Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan seimbang antara proses
pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran (resorpsi) yang dilaksanakan oleh
osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi. Fase yang satu akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang senantiasa beregenerasi. Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan peranan penting. Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang tersisa pada tulang. Orang-orang yang sebelumnya memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang padat), mungkin tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami tidak mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis. Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang. Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun. Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di usia tersebut, jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia mencapai 40 tahun, kita semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause. Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas. Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah). Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun). Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami osteoporosis.dibanding wanita. semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari makanan juga berkurang. Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :
Normal : Nilai T pada BMD > -1 Osteopenia : Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5 Osteoporosis : Nilai T pada BMD < -2,5 Osteoporosis Berat : Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur 1. Umum Penuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh Upayakan mencapai berat tubuh yang ideal Hilangkan kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein Usahakan menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan resiko osteoporosis Rajin olahraga (dokter spesialis fisioterapi dapat memberikan petunjuk mengenai latihan yang sesuai) Upayakan untuk mencegah terjadinya cedera (khususnya jatuh) 2. Farmakoterapi Pemberian suplemen kalsium, magnesium dan vitamin D Terapi pengganti hormonal (Hormone Replacement Therapy) bila diperlukan Obat-obat pengurang nyeri dan atau obat anti inflamasi non-steroid (NSAID), seperti : - Ibuprofen ; efek samping yang dapat timbul : mual, muntah, diare, konstipasi. - Indomethasin ; efek sampingnya : sakit kepala, diare. - Aspirin ; efek sampingnya : nyeri lambung, mual, diare. Kalsitonon ; biasanya diberikan dalam bentuk injeksi, efek sampingnya antara lain mual dan wajah terasa panas yang dirasakan segera setelah injeksi dan biasanya hilang dengan sendirinya. Mungkin pula timbul diare, muntah dan rasa sakit pada bekas suntikan. Bifosfonat (Alendronat) : jarang menimbulkan efek samping, namun bisa timbul diare, rasa sakit dan kembung pada perut, dan gangguan pada tenggorokan atau esofagus. 2. Fisioterapi 3. Pembedahan Sumber Kalsium o Sayur-sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi) o Ikan teri kering o Udang kering o Tahu o Kacang-kacangan o Salmon, sardine o Susu & hasil olahannya