Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTIKUM GEODESI GEOMETRIK

MENENTUKAN ARAH KIBLAT SALMAN




MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas praktikum Geodesi Geometrik pada
semester I. Tahun akademik 2013-2014


oleh

Eka Fitriani 15112093









TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam menentukan kiblat, masalah yang sering dihadapi adalah penentuan arah
kiblat yakni arah Kabah di Makah. Penentuan arah kiblat diambil dari setiap titik
atau tempat yang ada di permukaan Bumi yang kemudian dilakukan suatu
pengukuran dan perhitungan. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada
dasarnya adalah perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui ke mana arah
Kabah di Makah yang dilihat dari suatu titik atau tempat di permukaan Bumi,
sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan ibadah shalat, selalu
berimpit dengan arah yang menuju Kabah.
Kiblat merupakan arah yang menuju Kabah melalui jalur terdekat dan menjadi
sebuah keharusan bagi setiap Muslim untuk menghadap ke arah tersebut pada saat
melaksanakan ibadah shalat dimanapun ia berada di belahan dunia ini. hal ini
menjadi amat penting untuk mengkaji dan mempelajari ilmu yang berkaitan
dengan sistem penentuan arah kiblat.
Dalam keilmuan geodesi, diajarkan bagaimana mencari arah kiblat dari suatu titik
atau tempat di permukaan Bumi. Untuk mendapatkan arah kiblat yang akurat
diperlukan data yang akurat pula tentang bujur dan lintang Kabah. Serta bujur
dan lintang tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang penulis ajukan
sebagai berikut.
Nilai azimuth manakah yang mendekati realita antara metode segitiga bola
dan metode puissant?
Berapakah besarnya nilai koreksi pelencengan arah kiblat?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini ialah untuk
mengetahui nilai azimut yang mendekati realita antara dua metode, yaitu metode
segitiga bola dan metode puissant, serta mengetahui besar nilai pelencengan arah
kiblat.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi arah kiblat
Kiblat adalah arah terdekat dari seseorang menuju Kabah dan setiap umat
Muslim wajib menghadap ke arahnya saat melaksanakan ibadah shalat. Dengan
kata lain, kiblat adalah suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika
melakukan ibadah shalat dan ibadah-ibadah lain.

2.2 Menentukan arah kiblat dengan metode segitiga bola
disp ('---input data koordinat 1 & 2 tanpa minus---')
L1= input ('masukkan L1=');
B1= input ('masukkan B1=');
L2= input ('masukkan L2=');
B2= input ('masukkan B2=');
%titik 1 itu salman
%titik 2 itu kabah

disp ('---masukkan ellipsoid referensi---')
disp ('misal : GRS70.m diawali dan diakhiri petik tunggal')
disp (' ')
ellipsoid = input ('referensi :'); %syaratnya buat dahulu compile-
nya
run (ellipsoid)
disp ('sketsa koordinat seperti pada gambar,')
imshow ('azimut1.jpg')
disp (' ')
disp ('sehingga parameternya,')
a=90-L1
b=90-L2
dB=B2-B1
disp (' ')
disp ('jadi didapatkan,')
c=acosd(cosd(b)*cosd(a)+sind(b)*sind(a)*cosd(dB));
azimut=acosd((cosd(a)-cosd(b)*cosd(c))/(sind(b)*sind(c)));
disp ('c =');
disp (c);
azimut4=360-azimut;
disp ('azimut4 =');
disp (azimut4);









2.3 Menentukan arah kiblat dengan metode puissant
disp ('---METODE PUISANNT---')
disp (' ')
disp ('---masukkan koordinat Masjid Salman---')
L1= input ('L1=');
B1= input ('B1=');
disp ('---masukkan koordinat Kabah---')
L2= input ('L2=');
B2= input ('B2=');
disp (' ')
disp ('---masukkan ellipsoid referensi---')
disp ('misal : GRS70.m diawali dan diakhiri petik tunggal')
disp (' ')
ellipsoid = input ('referensi :');
run (ellipsoid)
format long g
e=(((a^2)-(b^2))/(a^2))^(1/2)

if (L1>L2) && (B1<B2)
disp ('sketsa koordinat seperti pada gambar,')
imshow ('azimut1.jpg')
disp (' ')
N2=a/sqrt (1-(e^2)*(sind(L2))^(2));
M1= (a*(1-(e^2)))/(1-(e^2)*(sind(L1))^(2))^(3/2);
dB = B2-B1;
dL = L2-L1;
U= (N2*dB)/(M1*dL);
V= cosd(L2)*(1-(3*(e^2)*sind(2*L1))/(4*(1-
(e^2)*(sind(L1))^(2))));
azimute= atand (U*V);
azimut=360+azimute

elseif (L1<L2) && (B1<B2)
disp ('sketsa koordinat seperti pada gambar,')
imshow ('azimut2.jpg')
disp (' ')
N2=a/sqrt (1-(e^2)*(sind(L2))^(2));
M1= (a*(1-(e^2)))/(1-(e^2)*(sind(L1))^(2))^(3/2);
dB = B2-B1;
dL = L2-L1;
U= (N2*dB)/(M1*dL);
V= cosd(L2)*(1-(3*(e^2)*sind(2*L1))/(4*(1-
(e^2)*(sind(L1))^(2))));
azimute= atand (U*V);
azimut=360+azimute

elseif (L1>L2) && (B1>B2);
disp ('sketsa koordinat seperti pada gambar,')
imshow ('azimut3.jpg')
disp (' ')
N2=a/sqrt (1-(e^2)*(sind(L2))^(2));
M1= (a*(1-(e^2)))/(1-(e^2)*(sind(L1))^(2))^(3/2);
dB = B2-B1;
dL = L2-L1;
U= (N2*dB)/(M1*dL);
V= cosd(L2)*(1-(3*(e^2)*sind(2*L1))/(4*(1-
(e^2)*(sind(L1))^(2))));
azimute= atand (U*V);
azimut=360+azimute

else (L1<L2) && (B1>B2);
disp ('sketsa koordinat seperti pada gambar,')
imshow ('azimut4.jpg')
disp (' ')
N2=a/sqrt (1-(e^2)*(sind(L2))^(2));
M1= (a*(1-(e^2)))/(1-(e^2)*(sind(L1))^(2))^(3/2);
dB = B2-B1;
dL = L2-L1;
U= (N2*dB)/(M1*dL);
V= cosd(L2)*(1-(3*(e^2)*sind(2*L1))/(4*(1-
(e^2)*(sind(L1))^(2))));
azimute= atand (U*V);
azimut=360+azimute

end







Azimut metode segitiga bola : 285.15
Azimut metode puissant : 285.7978










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa metode yang mendekati nilai
realita yang sebenarnya adalah metode puissant. Hal ini dikarenakan bentuk Bumi
yang cenderung ellipsoid. Bumi dengan bentuk ellipsoid memiliki selisih jari-jari
dengan Bumi yang berbentuk bola maupun geoid. Jari-jari Bumi dengan bentuk
bola lebih besar bila dibandingkan dengan bentuk Bumi yang ellipsoid.
Nilai azimuth yang berbeda bisa disebabkan karena beberapa hal, yaitu karena
adanya pembulatan angka.

Anda mungkin juga menyukai