diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Oleh Arini Fadilah 1101706 Bayu Angsena Bastari 1100018 Chindy Alies Chintya L 1106139 Kiki Maya Wulandari 1100067
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Sistem Demokrasi di Indonesia dalam Perspektif Islam. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Makalah ini membahas ketidaksesuaian sistem demokrasi yang berkembang di Indonesia saat ini dibandingkan dengan konsep demokrasi dalam Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat membuat karya yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, 31 Maret 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3 E. Metode Penelitian......................................................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4 A. Politik ........................................................................................................... 4 B. Konsep Demokrasi Secara Umum ............................................................... 5 C. Demokrasi dalam Sudut Pandang Islam ...................................................... 5 D. Pelaksanaan Konsep Demokrasi yang Ideal ................................................ 5 E. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ........................................................... 5 F. Dampak Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia terhadap Masalah Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya .............................................................................. 5 G. Landasan Al-quran dan Hadits terkait Pemerintahan................................... 5 BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 6 A. Analisis Data Hasil Penelitian ...................................................................... 6 BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 7 A. Simpulan ...................................................................................................... 7 B. Saran ............................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8 LAMPIRAN ............................................................................................................ 9
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan yang dianut suatu negara pasti akan berdampak pada masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya pada negara tersebut. Namun, hal ini bukan hanya bergantung sistem pemerintahan apa yang dianut oleh negara tersebut tetapi juga bergantung pada bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan yang dianut negara tersebut. Sebagian besar negara yang terdapat di bumi ini menganut sistem demokrasi. Namun, politik, ekonomi, sosial, dan budaya masing-masing negara penganut demokrasi tersebut berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan sistem demokrasi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebudayaan masyarakat dan sejarah suatu negara mengakibatkan negara tersebut menjalankan demokrasi sesuai dengan hal tersebut. Indonesia dengan sejarah pancasila sebagai landasan negara mengakibatkan Indonesia menerapkan sistem demokrasi pancasila dalam menjalankan roda pemerintahannya. Demokrasi yang seharusnya dapat menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan rakyat pada kenyataannya tidak tampak di Indonesia dewasa ini. Konsep demokrasi yang identik dengan istilah Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat menjadi bias saat ini. Hal tersebut terlihat ketika para wakil rakyat yang telah dipilih oleh rakyat dan berasal dari rakyat itu sendiri tidak berpihak kepada rakyat ketika mengambil keputusan. Selain itu, fakta-fakta mengenai kehidupan masyarakat Indonesia yang belum mencapai kata sejahtera menunjukkan pembiasan konsep demokrasi di Indonesia. Di zaman globalisasi seperti saat ini, masih terdapat wilayah di Indonesia yang belum terjamah listrik. (BERITA). 2
Pelayanan kesehatan yang baik pun sulit didapatkan oleh masyarakat kurang mampu. (BERITA). Layanan pendidikan yang layak di daerah terpencil juga sangat sulit didapatkan. (BERITA). Banyak sekali fakta-fakta yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mencapai kesejahteraan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai melalui demokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat penyimpangan pada pelaksanaan sistem demokrasi di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem demokrasi dalam pandangan Islam? 2. Bagaimana sistem demokrasi yang ideal? 3. Apakah sistem demokrasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan sistem demokrasi menurut pandangan Islam? 4. Bagaimana dampak penggunaan sistem demokrasi di Indonesia terhadap aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang berkembang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis di atas, makalah ini memiliki tujuan untuk : 1. Mengetahui sistem demokrasi yang sesuai dalam pandangan Islam 2. Mengetahui sistem demokrasi yang ideal 3. Mengetahui perkembangan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia serta kesesuaiannya menurut pandangan Islam 4. Mengetahui dampak penggunaan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia terhadap aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang berkembang. 3
D. Manfaat Penelitian Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis. Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ide dan pemikiran kritis terkait politik yang berkembang di Indonesia. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai media yang menjadi sumber ilmu pengetahuan. E. Metode Penelitian Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara kepada beberapa narasumber yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam terkait materi yang diangkat dalam makalah ini. Selain itu, dilakukan pula kajian literatur untuk menunjang informasi dalam pembahasan makalah ini.
4
BAB II LANDASAN TEORI A. Politik Politik (dalam bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara, dari bahasa Inggris; politic (adj): bijaksana, beradab, berakal, yg dipikirkan) menurut Ariestoteles dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mewujudkan kebaikan bersama. Maka apabila dihubungkan dengan konteks kenegaraan maka politik merupakan jalan yang dilalui bersama baik oleh rakyat maupun pemerintah yang berkuasa untuk membangun suatu negara yang makmur dan sejahtera sesuai dengan cita-cita suatu negara tersebut. Jika dilihat dari sudut pandang yang lain, ada beberapa pengertian dari politik itu sendiri, yaitu antara lain : 1. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara 2. Politik merupakan kegiatan yang diarahakan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dimasyarakat 3. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanakan kebijakan publik 4. Dalam ilmu politik, politik dipandang sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas ada beberapa elemen penting dalam politik yaitu pemerintahan, kekuasaan, masyarakat dan negara. Dalam prosesnya dua dari keempat elemen tersebut yaitu pemerintah dan kekeuasaan dicapai melaui sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara itu sendiri salah satunya adalah demokrasi.
B. Konsep Demokrasi Secara Umum Kata demokrasi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan. Dalam ilmu sosiologi, demokrasi adalah sikap hidup yang berpijak pada sikap egaliter (mengakui persamaan derajat) dan kebebasan berpikir. Demokrasi digunakan banyak negara sistem pemerintahan suatu negara karena demokrasi dianggap sebagai bentuk pemerintahan yang paling adil karena selalu mengutamakan rakyat. Karena pemerintahan terdiri dari rakyat yang begitu banyak, maka kepuasan dan kenyamanan rakyat adalah tujuan utama dari sebuah negara menjaga warganya agar aman dan damai. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, karena kebanyakan yang kita lihat di negara-negara yang tidak menerapkan sistem demokrasi rakyat menjadi tertindas karena tidak keberdayaannya, dan menjadi tidak punya harapan karena kelemahan yang dibuat oleh penguasa terjadi kesenjangan sosial yang begitu besar antara rakyat dan penguasa yang menindas tersebut. Demokrasi selalu mengutamakan rakyat, rakyatlah yang menjadi raja. Sehingga kekuatan selalu berada di tangan rakyat. C. Demokrasi dalam Sudut Pandang Islam D. Pelaksanaan Konsep Demokrasi yang Ideal E. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia F. Dampak Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia terhadap Masalah Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya G. Landasan Al-quran dan Hadits terkait Pemerintahan
6
BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Data Hasil Penelitian 7
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian melalui wawancara dan kajian literatur, dapat disimpulkan bahwa dalam Islam tidak ada istilah demokrasi. Namun, nilai- nilai demokrasi ada yang sesuai dengan ajaran Islam seperti prinsip musyawarah. Perbedaan yang mendasar dari demokrasi secara global dan kekuasaan dalam Islam adalah dalam demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat , sedangkan dalam Islam kekuasaan adalah amanah dari Allah dan kekuasaan tertinggi adalah dari Allah. Sistem demokrasi yang ideal sendiri adalah yang dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui demokrasi, yaitu kesejahteraan rakyat. Dalam Indonesia sendiri, masih terdapat penyimpangan yang terjadi dalam menggunakan demokrasi sebagai alat untuk mencapai kesejateraan rakyat. Pelaksanaan demokasi di Indonesia memberikan berbagai dampak positif dan negatif dalam hal politik, ekonomi, sosial, dan budaya. B. Saran Dalam 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
Hasil Wawancara dengan Narasumber (Encep Supriatna) P : Apakah makna politik dalam Islam? N : Makna politik dalam pandangan Islam, merujuk pada buku Khilafah dan Kerajaan, politik itu sama dengan kekuasaan. Kalau dalam Islam sebenarnya ada wakala, atau diwakilkan maka ada istilah Khalifah = pemimpin, negaranya = khilafah. Itu ada dalam sejarah Islam, misalnya khulafa al-rasyidin (Khalifah yang 4) memimpin selama 13 tahun, Hummaya 90 tahunan, Abbasiyah sampai abad ke 13. Jadi intinya politik itu kekuasaan, kekuasaan dalam Islam itu amanah, yang didasarkan pada nilai-nilai Illahiyah (keTuhanan) jadi bukan diambil dari rakyat begitu saja, tapi ada mandat dari Tuhan. Seorang pemimpin itu harus yang memiliki kriteria seperti: Islam, akhil baligh, adil, integritas, dan jujur. Ya sama dengan Nabi lah ada siddik, amanah, fatonah, tabligh dsb. Jadi sebetulnya dalam terminologi Barat sama saja tapi disini penekanannya ke amanah. P : Seperti apa sistem politik yang diterapkan dalam zaman nabi Muhammad? N : Islam tidak mengatur secara rinci mengenai sistem politik. Tetapi kita lihat para ulama tidak menunjukkan pola yang sama, dari nabi Muhammad meninggal ke Abu Bakar, Abu Bakar menjadi penggantinya itu karena dipilih langsung oleh ummat Islam terutama oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshor. untuk memilih Umar kan, Umar meninggal dia memilih tim formatur enam orang: Abdurohman bin Auf, Saad bin Abdul waqas, Utsman, Ali, Abdullah bin Ummar, bertujuan untuk memilih siapa kira- kira yang cakap diantara mereka, bahkan ada pemungutan suara juga disitu dan terpilihlah Utsman. Nah kemudian Ali, Ali itu di baiat secara langsung ketika Utsman meninggal oleh Saad, Ubaidah dsb. Intinya musyawarah mufakat. P : Berarti pada masa khulafa al-rasyidin pernah ada voting juga ya Pak?
N : Ada. Pada masa memilih Utsman itu, jadi karena draw 3:3 akhirnya Abdullah bin Ummar memilih Utsman. Total suara jadi 4:3 sehingga dimenangkan oleh Utsman itu atas lobi Abdurrohman bin Auf. Abdulah bin Ummar, anaknya Ummar bin Khatab tidak punya hak untuk dipilih, tetapi hanya punya hak memilih. Upaya ini dilakukan untuk menghindari KKN. P : Apakah saat ini masih ada negara yang menerapkan sistem politik Islam? N : Kalau zaman sekarang di negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam, ada, seperti Arab Saudi, ada putra mahkota, pokonya negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai negara Islam, seperti Republik Islam Pakistan (yang saya kaji), negara-negara di Timur tengah rata-rata masih menggunakan sistem monarki, tetapi monarki konstutional, jadi sudah ada pembatasan, ada UUD, yang dilandaskan pada syariat Islam seperti di Arab Saudi itu. Jadi pasang surut hubungan Islam dengan kekuasaan itu ada dinamika dari waktu ke waktu. Apalagi nanti dengan munculnya demokrasi dari Barat. P : Apakah ada istilah demokrasi dalam Islam? N : Demokrasi dalam Islam jika merujuk pada pendapatnya, siapa ya saya lupa tokohnya. Ia menganggap bahwa tidak ada konsep demokrasi dalam Islam. Tetapi nilai-nilai demokrasinya ada, yaitu prinsip musyawarah, kan pemilihan khulafa al-rasyidin itu ada musyawarah, jadi berbaiat misalnya dari Abu Bakar ke Ali itu kan hasil musyawarah mufakat. Jadi dalam demokrasi itu ada nilai-nilai yang selaras dengan Islam yaitu prinsip musyawarah. Kan ada hadisnya Hendaklah kalian bermusyawarah dalam memutuskan suatu perkara, dan hendaknya masalah itu diselesaikan dengan cara yang damai yang baik diantara kalian. Demokrasinya berasal dari Barat, yaitu kekuasaan dari, untuk, oleh rakyat sementara dalam Islam kan dari Tuhan, kekuasaan itu merupakan mandate/amanah yang diberikan, memang dari rakyat juga.
P : Berarti demokrasi yang berkembang saat ini tidak sesuai dengan demokrasi dalam Islam? N : Ya, bukan dari Islam tapi ada nilai demokrasi yang selaras dengan Islam yaitu prinsip musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan. Artinya, nilai-nilai itu tidak mesti berasal dari Islam jika nilainya tidak bertentangan boleh juga kita adopsi. Misalnya mengapa dulu Nabi mengeluarkan sabda kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina. Cina itu kan bukan negara Islam walaupun ada juga umat Islam disana ya. Saat Abdul bin Wakaf meninggal kan disana, jadi abad ke 7 Islam sudah masuk ke Cina, artinya Nabi mensyinyalir adanya nilai Islam disana, tidak kemudian jadi haram kan. Jadi walaupun itu bukan berasal dari Islam jika selaras dengan nilai Islam boleh kita ambil. Sekarang ilmu yang kita pelajari ini, terutama ilmu alam, ya itu ada yang berasal dari Islam ada yang dikembangkan oleh ilmuan Barat. Kan tidak kemudian menjadi haram untuk dipelajari. P : Menurut pandangan Bapak, perkembangan demokrasi di Indonesia itu seperti apa? N : Di Indonesia itu demokrasi pancasila, bukan demokrasi pure Barat. Jadi demokrasi itu menurut teman saya ya, inilah salahnya Amerika yang sebagai rumahnya demokrasi selalu memaksakan demokrasi harus seperti demokrasi Barat, padahal demokrasi diterapkan harus sesuai dengan kondisi geografis, psikologis, sosiologis dan antropologis suatu bangsa, misalnya demokrasi itu belum tentu cocok diterapkan di Timur tengah yang masyarakatnya kesukuan (fabilah fabilah). Ketika misalnya Saddam Husein digulingkan sekarang kan sering terjadi pemboman dimana-mana, jadi dibutuhkanlah pemimpin yang sedikit otoriter tetapi menurut pandangan Barat otoriter itu jelek, padahal kan tidak. Di Arab saja, suku nya ada 8, diantaranya itu Audz, Fakrad, Bani Adi, Bani Tamin, Bani Angso Haish, Quraisy, jadi harus ada pemimpin yang kuat dan otoriter, otoriter yang baik tapi. Demokrasi yang di Indonesia pun bukan demokrasi
Barat, tetapi pancasila sebagai nilai-nilai luhur dari bangsa kita. Pancasila digali dari aspek Hindu, Budha, Islam, dan Barat, dikarnakan kita pernah dijajah dari beberapa bangsa. P : Menurut Bapak, penerapan sistem demokrasi di Indonesia saat ini lebih memberikan dampak positif atau negatif? N : Sebetulnya jika dilihat dari dinamika umat Islam, demokrasi itu lebih banyak maslahatnya, contohnya pada pengambilan keputusan yang berdasarkan suara paling banyak, terbukti tidak sedikit dari kita yang menang di parlemen dll. Itu mayoritas agama Islam, walaupun Islamnya macam-macam. Jadi demokrasi itu dalam pandangan saya, untuk kemaslahatan umat Islam itu bagus. P : Apakah Bapak setuju bila Indonesia menjadi Negara Islam? N : Saya tidak akan jawab setuju atau tidak. Tetapi dilihat dari aspek historisnya, negara Islam Indonesia itu alami pasang surut, dari zamannya Karto Suwiryo mendirikan DITI, Kahar Muzakar, dan Daud di Aceh. Jadi, memang wacana pendirian negara Islam di Indonesia itu sudah lampau. Dari hasil perjanjian rumit seperti saat merumuskan piagam Jakarta dan UUD, kita harus percaya pada kader-kader itu mengapa mereka tidak mendirikan negara Islam. Walaupun di sisi lain, kita kecewa dengan penghapusan 7 kata itu pada Pancasila, konon katanya ada utusan dari Indonesia bagian Timur menghadap bung Hatta jika itu tidak dihapus, mereka akan dirikan negara sendiri. Dengan wise, para kader ahli agama, ada kiayi Bagus Hadi Kusumo dari Muhamadiyah, KH. Wahid Hasyim Ayahnya Gusdur dari NU duduk sejalan dengan panitia Sembilan PPKI untuk menghapus 7 kata itu. Nah kita harus percaya pada mereka. Buktinya seluruh sila-sila dalam pancasila itu selaras dengan Islam menurut saya, karena ada sila keTuhanan yang Maha Esa, artinya tauhid kan. Jadi itu sudah final. Wacana itu boleh saja harus diakui, karena memang dulu zaman khilafah itu pernah ada juga tapi itu semuanya tidak
mulus. Bayangkan dari 4 khulafa al-rasyidin, 3 meninggal dengan cara dibunuh, yang satu selamat yaitu Abu Bakar (meninggalnya normal). Umar oleh Yahudi, Utsman bin Affan sampe sekarang tidak tahu pembunuhnya siapa karena kejadiannya saat demo dimalam hari, pendemo masuk ke rumah Utsman saat beliau sedang mengaji diterangi lampu cempor sehingga itu tidak jelas. Makanya dari golongan Bani Ummayah itu menuntut kepada Ali yang pengganti Khalifah supaya bisa menemukan siapa pembunuh Utsman tetapi sampai sekarang tidak ada yang tahu. Terakhir Ali, oleh seorang Islam militan golongan Hawarid yang kecewa atas perdamaian Ali dengan Muawiyah bin Abu Sofyan namanya Abduloh bin Abu Muldjan, ia adalah seorang Islam fanatik, sholeh. Tapi kenapa bisa membunuh? Kembali jika orang sudah benci, walaupun seorang sholeh bisa saja tergoda untuk membunuh pemimpinnya sendiri. Ali dibunuh saat hendak mengimami sholat, ditengah jalan ia ditikam punggungnya. Setelah pemerintahan Ali ke Abu Sofyan, khalifah Husein bin Ali sempat memegang pemerintahan selama 6 bulan lalu dibunuh oleh anaknya Abu Sofyan. Dinasti Muawiyah runtuh, khalifah Marwan dibunuh juga oleh Abdul Abbas (pendiri dinasi Abbasiyah) kepalanya dipenggal. Itu dalam khilafah looh. Jadi, jika sekarang ingin mendirikan negara Islam, perjalanannya tidak selamanya mulus. Wacana itu boleh-boleh saja, tapi ingin mengembalikan kejayaan, kejayaan yang mana tepatnya. P : Saat ini masih adakah negara Islam seperti yang ada pada zaman Rasulullah? N : Tidak ada. Arab Saudi, sistemnya monarki hereditas. Zaman Nabi kan harusnya kepemimpinan diturunkan pada anaknya tetapi tidak. Bagusnya khulafa al-rasyidin, karena tidak ada istilah keturuan. Masuk ke dinasti Ummayah, jadi monarki hereditas, Ummayah meninggal digantikan anaknya, karena meniru Romawi Timur dimana ibukotanya Constantinople direbut oleh Turki. Utsmani abad ke 15, meniru gaya Barat, tadinya musyawarah menjadi monarki. Kepemimpinan Ummar bin
Abdul Aziz, bagus. Ia jalan-jalan melihat kondisi rakyatnya. Selain itu, ia menjadi salah satu khalifah yang dikenal sederhana, dikarenakan saat menerima tamu yang bukan membahas urusan negara, cempornya dimatikan karena ia menganggap itu sama saja dengan korupsi. P : Terdapat istilah bahwa Voting adalah Jalan Setan bagaimana menurut Bapak? Apakah mungkin dalam pemilihan pemimpin pemerintahan di Indonesia dilakukan dengan musyawarah? N : Pemilihan itu kan minta pendapat, tapi tidak melihat kualitas, hanya kuantitas saja. Hakikatnya minta pendapat, ketika tidak ada titik temu maka di ambil suara terbanyak. Voting itu kan dari Barat. Ada istilah Suara rakyat suara Tuhan, saya tidak setuju. Jika rakyat sepakat pada keputusan yang salah, itu akan menjadi benar. Misalnya miras dan pelacuran. Harusnya suara rakyat disesuaikan dengan suara Tuhan, guideline-nya dari Al-quran dan Hadist. Pemikiran manusia kan bisa saja salah. P : Terkait partai politik, saat ini banyak partai Islam namun pada kenyataannya kurang diminati oleh rakyat, bagaimana tanggapan Bapak mengenai fenomena ini? N : Masyumi, dibubarkan oleh Soekarno karena dianggap membahayakan. Sukarno ingin PNI yang menonjol, dia diangkat jadi pemimpin, sistemnya menjadi demokrasi terpimpin Masyumi tidak setuju sehingga menolak di parlemen, dan akhirnya dibubarkan. Sebelum orde baru, tahun 1955 dengan adanya makslumat X dari bung Hatta, bermuncullah partai-partai pemilu pertama. Ada 4 suara tertinggi,yaitu Masyumi, PNI, PKI dan NU. Dari situ, mereka diberi mandate untuk membuat UUDS, tapi tidak sesuai dan mandeg. Oleh karena itu, setahun kemudian kembali lagi ke UUD 1945 hasil amandemen. Kenapa kurang populer, menurut Eep Saefulah Fatah partai politik Islam itu berdasarkan aliran, misalnya PAN itu alirannya Muhamadiah, PKB itu NU, PBB dari Masyumi, tokoh PBB
Yusril itu dari Masyumi, M.S. Kaban dari HMI. Menurut pendapatnya Cak Nur Islam Yes, partai Islam No. Kenapa? Karena partai Islam sering gontrok-gontrokan, ketika memimpin pun tidak menunjukan sikap Islam, kurang toleran dan kurang simpatik. Islam itu dianggap sebagai penarik massa saja akibatnya jualannya kurang laku, serta karena lebih inklusif. Persis itu condong ke PBB. P : Apakah sistem politik di Indonesia ini ada yang harus diperbaiki? Jika ada, sisi mana yang harus diperbaiki? N : Sistem politik Indonesia harus diperbaiki, misalnya pemilu. Demokrasi hanya alat bukan tujuan. Sistemnya bisa diganti-ganti saja, yang penting rakyat sejahtera. Sistem pemilu dan pilkada yang butuh biaya banyak, kenapa tidak di satu paketkan agar hemat. Provinsi tidak perlu pilkada, tunjuk saja Sarjana yang sudah sesuai. Tetapi untuk yang berada di otonomi daerah calegnya boleh dipilih lewat pemilu, supaya tidak beli kucing dalam karung. Umumnya, setelah duduk di DPR, mereka bukan wakil rakyat tapi wakil partai.karena mereka takut pada partai. Misalnya keputusan kenaikan harga BBM, jika partai setuju dan rakyat menolak, tetapi saja keputusan itu dijalakan. Jadi pemilu yang sekarang ini high cost, dan tidak transparan. P : Menghadapi pemilu yang sudah di depan mata ini, menurut Bapak, sebaiknya kita memilih atau menjadi golput saja? N : Itu kan hak. Menurut saya,jika kenal dengan calonnya dan tahu backgroundnya, lebih baik gunakan hak pilih. Tapi saat blank, kita gunakan hak pilih itu sama seperti memberi cek kosong, kita rugi, mereka untung. Kalaupun memilih, gunakan hak pilih dengan cerdas. (tahu background). P : Bagaimana tanggapan Bapak terkait fenomena kuota 30% wanita yang duduk di kursi DPR?
N : Masalah perempuan jadi pemimpin masih jadi perdebatan para ahli. Perempuan lebih banyak halangan nya. Kemudian, merujuk pada tradisi di Arab, perempuan itu di marginalkan, anak bayi perempuan dikubur hidup- hidup. Perempuan dianggap aib, karena tidak bisa diajak perang. Zaman Jahiliah, ada prakter poliandri. Islam datang untuk angkat hak perempuan. Di beberapa kesultanan, perempuan pernah memimpin, misalnya: Aceh dan Banten ketika Sultan Maulana Muhamad meninggal, anaknya masih 6 tahun, maka perwaliannya oleh Ibundanya. Jadi bila ada laki-laki yang lebih kompeten, utamakan laki-laki, kecuali situasi memaksa perempuan boleh memimpin. Pada ayat-ayat Al-quran pun lebih mendukung laki-laki jadi pemimpin. Islam itu ada aspek eksoterism (fenomena budaya). Mengenai kepemimpinan perempuan, boleh-boleh saja kalo tidak ada laki- laki yang kompeten. 30% itu agar menjaga parlemen tidak laki-laki saja. Misalnya partai Hanura pada dapil Jabar 6 menempatkan 10 laki-laki, agar tidak gugur harus menempatkan 3 calon perempuan, yang penting ada perwakilan dari perempuan. Kedepannya, ketika golongan laki-laki sudah wise tidak perlu 30% lagi, termasuk di Menteri pemberdayaan perempuan, artinya peran perempuan sudah dianggap sama sehingga tidak perlu lagi adanya Menteri pemberdayaan perempuan. Pondasi bangsa hebat itu berasal dari Ibu-ibu yang hebat di keluarganya. Perempuan di parpol itu untuk memberdayakan perempuan yang dirasa masih dikesampingkan.