Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

Pengambangan Silabus
Desentralisasi pendidikan dalam bidang kurikulum menggunakan prinsip Kesatuan
dalam kebijakan dan keagaman dalam pelaksanaan. Yaitu kesatuan dalam kebijakan
terwujud alam ketentuan umum, standar kompetensi bahan kajian,, beserta pedoman
pelaksanaannya yang disusun secara nasional.
Kurikulum 2004 dalam kerangka dasarnya menyatakan bahwa pemerintah pusat
bertanggung jawab dalam penyempurnaan dan pengembangan :
Standar kompetensi siswa dan warga belajar.
Standar materi pokok.
Pembelajaran dan penilaian hasil belajar secara nasional.
Pengendalian mutu.

Pemerintahan daerah bertanggung jawab dalam penjabaran dan pelaksanaan kurikulum
yang mencakup:
Pengembangan kurikulum dalam bentuk silabus.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum muatan local.
Penyusunan petunjuk teknis operasional pelaksanaan kurikulum.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian.
Sekolah bertanggung jawab dalam pelaksanaan kurikulum yang mencakup:
Pengembangan kurikulum dalam bentuk silabus.
Perencanaan pembelajaran dan penilaian.
Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran, serta pelaksanaan dan pengelompokan
penilaian hasil belajar.
Silabus dikembangkan oleh guru melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) atau Kelompok kerja Guru (KKG). Dimana pengembangan silabus dilakukan
dengan memperhatikan langkah langkah pengembangan yang akan diuraikan berikut ini.
A. Silabus
1. Pengertian Silabus
Sebelum membahas rencana pembelajaran, terlebih dahulu harus memahami tentang
silabus dan langkah pengembangannya .
Istilah silabus dapat didefibisikan sebagai Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-
pokok isi atau materi pelajaran (Salim, 1987:98). Silabus digunakan untuk menyebut suatu
produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan
kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu
dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar.
Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran
tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan,
pengurutan, dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan berdasarkan ciri
kebutuhan daerah setempat.
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pbelajaran dan
penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang sling berkaitan
untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati, 2004:123).

2. Isi Silabus
Hubungan kurikulum dengan pengajaran dalam bentuk lain ialah dokumen kurikulum
yang biasanya disebut silabus yang sifatnya lebih terbatas dari pada pedoman kurikulum.
Sebagai mana dikemukakan oelh Mulyani Sumantri (1988:97) bahwa dalam silabus hanya
tercakup bidang studi atau mata pelajaran yang harus diajarkan selama waktu setahun atau
satu semester. Pada umumnys dustu silabus paling sedikit harus mencakup unsur-unsur:
a. Tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan.
b. Sasaran-sasaran mata pelajaran.
c. Ketrampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut dengan
baik.
d. Urutan topic-topik yang diajarkan.
e. Aktivitas dn sumber-sumber belajar pendukung keberhasilan pengajaran.
f. Berbagai teknik evaluasi yang digunakan.
Berkenaan dengan komponen silabus lebih rinci dikemukakan oleh Nurhadi (2004:142):
1) Bidang studi yang diajarkan ;
2) Tingkat sekolah/madrasah, semester;
3) Pengelompokan kompetensi dasar;
4) Materi pokok;
5) Indicator;
6) Strategi pembelajaran;
7) Alokasi waktu;
8) Bahan/alat/media.

3. Manfaat Silabus
Sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan
rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan
system penilaian.
Sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara
klasik, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual.
Untuk mengembangkan system penilaian, yang dalam pelaksanaan
pembelajaran pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran
yang terdapat didalam silabus.

4. Prinsip Pengembagan Silabus
Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus, antara lain:
a. Ilmiah
Mengingatkan silabus beriskan garis-garis besar materi pembelajaran yang akan
dipelajari siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus
memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk mencapai kebenaran olmiah tersebut, dalam
penyusunan silabus dilibatkan para pakar di bidang keilmuan masing-masing mata
pelajaran.
b. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam
silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.
c. Sistematis
Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system,
penyusunan silabus dilakukan secara system atau langkah-langkah pemecahan
masalah. Sebagai sebuah sistematis, silabus merupakan satu kesatuan yang
mempunyai tujuan terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling
berhubungan, yang terdiri dari standar kkompetensi, kompetensi dasar, indicator dan
materi pembelajaran.
d. Relevasi, Konsisten dan Kecukupan
Dalam penyusunan silabus diharapkan adanya kesesuaian, keterkaitan, konsistensi
dan kecukupan antara standar kompetensi, kompetensi dasar. Materi pokok
pembelajaran, pengalaman siswa, system penilaian dan sumber bahan
(Depdiknas,2004:11)

5. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
Secara umum proses pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri atas tujuh
langkah utama sebagaimana tercantum dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Silabus
(Depdiknas, 2004) yaitu: (1) penulisan identitas mata pelajaran; (2) perumusan standar
kompetensi; (3) penentuan kompetensi dasar; (4) penentuan materi pokok dan uraiannya; (5)
penentuan pengalaman belajar; (6) penentuan alokasi waktu; dan (7) penentuan sumber
bahan.
Secara terinci langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut:

a. Penulisan Identitas Mata Pelajaran
Pada bagian ini perlu dituliskan dengan jelas nama mata pelajaran, jenjang
sekolah/madrasah, kelas, dan semester. Dengan informasi tersebut, guru akan mendapatkan
kejelasan tentang tingkat pengetahuan prasyarat, pengetahuan awal dan karakteristik siswa
yang akan diberi pelajaran.

b. Penentuan Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai serta tingkat penguasaan yang
diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran (Center for Civics Education,
1997). Standar kompetensi mata pelajaran merupakan fokus dari penilaian, sehingga proses
pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian meskipun kurikulum lebih banyak
berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada bukti-bukti untuk
menunjukkan bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
awal.
Dengan demikian, standar kompetensi mata pelajaran diartikan sebagai kemampuan
siswa dalam:
1) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
2) Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam mata pelajaran tertentu dapat
dilaksanakan.
3) Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari rancangan semula.
4) Melaksanakan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran dalam situasi dan
kondisi yang berbeda.

Penentuan standar kompetensi hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena
jika setiap sekolah/madrasah atau setiap kelompok sekolah/madrasah mengembangkan
standar kompetensi sendiri tanpa memperhatikan standar nasional, maka pemerintah pusat
akan kehilangan sistem untuk mengontrol mutu sekolah/madarasah.

c. Penentuan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus
dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi
yang ditetapkan. Untuk memperoleh perincian tersebut kita perlu melakukan analisis standar
kompetensi. Caranya dengan mengajukan pertanyaan: Kemampuan atau kemampuan dasar
apa saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi? Jawaban
atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang
harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Kompetensi dasar untuk
setiap standar kompetensi dapat berkisar antara 5 sampai 6 butir.
Sama dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dirumuskan dengan menggunakan
kata-kata kerja operasional, yaitu kata kerja yang dapat diamati dan diukur, misalnya
membandingkan, menghitung, menyusun, memproduksi. Setelah diperoleh daftar perincian
tersebut, kemudian daftar tersebut diurutkan.
Cara mengurutkan kemampuan dasar sama dengan cara mengurutkan standar
kompetensi, yaitu menggunakan pendekatan prosedural, pendekatan hirarkis dari mudah ke
sukar, dari konkrit ke abstrak, pendekatan spiral, pendekatan tematis, pendekatan terpadu
(integrated), terjala (webbed), dan sebagainya.

d. Penentuan Materi Pokok
Materi pokok harus disusun sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya
kompetensi. Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari
siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan
instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.
Karena standar materi pokok telah ditetapkan secara nasional, maka materi pokok tinggal
disalin dari buku Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Sementara tugas para pengembang
silabus adalah memberikan jabaran/materi pokok tersebut ke dalam uraian materi pokok atau
biasa disebut materi pembelajaran untuk memudahkan guru, sekaligus memberikan arah
serta cakupan materi pembelajarannya.
Selanjutnya, materi pembelajaran atau pokok-pokok materi tersebut perlu dirinci atau
diuraikan, kemudian diurutkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam merinci atau
menguraikan materi pembelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran.
Memilih dan mengatur tujuan belajar memerlukan pemahaman tentang cara menyusun isi
informasi dan cara mendapatkan urutan yang logis. Robert Gagne, seorang psikolog
memberikan suatu metode yang berguna untuk menyusun dan mengurutkan isi informasi
ditinjau dari segi hasil belajar. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa tingkat belajar paling
rendah disebut informasi verbal. Tingkat ini hanya menuntut hafalan, mengingat kembali,
atau kemampuan menentukan berbagai fakta khusus, misalnya:
Nama, lambang, label, tempat, tahun.
Definisi.
Pemerian/pengelompokan tentang objek atau kejadian.
Fakta lain yang penting untuk pokok bahasan.\
Pokok bahasan apa pun pasti mencakup sejumlah rincian yang bertalian dengan satu atau
beberapa kategori di atas. Berbagai rincian ini merupakan bagian atau alat penyusunan materi
ajar apa saja. Gagne mengemukakan dua pola dalam menyusun dan mengatur berbagai fakta,
yaitu: 1) konsep, menghubungkan fakta, objek atau kejadian yang memiliki ciri yang sama
dan mempunyai satu nama; 2) asas, kaidah, atau hukum. Dari dua pola tersebut terdapat dua
kategori umum yang dipakai dalam membahas materi ajar, yaitu:
Metode deduktif mulai dengan pola atau rampatan (konsep atau asas) dan berkembang
ke fakta, kemudian ke pengamatan, penerapan dan pemecahan masalah.
Metode induktif mulai dengan fakta, rincian, dan pengamatan berkembang ke
perumusan konsep dan asas, dan akhirnya ke penerapan dan pemecahan masalah.
Sedangkan Reigeluth, (1987:98) mengklasifikasi materi pelajaran menjadi 4 jenis, yaitu:
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Fakta adalah asosiasi antara objek, peristiwa atau simbol
yang ada atau mungkin ada dalam lingkungan nyata atau imajinasi. Materi jenis fakta berupa
nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
Konsep adalah sekelompok objek atau peristiwa atau simbol yang memiliki karakteristik
umum yang sama dan diidentifikasi dengan nama yang sama. Materi konsep berupa
pengertian, definisi, hakikat inti isi.
Prinsip adalah hubungan sebab akibat antara konsep,. Materi jenis prinsip berupa dalil,
rumus, postulat, adagium, paradigma.
Prosedur adalah urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan, memecahkan masalah
tertentu, atau membuat sesuatu. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan
secara berurutan.
Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk fakta, konsep, prinsip,
prosedur atau gabungan lebih dari satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis
yang harus dipelajari siswa, maka guru akan mendapat kemudahan dalam mengajarkannya.
Untuk melaksanakan sebuah analisis materi pembelajaran, diperlukan informasi yang
benar dan rinci mengenai semua aspek. Pakar adalah sumber informasi yang terbaik karena
tidak saja mengenal rinci tentang materi, tetapi juga berpengalaman praktis dalam
keterampilan tersebut. Sumber lain yang bisa digunakan untuk melengkapi atau
membenarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pakar adalah:
Buku teks dan buku bacaan/referensi.
Laporan hasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah),
majalah ilmiah.
Film atau video dan bahan pandang-dengar lain yang berkenaan dengan materi tersebut.
Hasil kunjungan ke tempat praktek kerja.
Urutan penyajian materi pembelajaran berguna untuk menentukan urutan mempelajari
atau mengajarkannya. Jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan
yang bersifat prasyarat, akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.

e. Penentuan Kegiatan Pembelajaran Belajar Siswa
Pengalaman dan kegiatan belajar di sini menunjukkan aktivitas belajar yang perlu
dilakukan siswa dalam mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan
materi pembelajaran.
Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang perlu dilakukan oleh siswa
dalam mencapai kompetensi dasar dan materi pelajaran.
Pengalaman belajar dapat diperoleh baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan dengan mengadakan interaksi antara siswa
dengan sumber belajar. Sedangkan pengalaman belajar di luar kelas dilakukan dengan
mengunjungi objek studi yang berada di luar kelas.
Berikut disajikan strategi pengembangan pengalaman belajar ranah kognitif,
psikomotorik, dan afektif, serta pengembangan kecakapan hidup (life skill).

a) Pengembangan Pengalaman Belajar Ranah Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif
Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar siswa
meliputi pengalaman belajar, kognitif, psikomotorik dan afektif. Kompetensi ranah
kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan,
dan menilai pengalaman belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal verbal
atau para prase di luar kepala, berlatih menemukan taktik menghafal misalnya
menggunakan jembatan ingatan (mnemonic). Jenis materi pembelajaran yang perlu
dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan,
mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, menyimpulkan, dan sebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus
dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsur
atau komponen, menyusun membentuk bangunan, mengarang, melukis menggambar, dan
sebagainya.
Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan
dengan memberikan penilaian (judgement) terhadap objek studi menggunakan kriteria
tertentu.
Berkenaan dengan ranah psikomotorik, kompetensi yang dicapai meliputi tingkatan
gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin. Untuk mencapai kompetensi ini, pengalaman
belajar perlu dilakukan. Pada tingkat penguasaan gerakan awal, siswa perlu berlatih
menggerakkan sebagian anggota badan. Pada tingkatan gerakan semi rutin, siswa perlu
berlatih, mencoba, atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. Pada
tingkat gerakan rutin siswa perlu melakukan gerakan secara menyeluruh dengan
sempurna dan sampai pada tingkat otomatis. Pengalaman belajar yang umum dilakukan
untuk mencapai tiga tingkatan tersebut adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan
intensif dengan drill (latihan), menirukan, mensimulasikan, mendemonstrasikan gerakan
yang ingin dikuasai.
Berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi
tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian (valuing),
dan internalisasi (internalization). Secara konkrit, pengalaman belajar yang perlu
dilakukan agar siswa mencapai berbagai tingkatan kompetensi afektif tersebut antara lain
dengan mengamati dan menirukan contoh/model/panutan, mendatangi objek studi yang
dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan
tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.

b) Pengembangan kecakapan hidup (life skill)
Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa hasil proses
pembelajaran selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar, dan
materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lain yang secara implisit diperoleh
melalui pengalaman belajar. Hasil samping yang positif atau bermanfaat ini disebut juga
nurturrant effects.
Jenis jenis kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui pengalaman belajar
antara lain meliputi:
1) Kecakapan diri (personal skill)
Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME
Motivasi berpresentasi
Komitmen
Percaya diri
Mandiri
2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill)
Berpikir kritis dan logis
Berpikir sistematis
Cakap menyusun rencana secara sistematis
Cakap memecahkan masalah secara sistematis
3) Kecakapan social (social skill)
Kecakapan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian
ilmiah.
Kecakapan membuat karya tulis ilmiah.
Kecakapan menstransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk
memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.
4) Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian
ilmiah.
Kecakapan membuat karya tulis ilmiah.
Kecakapan menstransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk
memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.
5) Kecakapan vokasional (vocational skill)
Kecakapan menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu
tugas.
Kecakapan melaksanakan prosedur.
Kecakapan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan,
dan alat yan telah dipelajari.
Pengalaman belajar yang perlu ditulis dalam silabus adalah alternative kegiatan
atau pengalaman belajar yang spesifik ssuai dengan rumusan uraian materi
pembelajarannya sehingga diharapkan dapat menunjang penguasaan kemampuan dasar
yang telah ditentukan.
f. Penjabaran Kompetensi Dasar Menjadi Indikator
Indicator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk
mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran.
Indicator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagi tanda-tanda yang
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta dididk. Tanda-tanda itu lebih
spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri peserta didik. Jika serangkaian indicator sudah
nampak pada diri peserta didik, maka target kompetensi dasar tersebut sudah tercapai.
g. Pengajaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian
Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis
tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan
menjadi 3 instrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut.
Kuis. Bentuknya berupa uraian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya
dilakukan xebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5-10 menit.
Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip,
atau teorema.
Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu
atau dua kompetensi dasar, tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup
pemahaman, aplikasi dan analisis.
Ulangan Blok. Ulangan blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan
beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu.
Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk pembuatan kliping makalah, dan yang sejenisnya.
Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja
kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan
tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
Responsi atau Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada
kegiatan praktikumnya. Ujian respons bisa dilakukan diawal praktik atau setelah
melakukan praktik.
Laporan Kerja Praktikum. Peserta didik diminta untuk mengamati suatu gejala dan
melaporkannya. Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes.
Beberapa instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain :
a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya
objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah.
b. Uraian Objektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat
digunakan untuk bidang MIPA. Agar hasil penskorannnya objektif, diperlukan pedoman
penskoran.
c. Uraian Nonobjektif / Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban
yang bebas.
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan
tugas tertentu, seperti praktek ibadah, olahraga atau perilaku lain misalnya kemampuan
menggunakan jangka dalam membuat gambar geometri.
g. Portofolio. Untuk mengetahui perkembangan untuk kerja siswa, dengan menilai
kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa.

h. Penentuan Alokasi Waktu
Waktu disini adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah
ditentukan, bukan lamanya siswa mengerjakan tugas dilapangan atau dalam kehidupan
sehari-hari kelak. Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus dan
perencanaan pembelajaran. Hal ini untuk memperkirakan jumlah jam tatap muka yang
diperlukan.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan alokasi waktu adalah tingkat
kesukaran materi, ruang lingkup atau cakupan materi, frekuensi penggunaan materi baik
untuk belajar maupun di lapangan, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
Dalam mengalokasi waktu guru juga perlu memperhatikan alokasi waktu untuk setiap
semester. dalam satu semester diperkirakan akan diperoleh 20 minggu waktu efektif. Jika
suatu mata pelajaran dialokasikan dalam kurikulum sebanyak 3 jam perminggu, berarti
tersedia waktu 60 jam untuk satu semester.

i. Penentuan Sumber / Bahan Ajar
Sumber bahan adalah rujukan, referensi atau literatur yang digunakan, baik menyusun
silabus maupun buku yang digunakan oleh guru dalam mengajar.
Sumber utama penyusunan silabus adalah buku teks dan buku kurikulum. Sumber-
sumber lain seperti jurnal, hasil penelitian, penerbitan berkala, dokumen negara, dan lain-
lainnya juga dapat digunakan. Ada juga sumber pembelajaran dengan nama bermacam-
macam misalnya lembar tugas, lembar kerja, lembar informasi.
Sumber belajar dapat dikatagorikan sebagai berikut.
1. Tempat atau lingkungan alam sekitar dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau
proses perubahan tingkah laku, maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat
belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai,
gunung, dan sebagainya.
2. Benda, yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi
peserta didik, maka benda itu dapat dijadikan sumber belajar. Misalnya situs, candi,
kabah, dan sebagainya.
3. Orang, yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat
belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.
Misalnya, guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
4. Buku, yaitu segala macam jenis buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta
didik, misalnya : buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia, fiksi dan lain
sebagainya.
5. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya : peristiwa kerusuhan, peristiwa
bencana, dan peristiwa lainnya yang dapat menjadikan peristiwa itu fakta sebagai sumber
belajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat
digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebuah
bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain :
1) petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru);
2) kompetensi yang akan dicapai;
3) informasi pendukung;
4) latihan-latihan;
5) petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK);
6) evaluasi
Bahan ajar disusun dengan tujuan untuk :
1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu;
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
4. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
Secara garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Bahan ajar cetak (printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wallchat, foto/gambar.
2. Bahan ajar gambar (audio), mencakup : kaset/piringan hitam/compact disk dan radio
broadcasting.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) yang meliputi : video/film , orang/narasumber.
4. Bahan ajar interaktif yaitu multimedia yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih
media (audio, text, grafhics, images, animation, and video) yang oleh penggunanya
dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alamin dari sutu presentasi.

B. Silabus dan Kisi-kisi Penilaian
Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada
pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan sistem penilaian
mata pelajaran harus disusun sesuai dengan kebutuhan daerah/sekolah.
Silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi
guru agar mengajar lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah : valid, mendidik,
berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh,
dan bermakna.
Langkah-langkah penyusunan silabus dan sistem penilaian hampir sama urutannya
dengan thapan-tahapan penyusunan silabus, yaitu identifikasi mata pelajaran; perumusan
standar kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman
belajar; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan sumber/bahan/alat.

Anda mungkin juga menyukai