Anda di halaman 1dari 20

1

AKUNTANSI LPD DAN PERBANKAN


RMK 4 & 5
AKUNTANSI PINJAMAN YANG DITERIMA
&
AKUNTANSI MODAL BANK



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

NI MADE SUGIARTINI (1206305002)
LUH AYU ALITA ERMAYANTHI (1206305096)
NI KADEK MEDHA DERTI (1206305145)
PUTU AYU AGNES VERIANA (1206305178)




FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

2

AKUNTANSI PINJAMAN YANG DITERIMA
Sumber dana jangka panjang yang diterima oleh Bank dalam neraca dicatat sebagai
pinjaman diterima. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima oleh bank
atau pihak lain termasuk dari Bank indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga
keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing,
dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Pngertian pinjaman yang diterima ini termasuk pinjaman
subordinasi. Jenis pinjaman yang diterima uumnya berupa :
1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang di peroleh dari bank lain dan biasanya
bersifat jangka panjang.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering di sebut Two Step Loan, yaitu pinjaman di
terima yang di peroleh melalui pemerintah RI (Departemen Keuangan) dari lembaga
keuangan internasional.
3. Pinjaman Obligasi, adalah bukti hutang kepada investor yang di jamin oleh lembaga
pinjaman efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta
pelunasan pokok pinjaman di lakukan pada tanggal jatuh tempo sekurang-kurangnya
tiga tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang di terima dari Bank
Indonesia apabila bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang di terima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) satu atau
beberapa proyek.
A. Pencatatan Pinjaman yang Diterima dari Kreditur
Transaks pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditur dengan
debitur. Perjanjian yang diandatangani oleh kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut
komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat
dalam rekening administratif rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima
dan belum digunakan
Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila pinjaman
tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar nominal
yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor. Hal-hal yang terkaitt biaya
perkreditan menjadi beban peminjaman, misalnya biaya provisi dan administrasi, biaya
taksasi (appraisal) nilai jaminan, biaya perikatan (notaris), dan biaya asuransi. Tentu saja
perkreditan rekening pinjaman diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas pinjaman
diterima dan belum digunakan sebesar nilai realisasinya.

Pinjaman Yang Diterima Dari Bank Lain
Contoh:
1. Tgl 15 Juni 2013 Bank Permata telah menandatangani perjanjian kredit dengan Bank
Mitra Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai penerima kredit (Debitur) dan
Bank Mitra Niaga bertindak sebagai pemberi kredit (Kreditor). Nilai kredit yang
disepakati Rp 1.000.000.000, suku bunga 12%pa. Jangka waktu 3 tahun.
3

2. Tanggal 1 Juli 2013 Bank Permata menarik kreditnya melalui Bank Indonesia senilai
Rp. 600.000.000 dan langsung didebetkan ke rekening milik Bank Permata di Bank
Indonesia Jakarta.
3. Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitra Niaga Jakarta sebesar Rp
400.000.000 langsung didebetkan ke rekening Giro Bank Permata di Bank Mitra
Niaga.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2003 Dr. RAR Fas. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 1.000.000.000
1/7-2003 Cr. RAR. Fas. Pinjaman yang diterima dan belum
digunakan
600.000.000
Jurnal Dr. Giro BI 600.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 600.000.000
5/7-2003 Cr. RAR. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 400.000.000
Jurnal Dr. Giro Bank Bank Lain 400.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 400.000.000

B. Pinjaman Two Step Loan
Pinjaman yang diterima dalam two-step-loan akan diadministrasikan kedalam rekening
Pinjaman Yang Diterima.
1. Pinjaman di berikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium kepada
pemerintah RI.
2. Pinjaman di tujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri
kecil dan menengah yang menunjang perekonomian.
3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal atau jasa/tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada PFI yaitu bank-bank dan LKBB dalam
bentuk rupiah sehingga resiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab
pemerintah.
5. Suku bunga TSL di tentukan oleh pemerintah.
6. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana PFI berkisar 80% :
20% dari jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar
kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah sesuai
perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0,75%
per tahun.

Jurnal yang diperlukan :
4

Tanggal/ ket Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Saat persetujuan Dr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan

Saat realisasi Cr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang diterima-TSL

Saat penyesuaian Dr. Biaya Bunga
Bunga Cr. Biaya Bunga harus Dibayar

Saat pembayaran Cr. Biaya Bunga harus Dibayar
Bunga setelah Cr. Giro-BI
Penyesuaian

Bila bunga Dr. Biaya Bunga
Dibayar langsung Cr. Giro BI

Saat Pelunasan Dr. Pinjaman yang diterima
Pinjaman Cr. Giro BI

C. Pinjaman Obligasi
Salah satu sumber dana yang sebaiknya di kembangkan oleh bank adalah dari
penjualan surat beharga obligasi. Obligasi memilki jatuh tempo panjang dan di bukukan
sebagai hutang jangka panjang serta di sajikan pada sisi passiva dalam neraca.
Pengadministrasian penerbitan obligasi oleh diketahui oleh Kantor Pusat sebagai dasar
pengelolaan dana bank. Sedangkan penjualan serta pencairannya pada saat jatuh tempo dapa
dilakukan di Kantor Cabang.
Obligasi merupakan instrument untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi merupakan alternative bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat
pengakuan hutang, bank yang menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli
obligasi. Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap.
Kewajinam ini akan diikuti pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapatkan ijin dari otoritas pasar modal,
disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan perlindungan
positif. Perlindungan negatif adalah persyaratan yan bersifat melarang emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Contohnya adalah dilarang
membagi seluruh laba kepada pemegang saham, sebab akan dapat mengurangi kemampuan
memenuhi kewajiban kepada pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan perlindungan
positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan tindakan yang
5

menguntungkan pemegang obligasi, misalnya kewajiban menerbitkan laporan keuangan
secara periodik agar diketahui kinerja bank tersebut.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi terjadi transaksi penjualan
obligasi dan ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya
perlu mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk di pasar. Untuk menentukan
harga obligasi diperlukan formula sebagai berikut :

Penetuan Harga Obligasi
Dalam penentuan harga obligasi, emiten harus memperhatikan mempertimbangkan tingkat
bunga obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan keuntungan yang diharapkan
oleh investor atau sering disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya bunga
bagi emitmen atau aliran kas keluar dan pokok obligasi juga akan dibayar kembali pada saat
jatuh tempo. Oleh karena itu harga obligasi pada dasarnya penjumlahan present value dari
aliran kas, biaya, biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok obligasi di bayar setiap
periode, sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir periode saat jatuh tempo
(dengan asumsi non callable bond). Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut.


Keterangan:
P = Harga obligasi atau nilai sekarang obligasi
n = Periode (jumlah tahun) sampai dengan jatuh tempo obligasi

= pembayaran bunga (kupon) obligasi setiap tahunnya


r = Tingkat diskonto atau bond yield

= nilai pokok atau prinsipal obligasi



Rumus diatas digunakan bila penerimaan bunga (kupon) setiap tahun, sedangkan bila
penerimaannya setiap setengah tahun sekali maka rumusnya menjadi sebagai berikut:


Penggunaan rumus tersebut kadang bagi orang tertentu memerlukan waktu yang lama,
oleh karena itu dengan bantuan table bunga untuk present value anuitas untuk biaya bunga
dan present value Rp1 untuk nilai pokok obligasi.

Contoh Transaksi Dan pencatatanya
Tanggal 2 Januari 2013 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada PT. Kadir Jaya
sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp. 1.000.000, jangka waktu 5 tahun. Bunga nominal 18
% per tahun dibayarkan dibelakang setiap tanggal 31 Desember. Tingkat Diskonto (yield) sebesar
16%.
6

Bunga obligasi Rp. 1.000.000 x 18 % = Rp 180.000. Bunga ini akan dibayarkan setiap
tanggal 31 Desember selama lima tahun. Dengan demikian pembayaran bunga merupakan anuitas.
Untuk nilali tunai bunga dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk anuitas. Dengan tabel untuk
suku bunga 16%, n = 5 tahun diperoleh 3,433. Sedangkan harga tunai untuk pokok obligasi dapat
ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk Rp1, n = 5 tahun dengan tingkat bunga 16% diperoleh nilai
tabel 0,519. Dengan demikian harga obligasi adalah :
Keterangan Jumlah (Rp)
Nilai Tunai Bunga = 180.000 x 3,433 x 1000 lembar 619.740.000
Nilai Tunai Pokok Obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1000 lembar 519.000.000
Harga Obligasi 1.138.740.000

Obligasi yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (kurs) diatas harga
nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan selisih harga jual dibawah harga nominalnya
dicatat sebagai disagio atau diskonto. Obligasi yang dijual pada tanggal diantara tanggal pembayaran
bunga harus diperhitungkan bunga yang telah berjalan. Agio atau premi diamortisasi atau disagio
diakumulasi selama jangka waktu obligasi dengan membebankan pada biaya bunga. Secara
terdeskripsi, jurnal untuk transaksi diatas adalah:
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
2/1-2003 Dr. Kas/Giro PT. Kadir Jaya 1.138.740.000
Cr. Agio Obligasi 138.740.000
Cr. Pinjaman Obligasi 1.000.000.000
31/12-2003 Dr. Biaya Bunga 180.000.000
Cr. Kas 180.000.000
Dr. Agio Obligasi 27.748.000
Cr. Biaya Bunga 27.748.000
(untuk amortisasi)

Penerimaan pembayaran dari pemegang obligasi dapat berupa tunai atau non tunai. Bila
dilakukan secara tunai maka mendebet kas, sedangkan bila dengan warkat atau bilyet giro/ cek bank
yang digunakan emiten, maka cukup mendebet rekening giro bondholder. Untuk mencatat setiap 31
Desember pada tahun-tahun berikutnya adalah sama dengan 31 Desember 2003, hanya saja pada saat
jatuh tempo obligasi harus dilunasi. Dengan demikian jurnal pelunasan obligasi harus ditampilkan
dengan cara mendebet pinjaman obligasi dan mengkredit rekening kas/giro bondholder.

7

AKUNTANSI MODAL BANK
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha
untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada
tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan
mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan
terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai
penggerak aktivitas.
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan
usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.
7/15/PBI/2004 yang disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 9 /16/PBI/2007
mengenai modal Inti Minimum Bank Umum bahwa bank umum wajib memenuhi jumlah modal
inti paling kurang sebesar Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah) pada tanggal 31
Desember 2007. Bank umum yang telah memenuhi jumlah modal inti ini, selanjutnya wajib
memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp100.000.000.000,00 pada tanggal 31
Desember 2010. Sedangkan untuk persyaratan Modal Perkreditan Rakyat yang wajib disetor
adalah :
a. Rp5.000.000.000,00 , bagi BPR yang didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
b. Rp2.000.000.000,00, bagi BPR yang didirikan di ibukota provinsi di pulau Jawa dan Bali
dan di wilayah kabupaten atau kota Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi
c. Rp1.000.000.000,00 , bagi BPR yang didirikan di ibukota provinsi di luar pulau Jawa dan
Bali di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a dan huruf b
d. Rp500.000.000,00 bagi BPR yang didirikan di wilayah lain di luar wilayah sebagaimana
disebut dalam huruf a,b dan c
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal disetor di BPR bisa berbeda,
namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di
BPR maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus memperhitungkan risiko pasar,
karena itu akan dibahas mengenai jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio
kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.
A. Klasifikasi Modal Bank
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For
International Settlements, yaitu :
1. Modal Inter (Tier 1)
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.
Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
8

Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham
tersebut dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat
umum pemegang saham.
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun
lalu berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang
berasal dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi
terbesar modal inti terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya
sangat tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas
nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal
dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan
disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen
atau saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah
dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai
nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
Nilai nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk
proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten menerbitkan saham biasa dan
saham preferen, maka penyajian dalam neraca saham preferen harus didahulukan.
Contoh:
a. Tanggal 2 januari 2013 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma
untuk modal bank berupa uang tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah
senilai Rp 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp
200.000.000, inventaris kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam
bentuk saham biasa untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per
lembar, kurs 103%.
b. Tanggal 10 januari 2013 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp
5000, kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
9

2/1/2013 Dr. Kas 545.000.000
Dr. AT. Tanah 600.000.000
Dr. AT. Kendaraan 200.000.000
Dr. AT. inventaris kantor 200.000.000
Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000
Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000
Dr. Disagio saham 1.500.000
Cr. Modal disetor saham biasa 50.000.000

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang
pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Contoh transaksi pemesanan saham :
1. Tanggal 15 juni 2013 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000
lembar saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nominal per lembar
Rp 10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 juni 2013 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2013 Dr. Kas 612.000.000
Dr. Piutang- PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal saham dipesan 1.000.000.000
Cr. Agio saham 20.000.000

30/6-2013 Dr. Kas 408.000.000
Dr. Modal saham dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000
10

Cr. Modal disetor-saham biasa 1.000.000.000

Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan
bank selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.
Contoh :
Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak dilunasi, dan bank Mitra
Buana mengembalikannya sebesar 80% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2013 Dr. Agio saham 20.000.000
Dr. modal saham yang dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000
Cr. Kas 489.000.000
Cr. Pendapatan lain-lain 122.400.000
Keterangan :
Telah Diterima Tunai = Rp 612.000.000
Dikembalikan 80% = Rp 489.600.000
Pendapatan lain-lain = Rp 122.400.000
Pembelian Kembali Saham
Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi
tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang
semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama
dicatat berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga
nominal.
Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat dijual
kembali juga dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian
saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
11

Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap
modal saham.
Contoh :
a. Tanggal 1 juni 2013 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000 lembar
dengan nominal Rp 5000 per lembar. Kurs 106.
b. Tanggal 30 juni 2013 Bank ABC membeli kembali 10.000 lembar sahamnya
dengan kurs 103.
c. Tanggal 30 juli 2013 Bank ABC menjual kembali saham treasuri sebanyak 10.000
lembar dengan kurs 104.
d. Tanggal 1 agustus 2013 Bank ABC menjual kembali 10.000 lembar saham
treasuri dengan kurs 96.
Jurnal untuk transaksi ini adalah :
Metode harga perolehan
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/6-2013 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal saham 500.000.000
Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2013 Dr. saham treasuri 51.500.000
Cr. kas 51.500.000

30/7-2013 Dr. kas 52.000.000
Cr. Saham treasuri 51.500.000
Cr. Tambahan modal- ST 500.000

1/8-2013 Dr. kas 48.000.000
Dr. tambahan modal - ST 3.500.000
Cr. Saham treasuri 51.500.000

Metode harga nominal
12

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/6-2013 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal saham 500.000.000
Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2013 Dr. saham treasuri 50.000.000
Dr. agio saham 1.500.000
Cr. kas 51.500.000

30/7-2013 Dr. kas 52.000.000
Cr. Saham treasuri 50.000.000
Cr. Agio modal saham 2.000.000

1/8-2013 Dr. kas 48.000.000
Dr. agio modal saham 2.000.000
Cr. Saham treasuri 50.000.000

Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara,
sehingga dapat mengendalikan manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya
tidak mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan didahulukan sebelum
membayar dividen saham biasa.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas
nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal
dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan
disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen
atau saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah
dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai
nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
Nilai nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk
proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten menerbitkan saham biasa dan
saham preferen, maka penyajian dalam neraca saham preferen harus didahulukan.
13

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang
pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Penarikan Kembali Saham Treasuri
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode
pencatatannya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan
sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari
saham treasuri yang diperoleh, maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus
diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada
harga nominal, maka bank telah mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga
pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.
Contoh :
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC
pada tanggal 30 juni 2013, Bank ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham
treasuri tersebut pada tanggal 15 juli 2013. Maka pencatatannya adalah :
Berdasarkan metode harga perolehan
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2013 Dr. modal saham 50.000.000
Dr. agio saham 3.000.000
Cr. Tambahan modal Sh.
treasuri
1.500.000
Cr. Saham treasuri 51.500.000
Berdasarkan metode harga nominal
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/7-2013 Dr. modal saham 50.000.000
Cr. Saham treasuri 50.000.000

2. Modal Pelengkap (Tier 2)
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
14

- Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilainan kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Jendral Pajak.
- Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian
yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau
seluruh aktiva produktifnya.
- Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga
dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak
mendukung untuk membayar bunga tersebut.
- Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian
tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan
dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum
jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan
paling akhir dalam hal bank likuidasi.
Akuntansi Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima.
Pencatatan dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan
pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga
Tanggal/keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Komitmen ditanda Dr. fasilitas pinjaman subordinasi
tangani Disetujui dan belum direalisasi

Saat pinjaman Cr. Fasilitas pinjaman
direalisasi Subordinasi disetujui dan
belum direalisasi


Dr. giro BI
Cr. Pinjaman subordinasi

15

Penyesuaian bunga Dr. biaya bunga
Akhir setiap akhir
periode
Cr. Bunga yang masih harus
dibayar


Pembayaran bunga
setelah penyesuaian
Dr. bunga yang masih harus
dibayar

Cr. Giro BI /bank-bank -lain

Saat pelunasan Dr. pinjaman subordinasi
Cr. Giro BI/Bank-bank lain

3. Modal Pelenkap Tambahan (Tier 3)
1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan
perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan
untuk memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah
pinjaman subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:

Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan
telah disetor penuh
Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa
tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk
pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat
menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya,
dan
Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi criteria :
a. Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar
16

b. Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar
100% dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal
pelengkap tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan
melebihi 50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap
tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4
ini.

B. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan
cara:
1. Dalam menghitung ATMR, pos pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:
0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas
dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama
dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Yang
dimaksud dengan BUMN sebagai penjamin adalah lembaga penjamin
kredit milik Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagai
penjamin adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan
penjamin dan melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan
lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai
lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan
pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan
asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan
17

memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang undangan yang berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun
berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam
hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain atau BUMN
lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan bank lain
atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan
gaj/pensiun dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat
keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan
polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah
kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok
dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan
ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.

TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM
Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko
masing-masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk
Kualitas Aktiva Produktif mengacu pada PBI no. 8/19/PBI/2006.
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan
perseratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum
pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3
dengan ATMR pada angka 2.

C. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum
18

Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata
cara perhitungan rasio kecukupan modal pada BPR. Pada bank umum, untuk menentukan
kecukupan modal perlu memasukkan risiko pasar. Untuk menentukan besaran risiko pasar
dalam perhitungan kecukupan modal dapat menggunakan metode standar dan metode internal
(tidak dibahas).
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan
kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun
berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan
instrumen keuangan dan semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan
penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal
minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran
BI no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan
dengan formula sebagai berikut:



2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada
angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai
ketentuan yang berlaku dengan formula:





3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko
pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur
yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk
risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan
dari perhitungan ATMR berdasarkan risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted
exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis
pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR
(dikalikan dengan angka 12,5, yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko
pasar.
KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) Pernyertaan = 8% (minimum)
ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar


KPMM = (Tier 1 + Tier 2) Pernyertaan = 8% (minimum)
AMTR (risiko kredit)
19

f. Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2),
dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar
setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi,
penyertaan yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada
perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan
eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan
dalam persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM
adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan
dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai rasio
kelebihan modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:





Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan
modal minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang
tidak memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak
perusahaan.


















Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =
Kelebihan modal pelengkap tambahan
ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)
20


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Taswan. 2013. Akuntansi Perbankan ( Transaksi Dalam Valuta Rupiah ). Yogyakarta :
UPP STIM YKPN
http://ariearjuna.wordpress.com/akuntansi-sumber-dana/8-pinjaman-yang-diterima-ydt/
(Diakses tanggal 10 Juli 2014)
http://rahmawantiningtiyas.blogspot.com/2013/10/akuntansi-modal-bank.html (Diakses tanggal 10
Juli 2014)
http://www.scribd.com/doc/142657536/Akuntansi-Modal-Bank (Diakses tanggal 10 Juli 2014)

Anda mungkin juga menyukai