Anda di halaman 1dari 29

1.

Memahami dan Menjelaskan Sistem dan Organ Limfoid

Jaringan limfoid perifer/sekunder

1.1 Mikroskopis

Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat


menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami
diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang
imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen
imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai
stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim
dengan banyak serabut-serabut retikuler. Jaringan limfoid
yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong
dalam jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan
tonsilla

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah,


limfe, jaringan pengikat dan epitel, terutama dalam lamina
propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit
terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai
kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar.
Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit
saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid,
sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang
membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ
limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama
limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan
plasmasit dan makrofag atau tidak.
Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi
menjadi:
Jaringan limfoid primer/sentral
Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat
diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid.
Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar
thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan
sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B.
Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius.
Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid
diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat
yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan
serabut retikuler.

Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi


menjadi:
1. Jaringan limfoid longgar
Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel
retikuler) lebih banyak dari sel-sel bebas.
2. Jaringan limfoid padat
Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.
3. Jaringan limfoid noduler
Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena selsel limfosit memadati jaringan tersebut dan tersusun dalam
struktur bulat, disebut juga noulus lymphaticus. Jaringan
limfoid ini merupakan bangunan sementara yang dapat
menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat
proliferasi limfosit. Bagian tengah nodul berisi limfositlimfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat
yang disebut centrum germinalis.

Organ Limfoid terdiri dari :


Thymus
Thymus merupakan organ yang terletak dalam
mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar
yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ
limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ
limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan
jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat
sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk
mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami
kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran
darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami
diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu
mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers
tidak terdapat di organ ini.
I. Gambaran Histologis
Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat
longgar yang tipis dan melanjutkan diri ke dalam membagi
lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 2 mm. Jaringan
parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler
saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain,
diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya
berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan
lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas
di daerah medulla sampai membentuk struktur epitel yang
disebut corpuskulum hassalli (thymic corpuscle). Masingmasing lobus terdiri dari cortex dan medulla.

a. Cortex
Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian
besar populasi sel di cortex adalah limfosit dari berbagai
ukuran. Hubungan antara sel retikuler terlihat dengan M.E.
sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat
dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran 7-11
mikron. Limfosit besar banyak terdapat di bagian perifer
dan makin kedalam jumlah limfosit kecil makin bertambah,
sehingga cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit
kecil. Dalam cortex terjadi proses proliferasi dan
degenerasi, dan terdapat makrofag yang walaupun sedikit
merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang
juga ditemukan sedikit plasmasit dalam parenkim.
b. Medulla
Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan
berbagai bentuk, kadang mempunyai tonjolan dan kadang
tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula sel
retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris
membentuk corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan
sebagai desmosom. Bagian tengahnya mengalami
degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit
terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk
kecil. Perbedaan dengan limfosit cortex karena bentuk
yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih banyak. Dalam
medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti
makrofag dan eosinofil.
II. Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang


dipercabangkan dari arteriola yang terdapat di perbatasan
cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit perpindahan
makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding
kapiler cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih
permeabel. Maka, limfosit dalam cortex dilindungi terhadap
pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus
barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat
penyekat lobulus.
III. Histogenesis
Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus
brachialis III. Mula-mula penonjolan ini memiliki lumen yang
berhubungan dengan pharynx, dengan adanya proliferasi
epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga
mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di
sekelilingnya. Pada umur enam minggu akan muncul
limfosit yang makin lama makin bertambah dan parenkim
akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh
desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.
IV. Involusi
Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak
masa kanak-kanak. Proses tersebut dapat dipercepat
sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit,
stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini
disebut sebagai accidental involution. Pada binatang
percobaan akan terjadi experimental involution yang dapat
diikuti regenerasi yang intensif.
Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan
perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun

sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak


yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.
V. Histofisiologis
Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena
adanya sejenis limfosit yang bertanggungjawab atas
penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity,
reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu.
Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi
diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B.
Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila
sudah berada di luar thymus.
Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan
berubah menjadi limfosit thymus dan mulai berproliferasi.
Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi
memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex
sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh
antigen yang berbeda dengan di limfosit di organ limfoid
perifer, denganh adanya blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ
limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah
pengaruh thymus (thymus depending regions) yaitu cortex
bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid
periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus
tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks.
Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak
berderet-deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan
parenkimnya merupakan kumpulan yang mampu mengenal

antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara


spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval
dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam
disebut hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya
pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui
permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar
melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada
ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan
abdomen dan daerah mediastinum.
I. Gambaran Histologis
Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid
yang ditembusi anyaman pembuluh limfe khusus yang
disebut sinus lymphaticus. Nodus lymphaticus dibungkus
oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di
daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam
sebagai trabekula. Parenkim diantara trabekula diperkuat
oleh anyaman serabut retikuler yang berhubungan dengan
sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit,
plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus
terbagi atas cortex dan medulla, dengan perbedaan
terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.
a. Cortex
Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid
yang dilalui oleh trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex
dibedakan daerah-daerah sebagai nodulus lymphaticus
primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan
limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder
menmpati cortex bagian luar, sedang jaringan limfoid difus
menempati cortex bagian dalam atau daerah paracortical.

Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat


memiliki inti yang jernih dengan sitoplasma menagndung
granular endoplasmic retikulum dan diduga membuat
serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center
banayk terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus
marginalis mengandung banyak limfosit kecil karena
menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah
aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih
longgar dan terutama terdapat limfosit kecil dan sel
retikuler yang makin bertambah.
b. Medulla/Medulla Cord
Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang
tersusun di sekitar pembuluh darah. Kumpulan jaringan
limfoid ini membentuk anyaman dan berakhir di daerah
hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman
serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya
mengandung limfosit, plasmasit dan makrofag. Kadang
ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam keadaan sakit
jumlah unsur sel akan bertambah.
II. Pembuluh Darah
Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus
lymphaticus akan masuk melalui hillus, hanya sedikit yang
melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri dari hillus
mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi
kapiler. Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabangcabang menjadi kapiler membentuk anyaman. Anyaman
kapiler di cortex ini akan ditampung dalam venula dengan
endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul

menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini


tidak mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga
pada beberapa bagian pembuluh darah di tonsilla, plaques
Peyeri dan appendix.
III. Histofisiologis
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh
makromolekul dan sel-sel yang berkelana dari jaringan
pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang
mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun
eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi
epidermis dan epitel membrana mukosa yang membatasi
ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari
perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan
berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk
dalam limfe.
Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe
yang masuk karena terdapat sepanjang pembuluh limfe
sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan dari
bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus
disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan
makrofag untuk mengenal antigen dan pembuangan
antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan
tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus
atau sumsum tulang.
Hemal Nodes
Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit
sangat banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini
ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.

Lien
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum
abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan
sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien
merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan
membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan selsel mati disamping sebagai pertahanan imunologis
terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi
hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit,
dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien
berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit dan
trombosit.
I. Gambaran Histologis
Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang
melanjutkan diri sebagai trabecula. Capsula akan menebal
di daerah hilus yang berhubungan dengan peritoneum.
Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah
organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan
terlihat adanya daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7
mm, daerah tersebut dinamakan pulpa alba yang tersebar
pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan
pulpa ruba.
a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum
malphigi terdiri atas jaringan limfoid difus dan
noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid
periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar
arteri yang baru meninggalkan trabecula, selubung

tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-cabang


menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa
tempat selubung tersebut mengandung germinal center.
PALS dan germinal center merupakan jaringan limfoid,
tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit Tdan
germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS
terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel
retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis .
dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan
sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya
rangsangan antigen di daerah PALS banyak terdapat
limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.
b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar
yang tidak teratur sebagai sinus renosus dan jaringan yang
mengisi diantaranya sebagai splendic cords of Billroth.
Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang
mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti
makrfag, semua jenis sel dalam darah dengan beberapa
plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan mudah
ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag
kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan
trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba terdapat
daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100
mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang
mengandung sinus venosus kecil. Zona marginais
merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial
sehingga merupakan tempat hubungan pertama antara
sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.

Capsula dan Trabecula


Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat
dengan sel otot polos dan anyaman serabut elastis.
Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian
peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang
membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua
mengandung lebih banyak serabut elastis dan beberapa
serabut sel otot polos.
Arteri
Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui
hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali bercabang menjadi
makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri
muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam
jaringan pengikat padat trabecula. Setelah mencapai
diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan trabecula
dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid
hingga menjadi arteri sentralis.
Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil
berbentuk tinggi disertai selapis atau dua lapis otot polos
yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin
kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid
menipis dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai
arteria penicillus atau arteria pulpa rubra. Pada waktu
masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3
kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung
Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baleys Textbook of Histology, arteri penicullus
terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang
denganselapis otot polos.

2. Sheated capillary, tanpa otot polos


3. Terminal arterial capilarry
Sinus Venosus dan Vena
Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak
sekali terdapat di sekeliling pulpa alba. Pembuluhpembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus sebab
lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya
terdiri atas endotil dan lamina basalis. Sitoplasma
mengandung dua macam filament yang tersusun sejajar
sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction.
Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus
akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang menpunyai
dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina basalis dan
selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan
bermuara ke vena trabecula yang akan berkumpul di hilus
sebagai vena lienalis.
Hubungan Arteri dan Vena
Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:
1. Teori sirkulasi terbuka
Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di
dalam celah-celah antara sel retikuler kemudian perlahanlahan kembali ke sinus venosus.
2. Teori sirkulasi tertutup
Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung
dengan sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua
macam sirkulasi tersebut pada suatu tempat.

Histogenesis dan Regenerasi Lien


Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu
sebagai suatu penebalan jaringan mesenkim pada
mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak
diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui
tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan
pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil yang
berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar
atau medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian
dari medulla oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B.
Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk
dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka
fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi
luka, akan terjadi kesembuhan dengan timbulnya jaringan
pengikat.
Tonsilla
Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx
disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus
digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid
dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah
tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan
batas-batas nyata.
Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:
a. Tonsila Lingualis
Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae
sebagai tonjolan-tonjolan bulat. Pada permukaannya
terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri sebagai celah

invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis.


Crypta tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah
limfosit yang mengalami infiltrasi dalam epitel dan
berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami
degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel
epitel yang sudah terlepas bersama bakteri sebagai
detritus. Kadang-kadang dalam crypta bermuara kelenjar
mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus
lymphaticus.
b. Tonsila Palatina
Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus
terdapat ua buah jaringan limfoid dibawah membrane
mukosa yang masing-masing disebut tonsilla palatine.
Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi
mengadakan invaginasi membentuk crypta sebanyak 1020 buah. Pada dasar crypta, batas antara epitel dan
jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel.
Limfosit yang telah melintasi epitel bersama dengan
leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum
salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm
dengan germinal centernya tersusun berderet dalam
jaringan limfoid yang difus. Antara nodulus lymphaticus
yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan
pengikat (capsula) yang mengandung limfosit, mast sell
dan plasmasit. Apabila ditemukan granulosit, hal ini
menunjukkan adanya radang.
c. Tonsila Pharyngealis
Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat
kelompok jaringan limfoid yang ditutupi pula oleh epitel

yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis epitelnya sama


dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu
berlapis bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak
mengadakan invaginasi membentuk crypta tetapi melipatlipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit,
dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang
mengikuti lipatan-lipatan. Jaringan limfoid ini dipisahkan
oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar capsula
terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran
keluarnya menembus jaringan limfoid dan bermuara
didalam saluran lipatan epitel
1.2 Makroskopis
Anatomi Sistem Limfatik
1. Pembuluh Limfatik
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi
memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe
tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar
dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis
endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus
kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe
di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus
di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron), disebut lacteal villi.
Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk
kembali ke peredaran darah. Limfa sebenarnya merupakan

cairan plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh


kapiler di sistem peredaran darah dan kemudian menjadi
cairan intersisial ruang antarsel pada jaringan. Pembuluh
limfa dibedakan menjadi:
Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus
dekster) : Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa
yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan,
dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-paru yang
terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa kanan
bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka
kanan.
Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus
toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh
dada. Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang
berasal dari kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri,
lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa ini
bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.
Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka.
Peredaran ini dimulai dari jaringan tubuh dalam bentuk
cairan jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk
ke dalam kapiler limfa. Kemudian kapiler limfa akan
bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk
pembuluh limfa yang lebih besar dan akhirnya bergabung
menjadi pembuluh limfa besar yaitu pembuluh limfa kanan
dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan limfa akan dialirkan
oleh pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan ke
dalam darah.

2. Jaringan / Organ Limfatik


Organ Limfatik Primer
Sumsum Tulang Merah : merupakan jaringan penghasil
limfosit. Sel-sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan
mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di
dalam sumsum tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan
limfosit yang berkembang di dalam kelenjar timus akan
menjadi limfosit T. Limfosit-limfosit ini berperan penting
untuk melawan penyakit.
Kelenjar Timus : memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat
perkembangan limfosit yang dihasilkan dari sumsum
merah untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan
dalam memerangi antigen secara langsung seperti pada
organorgan limfoid yang lain. Untuk memberikan kekebalan
pada limfosit T ini, maka timus mensekresikan hormon
tipopoietin.
Organ Limfatik Sekunder
Nodus Limfe : berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang
dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa
terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil
lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit
dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring
mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompokkelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax,
abdomen, dan lipatan paha.

Limpa : Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar.


Kelenjar yang dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua.
Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa antara
lain: membunuh kuman penyakit; membentuk sel darah
putih (leukosit) dan antibodi; menghancurkan sel darah
merah yang sudah tua.
Nodulus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan
limfatik yang tersebar di sepanjang jaringan ikat yang
terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan
saluran respirasi. Beberapa bentuk nodulus limfatikus yaitu
tonsil dan folikel limfatik. Tonsil terdapat di tenggorokan.
Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus halus.
Letak nodulus limfatikus sangat strategis untuk berperan
dalam respon imun melawan zat asing yang masuk dalam
tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.
Fisiologi Sistem Limfatik
Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit
dipahami. Satu fungsi utama sistem limfe adalah untuk
berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial
merupakan filtrat plasma yang menyilang dinding kapiler
dan kecepatan pembentukannya tergantung pada
perbedaan tekanan di antara membran ini. Pappenhimer
dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler
adalah kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul
besar seperti protein plasma. Molekul besar ini yang
tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik
yang cenderung menjaga volume cairan di dalam ruang

kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan


ruang interstiasial tergantung pada empat faktor : tekanan
hidrostatik di dalam kapiler dan di dalam ruang interstiasial
serta tekanan osmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan
onkotik plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara
tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg.
Tekanan hidrostatik pada ujung arteiola kapiler
diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17 mmHg.
Tekanan Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam
jaringan yang berbeda sebesar 2mmHg dalam jaringan
subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih
cairan keluar dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada
ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari suatu kapile,
dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ).
Normalnya aliran keluar bersih melebihi aliran masuk
bersih dan cairan tambahan ini kembali ke sirkulasi melalui
pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter
perhari. Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah
faktor lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi
protein dalam plasma dan cairan interstisial, hubungan
tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan
keutuhan kapiler.
Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang
rumit. Saat istirahat, kontraksi intrinsik yang berirama dari
dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke
arah duktus torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi
otot rangka aktif , menekan saluran limfe dan karena
adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka
limfe di dorong ke arah kepala. Peningkatan tekan intraabdomen akibat batuk atau mengejan, juga menekan

pembulu limfe, mempercepat aliran limfe ke atas.


Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yang
berhubungan dengan pernafasn, membentuk mekanisme
pompa lain untuk mendoong limfe melalui mediastitinum.
Aliran darah yang cepat dalam vena subklavia bisa
menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.

KELENJAR

ADENOID

LIMPA

Atau tonsil faring; terletak di belakang rongga hidung;


membantu menyaring udara masukdan menghancurkan
mikroorganisme

Organ limfa terbesar, limpa berperan sebagai penyimpan


beberapa jenis limfosit dan tempatutama menyaring darah

TONSIL
Dua pasang tonsil (palatin dan lingual) di belakang mulut
di setiap sisi faring dan di dasarlidah membantu berjagajaga terhadap mikroba yang terhirup
NODUS SERVIKAL (LEHER)
Mengumpulkan limfa dari sisi kanan atau kiri wajah, kulit
kepala, rongga hidung, dantenggorokan atas
NODUS AKSILAR (KETIAK)
Saluran limfa dari lengan atas, dada, dinding dada, dan
perut bagian atas
VENA SUBKLAVIA KIRI
Titik masuk limfa dari sisi kiri tubuh bagian bawah ke
dalam darah setelah masuk ke salurantorasikus

TIMUS
Tempat perkembangan sel T sistem imun (limfoid T); sel T
berkembang dari sel induk (stemcell), yang pindah ke sini
dari sumsum tulang

PEYER PLAK
Salah satu kumpulan nodulus limfoid di usus halus bagian
bawah, membantu melindungiusus dari mikroba dalam
makanan
NODUS INGUINAL DALAM (SELANGKANGAN)
Saluran limfa dari tungkai kaki, dinding perut bagian
bawah, dan alat kelamin bagian luar
NODUS LIMFA POPLITEA
Terletak di bagian lutut; saluran limfa dari tungkai bawah
dan telapak kaki
KAPILER LIMFA
Pembuluh sangat kecil yang mengumpulkan cairan
interstisial yang mengalir di antara sel dan jaringan dan
akhirnya menjadi cairan limfa; kapiler lalu menyatu

menjadi pembuluh lebih besar yang disebut limfatik


(pembuluh limfa)
LIMFATIK
Serupa dengan pembuluh pembawa darah, limfatik
memiliki katup mirip lipatan untukmemastikan aliran limfa
tetap satu arah
KELENJAR AIR MATA (LAKRIMAL)
Air mata mengandung enzim antibakteri, lisozim, yang
membasahi bola mata di setiapkedipannya
MULUT DAN TENGGOROKAN ATAS

Lapisan lendir membantu mengikat benda asing, dan


bakteri tak berbahaya menghalangi pertumbuhan
organisme jahat
USUS BESAR
Bakteri
bersahabat alami dan mikroorganisme lain, disebut flora
usus, menjaga
keseimbangan kimia yang mencegah mikroba berbahaya
KULIT

Kelenjar saliva menghasilkan air liur antibakteri, sedang


lendir dan air liur mengikat partikeldari udara ke
tenggorokan atas

Benteng mekanis yang dibentuk kulit adalah pertahanan


pertama terhadap organism jahat, juga melindungi
tubuh dari kekuatan fisik, seperti perubahan suhu drastic,
radiasi, dan berbagai zat kimia.

SALURAN PERNAFASAN

G.SALURAN LIMFE

Rambut hidung mengikat partikel di udara; lendir dan silia


pada lapisan hidung dan trakeamengikat dan membuang
debu, mikroorganisme, dan kotoran

Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus


thoracicus dan batang saluran kanan.Ductus thoracicus
bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di
depan vertebralumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui
abdomen dan thorax menyimpang ke sebelahkiri kolumna
vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena besar di
sebelah bawah kirileher dan menuangkan isinya ke dalam
vena-vena itu.Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari
semua bagian tubuh, kecuali dari bagianyang menyalurkan
limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran
kanan).Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih

LAMBUNG
Asam hidroklorida kuat dan enzim pencernaan di dalam
cairan lambung membantumenghancurkan organism yang
termakan
URIN

kecil dan mengumpulkan limfe darisebelah kanan kepala


dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan
menuangkanisinya ke dalam vena yang berada di sebelah
bawah kanan leher.Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe
dan kelenjar dapat meradang, yang tampak pada
pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam
hal sebuah jari tangan atau jarikaki terkena infeksi.
2. Memahami dan Menjelaskan Imunitas
Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing
atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit.
Fungsi System Imun
Penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Untuk keseimbanagn fungsi tubuh terutama menjaga
keseimbangan komponen tubuh yang telah tua.
Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi,
atau ganas, serta menghancurkannya.
Sistem imun tidak dapat dibentuk dalam waktu yang
singkat. Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan
pathogen baru akan muncul dalam waktu 24 jam.
Kebanyakan pathogen yang ada di sekitar kita sulit masuk
ke dalam tubuh akibat adanya mekanisme pertahanan
tubuh secara alami.

Terdapat 4 mekanisme pertahanan tubuh alami terhadap


pathogen yang akan masuk kedalam tubuh, yaitu
pertahanan fisik, mekanik, kimia, dan biologis.
Pertahanan Fisik
Kulit memberikan penghalang fisik bagi jalan masuknya
pathogen ke dalam tubuh. Lapisan luar sel-sel kulit mati
yang keras mengandung keratin dan sangat sedikit air,
sehingga pertumbuhan pathogen menjadi terhambat.
Contoh zat yang menghambat pertumbuhan bakteri :
Air Mata : Kelenjar lakrimal mensekresi air mata, yang
melarutkan dan mencuci mikroorganisme dan bahan kimia
penyebab iritasi mata
Sebum ( Minyak ) : sSebum diekskresikan oleh kelenjar
sebaceous, mengandung asam lemak yang memiliki aksi
antimikrobal.
Mukus : Hasil ekskresi sel-sel goblet yang terdapat di
sepanjang saluran pernapasan. Mukus merupakan cairan
lender yang lengket sehingga dapat memerangkap
pathogen yang berasal dari udara.
Pertahanan Mekanik
Rambut Hidung : Berfungsi sebagi filter udara yang
melewati saluran hidung. Bakteri dan partikel lain yang
erperangkap di mucus akan diserap keluar dari paru-paru
oleh silia.

Pertahanan Kimia
Air mata, mucus, saliva, dan keringat semuanya
mengandung zat kimia yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Biasanya ditemukan enzim Lisozim di
anatar mereka. Lisozim mengkatalis hidrolisis molekul
dinding sel bakteri. Selain itu ada asam hidroklorik yang
terdapat pada cairan lambung membunuh sebagian besar
mikroorganisme yang masuk ke lambung.
Pertahanan Biologis
Terdapat populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di
kulit dan membrane mukosa yang menghambat
pertumbuhan banyak bakteri pathogen. Mereka melindungi
kita dengan cara berkompetisi dengan bakteri pathogen
dalam mendapatkan nutrient.
Pertahanan tubuh oleh sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai perthanan tubuh
terhadap patogen. Terdapat lima jenis sel darah putih yang
terdapat di sumsum tulang. Sel darah putih tersebut
adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.
Neutrofil memiliki ciri nucleus berlobus, dan merupakan
sel darah putih terbesar. Netrofil memiliki fungsi fagositosis
yaitu menelan mikroorganisme dan sisa-sisa sel mati.
Eosinofil memilikin peranan dalam reaksi alergi.
Basofil dapat melepaskan senyawa kimia seperti
histaminyang menyebabkan reaksi inflamasi.

Monosit akan berkembang menjadi makrofag yang juga


berfungsi fagositosis.
Limfosit terdiri atas 2 jenis sel yaitu Limfosit B dan
Limfosit T. Limfosit B berpera dalam antibody-mediated
immunity sementara Limfosit T berperan dalam cellmediated immunity.
Neutrofil dan Limfosit menyusun 90% dari sel darah putih
dalam tubuh, dan sisanya 10% disusun oleh monosit,
eusinofil, dan basofil.
Respon Imun
Respon Imun Non-Spesifik
Ketika tubuh terluka karena tergores, terpotong, terbakar,
atau diserang oleh pathogen yang berhasil menembus
pertahanan tubuh, tubuh akan menghasilkan respon imun
non-spesifik.
Inflamasi : Pembengkakan jaringan merupakan reaksi
cepat terhadap kerusakan jaringan. Inflamasi sanagt
berguna sebagai perthanan tubuh, sebab reaksi tersebut
mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan
mempercepat proses penyembuhan.
Fagositosis : Sel darah putih menelan pathogen,
membawanya ke dalam vakuola yang ada di sitoplasma sel
tersebut, lalu dicerna dengan enzim litik.
Respon Imun Spesifik

Antibody-Mediated Immunity
Antibosy akan menyerang bakteri atau virus sebelem
pathogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh. Antibody
dihasilkan oleh limfosit B dan teraktivasi bila mengenali
antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen,
dengan bantuan sel limfosit T. terdapat 3 jenis sel limfosit
B yaitu
Sel B plasma : Mensekresikan antibody ke system
sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap
satu antigen patogenik.

datang. Oleh karena itu, jika suatu saat orang tersebut


dimasuki oleh antigen (kuman) berjenis sama, tubuh orang
tersebut akan mengaktifkan sel-sel memori yang telah
terbentuk sebelumnya. Waktu untuk menanggapi dan
melawan kuman tersebut cenderung lebih pendek di
bandingkan respons pertahanan primer. Hal ini
disebut respons pertahanan sekunder.
Cell-Mediated Immunity
Imunitas yang diperantarai sel, melibatkan sel dalam
menyerang organism asing. Terdapat 3 jenis sel T.

Sel B memori : Sel yang deprogram untuk mengingat


suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan
sangat cepat bila terjadi infeksi kedua.

Sel T pembantu : Membantu atau mengontrol komponen


respon imun spesifik lainnya. Mengaktivasi makrofag untuk
segera bersiap memfagosit pathogen dan sisa-sisa sel.

Sel B pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih


banyak lagi sel-sel limfosit B.

Sel T pembuluh : Menyerang sel tubuh yang terinfeksi


dan sel-sel pathogen yang relative besar secara langsung.

Apabila suatu masuk dalam tubuh dan mampu


melewati pelindung lapis pertama dan kedua pada sistem
pertahanan alami, misal sel limfosit B dan sel limfosit T
yang memiliki reseptor antigen A akan membelah dan
berdiferensiasi. Hasil pembelahan dan diferensiasi tersebut
akan membentuk dua klon. Klon pertama
menghasilkan sel-sel efektor,sedangkan klon kedua
menghasilkan sel-sel memori.

Sel T supresor : Berfungsi untuk menurunkan dan


menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut
diperlukan ketika respon imun sudah mulai lebih dari yang
diperlukan, atau ketika infeksi sudah berhasil diatasi.

Apabila kemudian antibodi menang melawan antigen mak


morang tersebut akan sehat dan memiliki sel memori
untuk melawan antigen yang sama di waktu yang akan

Pencegahan penyakit
Kekebalan Tubuh
Pertahanan pasif merupakan pertahanan yang diberikan
kepada individu dan bersifat sementara. Prtahanan ini
diberikan kepada tubuh yang sakit untuk melawan antigen
yang sudah ada. Dalam pertahanan pasif tubuh tidak

membentuk antibodi karena menerima antibodi yang


sudah jadi.
Pertahanan aktif merupakan pertahanan yang
menyebabkan tubuh membentuk antibodi, misalnya
melalui pemberian vaksin ke dalam tubuh yang sehat.
Vaksin berperan sebagai antigen yang akan memacu tubuh
membentuk antibodi guna melawan antigen tersebut.
Dengan demikian tubuh aktif membentuk pertahanan yang
ditimbulkan disebut pertahanan aktif.
3. Memahami dan Menjelaskan Antigen
A. Pengertian Antigen
Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk
mengambarkan molekul yang memacu respon imun (juga
disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul
yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah
disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap
substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon
imun (Bloom, 2002). Antigen adalah bahan yang dapat
merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan
antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen
adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan
hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi.
Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau
Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal/ menginduksi pembenntukan antibodi,
sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat
mengikat epitop. Antigen molekul asing yang dapat
menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada

manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki


virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul
antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing
seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan.
(Baratawidjaja 1991: 13; Campbell,dkk 2000: 77).
B. KARAKTERISTIK / SIFAT
1. Keasingan Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul
untuk memenuhi syarat sebagai imunogen adalah bahwa
zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes.
2. Sifat-sifat Fisik Agar suatu zat dapat menjadi imunogen,
ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu, imunogen
yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon
terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai
hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan.
3. Kompleksitas Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun
kimia molekul.
4. Bentuk-bentuk (Conformation) Tidak adanya bentuk dari
molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau
bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta
protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya
respon imun.
5. Muatan (charge) Imunogenitas tidak terbatas pada
molekuler tertentu; tidak terbatas pada molekuler tertentu,
zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat

imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan


memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan masuk Kemampuan masuk suatu kelompok
determinan pada sistem pengenalan akan menentukan
hasil respon imun.
C. Letak Antigen Antigen ditemukan di permukaan seluruh
sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan
seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri.
Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat
yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau
polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul Iainnya.
Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan
polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa
merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel
kanker, dan racun.
D. Bagian Antigen Secara fungsional antigen terbagi
menjadi 2, yaitu: 1. Imunogen / Antigen Lengkap , yaitu
molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari
molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi
(oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi,
menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat
dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh
reseptor antibodi, bisa juga disebut determinan antigen.
Antigen lengkap meliputi imunogen dan antigen. 2.
Hapten / Antigen Tidak Lengkap, yaitu kompleks yang
terdiri atas molekul kecil. Bahan kimia aktif ukuran kecil

seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan


tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak
imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil
tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Hapten
merupakan sejumlah molekul kecil yang dapat bereaksi
dengan antibodi namun tidak dapat menginduksi produksi
antibodi. Contoh hapten adalah berbagai golongan
antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul yang
rendah. Hapten biasanya dikenal oleh sel B sedangkan
carrier oleh sel T. Carrier sering digabungkan dengan
hapten dalam usaha imunisasi (Baratawidjaja 1991: 13;
Sell : 2). E. Klasifikasi Antigen
3. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
A.

Pengertian

Antibodi adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang


disekresi dari penceraplimfosit-B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu
dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem imunitas
manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk
memproduksi antibodi untuk melawan antigen. Antibodi
dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh
vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan
tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan
benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi
beredar di dalam pembuluh darah dan memasuki jaringan
tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat dari
sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi
memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi,


dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan
ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan
pada tiap rantai berat. Lima isotype antibodi yang berbeda
diketahui berada pada tubuh mamalia dan memainkan
peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon
imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan
yang masuk ke dalam tubuh,yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan
IgE, yang mempunyai perbedaan area C.

B.

Struktur dan Fungsi Antibodi

Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai


polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang
dikenal sebagai:
Rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000
Rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000.
Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2
rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu
ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk
struktur yang simetris. Yang menarik dari susunan
imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah
domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang
terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan
disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai
dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L

mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan


rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (),
rantai M (), rantai E () dan rantai D (). Setiap rantai
mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L
mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masingmasing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5
domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi
beberapa fragmen. Enzim papain memecah rantai dasar
menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian
H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam
amino yang bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen.
Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen
(antigen binding site) yang menentukan spesifisitas
imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya
mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan
asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat
antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan
aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya
kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada
permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel
mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan
basofil, dan kemampuan menembus plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut
pada gugusan karboksil terminal sampai bagian sebelum
ikatan disulfida (interchain) dengan akibat kehilangan
sebagian besar susunan asam amino yang menentukan
sifat antigenik determinan, namun demikian masih tetap
mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa

menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai


F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen

C. Proses Pembentukan Antibodi


Di dalam tubuh manusia, antibodi dihasilkan oleh organ
limfoid sentral yang terdiri atas sumsum tulang dan
kelenjar timus, terutama oleh sel-sel limfosit. Ada dua
macam sel limfosit, yaitu sel limfosit B dan sel limfosit T.
Kedua sel ini bekerja sama untuk menghasilkan antibodi
dalam tubuh. Baik antibodi maupun antigen keduanya
mempunyai hubungan spesifik yang sangat khas. Keadaan
ini terlihat sewaktu antigen masuk ke dalam tubuh. Saat
itu, dengan seketika sel limfosit T mendeteksi karakteristik
dan jenis antigen. Kemudian sel limfosit T bereaksi cepat
dengan cara mengikat antigen tersebut melalui
permukaan reseptornya. Setelah itu, sel limfosit T
membelah dan membentuk klon. Sementara pada
permukaan membrannya menghasilkan
immunoglobulin monomerik.
Berikutnya, molekul antigen dan molekul antibodi saling
berikat an dan ikatan kedua molekul ini ditempatkan pada
makrofaga. Secara berurutan, makrofaga menghadirkan
antigen pada sel limfosit B. Lantas, sel limfosit B
berpoliferasi dan menjadi dewasa, sehingga mampu
membentuk antibodi untuk masing-masing antigen.
Sementara itu, pembuangan antigen setelah diikat antibodi
dapat menggunakan berbagai cara, yakni netralisasi,
aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen.

Netralisasi merupakan cara yang digunakan antibodi untuk


berikatan dengan antigen supaya aktivitasnya terhambat.
Sebagai contoh, antibodi melekat pada molekul yang
akan digunakan virus untuk menginfeksi inangnya. Pada
proses ini, antibodi dan antigen dapat mengalami proses
opsonisasi, yakni proses pelenyapan bakteri yang diikat
antibodi oleh makrofaga melalui fagositosis.
Cara pelenyapan antigen berikutnya adalah aglutinasi.
Aglutinasi atau penggumpalan merupakan proses
pengikatan antibodi terhadap bakteri atau virus sehingga
mudah dinetralkan dan diopsonisasi. Misalnya, IgG yang
berikatan dengan dua sel bakteri atau virus secara
bersama-sama. Mekanisme yang sama juga terjadi pada
cara berikutnya yakni presipitasi. Presipitasi atau
pengendapan merupakan pengikatan silang molekulmolekul antigen yang terlarut dalam cairan tubuh. Setelah
diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan dan dibuang
melalui fagositosis. Selain berbagai cara tersebut,
pembuangan antigen dapat melalui fiksasi komplemen.
Fiksasi komplemen merupakan pengaktifan rentetan
molekul protein komplemen karena adanya infeksi.
Prosesnya menyebabkan virus dan sel-sel patogen yang
menginfeksi bagian tubuh menjadi lisis.

D.

Cara Kerja Antibodi

Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada


empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan
antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah

diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini


adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi:
1.

Netralisasi

Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok


bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus
dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel
inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan
dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.
2.

Penggumpalan

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan


karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk
melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul
antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan
antigen yang dapat bergabung dengan antigen- antigen
yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan
memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap
dan memakan bakteri secara cepat.
3.

Pengendapan

Prinsip pengendapan hampir sama dengan


penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang
dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigenantigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga
sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.
4.

Aktifasi Komplemen

Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen


untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing.
Pengaktifan protein komplemen akan
menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan
dapat terjadi lisis.
Sistem imun dapat mengenali antigen yang
sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut
memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon
sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan
memori imun

E.

Jenis dan Fungsi Immunoglobulin

Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum


protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh
lewat proses kekebalan. Ada lima macam immunoglobulin,
yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
1. Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai
(gamma)
Tiap molekul IgG terdiri atas dua rantai L dan dua rantai H
yang dihubungkan oleh ikatan disulfida (rumus molekul
H2L2). Oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua
tempat pengikatan antigen yang identik, meka disebut
divalen. IgG merupakan antibodi dominan pada respon
sekunder dan menyusun pertahanan yang penting
melawan bakteti dan virus. Ini merupakan satu-satunya
antibodi yang mampu melintasi plasenta,oleh karena itu

merupakan imunoglobulin yang paling banyak ditemukan


pada bayi yang baru lahir.

imunitas yang diperantarai antibodi pada permukaan


mukosa

Immunoglobulin ini yang paling banyak di dalam tubuh,


dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang
ke antigen yang sama. Ia memberikan proteksi utama pada
bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu setelah
lahir karena IgG mampu menembus jaringan plasenta. IgG
yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat
menembus mukosa usus bayi dan menambah daya
kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celahcelah ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama
menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman
sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system
komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut IgG1, IgG2,
IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat
(H) yang disebut 1, 2, 3 dan 4.

IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang


tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu
zat protein khusus, disebut secretory component,oleh selsel dalam membrane mukosa. Imunoglobin yang
dikeluarkan secara selektif di dalam sekresi air ludah,
keringat, air mata, lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran
pernapasan dan sekresi saluran pencernaan. IgA yang
keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh sel
plasma. Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama
keluar pada mamalia yang menyusui) membantu
melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi utama
IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan bakteri ke
permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabung dengan
antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan
melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

2.

Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai (alpha).

Merupakan imunoglobulin utama pada hasil sekresi


misalnya susu, saliva dan air mata serta sekresi traktus
respiratorius, intestinal dan genital. Imunoglobulin
ini melindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan
virus. Tiap molekul IgA terdiri atas dua unit H2L2 dan satu
molekul terdidi atas rantai J dan komponen sekresi, molekul
yang disebut terakhir merupakan protein yang diturunkan
dari celah reseptor poli-Ig. Reseptor ini mengikat dimer IgA
dan mempermudah transpornya melintasi epitel mukosa.
Beberapa bakteri (misalnya neisseria) dapat merusak IgA1
dengan cara menghasilkan protase sehingga menghalangi

3.

Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai (mu)

IgM adalah antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai


respons terhadap pemaparan awal ke suatu antigen.
Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini
secara diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM
umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh
pathogen yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri
dari lima monomer yang tersusun dalam struktur
pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B
untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam
tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat efisien

untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena


timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam
darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting
pada bakterimia.
Ini merupakan imunoglobulin yang efisien dalam proses
aglutinasi fiksasikomplemen dan reaksi antigen-antibodi
lainnya serta penting juga dalam menjadi pertahanan
dalam melawan bakteri dan virus. Karena interaksi
imunoglobulin ini dengan antigen dapat melibatkan semua
tempat pengikatan antigen tersebut, maka
imunonoglobulin ini mempunyai tingkat afinitas yang
paling tinggi dibandingkan dengan semua imunoglobulin
lainnya.
4.

Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai (delta)

Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen


dan tidak dapat menembus plasenta. IgD terutama
ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan
berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan
untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan
sel B memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel leukemia
limfatik. Di dalam serum immunoglobulin ini hanya
terdapat dalam jumlah sedikit.
5.

Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai (epsilon)

Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan


biduran. Peranan IgE belum terlalu jelas. Di dalam serum,
konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik
jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama yang

disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar


dibandingkan dengan molekul IgG dan hanya mewakili
sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Daerah ekor
berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan,
ketika dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu
membebaskan histamine dan zat kimia lain yang
menyebabkan reaksi alergi.
Regio Fc dari IgE terikat pada reseptor pada permukaan sel
mast dan basofil. IgE yang terikat ini bertindak sebagai
reseptor antigen yang menstimulasi produksinya sehingga
terbentuk kompleks antigen-antibodi yang memicu
terjadinya respon alergi tipe cepat (anafilaksis) melalui
pelepasan mediator. Pada orang dengan hipersensivitas
alergi yang diperantarai antibodi tersebut, IgE meningkat
dengan cepat dan IgE dapat terdapat pada sekresi
eksternal. IgE serum juga meningkat secara tipikal selama
infeksi cacing.
Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin
dan papain menjadi beberapa fragmen yang mempunyai
sifat biologi yang khas. Perlakuan dengan pepsin dapat
memisahkan Fab2 dari daerah persambungan hinge
(engsel). Karena Fab2 adalah merupakan molekul bivalen
sehingga ia dapat mempresipitasi antigen. Enzim papain
dapat memutus daerah hinge diantara CH1 dan CH2 untuk
membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan
dengan reaksi antigen-antibodi dan juga satu non-antigenantibodi fragmen yaitu daerah fragmen kristalisabel (Fc).
Bagian Fc ini adalah glikosilat yang mempunyai banyak
fungsi efektor (yaitu: binding komplemen, binding dengan

sel reseptor pada makrofag dan monosit dan sebagainya)


dan dapat digunakan untuk membedakan satu klas
antibodi dengan lainnya.

F.

Sifat-Sifat Immunoglobulin

Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin


dan papain menjadi beberapa fragmen yang mempunyai
sifat biologi yang khas. Perlakuan dengan pepsin dapat
memisahkan Fab2 dari daerah persambungan hinge
(engsel). Karena Fab2 adalah merupakan molekul bivalen
sehingga ia dapat mempresipitasi antigen. Enzim papain
dapat memutus daerah hinge diantara CH1 dan CH2 untuk
membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan
dengan reaksi antigen-antibodi dan juga satu non-antigenantibodi fragmen yaitu daerah fragmen kristalisabel (Fc).
Bagian Fc ini adalah glikosilat yang mempunyai banyak
fungsi efektor (yaitu: binding komplemen, binding dengan
sel reseptor pada makrofag dan monosit dan sebagainya)
dan dapat digunakan untuk membedakan satu klas
antibodi dengan lainnya.

Ig
terbanya
k dalam
cairan
tubuh

Ig
utama
dalam
sekresi

Aglutinin
efektif
produksi dini
reaksi imun

Terdapat
pada
permukaan
limfosit bayi

Tim
infe
par
pen
ato

Ikatan
komplem
en

Tembus
plasenta

Melekat
pada
mast cell
dan sel
basofil

Daya
pelekatan
pada
makrofag

+/-

Sifat
utama

Sifat-sifat biologi lima kelas utama immunoglobulin


manusia
5. Vaksinasi dan Imunisasi
IgG

IgA

IgM

IgD
Dalam Bahasa Indonesia, penggunaan akhiran isasi bermakna proses, sehingga kata vaksinasi maupun
imunisasi menunjukkan suatu proses atau kegiatan.

Vaksin adalah bakteri dan virus yang telah


dilemahkan.
Jadi vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke
tubuh manusia dengan tujuan untuk mendapatkan
efek kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Imun merupakan istilah lain dari kekebalan tubuh.
Jadi imunisasi adalah proses untuk mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Dari pengertian tersebut bisa diketahui bahwa imunisasi


merupakan istilah yang lebih umum untuk proses
kekebalan tubuh, sedangkan vaksinasi adalah proses
imunisasi yang khusus menggunakan vaksin saja. Artinya
vaksinasi sudah adalah bagian dari imunisasi sedangkan
imunisasi belum tentu merupakan vaksinasi. proses lain itu
bisa secara alami seperti memberikan ASI pada bayi karena
ASI juga membantu meningkatkan kekebalan bayi, bisa
juga dilakukan secara buatan dengan bantuan tenaga
kesehatan. Ada juga istilah imunisasi aktif dan pasif.
Vaksinasi adalah contoh imunisasi aktif, disebut aktif
karena dengan proses ini tubuh manusia secara langsung
membuat antibodi, selain vaksinasi ada juga proses
imunisasi secara pasif yaitu dengan pemberian serum
(antibodi). Berbeda dengan vaksinasi, pada pemberian
serum, antibodi pada seseorang atau binatang yang telah
kebal terhadap suatu penyakit disuntikkan pada seseorang,
dan karena yang disuntik sudah berupa antibodi maka
tubuh tidak perlu belajar membuat antibodi, dan karena itu
pula tubuh tidak punya kemampuan memproduksi antibodi,
akibatnya orang yang diberi serum hanya kebal terhadap
penyakit dalam jangka waktu tertentu saja.

Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni
virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau
diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh,
sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk
antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan
virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi
selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus
atau bakteri tersebut.
Di Indonesia, imunisasi sangat penting untuk melindungi
bayi dari penyakit-penyakit menular yang bahkan bisa
membahayakan jiwa. (bayi dan anak dikelompokkan
menjadi dua. Kelompok pertama berisi jenis imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah melalui program
pengembangan imunisasi (PPI). Kelompok imunisasi yang
diwajibkan ini dibiayai seluruhnya oleh pemerintah. Oleh
karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa diperoleh
masyarakat luas secara gratis di Puskesmas dan Posyandu.
Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam
kelompok ini belum diwajibkan pemerintah.
Jenis-jenis Imunisasi

Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh


pemerintah dan bisa didapat secara gratis di Puskesmas
atau Posyandu:

Jenis Vaksin

BCG

Hepatitis B

Polio
DPT

Keterangan

(BIAS).
Campak

Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2


pada usia 6 tahun melalui program BIAS.

Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum


diwajibkan oleh pemerintah:

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak


lahir. Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan
tubuh terhadappenyakit tubercolocis (TBC). Apabila vaksin
Jenis Vaksin
BCG akan diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada
baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan
apabila hasil tuberkulin negatif.
Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu
Hib
12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3 hingga 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi
Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi ini untuk mencegah
penyakit Hepatitis B.
Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang
bisa menyebabkan kelumpuhan.
MMR
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga
penyakit ini sangat mudah menyerang bayi dan anak.
Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur lebih dari 6 minggu.
Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan (bersamaan)
Hepatitis A
dengan vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia
18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT
(tetanus) melalui program Bulan Imunisasi Anak SekolahTifoid

Keterangan
Pemberian Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B)
ditujukan untuk mencegah penyakit meningitis atau
radang selaput otak. Vaksin Hib diberikan mulai usia 2
bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke
vaksin lanjutannya adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat
diberikan secara terpisah ataupun kombinasi dengan
vaksin lain.
Vaksin MMR diberikan untuk mencegah penyakit
gondongan (mumps), campak (measles), dan campak
jerman (rubela). MMR dapat diberikan pada umur 12
bulan apabila belum mendapat imunisasi campak di
umur 9 bulan. Umur 6 tahun diberikan imunisasi
ulangannya.
Vaksin ini direkomendasikan pada usia diatas 2 tahun,
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6 sampai 12
bulan.
Vaksin Tifoid direkomendasikan untuk usia diatas 2

tahun. Imunisasi ini diulang setiap 3 tahun.

darah daging bisa di makan, maka jika hanya sebagai

Pneumokokus (PCV)

Apabila hingga usia di atas 1 tahun belum


katalisator sebagaimana penjelasan diatas serta tidak
mendapatkan PCV, maka vaksin diberikan sebanyak
2
dimakan
lebih layak lagi untuk dipergunakan atau minimal
kali dengan interval 2 bulan. Pada umur 2 hingga 5
sama.
tahun diberikan satu kali.

Influenza

Anak usia dibawah 8 tahun yang diimunisasi influenza


Perubahan Benda Najis atau Haram Menjadi Suci
untuk yang pertama kalinya direkomendasikan 2 dosis
dengan jarak minimal 4 minggu.
Kemudian ada istilah ( )istihalah yaitu perubahan
benda najis atau haram menjadi benda yang suci yang

Sebagian ulama berpendapat minimal tiga hari dan ada

telah berubah sifat dan namanya. Contohnya adalah kulit

juga yang berpendapat sampai aroma, rasa dan warna

bangkai yang najis dan haram jika disamak menjadi suci

najisnya hilang.

atau ataupun khamr jika menjadi cuka maka menjadi suci


misalnya dengan penyulingan. Pada enzim babi vaksin

Imam Abdurrazaq As-Shanani rahimahullah meriwayatkan,

tersebut telah berubah nama dan sifatnya atau bahkan

hanya sebagai katalisator pemisah, maka yang menjadi

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwasanya beliau


mengurung (mengkarantina) ayam yang biasa makan
barang najis selama tiga hari jika beliau ingin memakan
telurnya. (Mushannaf Abdurrazaq no. 8717)
Kalau saja binatang yang jelas-jelas bersatu langsung
dengan najis karena makanannya kelak akan menjadi

patokan adalah sifat benda tersebut sekarang.


Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan
masalah istihalah,















dan Allah Taala mengeluarkan benda yang suci dari


benda yang najis dan mengeluarkan benda yang najis dari
benda yang suci. Patokan bukan pada benda asalnya,

jika air mencapai dua qullah tidak mengandung najis

tetapi pada sifatnya yang terkandung pada benda tersebut

diriwayat yang lain- tidak najis (Bulughul Maram,

(saat itu). Dan tidak boleh menetapkan hukum najis jika

Bab miyah no.5)

telah hilang sifat dan berganti namanya. (Ilamul


muwaqqin an rabbil alamin)

Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator


yang sudah hilang melalui proses pencucian, pemurnian

Percampuran benda najis atau haram dengan benda


suci

dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya.


Jika Kita Berpendapat Vaksin Adalah Haram

Kemudian juga ada istilah ( )(istihlak yaitu


bercampurnya benda najis atau haram pada benda yang
suci sehingga mengalahkannya sifat najis baik rasa, warna
dan baunya. Misalnya hanya beberapa tetes khamr pada
air yang sangat banyak. Maka tidak membuat haram air
tersebut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,









Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun.
(Bulughul Maram, Bab miyah no.2)

Berdasarkan fatwa MUI bahwa vaksin haram tetapi boleh


digunakan jika darurat. Bisa dilihat diberbagai sumber
salah satunya cuplikan wawancara antara Hidayatullah dan
KH. Maruf Amin selaku Ketua Komisi Fatwa MUI halaman
23.
Berobat dengan yang Haram
Jika kita masih berkeyakinan bahwa vaksin haram, mari
kita kaji lebih lanjut. Bahwa ada kaidahfiqhiyah,

Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang

Kaidah ini dengan syarat:


1. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah
2. Digunakan sekadar mancukupi saja untuk memenuhi
kebutuhan

Jika ada yang berdalil dengan,



Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya.
Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu
yang haram (HR. Thabrani, hasan)

Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai


dengan syarat:

Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak


boleh berobat dengan benda-benda haram kecuali dalam

1. Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya


Adapun yang berdalil dengan daya tahan tubuh bisa

kondisi darurat, dengan syarat:


1. Penyakit tersebut penyakit yang harus diobati

dengan jamu, habbatussauda, madu (bukan berarti kami


merendahkan pengobatan nabi dan tradisional), maka kita
jawab itu adalah pengobatan yang bersifat umum tidak

2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat


pada penyakit tersebut.

spesifik, sebagaimana jika kita mengobati virus tertentu,


maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya
tahan tubuh, akan tetapi bisa sangat lama dan banyak
faktor. Bisa saja ia mati sebelum daya tahan tubuh

3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah


Hal ini berlandaskan pada kaidah fiqhiyah,

meningkat. Apalagi untuk jamaah haji syarat satu-satunya

adalah vaksin.
Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka
1. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator,
sekedar penggunaannya saja.

di ambil yang paling ringan

Dan Maha Benar Allah yang memang menciptakan


penyakit pasti ada obatnya, tidak ada obatnya sekarang
karena manusia belum menemukannya. Terbukti baru-baru
ini telah ditemukan vaksin meningitis yang halal, dan MUI
mengakuinya.

Anda mungkin juga menyukai