Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

PUSKESMAS TUMPANG

LANSIA : BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)





Oleh:
Diana Veroshini Gengatharan
0910714003



Pembimbing:
dr. A. Chusnul Chuluq Ar., MPH
dr. Safitri Dwicahyani




LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
2014
1. Identitas Pasien
Nama : Satiman
Usia : 67 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Tumpang RT 3 RW 9

2. Anamnesa
Keluhan utama: tidak tuntas dalam berkemih
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan tidak tuntas dalam
berkemih sejak sebulan yang lalu dan memberat dalam 2 minggu terakhir. Selain itu,
pancuran kencing melemah, jumlah kencing sedikit-sedikit namun sering. Frekuensi
kencing meningkat siang hari dari 3 4 kali sehari menjadi 7 8 kali sehari, disertai
dengan peningkatan kencing malah hari dari 1 kali tiap malam. Gejala-gejala
tersebut dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu namun diabaikan oleh pasien.
Pasien kesulitan menahan kencing sehingga bila ditahan terlalu lama kencing
menetes. Kencing darah tidak ada, nyeri saat kencing tidak ada, nyeri pinggang atau
perut bawah tidak ada, demam tidak ada, tidak ada riwayat trauma. Karena dirasa
mengganggu pasien berobat ke mantri, oleh mantri pasien dikatakan ada masalah di
prostat dan diberikan obat untuk prostat namun tidak tau namanya. 2 minggu
berikutnya pasien mengeluhkan gejala yang sama, kemudian pasien memutuskan
untuk berobat ke Puskesmas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah terdiagnosa infeksi saluran kemih sekitar 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien.
Riwayat DM (-), HT (-), keganasan (-)
Riwayat sosial :
Pasien bekerja sebagai petani namun sudah 1 tahun tidak bekerja. Pasien memiliki
kebiasaan merokok sejak muda, merokok sekitar 1 pack/ hari, pasien juga suka
minum kopi, sehari 1-2 cangkir.
Pasien juga ditanyai mengenai pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam Skor
Internasional Gejala Prostat (I-PSS) :

SKOR INTERNASIONAL GEJALA PROSTAT (I-PSS)

Untuk pertanyaan nomor 1-6, jawaban dapat diberikan skor sebagai berikut :
0 = Tidak pernah
1 = Kurang dari sekali dari 5 kejadian
2 = kurang dari separuh kejadian
3 = kurang lebih separuh dari kejadian
5 = hampir selalu
Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa seringkah anda :
1. Merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing? 1
2. Harus kencing lagi padahal belum ada setengah jam yang lalu anda baru saja
kencing?
1
3. Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai kencing lagi dan hal ini
dilakukan berkali-kali?
0
4. Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing? 1
5. Merasakan pancaran urine yang lemah? 1
6. Harus mengejan dalam memulai kencing? 1

Untuk pertanyaan no.7, jawablah dengan skor seperti di bawah ini :
0 = Tidak pernah
1 = Satu kali
2 = Dua kali
3 = Tiga kali
4 = Empat kali
5 = Lima kali
7. Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa kali anda terbangun dari tidur malam untuk
kencing?
1

TOTAL SKOR (S) = 6
Pertanyaan no.8 adalah mengenai kualitas hidup sehubungan dengan gejala di atas
jawablah dengan :
1 = Sangat senang
2 = Senang
3 = Puas
4 = Campuran antara puas dan tidak puas
5 = Sangat tidak puas
6 = Tidak bahagia
7 = Buruk sekali
8. Jika seumur hidup anda mengalami gejala gangguan kencing seperti di atas,
bagaimana perasaan anda?
4
Skor QOL (Quality of Life) = 4

3. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada Tingkat Individu
Pemeriksaan Fisik
Ku: tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis GCS : 456
Tax: 36,5C TD: 110/70 mmHg nadi: 78
x
/
m

K/L: an (-), ict (-), JVP R+ 0 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Tho:
c/
I : ictus invisible,
P : ictus palpable at ICS V MCL S
P : RHM~SL D
LHM~ictus
A : S1 S2 single, m(-) g (-)
p/
I : Statis D=S
Dinamis D=S
P: SF N | N
N | N
N | N
P : S | S
S | S
S | S
A : V | V
V | V
V | V
Rh - | -
- | -
- | -
Wh - | -
- | -
- | -
Abd: flat, soefl, BU +
Extr: akral hangat, edema (-) , CRT<2 detik

Pemeriksaan Digital Rectal Examination :
Tonus sphincter ani : normal
konsistensi prostat : kenyal, lobus kanan dan kiri simetris.
Nodul : (-)
Nyeri tekan : (-), Sulcus medianus mendatar
Lobus lateral membesar
Polus superior tidak teraba.
Bulbocavernosus refleks : normal

Kondisi psikologis
Secara psikologis, pasien dalam kondisi mental yang sehat. Hubungan dengan istri
baik, jarang beradu argumen. Hubungan dengan anak dan cucu juga baik.

B. Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga

Genogram Keluarga Tn Satiman 10 Maret 2014











Keterangan:

Pasien

67th
63th
44th 42th 38th 39th
35th 33th
15th 10th
8 th
5th

Perempuan normal

Laki-laki normal

Laki-laki yang sudah meninggal

Perempuan yang sudah meninggal


Family APGAR
APGAR Score
Adaptation 2
Partnership 1
Growth 2
Affection 2
Resolve 1
TOTAL 8

Penilaian nilai total :
8-10 : Fungsi keluarga baik
4-7 : Fungsi keluarga kurang baik
0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional
Kesimpulan : Fungsi keluarga ini baik

SCREEM
Social : Pasien bekerja sebagai petani, namun sejak 1 tahun yang lalu sudah tidak
bekerja karena factor usia.
Cultural : Tidak ada kebiasaan budaya khusus yang mengikat pasien.
Religious : Pasien tidak menganut ajaran-ajaran yang strict dalam kepercayaannya.
Ekonomi : Pasien selama tidak bekerja biaya hidupnya di tanggung oleh anak-
anaknya. Namun penghasilan anak-anaknya tidak terlalu cukup untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Educational : pasien hanya lulusan SD. Pasien kurang dapat memahami penjelasan
dari petugas kesehatan.
Medical : Pasien dan keluarga jarang memeriksakan kesehatan jika tidak sangat
mendesak karena keterbatasan biaya.

C. Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Urinalisis (untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih) tidak dilakukan.
Kultur urin (untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan) tidak
dilakukan.
Faal ginjal (untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran
kemih bagian atas) tidak dilakukan.
Pemeriksaan gula darah (untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes
melitus yang dapat menimbulkan kelainan neurologi pada buli-buli [buli-buli
neurogenik] tidak dilakukan.
Kadar penanda tumor prostate specific antigen (PSA) tidak diperiksa karena tidak
dicurigai adanya keganasan prostat.

Pemeriksaan Pencitraan
Foto polos perut (untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine) tidak dilakukan.
Pemeriksaan IVU sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.
Pemeriksaan USG melalui trans abdominal ultrasonografi (TAUS) dan trans uretral
ultrasonografi (TRUS) tidak dilakukan.

Pemeriksaan Lain :
Residual urine tidak dilakukan.
Pancaran urine tidak dilakukan.

Kesimpulan :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemungkinan pasien mengalami
Benign Prostate Hyperplasia (BPH). Untuk konfirmasi diagnosis, dibutuhkan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium (Urinalisis, kultur urine),
pemeriksaan radiologi (foto polos perut, USG TAUS dan TRUS), serta pemeriksaan
lain (residual urine dan uroflowmetri).
Berdasarkan I-PSS, skor pasien adalah 6 (di bawah 7) yaitu keluhan ringan yang
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
4 . Analisis

ANALISIS MASALAH DAN FAKTOR RESIKO
MASALAH PADA PASIEN
Internal
a. Genetik
Orang tua laki-laki pasien tidak ada
riwayat menderita BPH

b. Persepsi/Belief
Pasien merasa gangguan kencing yang
dialaminya karena infeksi saluran
kencing yang terjadi 2 tahun yang lalu.

c. Psikologis
Secara psikologis, pasien dalam
kondisi mental yang sehat. Hubungan
dengan istri baik, jarang beradu
argumen. Hubungan dengan anak
dan cucu juga baik.
d. Perilaku
Pasien suka meminum kopi, sejak
masih muda. Dalam sehari minum 1-2
cangkir kopi

Eksternal
a.Budaya
Tidak adanya budaya tertentu yang
dianut pasien yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit BPH
b. Fisik
Pasien tinggal di kawasan perumahan
padat penduduk.
c. Biologi
Pasien adalah seorang laki-laki
FAKTOR RESIKO
Internal
a. Genetik
Tidak ada faktor genetik yang
mempengaruhi terjadiya BPH.

b. Persepsi/Belief
BPH terjadi mungkin karena proliferasisel
epitelial dan stromal atau terganggunya
proses kematian sel terprogram
(apoptosis) yang mengakibatkan
akumulasi seluler.
c. Psikologis
Tidak ada faktor psikologi yang
mempengaruhi terjadinya BPH.

d. Perilaku
Kopi bersifat diuretik sehingga akan
memicu keinginan untuk miksi, hal ini akan
memperparah keluhan pada pasien BPH.


Eksternal
a.Budaya
Tidak ditemukan faktor budaya yang
menjadi faktor resiko BPH pada pasien.

a. Fisik
Tidak ada faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya BPH.
b. Biologi
Jenis kelamin laki-laki,usia lanjut (> 60
berusia 67 tahun. tahun), aktivitas enzim 5alfa-reduktase
dan jumlah reseptor androgen yang
meningkat, ketidak seimbangan antara
estrogen-testosteron, interaksi stroma-
epitel, berkurangnya apoptosis sel
prostat, dan ketidaktepatan aktivitas sel
stem. Hal ini akan meningkatkan resiko
terjadinya pembesaran kelenjar prostat.

5. Diagnosis Holistik Komprehensif
a. Biomedis
Diagnosa biomedis 1: Benign Prostat Hyperplasi (BPH)
b. Faktor resiko
Internal :
Genetik : Jenis kelamin mempengaruhi terjadinya BPH, dimana penyakit ini
hanya dialami oleh laki-laki usia >60 tahun.
Persepsi : Pasien merasa gangguan kencing yang dialaminya karena infeksi
saluran kencing yang terjadi 2 tahun yang lalu
Psikologis : tidak ada faktor psikologi yang mempengaruhi terjadinya BPH
pada pasien.
Perilaku : tidak ada faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya BPH pada
pasien

Eksternal:
Ekonomi : status ekonomi menengah ke bawah, sehingga pasien dan
keluarganya jarang memeriksakan kesehatannya, jika tidak ada keluhan yang
mengganggu.
Sosial : Pasien suka meminum kopi, sejak masih muda. Dalam sehari minum
1-2 cangkir kopi, pasien juga perokok sejak masih muda, dalam sehari dapat
menghabiskan 1 pak rokok, namun sekarang pasien sudah berhenti merokok
sejak 3 bulan ini.
Budaya : BPH merupakan penyakit pada laki-laki tua.
Fisik: Tidak ada faktor fisik yang mempengaruhi terjadinya BPH pada pasien.
Kimia : Tidak ada faktor kimia yang mempengaruhi terjadinya BPH pada
pasien.
Biologi : Jenis kelamin laki-laki,usia lanjut (> 60 tahun), aktivitas enzim 5alfa-
reduktase dan jumlah reseptor androgen yang meningkat, ketidak
seimbangan antara estrogen-testosteron, interaksi stroma-epitel,
berkurangnya apoptosis sel prostat, dan ketidaktepatan aktivitas sel stem.
Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya pembesaran kelenjar prostat.
c. Upaya kesehatan
Pasien berobat ke mantri lalu berobat ke puskesmas Pakisaji.

6. Intervensi Holistik Komprehensif
Intervensi Holistik Komprehensif
Medikamentosa dan tindakan
medis
Watchful waiting



Penghambat reseptor adrenergic
alfa
Edukasi dan advokasi medikamentosa dan
tindakan medis
Watchful waiting ditujukan kepada pasien ini
karena skor I-PSS di bawah 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-
hari.
Walaupun keluhan pasien hanyalah keluhan
ringan, tetapi BPH merupakan penyakit yang
bersifat progresif, sehingga pasien tetap
memerlukan penanganan medikamentosa
seperti penghambat reseptor adrenergik alfa.
Obat ini tidak tersedia di Puskesmas Pakisaji
sehingga pasien dirujuk ke RSUD Kanjuruhan
untuk mendapatkan obat tersebut dan
pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi
diagnosis
Status Psikososial

Pasien takut memeriksakan
keluhannya ke dokter karena
keterbatasan biaya.

Edukasi dan Advokasi Psikososial
Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga
untuk memeriksakan masalah kesehatan secara
periodik ke tenaga kesehatan terdekat.
Jika ada kendala dalam masalah biaya, pasien
dan keluarga dianjurkan untuk mengurus asuransi
kesehatan untuk meringankan biaya.
Status Lingkungan
Biologi
Jenis kelamin laki-laki,usia lanjut (>
60 tahun)














Sosial
Pasien suka meminum kopi, sejak
masih muda. Dalam sehari minum 1-2
gelas kopi, pasien juga perokok sejak
masih muda, dalam sehari dapat
menghabiskan 1 pak rokok, namun
sekarang pasien sudah berhenti
merokok sejak 3 bulan ini.
Edukasi dan advokasi lingkungan
Biologi
Menjelaskan bahwa BPH hanya dialami oleh pria
karena secara anatomi kelenjar prostat hanya
dimiliki oleh pria.
Menjelaskan bahwa penyebab keluhan pada
pasien sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat adalah: (1) teori
dihidrotestosteron, (2) adanya
ketidakseimbangan estrogen-progesteron, (3)
interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat,
(4) berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan
(5) teori stem sel.
Sosial
Menyarankan kepada pasien untuk membatasi
minum kopi berhenti merokok agar tidak
mengiritasi buli.
Menyarankan pasien untuk mengganti minum
kopi dengan minuman lain yang tidak
menimbulkan efek diuresis, seperti air putih atau
jus buah.

7. Efek pada Komunitas
Keluhan miksi yang dialami oleh pasien saat ini masih merupakan keluhan ringan yang
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun keluhan ini tetap perlu diperhatikan secara periodik (6 bulan) untuk menilai
progresivitas penyakit dan menentukan terapi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai