Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHUULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI


A. PENGERTIAN
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran
jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi
beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika. (Corwin, . !. "##$).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat ( se%ara umum pada pria lebih tua dari &# tahun )
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius. ( 'obbin, "##$)
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai
sekarang belum diketahui. (amun yang pasti kelenjar prostat
sangat tergantung pada hormon androgen. )aktor lain yang
erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan *da
beberapa fa%tor kemungkinan penyebab antara lain. (Corwin, . !.
"##)+
,. -ihydrotestosteron
Peningkatan & alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasi .
". Perubahan keseimbangan hormon estrogen . testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon
estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan
1
hiperplasi stroma.( 'ab, /. "##0)
1. 2nteraksi stroma . epitel
Peningkatan epidermal gorwth fa%tor atau fibroblast
growth fa%tor dan penurunan transforming growth fa%tor
beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.( 'ab, /.
"##0)
3. Berkurangnya sel yang mati
strogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
&. /eori sel stem
4el stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit.
2
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan usia

5etidakseimbangan produksi hormon eksterogen, progesteron
5adar testosteron menurun kadar eksterogen meningkat
6empengaruhi '(* dalam inti sel hiperplasi sel stoma pada jaringan
Poliferasi sel prostat
BPH
Pre.7p pasien kurang informasi ansietas post.op
5esehatan 8pengobatan
obstruksi saluran kemih yang bermuara 2nsisi prostatektomi pemasangan kateter
di 9esika urinaria terputusnya kontinuitas jaringan
penebalan otot destrusor penurunan pertahanan tubuh
dekompensasi otot destrusor
akumulasi urine di 9esika
'esiko infeksi
'esiko infeksi
3
sudar berkemih /tidak lan%ar peregangan :; penumpukan urine yang lama
lebih besar pada kapasitas di 9esika urinaria
pertumbuhan mi%roorganisme
'etensi ;rin
(yeri akut
'esiko infeksi
4
D. GEJALA BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA
<ejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai 4yndroma Prostatisme. 4yndroma Prostatisme dibagi menjadi
dua yaitu.( 'obbin and Cotran, "##$) +
,. <ejala 7bstruktif yaitu +
a. Hesitansi yaitu memulai ken%ing yang lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot
destrussor buli.buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intra9esikal guna mengatasi adanya
tekanan dalam uretra prostatika. ( <ra%e, Pier%e *. "##=)
b. 2ntermiten%y yaitu terputus.putusnya aliran ken%ing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra 9esika sampai berakhirnya miksi.
%. /erminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir ken%ing.
d. Pan%aran lemah + kelemahan kekuatan dan kaliber pan%aran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
e. 'asa tidak puas setelah berakhirnya buang air ke%il dan terasa
belum puas.
". <ejala 2ritasi yaitu .( 'obbin, "##$) +
a. ;rgen%y yaitu perasaan ingin buang air ke%il yang sulit ditahan.
b. )rekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari ((o%turia) dan pada siang hari.
%. -isuria yaitu nyeri pada waktu ken%ing.
E. DIAGNOSIS
;ntuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa %ara antara
lain
,. *namnesa
5umpulan gejala pada BPH dikenal dengan >;/4 (>ower
;rinary /ra%t 4ymptoms) antara lain+ hesitansi, pan%aran urin
lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah
miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa
urgensi, frekuensi serta disuria.
5
". Pemeriksaan )isik
-ilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.
(adi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin
akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis
sampai syok . septik.
1. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah
supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. 4aat palpasi
terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi.
Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.
3. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose
meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
(<ra%e, Pier%e *. "##=)
&. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
?. 'e%tal tou%h / pemeriksaan %olok dubur bertujuan untuk
menentukan konsistensi sistim persarafan unit 9esiko uretra dan
besarnya prostat. -engan re%tal tou%her dapat diketahui derajat
dari BPH, yaitu +
a). -erajat 2 @ beratnya "# gram.
b).-erajat 22 @ beratnya antara "# A 3# gram.
%). -erajat 222 @ beratnya > 3# gram.
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium untuk pasien BPH adalah ( 'obbin, "##$) +
,. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan
kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan
umum klien.
". Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
1. P4* (Prostatik 4pesifi% *ntigen) penting diperiksa sebagai
kewaspadaan adanya keganasan. ('obbin and Cotran, "##$)
3. Pemeriksaan ;roflowmetri
4alah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pan%aran urin.
4e%ara obyektif pan%aran urin dapat diperiksa dengan
uroflowmeter dengan penilaian (4%hwartB, "##?) +
a. )low rate maksimal > ,& ml / dtk @ non obstruktif.
6
b. )low rate maksimal ,# A ,& ml / dtk @ border line.
%. )low rate maksimal < ,# ml / dtk @ obstruktif.
&. Pemeriksaan 2maging dan 'ontgenologik
?. B7) (Buik 79erBi%h ) +;ntuk melihat adanya batu dan
metastase pada tulang.
=. ;4< (;ltrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi,
9olume dan besar prostat juga keadaan buli A buli termasuk
residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan se%ara transrektal,
transuretral dan supra pubik. ('obbin and Cotran, "##$)
0. 2:P (Pyelografi 2ntra9ena)
-igunakan untuk melihat fungsi eCkresi ginjal dan adanya
hidronefrosis.
$. Pemeriksaan Panendoskop
;ntuk mengetahui keadaan uretra dan buli A buli.
E. PENATALAKSANAAN
6odalitas terapi BPH adalah ( 'obbin, "##$) +
,. 7bser9asi
Daitu pengawasan berkala pada klien setiap 1 A ? bulan kemudian
setiap tahun tergantung keadaan klien.
". 6edikamentosa
/erapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang,
dan berat tanpa disertai penyulit. 7bat yang digunakan berasal
dari+ phitoterapi (misalnya+ HipoCis rosperi, 4erenoa repens, dll),
gelombang alfa blo%ker dan golongan supresor androgen. (6orton,
<allo, Hudak. "#,")
1. Pembedahan
2ndikasi pembedahan pada BPH adalah (4%hwartB, "##?) +
a. 5lien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi
urin akut.
b. 5lien dengan residual urin > ,## ml.
%. 5lien dengan penyulit.
d. /erapi medikamentosa tidak berhasil.
e. )lowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan ( Prin%e, -kk. "##?) +
7
a. /;'P (/rans ;retral 'eseksi Prostat $# . $& E )
b. 'etropubi% *tau Ctra9esi%al Prostate%tomy
%. Perianal Prostate%tomy
d. 4uprapubi% *tau /ran9esi%al Prostate%tomy
3. *lternatif lain (misalnya+ 5riyoterapi, Hipertermia, /ermoterapi,
/erapi ;ltrasonik. (<raber, "##?)
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
-iagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut +
Pre 7perasi ((*(-*. "#,#) +
,. 7bstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih unmtuk berkontraksi se%ara adekuat.
". (yeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli A buli,
distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
1. 'esiko tinggi kekurangan %airan berhubungan dengan pas%a obstruksi
diuresis..
3. *nsietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah
&. 5urang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Post 7perasi ((*(-*. "#,#)+
,. (yeri berhubungan dengan spasmus kandung
kemih dan insisi sekunder pada /;'.P
". 'esiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur in9asif+ alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung
kemih sering.
1. 'esiko tinggi %idera+ perdarahan berhubungan
dengan tindakan pembedahan
3. 'esiko tinggi disfungsi seksual berhubungan
dengan ketakutan akan impoten akibat dari /;'.P.
&. 5urang pengetahuan+ tentang /;'.P
berhubungan dengan kurang informasi
?. <angguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
8
sebagai efek pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, . !. "##$. Buku Saku Patofiologi 3 jilid Revisi. !akarta+ <C
-a9ey, Patri%k. "##?. At A Glance. !akarta + <C
<raber, *. 6ark. -55. "##?. Buku Saku Keluarga, University Of
O!A."d.3. !akarta + <C
<ra%e, Pier%e *. "##=. At A Glance, l#u $eda%. "d. 3. !akarta + <C
6orton, <allo, Hudak. "#,". Ke&era'atan Kritis (volu#e ) *an + "d.,.
-akarta+ <C
(*(-*. "#,#. *iagnostis Ke&era'atan *efinisi *an Klasifikasi +.)+/+.)0.
-akarrta + <C
Prin%e, -an 4yl9ia *nderson -kk. "##?. Patofisiologi Konse& Klinik Proses
Proses Penyakit. "d.1 (olu#e )dan +. !akarta + <C
'obbin and Cotran. "##$. Buku Saku *asar Patologis Penyakit. "d.2.
!akarta + <C
'ab, /. "##0. Agenda Ga'at *arurat 3critical care 4. Bandung + Penerbit P/.
*lumni
4%hwartB ."##?. ntisari Prinsi& Prinsi&, l#u Beda%. "d. 1. !akarta + <C
9

Anda mungkin juga menyukai