Anda di halaman 1dari 9

1.

Batasan ilmu kedokteran keluarga dan perkembangannya


BATASAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
Batasan tentang ilmu kedokteran keluarga di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya. (PB IDI, 1983)
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter
keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif dan bertanggung
jawab. (Charmichael, 1973)
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang
ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat
khusus. (WONCA, Manila; 1979)
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi
serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan
kesehatan perorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan. (Whinney, 1969)
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu
menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga. (Sargent, 1967)


2. Peran dokter keluarga pada pelayanan strata primer terhadap individu, keluarga dan
komunitas kehidupannya
Tugas/peran dokter keluarga, meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna
penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
6. Menangani penyakit akut dan kronik,
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di
RS,
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang dokter keluarga, meliputi :
1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,
4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,
7. Melakukan perawatan sementara,
8. Menerbitkan surat keterangan medis,
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Prinsip-prinsip kedokteran keluarga terdiri atas :
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral. dan hukum
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

3. Memahami tentang pendekatan holistik di mana manusia sebagai makhluk
biopsikososiospiritual
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HOLISTIK
Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri
dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk
biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap
salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.

Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena:
- manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh
- manusia mempertahankan hidup
- manusia tidak terlepas dari hukum alam (khususnya hukum perkembangan)

Manusia sebagai makhluk psikologis, karena:
- setiap individu memiliki kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll)
- setiap individu memiliki tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan
- setiap individu memiliki kecerdasan dan daya pikir
- setiap individu memiliki kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadian

Manusia sebagai Makluk sosial, karena:
- setiap individu hidup bersama dengan orang lain
- setiap individu dipengaruhi oleh kebudayaan
- setiap individu terikat oleh norma yang berlakuk dimasyarakat
- setiap individu dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial
- setiap individu tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain

Manusia sebagai makhluk Spritual karena:
- setiap individu memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan
- setiap individu memiliki pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang
dipegangnya

STANDAR PELAYANAN MENYELURUH (STANDARD OF HOLISTIC CARE)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai manusia
yang seutuhnya.
2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian
dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa keluarga pasien dapat memengaruhi
dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pasien.
3. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan
pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

4. Memahami persepsi tentang sakit dan perilaku sakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan
A. KONSEP PERILAKU
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing-masing.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Notoatmodjo, 2003).
Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Skinner, 1938 yang dikutip dalam Notoatmodjo,2003).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
:
a. Perilaku Tertutup (Covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert), Misalnya: Seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks,
dan sebagainya.
b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka,
misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi.

2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman serta lingkungan. (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008)

3. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuknya perilaku dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Bentuk pasif
Adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung bisa dilihat orang lain,misalnya berpikir,tanggapan,sikap atau
pengetahuan.
b. Bentuk aktif
Adalah apabila perilaku ini jelas bisa dilihat.

B. BATASAN PERILAKU KESEHATAN
Batasan perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Perlu
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
a. Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari
mengobati sendiri (selftreatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.Klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup
antara lain :
Menu seimbang
Olahraga teratur
Tidak merokok
Tidak minum-minuman keras dan narkoba
Istirahat yang cukup
Mengendalikan stress
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku Sakit(illness behavior)
Mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit
dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup :
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau
penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak(misalnya: hak memperoleh perawatan,pelayanan
kesehatan dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya
kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan,tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya.

C. MODEL-MODEL PERILAKU KESEHATAN
1. Model Suchman
Model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari perilaku sakit yang tampak
pada orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan medis. Ada empat
unsur yang merupakan faktor utama perilaku sakit yaitu perilaku itu sendiri,
sekuensinya tempat atau ruang lingkup dan variasi perilaku selama tahap-tahap
perawatan medis.
2. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock
Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi
secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan
keyakinannya terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan.
3. Model Fabrega
Model ini memberikan definisi abstrak tentang perilaku sakit yang dituangkan
dalam 9 tingkatan dan menggambarkan konsekuensi keputusan yang ditetapkan
orang selama dalam keadaan sakit.
4. Model Mechanic
Suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang
melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.(Mechanic,1962
yang dikutip dalam Muzaham,1995)
5. Model Andersen
Model yang menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu
tergantung pada: predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan
kesehatan, kemampuan mereka untuk melaksanakannya, dan kebutuhan meraka
terhadap jasa pelayanan tersebut.
6. Model Kosa dan Robertson
Upaya lain untuk memahami perilaku sehat dan sakit baik dari perspektif individu
maupun sosial adalah dengan model yang di kembangkan oleh J.Kosa dan
L.S.Robertson (1975). Formulasinya meliputi 4 komponen utama yakni: penilaian
tentang suatu gangguan kesehatan, peningkatan rasa khawatir karena persepsi
tentang gejala penyakit, penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan dan
bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan gangguan kesehatan
tersebut.
7. Model Antonovsky dan Kats
Dalam mempelajari kesehatan preventif, A.Antonovsky dan Kats (1970)
mengemukakan suatu model terpadu untuk membuat kategori tentang berbagai
tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu, dan membuat
spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut. Tiga golongan
variabel di identifikasikan sebagai determinan dalam perilaku pencegahan
gangguan kesehatan, termasuk perbuatan tunggal maupun berulang-ulang. Ketiga
golongan variabel tersebut adalah motivasi predesposisi, variabel kendala dan
variabel kondisi.
8. Model Langlie
Adalah model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara
menggabungkan variabel-variabel social psikologi dan model kepercayaan
kesehatan dengan karakteristik kelompok social dari formulasi Suchmnan.
Perilaku pencegahan kesehatan yang dirumuskan oleh Langlie sebagai suatu
tindakan kesehatan yang di sarankan, dan dilaksanakan oleh seseorang yang
percaya bahwa dirinya dalam keadaan sehat, guna mencegah penyakit, gangguan
kesehatan, atau mendeteksi penyakit pada saat penyakit belum terlihat.

D. PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu
yang relatif lama.Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap yaitu;
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat di kelompokkan menjadi;
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
Penyebab penyakit
Gejala atau tanda-tanda penyakit
Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
Bagaimana cara penularannya
Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
Jenis-jenis makanan yang bergizi
Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya
Penting olahraga bagi kesehatan
Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minum keras,
narkoba dan sebagainya.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
Manfaat air bersih
Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan
kotoran yang sehat, dan sampah
Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan
sebagainya
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan,
termasuk penyakit). Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan
dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau
tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara
pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara
dan cara-cara(berperilaku) hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
3. Praktek atau Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui. Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau dapat juga
dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Indikator praktek kesehatan ini
juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni:
a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup:pencegahan penyakit,
mengimunisasikan anaknya, melakukan pegurasan bak mandi seminggu
sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu
dan penyembuhan penyakit.
b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain:mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak
merokok,tidak minum-minuman keras dan narkoba,dan sebagainya.
c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup:membuang air besar di jamban
(WC),membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih
untuk mandi,cuci,masak dan sebagainya.

E. ASPEK SOSIO PSIKOLOGI PERILAKU KESEHATAN
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebarapa faktor
yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: Susunan saraf
pusat, Persepsi, Motivasi, Emosi, dan Belaljar persepsi adalah pengalaman yang dihasilakan
melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai
dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan
ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

5. Pelayanan komprehensif (paripurna)
STANDAR PELAYANAN PARIPURNA (STANDARD OF COMPREHENSIVE OF CARE)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and
specific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memerhatikan kemampuan sosial
serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.
1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala kesempatan
dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.
4. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala kesempatan
dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat
untuk itu.
5. Kuratif medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk melaksanakan pemulihan kesehatan
dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan/atau dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6. Rehabiltasi medis dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menerapkan segala kesempatan
rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan
atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
7. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan kondisi sosial pasien
dan keluarganya.
8. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai dengan medikolegal dan etik
kedokteran.

6. Patient-centered approach
Memahami kapasitas dunia kehidupan pasien seutuhnya
Memahami nilai-nilai yang dianutnya
Identifikasi persepsi, harapan dan kekhawatiran pasien terhadap sakitnya
Memahami pasien sebagai bagian dari kehidupannya
Memahami masalah yang sedang dihadapi pasien
Mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien (pertanyaan terbuka) termasuk
perasaan pasien dan keluarga terhadap sakitnya
Tidak hanya menegakkan diagnosis dengan baik tapi dapat mengidentifikasi masalah
sebenarnya
Semakin banyak dokter mengetahui informasi tentang pasien semakin memahami
kebutuhan pasien sebenarnya
Dari pemahaman tentang pasien seutuhnya, akan dibuat manajemen pasien dan
masalahnya secara holistik dan komprehensif
Dibutuhkan diskusi antara pasien dan dokter untuk menentukan mana yang terbaik bagi
kedua belah pihak
Jika kedua belah pihak menyetujui rencana manajemen terapinya kepuasan pasien dan
dokter peningkatan kualitas pelayanan



7. Analisis peranan dokter dan mitra kerjanya
STANDAR PERILAKU DENGAN MITRA KERJA DI KLINIK (STANDARD OF PARTNERS
RELATIONSHIP IN PRACTICE)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan manajemen
untuk mengelola klinik secara profesional.
1. Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam
suasana kekeluargaan.
2. Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan
pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
3. Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri dari
beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen yang
berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan.

Daftar Pustaka
Prasetyawati, A.E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta
http://www.perawatcerdas.co.cc/2010/08/konsep-manusia-dan-kebutuhan-dasar.html
http://dokterfaizblog.blogspot.com/2011/06/dokter-keluarga.html
http://rezakuo-burungkasuari.blogspot.com/p/pembahasan-konsep-perilaku-
kesehatan.html
Duarsa, A.B.S. 2011. Kuliah Patient-centered Approach

Anda mungkin juga menyukai