2-4 mm)
Diagnosis dibuat berdasarkan karakteristik lesi cutaneous
Kultur virus sulit, diagnosis secara mikrobiologi dibutuhkan untuk
electron microscopy, immunofluorescence, atau serologi.
Pengobatan dapat membantu walaupun aciclovir dalam dosis tinggi,
valaciclovir atau famciclovir dapat digunakan apabila pasien
immunocompromised

Herpesvirus
Varicella Zoster Virus (VZV)
Infeksi Sekunder
Reaktivasi VZV laten pada
sensory nerve ganglia
menyebabkan kondisi herpes
zoster
Herpes zoster dapat diketahui
dengan onset di beberapa
daerah yang sakit dan dalam
beberapa hari biasanya
dibarengi dengan lesi
vesiculobullous
Saraf trigeminal terkena
pengaruhnya sekitar 15% dari
kasus herpes zoster
Herpesvirus
Varicella Zoster Virus (VZV)
Pengobatan antiviral harus segara dilakukan pada 48 jam pertama
sejak gejala muncul dan juga konsumsi famciclovir 250 mg setiap 8 jam
(atau 750 mg 1 kali sehari) selama 10 hari, atau valaciclovir 1 g setiap 8
jam selama 10 hari
Post-herpetic neuralgia mungkin akan menjadi masalah pada pasien
penyakit ini. Maka dari itu dianjurkan terapi antiviral paling tidak
selama 10 hari untuk mengurangi kondisi sakit
Herpesvirus
Varicella Zoster Virus (VZV)
Herpesvirus
Epstein Barr Virus (EBV)
EBV dinamakan setelah 2 virologis yang pertama kali
menelitinya
EBV terlibat pada beberapa infeksi yang menyerah
daerah orofacial, termasuk infectious mononucleosis,
Burkitts lymphoma, oral hairy leukoplakia,
nasopharyngeal carcinoma, dan post-transplant
lymphoproliferative
Virus ini prevalen dalam populasi dengan kemungkinan
70% orang dewasa membawa virus ini pada umur 30
tahun
Seperti HSV, virus ini juga secara berkala dan tidak
bergejala terdapat dalam saliva
Herpesvirus
Epstein Barr Virus (EBV)
Infectious Mononucleosis
Dikenal sebagai glandular fever, adalah penyakit menular akut yang
menyebar paling sering ketika berciuman
Gejalanya adalah tenggorokan yang sakit dan submandibular
lymphadenopathy dibarengi dengan petechial hemorrhage pada
palatum keras dan lunak
Pseudomembran putih kemungkinan berkembang pada tonsil
Diagnosis didukung dengan demonstrasi lymphocytosis dan atypical
sel mononuclear (sel Downey) pada blood film atau, secara alternatif,
dengan deteksi antibodi heterophile (Monospot test), antibodi
spesifik EBV, menggunakan metode immunofluorescence atau EBV
DNA dengan PCR

Herpesvirus
Epstein Barr Virus (EBV)
Hairy Leukoplakia
Pertama kali ditemukan pada mulut seorang gay dengan AIDS di
California dan telah ditetapkan sebagai oral manifestation spesifik dari
infeksi HIV atau immunosuppression
Secara khas, hairy leukoplakia muncul sebagai lesi putih bergelombang
pada samping pinggir lidah, walaupun juga muncul pada dorsal lidah
dan buccal mukosa
EBV telah didemonstrasi pada jaringan berlesi dengan hibridisasi in
situ dengan penelitian DNA
Walaupun peran EBV pada hairy leukoplakia belum pasti, resolusi
klinikal sementara dapat diobati dengan aciclovir dosis tinggi
Kultur hairy leukoplakia sering memunculkan spesies candidal, tetapi
ini diduga sebagai kemungkinan adanya infeksi sekunder
Herpesvirus
Epstein Barr Virus (EBV)
Burkitts Lymphoma dan Nasopharyngeal
Carcinoma
EBV merupakan virus oncogenic dan berhubungan dengan Burkitts
lymphoma, tumor ganas pada rahang yang muncul di daerah di mana
malaria juga prevalen, dan nasopharyngeal carcinoma, terutama di
China dan Asia Tenggara
Herpesvirus
Human Cytomegalovirus (HCMV)
Jarang berhubungan dengan munculnya gejala
oral yang terlihat pada infectious mononucleosis
Dapat dideteksi dengan immunofluorescence
langsung
HCMV adalah patogen potential pada foetus yang
sedang berkembang dan individu dengan
immunodeficient
Ganciclovir dan foscarnet adalah agen antiviral
yang digunakan pada kasus serius infeksi HCMV
Herpesvirus
HHV-6
Ditemukan dalam bentuk laten pada jaringan limfoid dan juga pada saliva
kebanyakan orang dewasa
Virus ini menunjukkan gejala mirip infectious mononucleosis dan roseola infantum
Diduga pula bahwa HHV-6 merupakan penyebab erythematous papules pada
palatum lunak dan uvula (Nagayamas spot)
HHV-7
Ditemukan pada saliva tetapi perannya pada penyakit manusia masih belum jelas
diketahui
HHV-8
HHV-8 muncul pada semua bentuk sarcoma Kaposi dan dipercaya sebagai agen
aetiological kondisi ini
Sarcoma Kaposi adalah poliferasi sel endothelial yang menghasilkan massa,
sebagian berhubungan dengan infeksi HIV tetapi jarang dengan pasien
immunsuppressed lain
Lesi berukuran kecil dapat muncul, diobati dengan radiotherapy dosis rendah atau
dengan injeksi obat chemotherapeutic seperti vinblastine
Lesi berukuran besar membutuhkan chemotherapy berkala
HHV-8 juga berhubungan dengan sarcoidosis
Virus Hepatitis
Virus Hepatitis
Virus ini sangat esensial bagi praktisi dokter gigi karena
virus ini potensial untuk ditularkan melalui pekerjaan di
klinik ketika merawat pasien.

Virus ini terdiri dari:
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Hepatitis G

Virus Hepatitis
Terdiri dari 2 grup yang tergantung transmisi
Melalui fecal dan oral
Hepatitis A dan E (jarang melalui praktisi
kedokteran gigi)
Melalui jalan lahir
Hepatitis B,C,D, dan mungkin G (dapat
ditularkan melalui praktisi kedokteran gigi)

Hepatitis A
Virus hepatitis A (HAV) berukuran 27 nm,
merupakan virus RNA yang termasuk
picornavirus.

Virus ini menjadi tidak aktif melalui sinar
ultraviolet atau dipanaskan pada suhu 100
0
C
selama 5 menit dan melalui paparan
glutaraldehyde 2% selama 15 menit.

Epidemiology
Umumnya terjadi di Negara berkembang, yang
tingkat kebersihannya belum memadai.
Terjadi melalui rute faecal-oral dari makanan
dan air yang terkontaminasi.
Kebanyakan menginfeksi anak-anak.

Clinical Features
Masa inkubasi selama 30 hari
Penyakit kuning umum menyerang dewasa,
dan jarang pada anak-anak.
Tidak ada akibat yang kronis.
Pasien terus mengekskresikan HAV dalam
feces selama 1-3 minggu, serta virus ini
berada dalam saliva (100 partikel per ml)
selama menderita HAV.

Diagnosis
Mendiagnosa dengan menggunakan antigen HAV
pada feces.
Melakukan tes serologi IgM antibody anti-HAV pada
pemeriksaan awal.

Pencegahan
Imunisasi passive dengan hyperimmune globulin.
Dengan vaksin.

Hepatitis A dan kedokteran gigi
Biasa terjadi ketika ada kontak melalui saliva.

Hepatitis B
Virus hepatitis B (HBV) merupakan DNA
hepadnavirus (hepa : liver + DNA)
DNA virus pada core HBV terdiri dari satu
untai DNA, DNA polymerase dan core antigen
(HbcAg)

Diagnosis dan serological markers
Hepatitis B dan kedokteran gigi
Ditransmisikan melalui cairan tubuh yaitu
berkontak dgn darah, cairan ketuban dan
cairan vagina maupun sperma.
HBV vaksin sangat efektif juga bagi HDV.
Bagi praktisi kedokteran gigi sangat perlu
vaksin dari HBV.
Secara intraoral kosentrasi HBV terbesar
adalah di sulkus gusi.

Picornavirus
Picornavirus mewakili famili virus yang sangat besar
jumlah anggotanya tetapi terkecil ukuran virionnya dan
kompleksitas genetiknya.
Famili terdiri dari banyak tipe enterovirus dan rhinovirus
yang menginfeksi manusia dan hewan tingkat rendah.
Pada manusia, picornavirus banyak menyebabkan penyakit
yang berkisar dari paralisis berat sampai meningitis aseptik,
pleurodinia, miokarditis, lesi kulit eksantema dan vesikular,
lesi mukokutaneus, penyakit pernapasan, penyakit demam
tidak diketahui penyebabnya, konjungtivitis, dan penyakit
generalisata pada bayi.
Pada hewan, picornavirus menyebabkan penyakit kuku dan
mulut pada ternak sapi dan ensefalomiokarditis pada hewan
pengerat.
Enterovirus manusia dibagi menjadi tiga sub
kelompok utama:
1. polioviruses
2. echoviruses
3. coxsackieviruses jenis A dan B

Calcivirus
Anggota famili calciviridae adalah agen penting
penyebab gastroenteritis virus (nonbakterial) pada
manusia.
Pathogen manusia yang penting adalah virus Norwalk,
penyebab gastroenteritis akut epidemic; virus lain
menginfeksi kucing, singa laut, dan primata.
Virus ini paling sering menimbulkan wabah epidemik
gastroenteritis yang ditularkan melalui air, makanan,
dan kerang.

Reovirus
Reovirus tersebar luas dengan kisaran penjamu (inang)
yang sangat luas.
Reovirus menyebabkan infeksi subklinis.
Penelitian pada manusia tidak dapat menunjukkan
hubungan sebab dan efek yang jelas antara reovirus
dan penyakit manusia.
Pada relawan yang diinokulasi, reovirus lebih mudah
ditemukan pada feses daripada pada hidung atau tenggorok.
Sifat patogen reovirus terutama ditentukan oleh protein
spesies yang terdapat pada kapsid luar virion.

Togavirus
Virus ini mempunyai selubung yang mengandung
lemak dan bersifat peka terhadap eter.
Banyak arbovirus yang merupakan pathogen utama
pada manuia, termasuk virus rubella, berada dalam
kelompok ini.
Di dalam famili Togaviridae, genus Alphavirus terdiri
dari sekitar 30 virus berdiameter 70nm yang memiliki
genom RNA untai tunggal dan sense positif.
Alphavirus sering menimbulkan infeksi persisten pada
nyamuk dan ditransmisikan antara vertebra oleh
nyamuk atau artropoda pengisap darah lain.


Flavivirus
Arbovirus termasuk genus Flavivirus dalam famili Flaviviridae.
Famili flaviviridae terdiri dari sekitar 70 virus berdiameter 40-
60nm yang memiliki genom RNA untai tunggal dan sense
positif.
Selubung virus mengandung dua glikoprotein.
Beberapa flavivirus ditransmisikan antar vertebrata oleh
nyamuk dan tungau, sedangkan yang lainnya ditransmisikan
antar-rodentia atau kelelawar tanpa diketahui adanya vektor
serangga.
Kelompok arbovirus ini mencakup virus demam kuning.

Virus yang
mentranskripsi balik
dari RNA ke DNA; hal
ini disebabkan karena
kehadiran enzim
reverse transcriptase
Cleverys Qisthi - 127
BMSP 3 - Mikrobiologi
Struktur

Berbentuk bola 80-110 nm
Virus berkapsul
RNA virion berukuran 7-12 kb,
berbentuk linear, rantai tunggal,
dan mempunyai polaritas positif.
Struktur

Enzim reverse transkriptase
Transkripsi balik dari genom
RNA menjadi DNA
Berintegrasi ke genom inang
karena adanya enzim integrase
Tidak memiliki aktivitas
proofreading (seperti yang
dimiliki oleh DNA polimerase),
maka retrovirus cepat sekali
termutasi.
Virus dengan cepat menjadi
resistan terhadap obat
antivirus, dan menyulitkan
pengembangan vaksin yang
efektif terhadap retrovirus.
Klasifikasi
Domain utama
gag, yang mengarahkan sintesis
protein internal yang akan
membentuk kapsid, matriks dan
nukleoprotein
pol, mengandung informasi untuk
enzim reverse transkriptase dan
integrase
env, yang mengandung komponen
permukaan dan transmembran dari
protein envelop virus
Domain tambahan
pro, yang mengkode protease virion
Klasifikasi
Retrovirus Simpel: Moloney murine leukemia virus
Retrovirus Kompleks: HIV
: Packaging signal; gag: Group-specific antigen; LTR: Long terminal repeat; PBS: Primer binding site; pro: Proteinase;
R: Direct repeat; rev: Regulator of expression of the virion; RRE: Rev-responsive element; tar: Tat-activating region;
tat: Transcriptional transactivator; U3: 3'-unique sequence; U5: 5'-unique sequence
Klasifikasi
Retrovirus Simpel
tRNA-primer mengikat pada PBS
untuk memulai reverse
transcription
pol menyandikan reverse
transcriptase dan memadukan
env menyandikan unit transkripsi
untuk protein pembungkus
LTRs adalah rangkaian nonkode
yang terdiri dari R, U5 dan rantai
U3
Contoh: human T-cell leukemia
virus-bovine leukemia virus (HTLV-
BLV)
Retrovirus Kompleks
Berisi sama dengan retrovirus
simpel dengan tambahan
Terdiri dari tar, RRE dan unit
transkripsi lain (tat, rev, vif, vpr, vpu
dan nef)
Contoh: lentivirus dan spumavirus
Klasifikasi
Retrovirus dibagi menjadi
enam genus:
Empat dari genus ini
menunjukkan potensi
sebagai onkogen
(onkovirus)
Dua grup lagi adalah
lentivirus dan
spumavirus.
Siklus Hidup
1. Interaksi kapsul protein dengan reseptor
permukaan host-cell dan fusi kapsul oleh
membran virus dengan membran sel.
2. Virus memasuki host-cell
3. RNA (hijau) masuk ke dalam sitoplasma,
tempat berganti menjadi DNA dengan enzim
reverse transcriptease (biru)
4. dsDNA* memasuki nukleus host-cell. Karena
DNA retroviral tidak bisa memasuki kapsul
nuklear maka hanya bergabung ke dalam
genom dari sel yang sedang bermitosis
5. Setelah translokasi nuklear, DNA viral
bergabung dengan genom host DNA (provirus)
6. Transkripsi DNA proviral terbentuk dan
molekul mRNA ditransfer ke sitoplasma
7. Tempat translasii
8. Pertemuan RNA dan protein viral
9. Turunan partikel viral dari membran plasma
10.Partikel menular yang telah dewasa
HUMAN T-CELL LYMPHOTROPIC VIRUS
Retrovirus dengan genom RNA rantai tunggal
Penyebab T-sel leukemia dan T-sel Lympoma pada orang dewasa dan juga
terlibat pada penyakit demyelinating
Adult T-lymphotropic virus (ATLV) merupakan turunan dari penyakit ini
yang menyerang orang dewasa
Virus ini dekat kekerabatannya dengan dengan virus bovine leukemia (BLV)
Infeksi oleh HTLV tipe 1 dan 2 terdistribusi antara penerima transfusi
darah, pengguna narkoba intravena, wanita prostitusi, dan pasien yang
ditransmisikan secara seksual
HTLV-I

Virus yang berimplikasi
serius dengan berbagai
penyakit
HTLV-I-associated
myelopathy
Strongyloides stercoralis
Jalur virus kanker leukimia
Infeksi mungkin terjadi
seumur hidup
Antibodi terhadap HTLV-1
terdeteksi dalam serum
HTLV-II

Virus yang memiliki
hubungan dekat dengan
HTLV-I
Genomik homologi
(kesamaan struktural) kira-
kira 70% dengan HTLV-I
HTLV-III & HTLV-IV

HTLV-III mirip dengan STLV-III
(Simian T-lymphotropic virus 3)

Memiliki rantai ganda
gag, pol, dan env diantara protein
lain
Dulu digunakan sebagai nama HIV
HTLV-IV tidak menyerupai virus
lainnya
Dulu digunakan untuk
mendeskripsikan HIV-2
Belum diketahui transmisi pada
manusia atau bagaimana virus ini
dapat menyebabkan penyakit
HIV
Penelitian mengenai HIV dimulai
pada 1983
Kelompok peneliti Perancis yang
diketuai Luc Montagnier menduga
bahwa ada hubungan antara
retrovirus dengan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome)
Setahun berikutnya, Robert C Gallo
dan kawan-kawan berhasil
mengisolasi retrovirus dari pasien
AIDS.
Virus ini kemudian diberi nama HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
Karakteristik HIV
HIV adalah retrovirus yang menggunakan RNA
sebagai genom
Untuk masuk ke dalam sel, virus ini berikatan
dengan receptor (CD4) yang ada di permukaan sel
Virus hanya akan menginfeksi sel yang memiliki
receptor CD4 pada permukaannya.
Karena biasanya yang diserang adalah sel T
lymphosit (sel yang berperan dalam sistem imun
tubuh), maka sel yang diinfeksi oleh HIV adalah
sel T yang mengekspresikan CD4 di
permukaannya (CD4 + T cell).
PENGOBATAN
Kemoterapi: inhibitor enzim yang diperlukan untuk replikasi virus, seperti
inhibitor reverse transcriptase dan protease
Terapi gen: mengintroduksikan gen (antisense untuk mengurai RNA target)
anti-HIV ke dalam sel yang terinfeksi HIV. Tidak mengakibatkan respons
imun yang tidak diinginkan
Terapi RNA: memberantas agen penyebab penyakit menggunakan RNA.
Setiap produk gen (DNA) akan menghasilkan mRNA kemudian menjadi
protein. Jika RNA yang akan berikatan dengan mRNA bisa dirancang, maka
proses mRNA menjadi protein akan terganggu sehingga agen penyebab
penyakit tidak bisa berkembang biak.
PENGOBATAN
Mengurai mRNA
SiRNA (small interfering RNA) adalah RNA pendek yang terdiri atas 21-23
pasangan basa (base pair). RNA ini bisa mengakibatkan penguraian mRNA
yang dinamakan interferensi RNA. Gangguan ini mengakibatkan mRNA tidak
bisa berubah menjadi suatu protein
Prinsipnya sama dengan gangguan produksi suatu protein oleh antisense RNA.
Namun, siRNA adalah benang ganda yang relatif lebih stabil sehingga dalam
aplikasinya siRNA bisa diintroduksikan baik dengan injeksi langsung maupun
dengan mengkloningnya ke vektor seperti plasmid
Terapi siRNA
siRNA dirancang untuk memblokir ekspresi protein tat dan rev dari virus HIV.
Yang mengakibatkan gangguan terhadap replikasi dan perkembangbiakan
virus HIV tersebut
VIRUS-VIRUS
PENYEBAB KANKER ONKOGENIK
Hbungan virus dan kanker manusia
FAMILY VIRUS VIRUS KANKER MANUSIA
Papilomaviridae Papilomavirus manusia Tumor genital
Karsinoma sel
Skuamosa
Karsinoma orofaring
Herpesviridae Virus EB Karsinoma naspfaring
Limforma Burkit Afrika
Limfosit sel B
Hepadnaviridae Virus hepattitis B Karsinoma hepatoseluler
Retrovoridae Virus HTL Leukimia sel T orang dewasa
Virus imunolodefisiansi
manusia
Keganasan yang
berhubungan dengan AIDS
Flaviviridae Virus hepatitis C Karsinoma hepatoseluler

PAPOVAVIRUS
Familia : Papovaviridae
Genus: Papillomavirus
Spesies: Human Papillomavirus
Papovavirus
Adalah virus famili
Papovaviridae, famili virus
DNA, tidak memiliki kapsul
lipoprotein, bersifat
onkogenik (menyebabkan
neoplasma)
Menginfeksi manusia dan
binatang, dimana pada
manusia tidak begitu sering
menyebabkan penyakit. Yang
menyebabkan penyakit pada
manusia adalah human
papillomavirus (HPV).
Human Papillomavirus (HPV)
Infeksi HPV produktif di
keratinosit atau sel epitel
serta selaput lendir
(muccosa).
HPV dapat menyebabkan
manifestasi klinis baik lesi
jinak maupun lesi kanker.
Terdapat lebih dari 100
serologi HPV
Virus reservoir , bersifat
laten dan self-limiting


HPV sebagian besar
menyebabkan kutil, terutama
pada telapak kaki dan genitalia,
serta pada kulit dan membran
mukosa manusia.
Menyebabkan bentuk
epidermodisplasia verusiformis,
penyakit bowen, dan neoplasia
intraepitelium.
Kutil tersebut merupakan tumor
yang bersifat jinak pada epitel,
lebih umum terjadi pada anak-
anak, dan penyebarannya terjadi
melalui kontak langsung.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI
Virion: kecil, isokahedral,
diameter 45-55nm,72
kapsomer, non-evelope

Genom : DNA sirkuler, 8 kb

Protein : 6 E ( replikasi), 2 L
( kapsid, L1 mayor L2 minor)

Komposisi: 20% DNA 80%
protein
Replikasi : Nukleus

SKIN WARTS AND GENITAL WARTS
Gambaran klinis : papiloma,
tumor jinak
Epidemologi :
umumnya lebih sering
terjadi pada anak
dibandingkan orang dewasa
Berpindah melalui kontak
langsung atau autoinokulasi
Pengobatan : cryotherapy,
electrocauterization, drugs:
acetaminophen (Tylenol) atau
ibuprofen (Advil atau Motrin)

ORAL SQUAMOSA PAPILOMA AND WARTS
Gambaran klinis :
kebanyakan tunggal, kecil
(l cm), pedukulata, lesi
exophytic
Epidemologi :
40% individual sehat
memiliki HPV pada
mukosa mulut normal
Usia 30-50 terutama pria
Pengobatan :
Surgical removal, excision or
laser ablation.

Verrucous Carcinoma
Verrucous Carsinoma (VC)
klinikopatologi menyiratkan,
lokal agresif exophytic
klinistumbuh lambat,
berdiferensiasi pada
karsinoma sel skuamosa
dengan potensi metastasis
minimal.
Karsinoma paling sering
ditemukan di rongga mulut,
laring, daerah kelamin, dan
telapak kaki.
Lesions are usually slow
growing, exophytic, and
locally invasive
HERPESVIRUS
Famili : Herpesviridae
Subfamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Simpleksvirus
Spesies: Virus Herpes Simpleks Tipe 1 dan
Virus Herpes Simpleks Tipe 2
STRUKTUR DAN KOMPOSISI
Virion : Sferis, diameter 150-
200nm, ikosahedral
Genom : DNA untai ganda,
linear, 124-235 kbp, sekuens
diulang
Protein: lebih dari 35
protein dalam virion
Selubung: glikoprotein virus,
reseptor Fc
Replikasi : nukleus, bertunas
dari membran nuklear
Burkitts lymphoma
Burkitts lymphoma adalah tumor ganas yang menyebar
secara cepat, dengan metastasis luas;
Hal ini umum terjadi pada anak-anak di afrika.Penyakit ini
khususnya banyak di endemic area afrika dengan endemic
malaria.
Oleh karena itu hal ini terjadi akibat efek parasitisme
malaria pada system reticuloendothelial dapat
menyebabkan abnormal respon terhadap infeksi dengan
EBV.
Dengan kondisi ini si EBV bisa menjadi oncogenik
sesungguhnya, menghasilkan tranformasi ganas dalam
jaringan limfoid (lymphoma) daripada proliferasi jinak yang
terlihat pada infeksi mononucleosis.

Nasopharingeal carcinoma
Sebuah tumor dengan
geographic luar biasa
dan umumnya ditribusi
rasial, secara khusus
umumnya tersebar
pada cina selatan. EBV
DNA biasanya hadir
didalam sel epithelial
tumor ganas.

Kanker nasofaring

Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di
rongga belakang hidung dan belakang langit-langit
rongga mulut.
Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang
ras mongoloid,. Ras kulit putih jarang ditemui terkena
kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga
merupakan jenis kanker yang diturunkan secara
genetik.


Faktor Risiko
1. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan
pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara
diasinkan atau diasap.
2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas
atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti
yang mengandung alkohol. Selain itu, sering mengisap asap
rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat
nyamuk, atau asap candu.
3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah
yang pergantian udaranya kurang baik.
4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan
penderta kanker nasofaring.

Gejala

Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau
belakang langit-langit rongga mulut menyebabkan serangan kanker
ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada stadium
dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.
1. Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh
tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran berkurang.
2. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-
menerus, kemudian pilek.
Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut.
1. Kelenjar getah bening pada leher membesar.
2. Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol
keluar
3. Sering timbul nyeri dan sakit kepala.

PENCEGAHAN DAN
PENGOBATAN INFEKSI VIRUS
Terdapat tiga cara dalam pendekatan untuk melakukan pencegahan dan
pengobatan penyakit viral yaitu kemoterapi, imunisasi dengan
vaksinasi, dan pemakaian zat-zat yang menginduksi
pembentukan interferon atau mekanisme pertahanan tubuh, serta cara
lainnya yaitu dengan mengatur perilaku manusia dan lingkungannya.

Kemoterapi Vaksinasi
Interferon
Mengatur
perilaku manusia
dan lingkungan
VAKSINASI
Vaksin berasal dari bahasa
latin vacca (sapi)
dan vaccinia (cacar
sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme
alami atau liar.

Vaksin dapat berupa galur virus atau
bakteri yang telah dilemahkan sehingga
tidak menimbulkan penyakit. Vaksin
dapat juga berupa organisme mati atau
hasil-hasil pemurniannya (protein,
peptida, partikel serupa virus, dsb.).
Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk
bertahan terhadap serangan patogen
tertentu, terutama bakteri, virus, atau
toksin. Vaksin juga bisa membantu
sistem kekebalan untuk melawan sel-
sel degeneratif (kanker).

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga
dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun,
apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi
kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.

Vaksin virus
Vaksin dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu :
Vaksinasi dari infeksi alami
Vaksin dari virus mati
Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan
Vaksin subunit

VAKSIN CAMPAK
Vaksin campak, mengatasi penyakit yang disebabkan virus dari genus Morbilivirus,
familiParamyxoviridae. Virus ini bersifat airborne melalui percikan cairan tubuh
penderita
VAKSIN MUMP
Alias gondongan, yang disebabkan virus genus Rubulavirus,
famili Paramyxoviridae. Menular melalui air liur, kontak langsung, bahan muntah,
dan urin penderita.
VAKSIN RUBELLA
mencegah penyakit kulit parah berupa bintil kemerahan, disebabkan virus
dari genus Rubivirus, famili Togavirus. Penyakit ini menular melalui saluran
pernafasan atas dan bisa menimbulkan pembengkakan limpa.
VAKSIN RABIES
pencegah penyakit yang banyak ditularkan melalui hewan berdarah panas. Bali
merupakan satu provinsi yang paling gencar memberantas penyakit rabies ini.
Penyakit ini menyumbang besar atas pemahaman virologi, dirintis oleh Louis
Pasteur. Disebabkan virus famili Rhaboviridae.





VAKSIN KANKER SEVIKS
berguna mencegah kanker mulut rahim perempuan, akibat virus Human Papilloma
Virus. Indikasi awal bisa ditempuh melalui pemeriksaan kesehatan seturut
metode pap smear.
VAKSIN RETROVIRUS
Vaksin retrovirus adalah vaksin yang digunakan untuk menurunkan agen penyakit
yang dapat menyebabkan sindroma penurunan kekebalan tubuh (Simian Acquired
lmmunodeficiency Syndrome) atau AIDS pada primata genus Macaca yang berasal
dari Asia yang disebabkan oleh virus HIV.
VAKSIN VARICELLA
Vaksin varicella yaitu vaksin yang di gunakan untuk mencegah cacar air yang
disebabkan oleh virus Variola. Orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi
cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita
gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau
immunoglobulin varicella-zoster.




VAKSIN HEPATITIS A
Yaitu vaksin yang di berikan untuk melindungi batita dan anak-anak dari penyakit
hepatitis A. . Yang paling rentang terkena virus ini jika tidak vaksin yaitu Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi
tertular hepatitis A.
VAKSIN HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non infeksius , berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA recombinan.



VAKSIN POLIOMYELITIS
Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero
: asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah.
Vaksin polio terdiri dari 2 jenis , yaitu Vaksin Virus Polio Oral (Oral Polio
Vaccine=OPV) dan Vaksin Polio Inactivated (Inactived Poliomielitis Vaccine).
Akibat dari tidak di lakukan vaksin poliomyelitis yaitu Kelumpuhan permanen,
bisa pada tungkai, baik kaki maupun tangan.Kelumpuhan berat, misalnya pada
otot pernapasan. Pada kondisi ini, biasanya pasien membutuhkan alat bantu
napas.
VAKSIN VIRUS INFLUENZA
Vaksin berisi dua subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus tipe B. Vaksin
diberikan secara intramuscular dengan dosis untuk umur 6-35 bulan 0,25 ml dan
umur 3 tahun 0,5 ml. Anak-anak yang mendapat vaksin ini pada umur kurang dari
9 tahun, perlu diberikan 2 dosis dengan jarak pemberian lebih dari 1 bulan.
KEMOTERAPI ANTIVIRUS
Analog nukleosida
Zidovudin
Didanosin
Zalsitabin
Asiklovir.
Gansiklovir
Vidarabin

Jenis-jenis senyawa
antivirus lain :
Amantadin
Asam fosfonoasetat dan
asam fosfonoformat
Enviroksim
Metisazon
Arildon

INTERFERON
Interferon adalah hormon berbentuk sit
okinaberupa protein berjenis glikoprotei
n yang disekresi oleh sel vertebrata
akibat rangsangan biologis (biasanya
preinfeksi)seperti virus, bakteri, protozo
a,mycoplasma, mitogen, dan senyawa
lainnya.
Bila ditambahkan pada sel hewan
normal, interferon akan melindunginya
terhadap infeksi virus lebih lanjut atau
lebih tepat lagi, dapat menghilangkan
kemungkinan bagi infeksi virus
berikutnya untuk memulai siklus
perkembangan yang produktif.

Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma :
Interferon- dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai
molekul anti-viral.

Penggunaan interferon- untuk perawatan
penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat
menginduksi hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditis maupun
disfungsi kelenjar tiroid. IFN- memiliki efek anti-proliferatif dan
anti-fibrosis pada sel mesenkimal.

Interferon- dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada
hampir semua sel di dalam tubuh manusia.

Interferon- dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya
bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga,
sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B

AVIAN INFLUENZA
Flu burung atau avian influenza disebabkan
oleh virus influenza tipe A jenis H5N1. Salah
satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang
disebabkan oleh virus influenza dengan kode
genetik H5N1 (H=Haemagglutinin,
N=Neuramidase) yang selain dapat menular
dari burung ke burung dapat pula menular
dari burung ke manusia.
Avian Influenza
H5N1 memiliki dua sifat yang mudah berubah: antigenic
shift dan antigenic drift.
H5N1 bisa bercampur dengan virus influenza yang biasa
diidap manusia. Penularan terjadi karena kontak langsung
dengan unggas atau kotoran unggas yang terinfeksi flu
burung.
Saat ini, strain yang paling virulen penyebab flu burung
adalah strain H5N1. Dari hasil studi yang ada menunjukkan,
unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat
mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam
kotorannya.


Avian Influenza
Avian Influenza
Pada manusia :
Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,
H7N7.
Pada binatang :
H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada
suhu 22 C dan lebih dari 30 hari pada 0 C. Virus akan mati pada
pemanasan 60 C selama 30 menit atau 56 C selama 3 jam dan
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan
yang mengandung iodin. Di dalam kotoran dan tubuh unggas
yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama.


Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas
ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feses.
Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang
tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta
burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan
langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam
dan penjamah produk unggas lainnya.
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat
mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam
kotorannya.
Avian Influenza
Virus flu burung hidup di dalam saluran
pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus
akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air
liur), cairan hidung, dan kotoran.
Avian Virus influenza dapat ditularkan terhadap
manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi
langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang
mengandung virus kepada manusia. Cara lain
adalah lewat perantara binatang babi. Penularan
diduga terjadi dari kotoran secara oral atau
melalui saluran pernapasan.

Avian Influenza
GEJALA FLU BURUNG PADA
MANUSIA

Demam (suhu badan diatas 38 C)
Lemas
Pendarahan hidung dan gusi
Sesak nafas
Muntah dan nyeri perut serta
diare
Batuk dan nyeri tenggorokan
Radang saluran pernapasan atas
Pneumonia
Infeksi mata
Nyeri otot

GEJALA PADA UNGGAS

Jengger berwarna biru
Borok di kaki
Kematian mendadak

Avian Influenza
MASA INKUBASI
Pada Unggas : 1 minggu
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala.
Pada Anak-anak sampai 21 hari.

USAHA PENCEGAHAN
Sejauh mungkin hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang diidentifikasi
terinfeksi flu burung. Para pekerja di peternakan, penjual, pengemudi yang membawa produk
unggas adalah profesi yang paling rentan terkena virus ini, karena itu disarankan mencuci
tangan dan mandi sehabis bekerja, meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja dan
membersihkan kotoran unggas setiap hari.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan
sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging,
telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri
perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian
juga perlu dijaga.

Avian Influenza
USAHA PENCEGAHAN
a. Pada Unggas :
Pemusnahan unggas/burung yang
terinfeksi flu burung
Vaksinasi pada unggas yang sehat

b. Pada Manusia :
I. Kelompok berisiko tinggi (pekerja
peternakan dan pedagang)
Mencuci tangan dengan desinfektan
dan mandi sehabis bekerja.
Hindari kontak langsung dengan ayam
atau unggas yang terinfeksi flu burung.
Menggunakan alat pelindung diri.
(contoh : masker dan pakaian kerja).
Meninggalkan pakaian kerja ditempat
kerja.
Membersihkan kotoran unggas setiap
hari.
Imunisasi.
II. Masyarakat umum
Menjaga daya tahan tubuh dengan
memakan makanan bergizi & istirahat
cukup.
Mengolah unggas dengan cara yang
benar, yaitu :
Pilih unggas yang sehat (tidak
terdapat gejala-gejala penyakit pada
tubuhnya)
Virus ini dapat menular melalui udara
ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Namun
demikian, virus ini akan mati dalam
suhu yang tinggi. Oleh karena itu
daging unggas ataupun telur harus
dimasak dengan matang untuk
menghindari penularan.
Kebersihan diri perlu dijaga pula
dengan mencuci tangan dengan
antiseptik. Kebersihan tubuh dan
pakaian juga perlu dijaga.
PENGOBATAN

Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis
tunggal selama 7 hari.
Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat
mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari
dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis.
Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2
kali sehari.

Avian Influenza
Referensi
Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California:
The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.
Campbell, N.A., et al. 2006. Biology Concepts &
Connections. California: The Benjamin/Commings
Publishing Company
Marsh, Philip D. dan Martin, Michael V. 2009. Oral
Microbiology. St.Louis: Elsevier.
Samaranayake, Lakshman. 2012. Essential Microbiology
for Dentistry. Elsevier.
Tortora, Gerard J. et al. 2010. Microbiology. San Fransisco:
Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai