SPEKTROFOTOMETER VISIBEL A. TUJUAN Tujuan dari percobaan in adalah untuk menentukan kadar golongan sulfonamide berdasarkan reaksi diazotasi dan kopling secara klorimetri/spektrofotometri visible.
B. TINJAUAN PUSTAKA Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak (Connors, 1982). Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (). Pada metode spektrofotometri derivatif, plot A lawan , ditransformasikan menjadi plot dA/d lawan e untuk derivatif pertama, dan d2A/ d2 lawan untuk derivatif kedua, dan seterusnya. Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum normal akan menjadi zero crossing pada spektrum derivative pertama. Panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/d = 0. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat dalam campuran dimana spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat- tingkat (Munson, 1991). Dengan demikian metode ini dapat dilakukan lebih sederhana dengan waktu analisis yang lebih cepat dan biaya yang dibutuhkan lebih murah (Harianto, 2006). Untukmeminimalkan kesalahan analisis dalamspektrofotometri, telah dilakukan beberapa pengembanganmetode, antara lain dengan penggunaan spektrofotometriderivatif.Spektrofotometriderivatifdidasarkanpadapenurunan fungsispektrayangdiperolehdarisatuanalit ngantujuanmeminimalkangangguan penyerapspektra.Derivatisasi (penurunan) spektrum inidaptdigunakanuntuk meminimalisasiefekmatrikdalamanalit (Fatimah, 2003).
Penentuan kandungan melamin di dalam produk susu dengan menggunakan sensor kimia dan metode spektrofotometri yang didasarkan atas adanya gugus amina aromatis primer pada melamin yang direaksikan dengan suatu senyawa coupling melalui reaksi diazotasi. Reaksi diazotasi ini telah digunakan secara umum untuk penetapan senyawa-senyawa dalam industri zat warna, senyawa farmasi dan dapat dipakai untuk penetapan semua senyawa- senyawa yang mengandung gugus amina aromatis primer (Wiadnya, 2012). Mekanisme kerja sensor adalah berkas cahaya dari laser dikoplingkan ke kanal masukan fiber coupler. Sebagian berkas cahaya tersebut keluar melalui kanal sensing menuju cermin. Berkas cahaya pantulan dari cermin sebagian akan terkopling kembali ke kanal sensing. Berkas cahaya balik tersebut sebagian lagi terkopling menuju kanal deteksi. Pergeseran cermin dapat dideteksi melalui perubahan daya optis cahaya yang sampai ke detektor. Sementara itu, perubahan temperatur pada logam akan mengakibatkan logam memuai sehingga menggeser cermin. Dengan demikian perubahan temperatur di sekitar logam dapat dideteksi melalui perubahan daya optis cahaya yang diterima oleh detector (Samian, 2012) Sulfonamid adalah antimikroba yang digunakan secara sistemik maupun topikal untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfonamid merupakan kemoterapeutik yang utama. Kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Dengan ditemukannya preparat kombinasi trimetoprim sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamid untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu. Nama sulfonamid adalah nama generik derivat paraamino benzen sulfonamide (Jweet, 1998). Dampak penambahan (zat additif) dapat berakibat positif maupun negative bagi masyarakat. Natrium nitrit merupakan bahan tambahan makanan yang digunakan sebagai pengawet pada berbagai jenis daging olahan seperti sosis dan daging burger. Tujuan penambahan natrium nitrit dalam pengolahan daging adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum, mempertahankan warna merah pada daging agar tampak menarik
dan sebagai pemberi cita rasa pada daging (Cahyadi, 2008). Natrium nitrit sebagai pengawet dalam makanan diijinkan. Akan tetapi, perlu diperhatikan penambahannya dalam makanan agar tidak melampaui batas sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, membatasi penggunaan maksimum pengawet natrium nitrit di dalam produk daging olahan yaitu sebesar 125 mg/kg. Penambahan Natrium nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging ternyata menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan. Natrium nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida dan membentuk turunan nitrosamin yang bersifat toksik (karsinogenik). Reaksi pembentukan nitrosamin adalah sebagai berikut (Lestari, 2011) : R2NH + HNO2 R2N - NO + H2O Garam nitrit dan nitrat mekanismenya belum diketahui, tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi dengan gugus sulfihidril (-SH) dan membentuk garam yang tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba dalam keadaan anaerob. Dalam daging, nitrit akan membentuk nitroksida. Nitroksida dengan pigmen daging akan menjadi nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah. Pembentukan nitroksida akan banyak bila hanya menggunakan garam nitrit, karena itu biasanya digunakan campuran garam nitrit dan garam nitrat. Garam nitrat akan tereduksi oleh bakteri menghasilkan nitrit. Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging dan ikan, ternyata menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan, karena nitrit dapat berikatan dengan amino dan amida yang terdapat pada protein daging membentuk turunan nitrosoamin yang bersifat toksis. Nitrosoamin merupakan salah satu senyawa yang diduga dapat menimbulkan kanker (Husni, 2007).
C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : - - - - - - - - - Pipet ukur Filler Batang pengaduk Labu takar 50 ml 2 buah Labu takar 25 ml1 buah Pipet tetes Gelas kimia 250 ml21 buah Erlenmeyer 150 ml 5 buah Lumpang dan alu 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: - - - - - - - - - Akuades Ammonium klorida 5 % HCl 0,5 N NaOH 0,5 M HCl 0,2 N Sulfadiazin murni Sampel obat (trisulfa) N (1-nafthil) etilendiamin NaNO2 3. Uraian bahan 1. Uraian bahan a. Sulfadiazin (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain Rumus kimia : N-2-piridinil sulfanilamide : Sulfadiazinum/sulfadiazin : C10H10N4O2S
Rumus Struktur : N
H2N
SO2NH
N BM Pemerian
Kelarutan : 250,27 : Putih, putih kekuningan atau putih agak jambu; hampir tidak berbau; tidak berasa. : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat dan penggunaan : Antibakteri Dosis maksimum : Sekali 2 g, sehari 8 g b. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain Rumus kimia : Acidum Hydrochloridum : Asam klorida : HCl Rumus struktur : H-Cl BM Pemerian
Penyimpanan Kegunaan : 36,46 : Tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan bau hilang : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai zat tambahan c. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain RM/BM : Natrium Hydroxydum : Natrium Hidroksida : NaOH/40,00
Rumus struktur : Na OH Pemerian : Bentuk batang , butiran, masa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan
susunan hablur, putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbon dioksida. Kelarutan Warna Penyimpanan Kegunaan : Mudah larut dalam air, dalam etanol. : Padatan putih, tidak berbau berbentuk pelet/flakes. : Dalam wadah tertutup baik. : Sebagai pemberi suasana basa pada pembuatan iodoform dan dapat melembutkan kulit. d. Natrium Nitrit (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain RM/BM : Natrii Nitrit : Natrium nitrit : NaNO2/69,00 Rumus struktur :
O N
Na O Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan Kegunaan : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih atau kekuningan, merapuh. : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol 95 % P : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai pereaksi e. Amonium klorida (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain RM/BM : Ammonii Chloridum : Salmiak : NH4Cl/53,49 Rumus struktur :
H
H N
H
H
Cl-
Pemerian
: Serbuk butir atau hablur, putih, tidak berbau, rasa asin dan dingin, higroskopik
Kelarutan
Penyimpanan Kegunaan
: Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P, lebih mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95 % P : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai ekspektoran f. Akuades (Dirjen POM, 1979) Nama resmi Nama lain BM : Aqua Destillata : Air suling : 18,02 Rumus molekul : H2O O Rumus struktur : H H Pemerian
Penyimpanan Kegunaan : Cairan jernih, tidak berwrna, tidak berasa, dan tidak berbau : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pelarut
D. PROSEDUR KERJA 1. Pembuatan larutan standar, Pengukuran maks dan Absorbansi
Sulfadiazin murni
-Ditimbang 1000 mg -Dilarutkan dalam 25 ml HCl 0,02 N -Diencerkan dengan akuades hingga 100 ml
Larutan Induk 10 mg/ml
- Dipipet 25 ml - Ditambahkan larutan NaOH 0,5 N sedikit demi sedikit - Ditambahkan larutan HCl 0,5 N dan larutan NaNO2 0,1 % sebanyak 5 ml - Dikocok dan didiamkan selama 3 menit - Ditambahkan 5 ml larutan Ammonium klorida 0,5 % dan pereaksi N-(1-Naftil) etilendiamin - Dikocok hingga warna larutan menjadi kuning - Diencerkan dengan akuades dalam labu takar 50 ml hingga tanda tera
Larutan 1 (5 mg/ml)
- Dipipet sebanyak 40 ml - Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml - Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Larutan 2 (4 mg/ml)
- Dipipet sebanyak 37,5 ml - Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml - Ditambahkan akuades sampai tanda tera
Larutan 3 (3 mg/ml)
- Dipipet sebanyak 33, 3 ml - Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml - Ditambahkan akuades sampai tanda tera
Larutan 4 (2 mg/ml) - Dipipet sebanyak 25 ml - Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml - Ditambahkan akuades sampai tanda tera
Larutan 5 (1 mg/ml)
- Dimasukkan kedalam kuvet - Ditentukan panjang gelombang maksimumnya - Diukur absorbansinya dari kelima larutan yang dihasilkan
maks = 464 nm
Larutan 1 = 0,123
Larutan 2 = 0,377
Larutan 3 = 0,953
Larutan 4 = 1,636
Larutan 5 = 1,958
2. Pengukuran konsentrasi larutan sampel
Trisulfa - Dimasukkan kedalam mortal - Digerus - Dimasukkan kedalam gelas kimia - Ditimbang sebanyak 0,1 gram - Dilarutkan dalam HCl 0,02 N sebanyak 12,5 ml - Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml - Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Larutan induk
- Dipipet 5 ml dengan menggunakan pipet ukur - Ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 0,5 N - Ditambahkan larutan HCl 0,5 N dan larutan NaNO2 0,1 % masing-masing sebanyak 5 ml - Dikocok dan didiamkan selama 3 menit - Ditambahkan 5 ml ammonium klorida 0,5 % dan pereaksi N-(1-Naftil) etilendiamin hingga larutan berwarna kuning - Dimasukkan kedalam kuvet - Diukur absorbansinya dengan menggunakan 464 nm
Sample Data No Sample Name WL1[464.0nm] ABS Conc (mg/ml) 1 Sulfadiazin 0.249 0.249 1.4887
E. HASIL PENGAMATAN 1. Grafik pengamatan
2. Tabel pengamatan
3. Reaksi
Ar-NH2 + Ar-N2+
Ar-N2+ Cl- + 2H2O
F. PEMBAHASAN Sulfadiazin merupakan obat yang diindikasikan untuk Menghilangkan bakteri yang menyebabkan infeksi, dengan cara menghentikan produksi asam folat di dalam sel bakteri. Pada mumnya digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih (UTI). Dosis sediaan 500 mg dalam bentuk tablet. Untuk mastikan keamanan obat sulafdiazin khususnya dalam takaran dosis maka perlu dilakukan penentuan kadar sulfa diazin guna untuk mencapai efekterapi yang diinginkan serta menghindari efek toksik yang ditimbulkan. Larutan sulfadiazin berupa larutan yang tidak berwarna, walaupun tidak berwarna sulfadiazin memiliki gugu kromofor, sehingga dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri. Pada percobaan ini absorbansi dari sulfadiazin mengunakan spektrofotometri visible. Spektrofotometri visible digunkan untuk mengukur absorbansi suatu senyawa dengan lamda maks 400- 800. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar menggunkan spektrofotometri karena selaian pentuan kadarnya lebih akurat juga memiliki selektifitas yang lebih besar dibandingkan dengan metode yang lain. Dalam percobaan ini dilakukan dengan menggunkan sampel tablet trisulfat yang mengandung sulfadiazin,sulfamerazin, dan sulfadiamidin. Obat ini digunakan sebagai antibiotik dan mengandung sulfadiazin sebesar 160 mg. untuk memastikan kandungan sulfadiazin dalam tablet trisulfa maka perlu dilakukan penentuan kadar dengan menggunakan spektrofotometri visible. Sebelum pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri visible larutan tri sulfa terlebih dahulu ditambahkan pereaksi kopling (N-(1 naftil) etilendiamin) dan natrium nitrit penambahan ini berfunsi, sehingga mengasilkan garam diazodium yang berwarna. Penambahan pereaksi yang dilakukan berfungsi untuk menambahkan gugus auksokrom yang dapat menamabah lamda maks dari larutan sehingga dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri visible. Penambahan gugus aukskrom pada larutan menyebabkan lamda maks larutan berubah, sehingga untuk menenukan lamda maks tersebut perlu dilakukan penentuan dengan menggunakan kurfa kalibrasi. Penentuan lamda
maks ini bertujuan untuk menambah senstifitas larrtan terhadap cahaya yang diradiasikan sehingga larutan tersebut dapat mengabsorpsi cahaya secara masimal, selain itu pada lamda maks meningkatkan selelktifitas dari cahaya yang diradiasikan sehingga yang terukur absorbansinya hanya sulfadiazin yang akan ditentukan kadarnya. Pada percobaan ini spektrofotometri yang digunkan secara otomatis dapat menentukan lamda makas dari suatu larutan sehingga tidak perlu lagi dilakukan perhitungan untuk menentukan lamda maks dari larutan yang akan diukur absorbansinya. Berdasarkan spektrofotometri yang digunkan diperoleh lamda mask dari larutan sebesar 464 nm. Setelah diperoleh lamda maks dari larutan sulfadiazin maka dibuat larutan standar dari sulfadiazin murni dalam beberapa kosentrasi yang berbeda- beda yaitu 1,2,3,4 dan 5 mg/ml pembuatan larutan standar ini dilakukan untuk memperoleh kurfa hubungan antara kosentrasi dan absorbansi lartuan diman kosentrasi suatu larutan berbanding lurus dengan absorbansinya, sehingga dari kurfa tersebut diperoleh persamaan garis lurus yang dapat digunakan untuk mencari kosentrasi sulfadiazin dalam sampel obat yang dianalisis. Sebelum melakukan pengukuran absorbansi maka perlu pembutan larutan blanko, dimana larutan blanko merupakan campuran dari beberapa pelarut ataupun pereaksi yang ditambahkan dalam larutan yang akan diuukur absorbansinya. Larutan blanko ini berfungsi untuk mengukur absoorbansi pereaksi dan pelarut ketika dilakukan pengukuran absorbansi dalam larutan, sehingga ketika dilakukan absorbansi pada larutan sampel ataupun larutan standar yang dibbuat,maka absorbansi yang tertera pada kompuer hanyalah absorbansi senyawa atau zzat yang akan diuukur kosentrasinya dalam larutan atau dengan kata lain absorbansi dari pelarut maupun pereaksi diabaikan. Dari hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar dalam beberapa kosentasi 1,2,3,4 dan 5 berturut-turut diperoleh nilai absorbansinya yaitu 0.123, 0.377, 0.953, 1.636, dan 1.958. Dari data tersebut dapat dapat dilihat bahwa semakin besar kosentrasi larutan maka semakin besar pula absorbansinya. Selain itu juga, setelah dilakukan pengukuran absorbansi pada larutan sampel diperoleh ansorbansinya sebesar 0.294. Pada spektrofotometri yang digunkan
secara otomatis dapat menentukan kosentrasi suatu larutan dalam sampel hanya dengan menggunkan data absorbansi-absorbansi pada larutan standar, sehingga tidak perlu lagi untuk dilakukan perhitungan untuk menghitung kosentrasi sulfadiazin dalam sampel karma pada layar computer telah tertera nilai kosentrasi sulfadiazin sampel sebesar 1.49 mg/ml.
G. KESIMPULAN Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa kadar sulafadiazin dalam larutan sampel adalah sebesar 1,49 mg/ml
DAFTAR PUSTAKA
Hayun, Harianto dan Yeti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan Pseudoefedrina Hidroklorida Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian.Vol. III, No. I. : 1-2
Samian, Supadi, dan Pujiyanto. 2012. Deteksi Temperatur Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Logam Sebagai Probe. Jurnal Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam .Vol. 15 No. 1. : 1-2
Wiadnya, Suprianto, Handoko. 2012. Pengembangan Metode Analisis Melamin Dalam Produk Susu Berbasisreaksi Diazotasi Dengan Senyawa Pengkoupling -Naftol. . Jurnal Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam .Vol. 15 No. 1.;1-2
Jawet E. 1998. Farmakologi dasar dan klinik. EGC. Jakarta
Husni, samah, dan ariati. 2007. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1 : 1
Lestari, subkis, dan utami. 2011. Analisis Natrium Nitrit Secara Spektrofotometri Visibel dalam Daging Burger Yang Beredar Di Swalayan Purwokerto. Pharmacy. Vol.08 No. 03. : 1-2
Fatimah. 2003. Analisis Fenol dalam Sampel Air Spektrofotometri Derivatif . Logika,. Vol. 9, No. 10. : 1-2