Anda di halaman 1dari 16

BAB I

CASE

Laporan Kasus Pasien
1.1 Identitas Pasien :
Nama : Ny. M
Umur : 54 tahun
Alamat : Pagelaran kepanjen
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Status : M
Pendidikan : SD

1.1.1 ANAMNESA
1. Masuk rumah sakit tanggal : 28 Februari 2011
2. Datang dikirim oleh : Poli OBG
3. Keluhan utama : Perut membesar
4. Keluhan penyerta :
Pasien datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu, awalnya terasa
terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri perut yang hilang
timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi lebih banyak dan
disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-), muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien
juga mengeluh nyeri pinggang.
5. Riwayat menstruasi :
Menarche = usia 12 tahun
HPHT = 21 februari 2011
6. Riwayat perkawinan : Menikah 1x, usia 25 tahun, lama 34 tahun
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Anak 1 =perempuan, persalinan normal, di dukun
Anak 2 = perempuan, persalinan normal, di dukun
Anak 3 = laki-laki, persalinan normal, di dukun
8. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi : pil KB, lama 3 tahun
IUD, lama 2 tahun
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : solid ovarian mass 2010 MRS di
RSUD
10. Riwayat penyakit keluarga : -
11. Riwayat kebiasaan : -
12. Riwayat pengobatan : -

1.1.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. a. Status present
Keadaan umum : cukup
Tekanan darah : 130/80 mmHg, nadi : 62 x/mnt, suhu : 36,5C
RR : 20 x/mnt
1. b. Pemeriksaan umum
Kulit : cianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (-)
Kepala :
Mata : anemi +/+, ikterik -/-, edema palpebra -/-
Wajah : simetris
Mulut : stomatitis (-), hiperemi pharing (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tonsil (-)
Thorax :
Paru : Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan normal, retraksi costae -
/-
Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kel. Axilla -/-
Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, Wh -/-, Rh -/-
Jantung : inspeksi : iktus cordis tak teraba
Palpasi : thrill -/-
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung regular
Abdomen : inspeksi : flat -, distensi -, gambaran pembuluh darah collateral
Palpasi pembesaran uterus +, TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +,
mobile, ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg
Perkusi : pekak pada bagian massa
Auskultasi : bising usus + normal
Ekstremitas : edema -/-
1. c. Status obstetri
Pemeriksaan luar
TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, ukuran besar massa
seperti usia kehamilan 18-20 mgg
Pemeriksaan dalam
Pengeluaran pervaginam : flek-flek perdarahan
Fluxus : -
Fluor : -
Corpus uteri : teraba massa solid keras
OUE : menutup
Adnexa parametrium : teraba massa solid keras
Ukuran massa : sulit menentukan ukuran besarnya massa
Cavum douglass : penonjolan (-)
1.2 RINGKASAN
Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu,
awalnya terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri
perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi
lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-), muntah (-), perdarahan dari
jalan lahir (+), Pasien juga mengeluh nyeri pinggang
Pemeriksaan fisik : Abdomen : Palpasi pembesaran uterus +, TFU setinggi pusat, teraba
massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20
mgg
Perkusi : redup di abdomen kuadran bawah
Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +,
mobile, Ukuran massa ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg
Pemeriksaan obstetric dalam : Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba massa solid
keras
Hasil USG tgl 29/11/2010
Uterus : Terdesak massa,ukuran dan bentuk dalam batas normal
Tak tampak massa/GS
Endometrium baik.
Tampak massa solid inhomogen, batas tegas ukuran > 13,2 x 11, 7 x 13 cm.
Kesimpulan : Solid Ovarial Mass
Hasil lab. Tgl 22 februari 2011
Hb 7,8 gr/dL
Leukosit 6500 /ul
Trombosit 200.000/ul
Masa perdarahn 200
Masa pembekuan 1100
GD 117 mg/dL
DIAGNOSIS
Tumor Ovarium

1.3 RENCANA TINDAKAN
Infuse
Transfusi PRC
Antibiotic
Operasi
Follow up tgl 28 Feb. 2011
S = nyeri perut (+)
O = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 82, S = 36C
Status obstetric : palpasi = TFU setinggi pusat, VT pembukaan (-),Corpus uteri dan adnexa
parametrium teraba massa solid keras, PPV (+)
Lab. Hb 7,3 gr/dL
A = tumor ovarium
P = R/ Infus RL fl No. II
Simm
R/ transfuse PRC
Simm
R/ inj. ceftazidim fl No. II
Simm
Follow up tgl 01 Maret 2011
S = perut terasa nyeri
O = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 88, S = 36C
Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba
massa solid keras, PPV (+)
Lab. Cek Hb
A = tumor ovarium
P = R/ transfuse PRC
Simm
R/ inj. Ceftazidim fl No. II
Simm
Follow up tgl 02 Maret 2011
S = perut nyeri (+)
O = vital sign : T = 140/90 mmHg, N = 82, S = 36C
Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba
massa solid keras, PPV (+)
Lab. Hb 10,6 gr/dL
A = tumor ovarium
P = R/ infuse RL fl No. II
Simm
Follow up tgl 03 Maret 2011
S = operasi
O = vital sign : T = 160/80 mmHg, N = 86, S = 36C
Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, eksplorasi uterus uk massa 25x23x20 cm,
konsistensi keras padat, mobile, adnexa parametrium massa (-).
A = uterus myomatosus
P = R/ infuse RL fl No. II
Simm
Follow up tgl 04 maret 2011
S = nyeri post operasi total abdominal hysterectomy + bisalpingooforokistektomi
(uterine and adnexal procedure)
O = vital sign : T = 150/90 mmHg, N = 78, S = 36C
Status obstetric : palpasi TFU (-), massa konsistensi keras padat(-), PPV (-)
Lab. Cek Hb
A = uterus myomatosus (post TAH+BSO)
P = R/ Inj. Ceftazidim Fl No. III
Simm
R/ Inj. Kalnex fl No. III
Simm
R/ Inj. Teranol fl No. III
Simm
R/ Transfusi WB 2 labu
Simm
Follow up tgl 05 maret 2011
S = nyeri post operasi
O = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 78, S = 36C
Status obstetric : palpasi TFU (-), massa konsistensi keras padat(-), PPV (-)
Lab. Hb 11 gr/dL
A = uterus myomatosus (post TAH+BSO)
P = R/ Inj. Ceftazidim Fl No. III
Simm
R/ Inj. Kalnex fl No. III
Simm
R/ Inj. Teranol fl No. III
Simm

1.4 LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT
KRS tanggal : 07 Maret 2011
Keadaan pasien waktu pulang : keadaan umum cukup, T = 150/90 mmHg, N = 78, S
= 36C
Hb : 11 gr/dL
Fundus uteri : TFU (-)
PPV : -
Massakonsistensi keras padat : -
Diagnose saat pulang : uterus myomatosus (post TAH-BSO)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Uterus myomatosus adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot
polos , jaringan fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk uterus myomatosus adalah
leiomioma, fibroid dan fibromioma.

2.2 PATOGENESIS
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri banyak
ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri
paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.
Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapatkan
dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan patogenesis
mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator
masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator
didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor 1 (IGF 1),
connexsin 43 Gap junction protein dan marker proliferasi.
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial
maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri
yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del 7) (q 21)/ q 21
q 32). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung apakah telah
terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.
2.3 PATOLOGI ANATOMI
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
uteri dibagi 4 jenis antara lain :
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%),
submukosa (6,1%.) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai 6,1%
dari seluruh kasus mioma . Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
waktu kuret, di kenal sebagai Currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat
diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina,dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan
otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor.
Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi
oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau
omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering /
parasisic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern ) dengan psoudo kapsul
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri
2.4 GAMBARAN MIKROSKOPIK
Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada
pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk
bangunan yang khas sebagai kumparan ( whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan
bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral
dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel
memanjang, dan ditemukan adanya mast cells diantara serabut miometrium sering
diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa ( giant cells ).
2.5 PERUBAHAN SEKUNDER
a. Atrofi sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin, perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium
atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membatu ( calcireous degeneration ), terutama terjadi pada wanita berusia
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam
kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen.
e. Degenerasi merah ( carneous degeneration ), perubahan ini biasanya terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus, sedikit
demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan.Penampilan
klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma bertangkai.
f. Degenerasi lemak, keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin
yang lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.
2.7 KOMPLIKASI
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0.32 0.6 % dari seluruh
mioma serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
2. Torsi ( putaran tangkai )
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

2.8 GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
1. Gejala klinis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20 50 % saja mioma
uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenoroe, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari gejala mioma uteri.
Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien ditemukan 44% gejala
perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65 % wanita dengan
mioma mengeluh dismeneroe, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung
dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter dan usus dapat
terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri ( 14 % ), keluhan obstipasi (13 % ).
Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2 10 % kasus. Infertilitas
terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis dari tuba fallopi. Abortus spontan dapat terjadi bila
mioma menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang
abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus didalam panggul.
Mekanisme perdarahan abnormal pada myoma uteri :
1. peningkatan ukuran permukaan endometrium
2. peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus
3. gangguan kontraktilitas uterus
4. ulserasi endometrium pada myoma submukosa
5. kompresi pada plexus venosus di dalam myometrium
2. Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma
uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang
licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
3. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus
yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan
eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara
polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan
eritropoetin ginjal.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus
atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal.
Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus
hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik
4. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil
serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan.
Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi
dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada
kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
2.9 PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksaaan myoma uteri dibagi atas 2 metode :
1. Terapi medisinal (hormonal)
saat ini pemakaian Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil untuk
memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh myoma uteri. Pemberian GnRH
agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran myoma dengan jalan mengurangi produksi
estrogen dari ovarium. Dari suatu penelitian didapati data pada pemberian GnRH agonis
selama 6 bulan pada pasien dengan myoma uteri didapati adanya pengurangan volume
myoma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormona
lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesterone akan mengurangi gejala perdarahan
uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari myoma.
1. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada myoma uteri dilakukan terhadap myoma yang menimbulkan
gejala.MenurutAmericanCollegeof Obstetricians and gynecologist (ACOG) dan American
society for Reproductive Medicine (ASMR) indikasi pembedahan pada pasien dengan
myoma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2. Sangkaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan myoma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
5. Nyeri dan nyeri tekan yang sangat mengganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi
1. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya
dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan untuk
melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari myoma. Tindakan miomektomi
dapat dilakukan dengan laparotomi histeroskopi maupun dengan laparoskopi.
Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat myoma dari
uterus.
Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas
sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan
miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi
resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi factor fertilitas pada
pasien. Disamping itu masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4-6 minggu.
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar cavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Myoma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi.
Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan, trauma
terhadaporgan sekitar seperti usus, ovarium, rectum serta perdarahan. Sampai saat ini
miomektomi dengan laparoskopi merupakan standart bagi wanita dengan myoma uteri yang
masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.
1. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dnegan 3 cara yaitu :
dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal dan beberapa kasus dengan laparoskopi.
Tindakan histerektomi pada pasien dengan myoma uteri merupakan indikasi bila didapati
keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran
uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal histerektomi
(TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Subtotal abdominal histerektomi
(STAH) dilakukan untuk mneghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan
yang lebih banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rectum. Namun dengan
melakukan STAH, kita meninggalkan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma
serviks dapat trejadi.
Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber
timbulnya secret vagina dan perdarahan paska operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasien Ny. M, usia 54 th, datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu,
awalnya terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri
perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi
lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (+), muntah (-). Pasien juga
mengeluh nyeri pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Palpasi pembesaran organ (+),
nyeri tekan (+), teraba massa abnormal (+), Perkusi : pekak didaerah yang terdapat massa.
Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pusat, teraba keras, mobile, besar massa nampak
seperti usia kehamilan 18-20 mgg Pemeriksaan obstetric dalam : Corpus uteri dan Adnexa
parametrium : teraba massa solid keras. Dengan diagnose sementara tumor ovarium.
Post pembedahan TAH-BSO ditemukan massa setinggi pusat, uk 25x23x20 cm, konsistensi
keras padat, mobile. Diagnose post pembedahan Uterus Myomatosus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agdi M., and Tulandi T. Endoscopic management of uterine fibroids. Best Practice
& Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008
2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :
Endokrinologi ginekologi edisi kedua.Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2006:; 151
156
3. Benda JA. Pathology of Smooth Muscle tumors of the uterine corpus. Clin Obstet &
Gynecol 2008;44:350-63
4. HurstBS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for symptomatic
uterine myomas. Fertile sterile 2005: (83)1: 1-22
5. Memarzadeh S, Broder MS,WexlerAS, Pernol ML. Leimyoma of the uterus. In :
Current Obstetric & Gynecologic diagnostic & treatmen, Decherney AH, Nathan L,
editors Ninth edition. Lange Medical Book,New York, 2007, p: 693-701
6. Nierth-Simpson, E.; Martin, M.; Chiang, T.; Melnik, L.; Rhodes, L.; Muir, S.; Burow,
M.; McLachlan, J. Human uterine smooth muscle and leiomyoma cells differ in their
rapid 17beta-estradiol signaling: implications for proliferation. Endocrinology, 2009.
150 (5): 24362445.
7. Okolo, S. Incidence, aetiology and epidemiology of uterine fibroids. Best practice
& research. Clinical obstetrics & gynaecology, 2008. 22 (4): 571588
8. Polena, V., et al. Long-term results of hysteroscopic myomectomy in 235 patients.
European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 130 (2007):
232237.
9. Sankaran, S.; Manyonda, I.Medical management of fibroids. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008. 22 (4): 655.
10. Stewart, E.A., et al., Clinical outcomes of focused ultrasound surgery for the
treatment of uterine fibroids. Fertil Steril, 2006. 85(1): p. 22-9.

Anda mungkin juga menyukai