Anda di halaman 1dari 22

LAMPIRAN II.

02

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TANGGAL




STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PERNYATAAN NO. 01







PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

















www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

DAFTAR ISI

Paragraf

PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1-7
Tujuan ------------------------------------------------------------------------- 1
Ruang Lingkup --------------------------------------------------------------- 2-4
Basis Akuntansi -------------------------------------------------------------- 5-7
DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------- 8
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------- 9-12
TANGGUNGJAWAB PELAPORAN KEUANGAN -------------------------- 13
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ---------------------- 14-21
STRUKTUR DAN ISI -------------------------------------------------------------- 22-108
Pendahuluan ----------------------------------------------------------------- 22-23
Identifikasi Laporan Keuangan --------------------------------------- 24-28
Periode Pelaporan ------------------------------------------------------ 29-30
Tepat Waktu -------------------------------------------------------------- 31
Laporan Realisasi Anggaran --------------------------------------------- 32-37
Neraca ------------------------------------------------------------------------- 38-81
Neraca --------------------------------------------------------------------- 38
Klasifikasi ----------------------------------------------------------------- 39-47
Aset Lancar --------------------------------------------------------------- 48-49
Aset Nonlancar ---------------------------------------------------------- 50-60
Pengakuan Aset --------------------------------------------------------- 61-62
Pengukuran Aset -------------------------------------------------------- 63-68
Kewajiban Jangka Pendek -------------------------------------------- 69-71
Kewajiban Jangka Panjang ------------------------------------------- 72-74
Pengakuan Kewajiban ------------------------------------------------- 75-76
Pengukuran Kewajiban ------------------------------------------------ 77
Ekuitas Dana ------------------------------------------------------------- 78-81
Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam
Catatan atas Laporan Keuangan ------------------------------------- 82-84
Laporan Arus Kas ----------------------------------------------------------- 85-87
Laporan Kinerja Keuangan ----------------------------------------------- 88-94
Laporan Perubahan Ekuitas ---------------------------------------------- 95-96
Catatan atas Laporan Keuangan --------------------------------------- 97-106
Struktur -------------------------------------------------------------------- 97-100
Penyajian Kebijakan-Kebijakan Akuntansi ------------------------ 101-105
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya --------------------------- 106
TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------- 107

Lampiran :
Ilustrasi Lampiran II.02 PSAP 01.A : Contoh Format Neraca Pemerintah
Pusat
Ilustrasi Lampiran II.02 PSAP 01.B : Contoh Format Neraca Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 1
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN 1
PERNYATAAN NO. 01 2
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN 3
Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah 4
paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf 5
penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual 6
Akuntansi Pemerintahan. 7
PENDAHULUAN 8
T Tu uj ju ua an n 9
1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian 10
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) 11
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap 12
anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk 13
tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi 14
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai 15
tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka 16
penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan 17
persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun 18
dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, 19
belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, 20
kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan 21
transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam 22
standar akuntansi pemerintahan lainnya. 23
R Ru ua an ng g L Li in ng gk ku up p 24
2. Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan 25
disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, 26
belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan 27
pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. 28
3. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang 29
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan 30
pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, fihak 31
yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, 32
serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang 33
disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam 34
dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan 35
4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan 36
dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas 37
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 2
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan 1
keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan 2
negara/daerah. 3
B Ba as si is s A Ak ku un nt ta an ns si i 4
5. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan 5
pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, 6
transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, 7
kewajiban, dan ekuitas dana. 8
6. Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan 9
akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan 10
sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, 11
transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan 12
ekuitas dana. 13
7. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan 14
menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap 15
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas. 16
DEFINISI 17
8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam 18
Pernyataan Standar dengan pengertian: 19
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan 20
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan 21
pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut 22
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. 23
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana 24
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan 25
Perwakilan Rakyat Daerah. 26
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana 27
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan 28
Perwakilan Rakyat. 29
Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang 30
merupakan mandat yang diberikan kepada 31
Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran- 32
pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. 33
Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada 34
Bendahara Umum Negara/Daerah. 35
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh 36
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana 37
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat 38
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur 39
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang 40
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 3
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber- 1
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2
Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi 3
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam 4
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya 5
termasuk hak atas kekayaan intelektual. 6
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih 7
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah 8
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 9
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi 10
dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa 11
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 12
Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi 13
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau 14
dibayar. 15
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum 16
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode 17
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh 18
pembayarannya kembali oleh pemerintah. 19
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung 20
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat 21
dipenuhi dalam satu tahun anggaran. 22
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan 23
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. 24
Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ 25
pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan 26
akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada 27
entitas pelaporan. 28
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau 29
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang- 30
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa 31
laporan keuangan. 32
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat 33
ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial 34
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka 35
pelayanan kepada masyarakat 36
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat 37
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. 38
Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan 39
oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh 40
penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah. 41
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan 42
oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk 43
menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat. 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 4
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi- 1
konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh 2
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan 3
keuangan. 4
Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang 5
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan 6
bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki. 7
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang 8
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi 9
pemerintah 10
Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang 11
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan 12
sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal. 13
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di 14
antara dua laporan keuangan tahunan. 15
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas. 16
Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam 17
menyajikan laporan keuangan. 18
Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji 19
suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian 20
pengguna yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas 21
tergantung pada hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang 22
dipertimbangkan dari keadaan khusus di mana kekurangan atau salah 23
saji terjadi. 24
Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar 25
fihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi 26
wajar. 27
Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan 28
anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan 29
bagi instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara 30
Umum Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran 31
selama periode otorisasi tersebut. 32
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar 33
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada 34
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran 35
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama 36
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus 37
anggaran. 38
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum 39
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode 40
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan 41
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. 42
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan 43
kapasitas dan manfaat dari suatu aset. 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 5
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan 1
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, 2
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan 3
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 4
Piutang transfer adalah hak suatu entitas pelaporan untuk menerima 5
pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat peraturan 6
perundang-undangan. 7
Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan 8
uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara 9
Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan 10
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral. 11
Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan 12
uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk 13
menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh 14
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 15
Selisih kurs adalah selisih yang timbul karena penjabaran mata uang 16
asing ke rupiah pada kurs yang berbeda. 17
Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap 18
dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang 19
signifikan. 20
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih 21
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD 22
selama satu periode pelaporan. 23
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan 24
belanja selama satu periode pelaporan. 25
Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode 26
pelaporan. 27
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas 28
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana 29
perimbangan dan dana bagi hasil. 30
Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk 31
melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan 32
perundang-undangan. 33
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN 34
9. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur 35
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang 36
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan 37
keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi 38
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan 39
suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna 40
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai 41
alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan 42
keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang 43
berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 6
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang 1
dipercayakan kepadanya, dengan: 2
a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, 3
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; 4
b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya 5
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; 6
c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan 7
sumber daya ekonomi; 8
d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap 9
anggarannya; 10
e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai 11
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; 12
f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai 13
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; 14
g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan 15
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. 16
10. Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai 17
peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang 18
berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang 19
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumberdaya yang 20
dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan 21
ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga 22
menyajikan informasi bagi pengguna mengenai: 23
a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai 24
dengan anggaran; dan 25
b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan 26
ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD. 27
11. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan 28
menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: 29
a. aset; 30
b. kewajiban; 31
c. ekuitas dana; 32
d. pendapatan; 33
e. belanja; 34
f. transfer; 35
g. pembiayaan; dan 36
h. arus kas. 37
12. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk 38
memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraf 9, namun tidak 39
dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk 40
laporan nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan 41
keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai 42
aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode. 43
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 7
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN 1
13. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan 2
berada pada pimpinan entitas. 3
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN 4
14. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set 5
laporan keuangan pokok adalah: 6
a) Laporan Realisasi Anggaran; 7
b) Neraca; 8
c) Laporan Arus Kas; dan 9
d) Catatan atas Laporan Keuangan. 10
15. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut 11
disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang 12
hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 13
16. Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang 14
ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau sebagai 15
kuasa bendaharawan umum negara/daerah. 16
17. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber 17
daya ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan 18
arus sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan 19
pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas 20
pelaporan dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa 21
mendatang. 22
18. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran 23
dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan 24
menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah 25
diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. 26
Laporan Realisasi Anggaran memuat anggaran dan realisasi. 27
19. Entitas pelaporan menyajikan informasi tambahan untuk 28
membantu para pengguna dalam memperkirakan kinerja keuangan entitas 29
dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi 30
keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi. Informasi tambahan ini 31
termasuk rincian mengenai output entitas dan outcomes dalam bentuk 32
indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan 33
laporan lain mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode 34
pelaporan. 35
20. Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu 36
entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan 37
berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. 38
21. Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan 39
terhadap anggaran. 40
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 8
STRUKTUR DAN ISI 1
Pendahuluan 2
22. Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan 3
tertentu pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan 4
pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau 5
dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format 6
sebagai lampiran standar ini yang dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan 7
sesuai dengan situasi masing-masing. 8
23. Pernyataan Standar ini menggunakan istilah pengungkapan 9
dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap 10
lembar muka laporan keuangan maupun dalam Catatan atas Laporan 11
Keuangan. Pengungkapan yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar 12
Akuntansi Pemerintahan lainnya disajikan sesuai dengan ketentuan dalam 13
standar tersebut. Kecuali ada standar yang mengatur sebaliknya, 14
pengungkapan yang demikian dibuat pada lembar muka laporan keuangan 15
yang relevan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 16
Identifikasi Laporan Keuangan 17
24. Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara 18
jelas dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. 19
25. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan hanya 20
berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain yang 21
disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh 22
karena itu, penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi 23
yang disajikan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi 24
lain, namun bukan merupakan subyek yang diatur dalam Pernyataan 25
Standar ini. 26
26. Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara 27
jelas. Di samping itu, informasi berikut harus dikemukakan 28
secara jelas dan diulang pada setiap halaman laporan bilamana 29
perlu untuk memperoleh pemahaman yang memadai atas 30
informasi yang disajikan: 31
a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya; 32
b) cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau 33
konsolidasian dari beberapa entitas pelaporan; 34
c) tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, 35
yang sesuai dengan komponen-komponen laporan keuangan; 36
d) mata uang pelaporan; dan 37
e) tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada 38
laporan keuangan. 39
27. Persyaratan dalam paragraf 26 dapat dipenuhi dengan 40
penyajian judul dan judul kolom yang singkat pada setiap halaman laporan 41
keuangan. Berbagai pertimbangan digunakan untuk pengaturan tentang 42
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 9
penomoran halaman, referensi, dan susunan lampiran sehingga dapat 1
mempermudah pengguna dalam memahami laporan keuangan. 2
28. Laporan keuangan seringkali lebih mudah dimengerti 3
bilamana informasi disajikan dalam ribuan atau jutaan rupiah. Penyajian 4
demikian ini dapat diterima sepanjang tingkat ketepatan dalam penyajian 5
angka-angka diungkapkan dan informasi yang relevan tidak hilang. 6
Periode Pelaporan 7
29. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali 8
dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan 9
suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan 10
disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau 11
lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan 12
mengungkapkan informasi berikut: 13
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun, 14
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti 15
arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. 16
30. Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus 17
mengubah tanggal pelaporannya, misalnya sehubungan dengan adanya 18
perubahan tahun anggaran. Pengungkapan atas perubahan tanggal 19
pelaporan adalah penting agar pengguna menyadari kalau jumlah-jumlah 20
yang disajikan untuk periode sekarang dan jumlah-jumlah komparatif tidak 21
dapat diperbandingkan. Contoh selanjutnya adalah dalam masa transisi dari 22
akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah tanggal 23
pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas pelaporan 24
untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian. 25
26
Tepat Waktu 27
31. Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan 28
tidak tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal 29
pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu 30
entitas pelaporan bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan 31
pelaporan yang tepat waktu. Batas waktu penyampaian laporan selambat- 32
lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. 33
Laporan Realisasi Anggaran 34
32. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan 35
keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan 36
terhadap APBN/APBD. 37
33. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, 38
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh 39
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan 40
34. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang- 41
kurangnya unsur-unsur sebagai berikut: 42
a) pendapatan; 43
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 10
b) belanja; 1
c) transfer; 2
d) surplus/defisit; 3
e) pembiayaan; 4
f) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. 5
35. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan 6
perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode 7
pelaporan. 8
36. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam 9
Catatan atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang 10
mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, 11
sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan 12
realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang 13
dianggap perlu untuk dijelaskan. 14
37. PSAP No. 02 mengatur persyaratan-persyaratan untuk 15
penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan pengungkapan informasi terkait. 16
Neraca 17
38. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas 18
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 19
tertentu. 20
Klasifikasi 21
39. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya 22
dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya 23
menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. 24
40. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset 25
dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan 26
diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal 27
pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau 28
dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. 29
41. Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang 30
yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu 31
adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca 32
untuk memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan 33
dalam periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk 34
keperluan jangka panjang. 35
42. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban 36
keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas 37
pelaporan. Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan 38
kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk 39
mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar 40
dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka 41
panjang. 42
43. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos 43
berikut: 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 11
a) kas dan setara kas; 1
b) investasi jangka pendek; 2
c) piutang pajak dan bukan pajak; 3
d) persediaan; 4
e) investasi jangka panjang; 5
f) aset tetap; 6
g) kewajiban jangka pendek; 7
h) kewajiban jangka panjang; 8
i) ekuitas dana. 9
44. Pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 43 10
disajikan dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan 11
mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan 12
secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan. 13
45. Contoh format Neraca disajikan dalam Lampiran III.A dan III.B 14
Standar ini. Lampiran hanya merupakan ilustrasi dan bukan merupakan 15
bagian dari standar. Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan 16
standar untuk membantu dalam pelaporan keuangan. 17
46. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah 18
didasarkan pada faktor-faktor berikut ini: 19
a) Sifat, likuiditas, dan materialitas aset; 20
b) Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan; 21
c) Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban. 22
47. Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan fungsi 23
kadang-kadang diukur dengan dasar pengukuran yang berbeda. Sebagai 24
contoh, sekelompok aset tetap tertentu dicatat atas dasar biaya perolehan 25
dan kelompok lainnya dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan. 26
Aset Lancar 27
48. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika: 28
a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk 29
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, 30
atau 31
b) berupa kas dan setara kas. 32
Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan 33
sebagai aset nonlancar. 34
49. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka 35
pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara 36
lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga 37
yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, 38
retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya 39
yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal 40
pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan 41
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis 42
kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan 43
barang bekas pakai seperti komponen bekas. 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 12
Aset Nonlancar 1
50. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka 2
panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau 3
tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan 4
masyarakat umum. 5
51. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka 6
panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya untuk 7
mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar 8
yang disajikan di neraca. 9
52. Investasi jangka panjang adalah investasi yang 10
dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. 11
Investasi jangka panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan 12
investasi permanen. 13
53. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang 14
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. 15
54. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang 16
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. 17
55. Investasi nonpermanen terdiri dari: 18
a) Pembelian Surat Utang Negara; 19
b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan 20
kepada fihak ketiga; dan 21
c) Investasi nonpermanen lainnya 22
56. Investasi permanen terdiri dari: 23
a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/perusahaan 24
daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, 25
badan internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara. 26
b) Investasi permanen lainnya. 27
57. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa 28
manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan 29
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 30
58. Aset tetap terdiri dari: 31
a) Tanah; 32
b) Peralatan dan mesin; 33
c) Gedung dan bangunan; 34
d) J alan, irigasi, dan jaringan; 35
e) Aset tetap lainnya; dan 36
f) Konstruksi dalam pengerjaan. 37
59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk 38
menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak 39
dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci 40
menurut tujuan pembentukannya. 41
60. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset 42
lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak 43
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 13
berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo 1
lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan aset kerjasama dengan 2
fihak ketiga (kemitraan). 3
Pengakuan Aset 4
61. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa 5
depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau 6
biaya yang dapat diukur dengan andal. 7
62. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya 8
dan/atau kepenguasaannya berpindah. 9
Pengukuran Aset 10
63. Pengukuran aset adalah sebagai berikut: 11
a) Kas dicatat sebesar nilai nominal; 12
b) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan; 13
c) Piutang dicatat sebesar nilai nominal; 14
d) Persediaan dicatat sebesar: 15
(1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; 16
(2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; 17
(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti 18
donasi/rampasan. 19
64. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan 20
termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk 21
memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut; 22
65. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila 23
penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan 24
tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada 25
nilai wajar pada saat perolehan. 26
66. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh 27
aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset 28
tersebut. 29
67. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara 30
swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan 31
baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan 32
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, 33
dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan 34
pembangunan aset tetap tersebut. 35
68. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan 36
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang 37
asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal 38
neraca. 39
Kewajiban Jangka Pendek 40
69. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban 41
jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua 42
belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban 43
lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 14
70. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara 1
yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka 2
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada 3
pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset 4
lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. 5
71. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh 6
tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal 7
pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari 8
fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian 9
lancar utang jangka panjang. 10
Kewajiban Jangka Panjang 11
72. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan 12
kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban 13
tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 14
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika: 15
a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) 16
bulan; 17
b) entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut 18
atas dasar jangka panjang; dan 19
c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian 20
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali 21
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan 22
disetujui. 23
J umlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka 24
pendek sesuai dengan paragraf ini, bersama-sama dengan informasi 25
yang mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas 26
Laporan Keuangan. 27
73. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada 28
tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali 29
(refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan 30
entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap 31
dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk 32
menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan 33
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun 34
dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak 35
berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya 36
persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak 37
dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini 38
diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali 39
penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum 40
persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi 41
kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang. 42
74. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan 43
tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka 44
panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on 45
demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi 46
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 15
keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, 1
kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka 2
panjang hanya jika: 3
a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan 4
sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan 5
b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua 6
belas) bulan setelah tanggal pelaporan. 7
Pengakuan Kewajiban 8
75. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa 9
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau 10
telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada 11
sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut 12
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan 13
andal. 14
76. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau 15
pada saat kewajiban timbul. 16
Pengukuran Kewajiban 17
77. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam 18
mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata 19
uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan 20
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. 21
Ekuitas Dana 22
78. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan secara terpisah 23
dalam Neraca atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan: 24
a) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran 25
/saldo anggaran lebih; 26
b) Ekuitas Dana Investasi; 27
c) Ekuitas Dana Cadangan. 28
79. Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan 29
kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa 30
lebih pembiayaan anggaran, cadangan piutang, cadangan 31
persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk 32
pembayaran utang jangka pendek. 33
80. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah 34
yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan 35
aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. 36
81. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah 37
yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang- 38
undangan. 39
Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam Catatan 40
atas Laporan Keuangan 41
82. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam 42
Neraca maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan 43
subklasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan 44
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 16
dengan cara yang sesuai dengan operasi entitas yang 1
bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut, 2
bilamana perlu, sesuai dengan sifatnya. 3
83. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di 4
Catatan atas Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan 5
dari Standar Akuntansi Pemerintahan dan materialitas jumlah 6
pos yang bersangkutan. Faktor-faktor yang disebutkan dalam 7
paragraf 84 dapat digunakan dalam menentukan dasar bagi 8
subklasifikasi. 9
84. Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya: 10
(a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak 11
terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut 12
sumbernya; 13
(b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur 14
akuntansi untuk persediaan; 15
(c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar 16
yang mengatur tentang aset tetap; 17
(d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya; 18
(e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya; 19
(f) komponen ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, 20
ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan; 21
(g) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan 22
negara/daerah/lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat 23
pengendalian dan metode penilaian. 24
Laporan Arus Kas 25
85. Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, 26
penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, 27
dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. 28
86. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan 29
aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, 30
dan nonanggaran. 31
87. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang 32
berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan 33
Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan 34
Arus Kas. 35
Laporan Kinerja Keuangan 36
88. Suatu entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis 37
akrual sebagaimana dimaksud pada paragraf 20 maka 38
laporan keuangan pokok dilengkapi dengan Laporan 39
Kinerja Keuangan. Laporan Kinerja Keuangan sekurang- 40
kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut: 41
a) Pendapatan dari kegiatan operasional; 42
b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi; 43
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 17
c) Surplus atau defisit. 1
Penambahan pos-pos, judul dan subtotal disajikan dalam Laporan 2
Kinerja Keuangan jika standar ini mensyaratkannya, atau jika diperlukan 3
untuk menyajikan dengan wajar kinerja keuangan suatu entitas 4
pelaporan. 5
89. Dalam hubungannya dengan Laporan Kinerja Keuangan, 6
kegiatan operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis 7
menurut klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi/program 8
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 9
90. Penambahan pos-pos pada Laporan Kinerja Keuangan dan 10
deskripsi yang digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah 11
apabila diperlukan untuk menjelaskan kinerja. Faktor-faktor 12
yang perlu dipertimbangkan meliputi materialitas dan sifat serta 13
fungsi komponen pendapatan dan beban. 14
91. Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis menurut 15
suatu klasifikasi beban, beban-beban dikelompokkan menurut 16
klasifikasi ekonomi (sebagai contoh beban 17
penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban 18
transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai), dan tidak 19
direalokasikan pada berbagai fungsi dalam suatu entitas 20
pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan dalam 21
kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi 22
beban operasional pada berbagai fungsi. 23
92. Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis menurut 24
klasifikasi fungsi, beban-beban dikelompokkan menurut 25
program atau yang dimaksudkannya. Penyajian laporan ini 26
memberikan informasi yang lebih relevan bagi pemakai 27
dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi, 28
walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-fungsi 29
adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar pertimbangan 30
tertentu. 31
93. Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut 32
klasifikasi fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi 33
beban menurut klasifikasi ekonomi, a.l. meliputi beban 34
penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan pegawai, dan 35
beban bunga pinjaman. 36
94. Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi 37
fungsi tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang- 38
undangan, serta hakikat organisasi. Kedua metode ini dapat 39
memberikan indikasi beban yang mungkin, baik langsung 40
maupun tidak langsung, berbeda dengan output entitas 41
pelaporan bersangkutan. Karena penerapan masing-masing 42
metode pada entitas yang berbeda mempunyai kelebihan 43
tersendiri, maka standar ini memperbolehkan entitas pelaporan 44
memilih salah satu metode yang dipandang dapat menyajikan 45
unsur kinerja secara layak. 46
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 18
Laporan Perubahan Ekuitas 1
95. Suatu entitas pelaporan yang menyajikan Laporan 2
Perubahan Ekuitas sebagaimana dimaksud pada paragraf 3
20 maka menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: 4
a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran; 5
b) Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti 6
diisyaratkan dalam standar-standar lainnya, yang diakui secara 7
langsung dalam ekuitas; 8
c) Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi 9
kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu standar terpisah. 10
96. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan dalam 11
lembar muka laporan atau dalam Catatan atas Laporan 12
Keuangan : 13
a) Saldo ekuitas pada awal periode dan pada tanggal pelaporan, serta 14
perubahannya selama periode berjalan. 15
b) Apabila komponen ekuitas diungkapkan secara terpisah, 16
rekonsiliasi antara nilai tiap komponen ekuitas dana pada awal dan 17
akhir periode mengungkapkan masing-masing perubahannya secara 18
terpisah. 19
Catatan atas Laporan Keuangan 20
Struktur 21
97. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami 22
dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas 23
lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan sekurang- 24
kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut: 25
a) informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, 26
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut 27
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 28
b) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; 29
c) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan 30
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas 31
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; 32
d) pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar 33
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka 34
laporan keuangan; 35
e) pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang 36
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas 37
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan 38
basis kas; 39
f) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, 40
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. 41
g) daftar dan skedul. 42
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 19
98. Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara 1
sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan 2
Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi 3
terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 4
99. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau 5
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang 6
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan 7
Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas 8
Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang 9
diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi 10
Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya 11
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan 12
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen- 13
komitmen lainnya. 14
100. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk 15
mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam 16
Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya informasi tingkat 17
bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan 18
informasi jatuh tempo surat-surat berharga. 19
Penyajian Kebijakan-kebijakan Akuntansi 20
101. Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan 21
Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini: 22
(a) basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan 23
keuangan; 24
(b) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan 25
dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Standar Akuntansi 26
Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan 27
(c) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk 28
memahami laporan keuangan. 29
102. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basisbasis 30
pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian 31
laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran 32
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka 33
informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat 34
mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis 35
pengukuran tersebut. 36
103. Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu 37
diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah 38
pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk 39
memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan 40
keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu 41
dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas 42
pada, hal-hal sebagai berikut: 43
(a) Pengakuan pendapatan; 44
(b) Pengakuan belanja; 45
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

LAMPIRAN II.02 PSAP 01 - 20
(c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian; 1
(d) Investasi; 2
(e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak 3
berwujud; 4
(f) Kontrak-kontrak konstruksi; 5
(g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran; 6
(h) Kemitraan dengan fihak ketiga; 7
(i) Biaya penelitian dan pengembangan; 8
(j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri; 9
(k) Dana cadangan; 10
(l) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai. 11
104. Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat 12
kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam 13
Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi 14
untuk pengakuan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib 15
(nonreciprocal revenue), penjabaran mata uang asing, dan perlakuan 16
akuntansi terhadap selisih kurs. 17
105. Kebijakan akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai 18
pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya 19
tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan 20
akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam 21
Pernyataan Standar ini. 22
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya 23
106. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut 24
ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun 25
dari laporan keuangan, yaitu: 26
i. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana 27
entitas tersebut beroperasi; 28
ii. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; 29
iii. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan 30
operasionalnya. 31
TANGGAL EFEKTIF 32
107. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat 33
diberlakukan untuk laporan keuangan atas 34
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai 35
dengan tahun anggaran 2014. 36
www.djpp.depkumham.go.id
d
j
p
p
.
d
e
p
k
u
m
h
a
m
.
g
o
.
i
d

Anda mungkin juga menyukai