Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan g
Radiografi merupakan alat bantu yang berharga dalam perawatan kesehatan
mulut dari bayi, anak, remaja, dan orang-orang dengan kebutuhan khusus. Radiografi
digunakan untuk mendiagnosa penyakit mulut dan untuk memantau perkembangan
dentofacial dan kemajuan terapi. Rekomendasi pedoman ADA / FDA tersebut
dikembangkan untuk melayani sebagai tambahan pertimbangan dokter gigi profesional.
Waktu pemeriksaan awal radiografi tidak harus didasarkan pada usia pasien, namun
pada keadaan masing-masing individu . Karena setiap pasien berbeda, kebutuhan untuk
radiografi gigi dapat ditentukan hanya setelah meninjau riwayat kesehatan dan gigi
pasien, melengkapi pemeriksaan klinis, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan mulut pasien.

Radiografi hanya diambil bila ada harapan bahwa hasil diagnostik akan
mempengaruhi perawatan pasien. AAPD mengakui bahwa mungkin ada keadaan klinis
yang radiograf tunjukkan, namun gambar diagnostik tidak dapat diperoleh. Sebagai
contoh, pasien mungkin tidak dapat bekerja sama atau dokter gigi mungkin memiliki
kemampuan yang kurang untuk radiografi intraoral. Jika radiograf diagnostik didapat,
dokter gigi harus berunding dengan orang tua untuk menentukan teknik manajemen yang
tepat (misalnya, pencegahan / restoratif, perbaikan perilaku, penundaan, rujukan),
memberikan pertimbangan terhadap risiko relatif dan manfaat dari berbagai pilihan
pengobatan bagi pasien

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengolahan film radiografi?
2. Bagaimana jaminan kualitas film radiografi?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses atau cara pengolahan film radiografi
2. Agar mahasiswa mengetahui jaminan kualitas film radiografi

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROSES PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI

Media perekam (reseptor gambar) sering dipergunakan dalam bidang radiografi
kedokteran gigi yaitu film radiografi. Gambaran film radiografi yang baik dapat
dimanfaatkan untuk mendiagnosa pasien dan perawatan secara menyeluruh.

1. PEMBENTUKAN GAMBAR
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus
bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek yang
dikenalinya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang
mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu
bahan tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang
akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan
lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang
sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.
Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang
menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan.
Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang
gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya
mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV
3

yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan (lihat
pembahasan tentang pengaruh kilovolt).
Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal ini tergantung
dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang
mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap
lebih rendah terhadap sinar-x dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah
yang sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x.
Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi,
contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan khusus serta
apron yang digunakan selama proses fluoroskopi.
Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu
unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak
dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu
unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap
sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5
cm per kubik disbanding air.
Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang harus
dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya
mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan
unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x.
Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih
banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang
sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh
daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh
pada umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi
penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya
didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek,
kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak
tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.
4

2. PROSES PENGOLAHAN FILM
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah
film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran
radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari
pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian
(washing), dan pengeringan (drying).
1) Pembangkitan

a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat
penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini
berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat
penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan
terbentuk bayangan laten pada film.

b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide
yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan
cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck)
sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion
perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion
perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah
bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar
melalui reaksi kimia sebagai berikut:
5


AgBr Ag + + Br

Br - + radiasi Br - + e

SS + e - SS

SS - + Ag + Ag

c. Larutan developer terdiri dari:

a) Bahan pelarut (solvent).
Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak
mengandung mineral.

b) Bahan pembangkit (developing agent).
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida
menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini
akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida
untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya
telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa
mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa
digunakan adalah jenis benzena (C6H6). Reaksi kimia yang terjadi antara
bahan pembangkit dengan film dapat dilihat sebagai berikut:

Ag Br + Bahan pembangkit Ag + Oksida bahan pembangkit + Br - + H+

c) Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada
film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit
(mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan
pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat
6

(Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam air.

d) Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan
pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi
kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah
kalium bromida.

e) Bahan penangkal (preservatif).
Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan
pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi
oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan
sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan
meminimalkan efek yang ditimbulkannya.

f) Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula
bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan
pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk
mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif
konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan
emulsi film yang diproses.

2) Pembilasan
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan
dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada
permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan
film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.
Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses
pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila
7

pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik
(dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan.
Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan
dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke
dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.

3) Penetapan
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran
perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak
komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan
dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang
dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga
diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan
untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:
a) Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat
bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam
air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak
metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang
dikenal dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film adalah sebagai
berikut:

Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr

b) Bahan pemercepat (accelerator).
8

Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya
digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam
menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan
aksinya.

Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan
mengendapkan sulfur, seperti terlihat pada reaksi kimia berikut:

Na2S2O3 + 2HAc 2NaAc + H2S2O4

H2S2O3 H2SO3 +S (sulfurisasi)

Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam lemah seperti
asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan penggunaan asam lemah ini masih
terjadi pengendapan sulfur. Untuk mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan
penangkal.

c) Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap
ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut.
Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit,
atau kalium metabisulfit.

d) Balian pengeras (hardener).
Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang
berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah
terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan
biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat
[Al2(SO4) 3].

e) Bahan penyangga (buffer).
9

Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4
- 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium
asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.

f) Pelarut (solvent).
Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.

4) Pencucian.
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap
ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam
keadaan bersih.
5) Pengeringan
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film
adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan
artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan
udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban
udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

PROSEDUR PENGOLAHAN FILM DALAM CAIRAN
1. Celupkan film yang telah dibuka ke dalam larutan pengembang.
Cairan pengembang terdiri dari empat bagian, yaitu
1) Bahan pengembang (developer)
Fungsi utama bahan pengembang adalah untuk mengubah kristal perak halida yang
terpapar menjadi perak metalik. Untuk mengontrol proses pengembangan, perlu
ditambahkan dua agen pengembang pada bahan pengembang, yaitu pyrazolidone tipe
campuran (1-phenyl-3-pyrazolidone) dan hidroquinon (paradihydroxy benzene).
10

Phenidone memberikan donor elektron pertama untuk mengubah ion perak menjadi
perak metalik pada tempat gambaran yang belum terlihat. Pemindahan elektron
menghasilkan oxidasi dari phenidone. Hidroquinon menghasilkan elektron untuk
mengurangi oksidasi dari phenidone sehingga dapat mengurangi butiran perak halide
menjadi perak metalik.
2) Bahan pengaktif (Aktivator)
Bahan pengembang hanya aktif pada pH yang tinggi, biasanya di atas 10. Untuk
menjaga agar tetap pada kondisi tersebut, larutan pengembang harus mengandung
campuran alkali,yaitu sodium atau potassium hidroksida. Larutan penyangga yang
digunakan yaitu sodium bicarbonate untuk memelihara kondisi tersebut. Aktivator
juga berfungsi untuk melunakkan gelatin sehingga agen pengembang bisa berdifusi
lebih cepat ke emulsi dan mencapai kristal perak bromida pada gelatin.
3) Bahan pengawet (Preservatif)
Cairan bahan pengembang terdiri dari antioksidan atau pengawet, yaitu sodium sulfit.
Bahan pengawet melindungi bahan pengembang teroksidasi oleh oksigen di udara
bebas dan memperpanjang masa pakai. Jika terjadi oksidasi maka akan mengganggu
reaksi pengembangan dan akan nada noda pada film.
4) Bahan penghambat (Restrainer)
Bahan yang digunakan sebagai bahan penghambat biasanya potassium bromide dan
benzotrinazole. Fungsinya antara lain untuk memperlambat kerja bahan pengembang,
menghambat pengembangan kristal perak yang tidak terurai oleh penyinaran, serta
mencegah terjadinya kabut pada gambar. Konsekuensinya, bahan penghambat
mencegah gambar tidak jelas dan menaikan kontras.

2. Bilas film dengan menggunakan air mengalir .
Setelah dilakukan proses pengembangan, tahapan selanjutnya adalah dengan proses
pembilasan pada air mengalir selama 30 detik sebelum film dimasukkan dalam larutan
penetap (fixer). Proses ini akan menghilangkan sedikit demi sedikit bahan pengembang
sehingga akan memperlambat proses pengembangan. Proses pembilasan juga bertujuan
untuk menghilangkan aktivator alkali, sehingga akan mencegah terjadinya netralisasi
pada larutan penetap yang asam. Proses pembilasan ini hanya untuk prosedur pencetakan
film manual.

3. Celupkan film ke dalam larutan penetap.
11

Tujuan utama dari proses ini adalah untuk membuang kristal perak halida yang tidak
terurai pada emulsi film. Adanya kristal perak halida yang tidak terurai ini berperan dalam
membuat film menjadi lebih opak, sehingga apabila kristal ini tidak dibuang akan
menyebabkan hasil gambar menjadi gelap dan tidak dapat dipergunakan untuk diagnosa.
Fungsi lain dari larutan penetap adalah untuk menetapkan bayangan secara permanen dan
mengeraskan emulsi film. Larutan penetap terdiri dari 4 bagian yaitu : bahan pelarut, bahan
pengasam, bahan pengawet, bahan pengeras.
1) Bahan pelarut (clearing agent)
Bahan pelarut yang digunakan adalah larutan encer natrium atau amonium thiosulfat
yang berfungsi untuk menghilangkan kristal halida yang tidak terurai pada film
dengan membentuk senyawa dengan ion perak yang stabil dan mudah larut dalam air.

2) Bahan pengasam (acidifier)
Larutan penetap terdiri dari asam asetat (ph 4 sampai ph 4,5) untuk menjaga ph bahan
penetap konstan . Bahan pengasam, seperti asam asetat, berfungsi untuk menetralkan
alkali dari larutan pengembang dan mencegah ikut terbawanya bahan pengembang.
Alkali yang tidak dinetralkan dan bahan pengembang yang ikut terbawa akan
menyebabkan proses pengembangan terus berlangsung sampai tahap penetapan.

3) Bahan pengawet (preservative)
Bahan pengawet yang digunakan dalam larutan penetap berupa ammoniumsulfite,
seperti yang dipergunakan pada bahan pengembang. Fungsinya adalah untuk
mencegah dekomposisi dari bahan pelarut (thiosulfat) yang tidak stabil pada larutan
penetap yang bersifat asam. Bahan pengawet dapat bersenyawa dengan bahan
pengembang teroksidasi yang ikut terbawa pada larutan penetap, dan secara efektif
membuangnya dari larutan penetap sehingga mencegah terjadinya bercak pada film.

4) Bahan Pengeras (hardener)
Bahan pengeras yang biasa digunakan adalah aluminium sulfat. Kompleks aluminium
dengan gelatin selama penetapan dan mencegah kerusakan gelatin selama penanganan
berikutnya Bahan ini berperan dalam memperkeras gelatin, mempersingkat waktu
pengeringan, dan melindungi dari abrasi.

12

5) Cuci film dengan menggunakan air mengalir.
Setelah proses penetapan, tahapan selanjutnya adalah proses pencucian. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa tidak ada bahan kimia yang masih menempel pada film.
Sisa bahan kimia seperti ion thiosulfat dan kompleks perak thiosulfate yang menempel
karena pencucian yang kurang bersih akan menyebabkan terjadinya pewarnaan atau bercak
pada gambar, terutama pada daerah yang radioopak. Hal ini terjadi karena thiosulfat bereaksi
dengan perak dan menghasilkan perak sulfida berwarna cokelat. Namun efisiensi pencucian
film akan berkurang apabila dilakukan pada air dengan suhu di bawah 60
o
F (15,5 C)

6) Keringkan film dan kemudian diliha
PROSEDUR PENGOLAHAN FILM SECARA MANUAL
Pengolahan manual dari film membutuhkan 8 tahap:
1) Mengisi larutan. Tahap pertama dalam pengolahan tangki manual yaitu mengisi
developer dan fixer. Tambahkan developer baru (pengisi) dan fixer (8 ons per galon)
untuk mendapatkan jumlah tepat dari setiap larutan. Cek tingkat larutan untuk
memastikan bahwa developer dan fixer menutup film pada jepitan bagian atas dari
penggantung film.
2) Aduk larutan. Selanjutnya, aduk developer dan larutan fixer untuk menggabungkan
bahan kimia dan meratakan temperatur diseluruh tangki. Untuk mencegah
kontaminasi silang, gunakan pengaduk yang berbeda untuk setiap larutan. Baik untuk
memberi label pengaduk untuk developer dan yang lainnya untuk fixer. Karena
tepatnya waktu pengembangan bermacam-macam dengan suhu dari larutan, cek suhu
dari developer setelah pengadukan.
3) Tempel film pada penggantung. Hanya menggunakan pencahayaan redup dalam ruang
gelap, buang film yang terpapar dari bungkus atau wadahnya. Tahan film hanya
dengan pinggirannya saja untuk menghindari kerusakan dari permukaan film. Untuk
menghindari berbagai kebingungan nantinya, beri label rak film dengan nama pasien
dan tanggal paparannya.
4) Ukur waktunya. Cek suhu dari developer dan set waktu intervalnya sampai waktu
yang diindikasikan oleh perusahaan untuk suhu larutan. Untuk pengolahan film
intraoral dalam larutan konvensional, gunakan waktu pengembangan berikut:

13

Suhu Waktu Pengembangan
20 C 5 menit
21,1 C 4 menit
22,2 C 4 menit
24,4 C 3 menit
26,7 C 2 menit

Pengolahan film pada suhu tinggi atau rendah dan untuk waktu panjang atau pendek
dibandingkan rekomendasi oleh pabrikan mengurangi kontras dari film yang diolah.
Juga, pengolahan yang terlalu lama atau pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan
yang direkomendasikan dapat menghasilkan kabut film, yang mungkin mengurangi
kekontasan film dan informasi diagnostik.
5) Developing. Mulailah mekanisme waktu dan benamkan penggantung dan film dengan
seketika dalam developer. Gerakkan penggantung secara perlahan selama 5 detik
untuk menghilangkan gelembung udara film. Tinggalkan film dalam developer untuk
antisipasi waktu tanpa gerakan. Ketika memindahkan film, alirkan kelebihan
developer ke dalam air.
6) Bilas. Setelah pengembangan, pindahkan gantungan film dari developer dan
tempatkan pada air yang mengalir selama 30 detik. Gerakkan film secara kontinu
dalam air bilas untuk menghilangkan kelebihan developer, hingga perlambatan
pengembangan dan mengurangi kontaminasi fixer.
7) Fix. Tempatkan gantungan dan film dalam larutan fixer selama 2 sampai 4 menit dan
gerakkan 5 kali dalam setiap 30 detik. Ini mengeliminasi gelembung dan memberikan
fixer baru kontak dengan emulsi. Kelebihan fiksasi (beberapa jam) menghilangkan
beberapa butir-butir metalik perak, mengurangi densitas dari film. Ketika film
dipindahkan, alirkan kelebihan fixer ke dalam wadah air.
8) Cuci dan keringkan. Setelah fiksasi dari film selesai, tempatkan gantungan pada air
yang mengalir setidaknya selama 10 menit untuk menghilangkan residu. Setelah film
dicuci, hilangkan permukaan yang lembab dengan menggerakan lembut kelebihan air
dari film dan penggantung. Keringkan film dalam sirkulasi, udara hangat. Jika film
dikeringkan secara cepat dengan beberapa tetes air di permukaannya, area di bawah
tetesan kering lebih lambat dibandingkan dengan area sekitarnya. Pengeringan yang
tidak rata ini menyebabkan distorsi gelatin, meninggalkan artefak kering pada
14

beberapa kasus. Hasilnya adalah titik yang yang sering terlihat dan pengurangan dari
kegunaan radiograf. Setelah pengeringan, film siap untuk disusun.

PENGELOLAAN FILM SECARA AUTOMATIC

1. pengertian pengolahan film secara otomatis
Dalam dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya dengan cara
manual, tetapi ada pengolahan filmdengan cara lain yaitu pengolahan film secara otomatis
(automatic processing). Automatic processing memepunya pengertian pengolahan film
yang dilakukan secara otomatis dengan mengunakan mesin pengolahan film untuk
melakukan perkerjaan pengolahan film yang biasanya di lakukan oleh manusia.
Dalam automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film masuk ke
developer, ke fixer hingga keluar film keluar dari mesein dalam keadaan kering.
Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya filem masuk
dalam dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seprti pada
pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan beberapa saat
sebelum akhirnya kering.
2. alasan digunakan automatic processing
Automatic processing saat ini banyak di gunakan di hampir setiap rimah sakit. Hal
ini disebabakan karena alesan-alasan di bawah ini :
a) Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat karena pengolahan film dilakukan oleh
mesin maka total waktu yang di butuhkan hingga film selesai di proses membutuhkan
waktu yang cukup singkat. Pada beberapa mesin prosesing, total waktu pengolahan
film bervariasi mulai dari yang paling lama 120 detik hingga paling cepat 90 detik.
b) Pekerjaan yang dilakukan lebih praktis dan bersih cairan yang di gunakan untuk
mengolah film, semua berada di dalam mesin, sehingga tidak akan terjadi tetesan air
dikamargelap seperti halnya pada penggolongan film ini menjadi praktis, karena tidak
lagi diperlukan hanger untuk menjepit film sebagaimana secara manual, sebeb mesin
automatic processing memiliki roller yang salah satu fungsinya adalah menjepit film
selama prosesing berlangsung.
c) Pengolahan film mempunyai waktu yang setandar karena mesin yang melakukan
pengolahan, maka waktu pengolahan film telah diatur bebrapa lamanya oleh mesin
ini. Pada pengolahan film secara manual waktu untuk pengolahan film untuk setiap
orang yang mengerjakannya bisa berbeda satu sama yang lain, hal ini dikarenakan
pendapat tiap orang berbeda dalam menentukan apakah gambar yang dihasilkan
sudah cukup baik atau tidak mengingat dalam pengolahan manual film yang sedang
diproses di developer bisa dilihat dibawah safelight.
d) Kamar gelap yang dilakukan relatif lebih kecil dibanding manual processing, bahkan
untuk beberapa jenis mesin prosesing tertentu ada yang tidak memerlukan kamar
gelap (day light system)
15

e) Total cost untuk keseluruhan biaya bisa lebih murah dibanding dengan manual. Harga
satu alat automatic processing terkesan memang mahal, tetapi dengan penggunaan
automatic processing , tidak dibutuhkan lagi dikamar gelap yang besar, ini artinya ada
penghematan tempat. Selain itu penghematan waktu juga terjadi mengingat waktu
pengolahanfilm otomatis lebih cepat dibandingkan dengan pengolshsn film secara
manual. Ini berarti pasien yang bisa dikerjakan pada waktu tertentu, jumlahnya bisa
lebih banyak dibandingkan dengan mengunakan pengolahan film secara manual.

3. Tahapan pengolahan film secara otomatis
Prinsip yang digunakan pada pengolahan film secara otomatis sebenarnya sama
dengan pengolahan film secara manual. Sebenarnya sama dengan film secara otomatis
tidak terdapat tahapan rinsing. Hal ini dikarenakan tahap rising telah digantikan oleh
roller yang berada di dalam mesin automatic processing. Tahap-tahap yang ada pada
automatic processing adalah Developing, Fixing, Washing dan Drying.
Semua tahapan di atas sama dengan manual seprti bagaimana proses di developer,
fixer hingga masuk ke dryer. Perbedaannya hanya pada proses ini cairan yang digunakan
untuk developer dan fixer tidak boleh yang berjenis powder. Developer dan fixer untuk
pengolahan film secara otomatis hanyta boleh dari jenis liquid. Hal ini disebabkan pada
developer dan fixer dari jenis powder masih ada beberapa kristal dari developer dan fixer
yang tidak larut dalam cairan sehingga jika digunakan pada mesin automatic processing,
kistal ini dapat menempel pada roller yang kemudian akan berakibat tergoresnya film saat
roller menjepit film.
4. Sistem transportasi film
Jika membahas mengenai pengolahan film secara otomatis, maka sudah pasti
dibahas mengenai sistem transportasi film karena bagian- bagian lain sama dengan
pengolahan film secara manual dan sudah dan sudah pernah dibahas pada bab
sebelumnya. Sistem film masuk (feeding system) dan sistem roller.
5. Sistem film masuk (Feeding sytem)
Sostem film masuk merupakan sistem yang berkerja saat film mulai masuk
kedalam mesin automatic processing. Sistem film masuk ini terjadi dalam dua jenis yaitu
manual dan otomatis. Berikut penjelasan dari masing-masing sistem tersebut.
a) Sistem manual
Untuk yang manual, sistem film masuk-nya (feeding system) mengunakan
microswitch yang diletakkan di atas roller pada tempat masuk film (feed tray). Cara
kerjanya adalah film yang dimasukan melewati feed tray akan menekan roller ke atas.
Tekanan ini akan mengakitifkan microswitch. Bila microswitch aktif, termasuk sistem
roller dan replenisber.
b) Sistem otomatis
16

Untuk yang otomatis, sistem film masuk-nya (feeding system) menggunakan
detektor infrared yang diletakan pada tempat masuk film (feed tray). Cara kerjanya
adalah film yang dimasukkan melewatiu feed tray akan memutus hubungan infrared.
Pemutusan hubungan infrared ini akan semua mekanik dari mesin processing yang
menyebabkan mesin akan bergerak, termasuk sistem roller dan replenisher.
sistem roller
Roller adalah silinder yang akan mentransportasikan film didalam mesin processing.
Roller terbuat dari bahan yang tidak korosif atau tidak bereaksi terhadap cairan,
prosessing seperti developper dan fisser .bahan yang bisa digunakan adalah nylon,
atau stainless steel yang dibungkus dengan resin-epoxy. Pada pembahasan mengenai
roller, pembahasan akan dibagi dua yaitu fungsi roller dan susunan roller.
A. Fungsi roller
Roller dalam mengelola film secara otomatis mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Mengerakkan film dengan kecepatan sama pada setiap kompartement.
Film yang masuk kedalam mesin processing, akan ditransportasikan dan
digerakkan oleh roller ini. Roller ini akan menjepit film dikedua sisinya,
kemudian bergerak dengan kecepatan yang sama, sehingga film akan terbawa.
Film ini bergerak dengan kecepatan yang sama, setiap kompartemen (ruangan),
maksudnya diruangan developping, fixing, dan washing.
b) Untuk memeras film yang membawa cairan processing.
Saat film masuknke developer, maka film akan membawa cairan ini pada tahap
berikutnya. Pada sistem manual, sebelum masuk kedalam fixer, film akan masuk
ke rinsing terlebih dahulu untuk proses pembilasan. Pada sistem otomatis peran
rinsing digantikan oleh roller. Saat membawa film dengan cara menjepit dan
menggerakkannya, maka dengan sendiringa film akan diperas dengan roller.
Itulah mengapa pada sistem pengolahan film otomatis tidak mengeluarkan rinsing.
c) Memberi konstribusi terhadap agitasi cairan
Agitasi yang bisa dilakukan pada sistem pengolahan film manual dilakukan oleh
manusia, pada sistem pengolah film secara otomatis dilakukan oleh roller. Dengan
pergerakan roller maka secara otomatis akan menggetarkan film itu sendiri. Ini
berrti telah terjadi agitasi.
B. Susunan roller
Roller yang digunakan pada mesin automatic processing, disusun sedemikian rupa
hingga film yang ada didalam mesin akan terjepit sempurna saat melewati
kompatement yang berisis cairan processing . susuanan roller akan berada didalam
mesin autometic processing terbagi menjadi dua yaitu:
a) Roller yang disusun berhadapan
Pada jarak tertentu terdapat dua roller yang disusun berhadapan, dengan susunan
seperti ini roller bisa menjepit film secara sempurna, sehingga tidak terjadi
kemacetan transportasi film ( film jamming) didalam mesin. Pada susunan ini
jumlah roller yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan susunan lain
b) Roller yang disusun secara zig-zag
17

pada susunan ini, roller disusun secara zig-zag, artinya jika pada sebelah kanan
terdapat roller, maka roller berikutnya ada dibagian bawah disebelah kiri jadi tidak
berhadapan seperti pada susunan diatas.pada susunan roller seperti ini, masih ada
kemungkinan film mengalami kemacetan pada transportasi (film jamming).
Susunan seperti ini membutuhan lebih sedikit roller debandingkan dengan
susunan diatas.

Pada ujung atas dan bawa susunan roller, baik pada susunan roller yang saling
berhadapan maupun susunan roller secara zig-zag, terdapat bagian yang disebut
dengan guide plate. Guide plate adalah semacam lempengan yang terbuat dari
logam anti korosif biasanya terbuat dari stainless steel, yang berfungsi untuk
mengarahkan film menuju roleer yang berada pada kompartemen berikutnya.
Dengan adanya guide plate ini, film tidak akan kehilangan arah sehingga akan
masuk ke kompartemen berikutnya secara tetap melalui transportasi roller.

2.2 JAMINAN KUALITAS FILM RADIOGRAFI
Sebuah radiograf diharuskan bisa memberikan informasi yang jelas dalam upaya
menegakkan sebuah diagnose. Ketika radiograf yang dihasilkan mempunyai semua
informasi yang dibutuhkan dalam memastikan sebuah diagnose, maka radiograf
dikatakan memiliki kualitas gambar yang tinggi.
Untuk memenuhi sebuah gambar radiografi yang tinggi, maka sebuah radiograf
harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah radiograf yaitu densitas,
kontras, ketajaman dan detail. Semua aspek ini harus bernilai baik supaya radiograf bisa
dikatakan mempunyai kualitas gambaran yang baik
Jadwal Prosedur Jaminan Kualitas Radiografi
1. Tugas harian
Sebagian tugas yang dilakukan untuk menjamin radiorafi yang bermutu, yaitu

a) Membandingkan radiograf dengan film acuan
Salah satu penyebab yang paling umum dari buruknya hasilnya radiograf adalah
buruknya pengolahan film di kamar gelap, sebagian karena larutan habis. Sederhana dan
efektif berarti memantau secara menetap bahwa foto dengan kualitas baik dihasilkan
dengan memeriksa setiap hari antara film dengan film acuannya. Segera setelah larutan
prngolahan film diganti, sejumlah film pasien yang telah terpapar dengan sesuai, diproses
18

dalam waktu yang tepat dengan pengaturan suhu pada sudut kotak tampilan. Gambaran
dengan densitas dan kontras yang optimal berguna sebagai acuan untuk radiograf membuat
pada hari atau minggu berikutnya. Semua film berikutnya harus dibandingkan dengan
acuan film ini.
Perbandingan dari gambar harian dapat mengungkapkan masalah sebelum mereka
menghubungkan dengan kualitas diagnostik dari foto. Saat masalah diidentifikasi,
merupakan hal yang penting untuk menetapkan kemungkinan sumber dan mengambil
langkah yang benar. Misalnya, jika larutan pengolahan habis, hasil radiograf terang dan
akan berkurang kontrasnya. Baik developer maupun fixer harus diganti ketika terbukti
terjadi penuruan kualitas foto. Foto yang terang mungkin juga dihasilkan dari larutan yang
dingin atau waktu pengembangan yang tidak cukup. Foto yang gelap mungkin dihasilkan
dari kelebihan waktu pengembangan, developer yang terlalu hangat atau karena kurang
cahaya.
Terdapat dua metode yang lebih akurat dari film acuan, tetapi membutuhkan
peralatan tambahan dan lebih banyak waktu yaitu dengan menggunakan sensitometri/
densitometri dan penggunaan step-wedge .

b) Membuat Uji Step-Wedge dari Sistem Pengolahan
Metode yang paling akurat dan teliti dari uji larutan pengolahan film adalah
dengan menggunakan sensitometer dan densitometer. Sebuah sensitometer memaparkan
film untuk pola cahaya yang terkalibrasi. Setelah pengolahan, densitometer digunakan
untuk mengukur densitas cahaya dari setiap langkah dalam uji pola film yang dipaparkan
oleh sensitometer Pertukaran densitas yang terbaca dari hari ke hari, mengindikasikan
sebuah masalah dalam kamar gelap.
Kebanyakan klinik kedokteran gigi menggunakan variasi dari metode ini, dengan
uji step-wedge akan menghasilkan kondisi pengolahan dari hari ke hari yang terpantau
dengan akurat. Informasi ini digunakan untuk mengukur kecepatan pemotretan dan
kontras gambar. Keduanya merupakan ukuran sensitif dari lingkungan pengolahan. Step
wedge dibuat dengan menggunakan kertas timbal dari bungkus film. Terdiri dari lima
lembar yang bertumpuk dan diklip pada satu ujung. Memotong empat per lima dari
lapisan paling atas, tiga per lima dari lapisan kedua, dua per lima dan seperempat dari
lapisan keempat untuk menghasilkan irisan lima langkah (a five step- wedge). Letakkan
irisan pada bungkus film paling atas dan paparkan dengan aturan umum untuk gambaran
foto bite-wing usia dewasa. Hasil gambar harus menunjukkan lima langkah dari gelap
19

menjadi terang. Simpan film pertama setelah penggantian larutan pengolahan yang segar
untuk perbandingan dengan gambar yang dibuat sebelumnya, memantau larutan
pengolahan pada permulaan setiap hari dengan gambar step-wedge untuk menjamin
bahwa sistem pengolahan dioperasionalkan dalam perawatan pasien.

c) Memasukkan Hasil Temuan dalam Buku Hasil Pemotretan
Cara lain yang sederhana dan efektif untuk mengurangi jumlah kesalahan
radiograf adalah dengan menyimpan hasil pemotretan ke dalam buku. Rekam semua
kesalahan untuk gambar yang harus dipaparkan kembali.

d) Menambahkan Larutan Pengolahan
Setiap awal dari hari kerja, periksa kadar larutan pengolahan dan tambahkan
kembali jika dibutuhkan. Tambahkan larutan developer dengan larutan developer yang
segar dan larutan fixer dengan larutan fixer yang segar.

e) Periksa Suhu dari Larutan Pengolahan
Setiap awal dari hari kerja, periksa suhu dari larutan pengolahan. Larutan harus
mencapai suhu yang optimal sebelum digunakan yaitu 68F (20C) untuk pengolahan
yang manual dan 82F (28F) untuk prosesor yang dipanaskan secara otomatis. Instruksi
memeriksa film dan prosesor menguji suhu yang optimal. Prosesor otomatis yang tidak
dipanaskan harus diletakkan jauh dari jendela yang dapat menyebabkan suhu berubah
selama hari itu. Pengaturan suhu yang sesuai dibutuhkan untuk pengolahan waktu dan
suhu yang akurat.

2. Uji Mingguan
a) Mengganti Larutan Pengolahan
Frekuensi penggantian larutan pengolahan terutama tergantung dari laju
penggunaan larutan dan juga dari ukuran tangki, apakah penutup digunakan dan suhu dari
larutan tersebut. Pada kebanyakan klinik, larutan harus diganti setiap minggu atau setiap
beberapa minggu. Hasil dari uji step-wedge akan membantu untuk menetapkan frekuensi
yang sesuai.
b) Membersihkan Peralatan pengolahan
Pembersihan yang teratur dari peralatan pengolahan dibutuhkan untuk operasi
yang optimal. Membersihkan tangki larutan dari peralatan pengolahan manual dan
20

otomatis saat larutan diganti. Ganti rol dari prosesor film otomatis setiap minggu sesuai
dengan instruksi pabrik. Setelah dibersihkan, bilas tangki dan rol dua kali seperti petunjuk
pabrik untuk mencegah pencucian dari aksi film dan larutan pengolahan.
c) Membersihkan Viewing Box
Bersihkan viewing box setiap minggu untuk membuang partikel atau kotoran yang
dapat mengganggu interpretasi film.
d) Melihat kembali Buku Hasil Pemotretan
Lihat kembali buku hasil pemotretan setiap minggu dan indentifikasi setiap
masalah yang berulang terjadi dengan kondisi pengolahan film atau teknik operator yang
salah. Gunakan infomasi ini untuk mendidik staf atau untuk menginiasi langkah yang
tepat.

3. Uji Bulanan
a) Memeriksa Pencahayaan yang Aman di dalam Kamar Gelap
Film jadi berkabut di kamar gelap karena ketidaksesuaian penyaring safelight,
kelebihan paparan, dan cahaya yang menyimpang dari sumber lain. Misalnya film
menjadi gelap, menunjukkan kontras yang rendah dan tampilan abu keruh. Periksa kamar
gelap setiap bulan untuk memperkirakan integritas dari safelight. Penyaring kaca harus
utuh, tanpa adanya retak. Untuk memeriksa kekurangan cahaya di kamar gelap yaitu
dengan mematikan semua lampu, biarkan penglihatan untuk menampung kegelapan dan
periksa kekurangan cahaya, khususnya sekitar pintu dan ventilasi. Tandai kurangnya
cahaya dengan kapur atau pita penutup, apakah pengupasan dapat berguna untuk menutup
kurangnya cahaya dibawah pintu.
Petunjuk uji sederhana dengan uang koin/ sen dollar dapat digunakan setiap bulan
untuk mengevaluasi kabut yang disebabkan karena ketidaksesuaian kondisi pencahayaan.
1. Buka bungkus film yang terpapar dan tempatkan uji film di tempat film biasanya
dibuka dan diklip pada gantungan film.
2. Tempatkan koin pada film dan tinggalkan di posisi dengan waktu yang dibutuhkan
untuk membuka dan sejumlah film full-mouth, biasanya sekitar lima menit.
3. Kembangkan film percobaan tersebut seperti biasanya. Jika gambaran dari uang koin
terlihat pada hasil film, kamar tidak berada dalam pencahayaaan yang aman
khususnya pada uji film. Setiap jenis film yang digunakan di kantor harus diuji untuk
mengukur integritas dari kamar gelap.
b) Membersihkan I ntensifying Screen
21

Bersihkan seluruh intensifying screen pada kaset film foto panoramik dan
cephalometri setiap bulan. Terlihatnya goresan atau debri hasil area cahaya yang berulang
pada hasil foto. Busa yang memdukung kedua layar harus utuh dan mampu memegang
kedua layar erat dengan film tersebut. Jika kontak erat antara film dan layar tidak
dipertahankan, gambar akan kehilangan ketajaman.
c) Memutar Stok Film
Film sinar x kedokteran gigi cukup stabil jika dengan baik ditangani. Simpanlah
dalam area yang dingin,peralatan yang kering, jauh dari sumber radiasi. Putar stok ketika
film baru diterima sehingga film yang lama tidak terakumulasi di dalam tempat
penyimpanan, Selalu gunakan film yang terlama terlebih dahulu, tetapi jangan pernah
menggunakannnya setelah melewati tanggal kandaluarsa.

d) Periksa Grafik Paparan
Setiap bulan periksa daftar tabel paparan yang sesuai dengan maksimum kilovolt/
umur (kVp)., miliampere (mA) dan waktu paparan untuk membuat radiograf dari setiap
regio dari rongga mulut yang ditempatkan oleh setiap mesin sinar-X. Periksa bahwa
informasi sah dan akurat. Tabel ini membantu memastikan bahwa semua operator
menggunakan faktor paparan yang sesuai. Secara khusus miliampere ditetapkan pada
pengaturan tertinggi; kVp ditetapkan biasanya pada 70 kVp dan waktu paparan beragam
pada catatan ukuran pasien dan lokasi penting di dalam mulut. Waktu paparan pada
awalnya ditentukan secara empiris. Pengolahan waktu dan suhu dengan hati-hati harus
digunakan dengan larutan segar selama penetapan waktu inisial paparan.

e) Periksa Apron Timbal dan Collar (leher baju)
Secara visual periksa apron dan kerah untuk bukti dari retakan. Pemeriksaan
fluoroskopi dilakukan oleh individu yang berkualitas yang dapat menginfomasikan setiap
patahan pada perisai timbal. Ganti jika dibutuhkan. Retakan biasanya disebabkan oleh
lipatan ketika tidak digunakan. Hal ini dapat diminimalisir dengan menggantung apron
dengan pengait atau menggantungkannya pada sebuah pegangan.

4. Tugas Tahunan : Mengkalibrasi Mesin Sinar-X
Mesin sinar-X umumnya cukup stabil dan jarang yang ditemukan mengalami
kerusakan mesin yang menjadi penyebab buruknya radiograf. Karenanya, mesin perlu
untuk dikalibrasi setiap tahun kecuali masalah yang spesifik diidentifikasi atau perbaikan
22

benda dibutuhkan yang akan mempengaruhi pekerjaan. Biasanya pabrik jasa kedokteran
gigi atau ahli kesehatan harus membuat pengukuran mesin ini karena peralatan yang
khusus dan dibutuhkan pengetahuan untuk pengukurannya, Parameter petunjuk yang
harus diukur:
1. Hasil sinar-X. Gunakan dosimetri radiasi untuk mengukur intensitas dan kemampuan
produksi kembali dari hasil radiasi. Nilai yang dapat diterima dapat dilihat pada gb. 3-
3
2. Kolimasi dan kesejajaran balok. Diameter dari mesin sinar X intraoral kedokteran gigi
harus tidak melebihi dari 2
3
/
4
inchi. Ujung dari Position Indicating Device (PID) atau
silinder tujuan harus dengan erat sejajar dengan balok sinar-X.
Untuk mesin panoramik, balok yang mengeluarkan pasien harus tidak lebih luas
dari celah film pegangan kaset film. Hal ini dapat diuji dengan rekaman film kedokteran
gigi di depan dan di belakang celah. Tongkat jarum harus dibuat melalui kedua film untuk
disusun kembali. Memaparkan sinar, mengolah dan menyusun kedua film. Paparan pada
film di depan celah harus dibandingkan dalam ukuran dengan paparan film di belakang
celah. Perbaikan dibutuhkan jika paparan film bagian depan lebih luas atau tidak
terorientasi dengan baik dengan celah paparan film bagian belakang.
3. Energi balok. kVp atau half-value layer (HVL) dari balok harus diukur untuk
memastikan bahwa balok memiliki energi yang cukup untuk paparan film tanpa
kelebihan dosis pada jaringan lunak. Pengukuran kVp membutuhkan peralatan yang
khusus. Hal ini harus akurat dengan 5 kVp. Pengukuran HVL membutuhkan
dosimetri. HVL harus berukuran minimal 1,5 mm aluminium (Al) pada 70 kVp dan
2.5 mm Al pada 90 kVp.
4. Waktu. Getaran elektris penghitung jumlah dari getaran umum oleh mesin sinar-X
selama interval waktu. Penunjuk waktu harus akurat dan memiliki kemampuan untuk
reproduksi.
5. mA. Menguji linearitas dari kontrol mA jika dua atau lebih pengaturan mA ada pada
mesin. Buat sebuah paparan menggunakan pengaturan umum bitewing dewasa.
Kemudian kurangkan mA menjadi nilai lebih rendah dan pilih waktu paparan yang
lain, pastikan bahwa hasil mA dan waktu dalam detik (impuls) sama untuk bitewing
dewasa. Sebagai contoh, jika mesin memiliki pengaturan 10 dan 15 mA dan 24
impuls untuk pertama, kemudian ukur dosis. Buat paparan kedua pada 10 mA dan 36
impuls dan ukur dosisnya. Dosis pada setiap kombinasi paparan harus sama (15x24 =
10x36). Perbedaan menggambarkan ketidaklinearan kontrol mA atau kesalahan dalam
23

penunjuk waktu, Step wedge sebelumnya mungkin juga digunakan pada tempat
dosimeter. Pada kasus ini, densitas dari setiap langkah dari setiap foto harus sama.
6. Stabilitas tabung kepala. Tabung kepala harus stabil ketika ditempatkan di sekitar
kepala pasien, dan tabung tidak boleh menyimpang selama paparan. Ketika tabung
kepala tidak stabil, perbaikan dibutuhkan untuk mengatur mekanisme suspensi.
Ukuran focal spot. Mengukur ukuran dari focal spot karena dapat memperbesar panas
berlebihan dengan mesin sinar-X. Perbesaran focal spot berkontribusi pada ketidakjelasan
geometris pada hasil gambar. Pperalatan yang khusus dibutuhkan untuk uji ini.
Jika tugas untuk pemeriksaan dalam waktu tertentu telah dilakukan dengan benar,
maka tahap selanjutnya yang menentukan terjaminnya kualitas radiografi tersebut adalah
tahap interpretasi. Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang
mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf harus
dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil densitas gambar.
Kualitas radiograf ditentukan oleh beberapa komponen antara lain: densitas, kontras,
ketajaman, dan detail. Faktor-faktor yang berpengaruh pada detail adalah faktor geometri
antara lain ukuran focal spot, FFD (Focus Film Distance) dan FOD (film Object Distance)
Berbagai intensitas sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini dapat menggantikan film
overexposed atau underexposed atau film dengan kesalahan proses. Banyak film dapat
diselamatkan dengan cara ini, termasuk menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi
tambahan ( Goaz, 1994). Sebaik apapun hasil foto radiografi, tetapi apabila tidak
diinterpretasikan oleh ahli radiograf, maka hasil radiografi tidak akan berkualitas baik.

1. Densitas
Pengertian densitas yang umum adalah derajat kehitaman pada flm. Hasil dari
eksposisi flm setelah dip roses menghasilkan eferk penghitaman karena sesuai dengan
sifat emulsi flm yang akan menghitam apabila di eksposisi. Derajat kehitaman ini
tergantung pada tingkat eksposisi yang diterima baik itu kV maupun mAs.
Densitas ini bisa diukur sehingga densitas itu sendiri akan memiliki sbuah nilai.
Bagaimana densitas bisa diukur dan bagaimana densitas yang baik itu sebenarnya akan
dijelaskan berikut:
a) Bagaimana kehitaman Bisa Diukur
24

Jika sebuah radiograf dilihat, maka seseorang akan langsung bisa melihat bagian
yang putih dan yang hitam pada radiograf tersebut. Ketika ditanyakan bagaimana
tingkat kehitaman radiograf tersebut pada orang yang melihatnya tadi, maka pasti
jawabannya adalah sebuah nilai yang subyektif artinya tergantung bagaimana dia
mengukur tingkat kehitaman tadi menurut perasaannya sendiri.
Sebenarnya densitas itu memiliki nilai yang bisa diukur. Densitas bisa diukur
melalui dua pendekatan yaitu:


Transparansi
Transparansi dari gambaran dapat dinyatakan dengan mngukur intensitas
cahaya yang ditransmisi melewati film (I
t
) dan menyatakan sebagai fraksi atau
prosentase pada intesitas cahaya yang mengenai film (I
0
). Jika dibandingkan antara
kedua intensitas ini maka akan menghasilkan sebuah rasio transmisi. Radio
transmisi adalah rasio cahaya yang ditransmisikan terhadap cahaya yang mengenai
fim.
Rasio transmisi= l
t
/ l
o
Sebuah area lucent (hitam) yang sempurna dari sebuah gambaran
mempunyaio rasio transmisi. Hal ini dikarenakan tidak ada stupun cahaya yang bis
dilewatkan pada film yang hitam sempurna sehingga tidak memiliki nilai. Sewbuah
area transparan yang sempurna mempunyai rasio transmisi sebesar 1 dan
prosentase transmisi sebesar 100%. Hal ini dikarenakan semua cahaya akan
dilewatkan pada film yang transparan sempurna sehingga nilainya sama. Ini berarti
peningkatan kehitaman film akan menyebabkan nilai transmisi ebrkurang.


Opasitas
Opasitas pada gambaran dapat dinyatakan dengan membalik rasio transmisi.
Hal ini akan memberikan nilai yang meningkat seiring dengan meningkatnya
kehitaman dan juga seiring dengan meningkatnya eksposisi.
Opasitas = l
o
/ l
t
25

Sebuah area transparan yang sempurna pada gambaran mempunyai opasitas
sebesar 1. Daerah yang paling hitam pada radiograf memiliki nilai opasitas
mendekati 10.000.

b) Optical density
Nilai opasitas yang dihasilkan dari sebuah film memiliki angka yang cukup
besar. Untuk daerah yang paling hitam nilai opasitas sebear 10.000. Nilai opasitas
yang besar ini tidak bisa dijadikan acuan untuk nilai densitas dikarenakan
angkanya yang sangat tinggi tersebut.

c) Densinometer
Untuk menentukan nilai densitas diperlukan suatu alat yang bekerja dengan
pendekatan rasio transmisi dan opasitas serta nilainya tidak besar. Alat yang
menggunakan semua pendekatan diatas adalah densinometer. Densinometer
adalah sebuah alat yang mempunyai sensor foto yang elektrik yang mengukur
jumlah cahaya yang ditransmisikan melalui selembar film

Cara kerjanya sebagai berikut:
Film diletakkan diantara sumber cahaya dan sensor
Kemudian flm ditekan sehingga film menempel diantara sumber cahaya dan sensor
Selanjutnya sumber cahaya dihidupkan sehingga lampu akan menyala
Cahaya yang melewati film akan ditangkap oleh sensor foto elektrik. Semakin hitam
film yang diukur, maka semakin sedikt cahaya yang diterima oleh sensor. Semakin
sedikit cahaya yang diterima oleh sensor maka nilai densitas akan semakin tinggi.
Hali ini dikarenakan densinometer menggunakan pendekatan opasitas.

d) Nilai densitas
Pada gambaran radiografi, nilai densitas bervariasi mulai dari 0,2 pada bagian
yang paling transparan ampai dengan 3,5 atau 4 pada bagian yang paling gelap.
Daerah abu-abu yang merupakan daerah yang paling sering digunakan mempunyai
densitas mendekati 1.
26

Seperti dinyatakan diatas nilai densitas bervariasi dari mulai 0,2 sampai
dengan 4. Nilai paling bawah tidak bisa sampai 0 dikarenakan terdapatnya basic fog
pada masing-masing film. Seperti sudah diketahui bahwa basic fog akan
menyebabkan adanya densitas yang telah dibentuk meskipun film belum di eksposisi.
Nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah film bisa sampai 4 jika film memiliki
kehitaman sempurna, namun biasanya film pada radiografi jarang yang densitasnya
mencapai nilai 4. Nilai-nilai densitas yang bisa membentuk gambarab pada film dan
bisa dilihat oleh mata biasa disebut dengan usefull density. Nilai usefull density
berkisar antara 0,25-2. Pada kurva karakteristik, nilai usefull density berada pada
daerah staright line portion atau daerah yang lurus pada kurva kaeakteristik.


2. Kontras
Kontras adalah perbedaan densitas pada area yang berdekatan dalam radiografi.
Kontras antara bagian yang berbeda pada gambaran akan membentuk gambaran tersebut.
Semakin besar nilai kontras, maka gambaran akan smakin jelas terlihat. Kontrs pada
radiograf dibentuk oleh dua bagian utama yaitu kontras subyek dan kontras film
a) Kontras subyek
Kontras subyek adalah rasio intensitas radiasi yang ditransmisikan menembus
area yang berbeda pada bahan yang eksposi. Hal ini tergantung pada perbedaan
penyerapan oleh bahan, panjang gelombang dari radiasi primer, intensitas dan
distribusi dari radiasi hambur.
Seperti sudah diketahui bahwa perbedaan penyerapan pada bahan akan
mempengaruhi nilai kontras pada radiograf. Semakin bsar perbedaan ketebalan atau
kerapatan antara dua area bahan, semakin besar perbedaan dalam densitasnya.
Semakin besar perbedaan densitas berarti semakin besar nilai kontrasnya. Pesawat x-
ray yang menggunakan kV rendah secara umum akan menghasilkan radiograf dengan
kontras tinggi. Hal ini terjadi karena energy radiasi yang rendah lebih mudah
teratenuasi sehingga rasio dari foton yang ditransmisikan melewati antara area tebal
dan tipis akan lebih besar dengan energy radiasi yang kecil.

27

b) Kontras film
Kontras film adalah kontras yang dihasilkan akibat sifat dari film tersebut.
Setiap film yang diproduksi oleh sebuah perusahaan memiliki karakter masing-masing.
Ada film yang memiliki karakter dengan respon film yang tinggi terhadap eksposi baik
oleh sinar-x maupun cahaya tampak. Respon film terhadap eksposi tentu sangat
dipengaruhi oleh emulsim film yang ditanam di dalamnya.
Respon film terhadap eksposi inim akan mempengaruhi nilai densitas yang
dihasilkan. Film yang sangat responsive terhadap eksposi akan menghasilkan densitas
lebih tinggi jika dibandingkan dengan film yang kurang responsive terhadap eksposi.

3. Ketajaman
Jika kontras didefenisikan sebagai perbedaan densitas, maka ketajaman
memperhatikan bagaimana perubahan densitas pada perbatasan antara daerah yang
berdekatan. Batas antara dua area yang muncul bisa sangat tajam, hal ini dikarenakan
terdapat perubahan drastic nilai densitas pada batas tersebut. Dapat diambil kesimpulan
bahwa semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar yang dihasilkan.

4. Detail
Detail adalah kemampuan untuk memperhatikan struktur yang sangat kecil pada
sebuah film. Pada sebuah pemeriksaan radiografi, ada bagian dari gambaran tersebut
yang memiliki struktur yang sangat kecil namun sangat penting dalam menegakkan
diagnose. Pada gambar monografi sangat diperlukan detail dari film tersebut karena
organ yang diperiksa adalah jaringan sehingga gambaran yang dihasilkan diharapkan
tampak perbedaan antara jaringan tersebut. Untuk membedakan gambaran antara
jaringan memerlikan detail yang sangat tinggi sehingga dengan mudah dianalisa.
Berbeda dengan pemeriksaan radiograf pada tulang, dimana tulang dan jaringan
sekitarnya bisa langsung dibedakan karena memiliki penyerapan intensitas yang jauh
berbeda.
a) Pengukuran Detail
28

Detail dari gambaran dapat dinilai secara obyektif dengan mengunakan
objek test yang sesuai. Objek test harus mengandung garis-garis radoopaque dan
radiolucent yang sangat dekat jarak pisahnya. Garis-garis tersebut disebut dengan
line pairs. Satuan untuk pengukuran ini adalah line pairs/millimeter (lp/mm).
semakin besar nilai lp/mm maka detailnya akan semakin tinggi.




























29

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah
film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh
gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara
utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan
(fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
\
2. Jadwal Prosedur Jaminan Kualitas Radiografi
Harian
- Periksa pengolahan dengan membandingkan radiograf dengan film acuan atau
dengan step-wedge
- Memasukkan penyebab pemotretan kembali dalam buku catatan
- Menambahkan larutan pengolahan
- Memeriksa suhu dari larutan pengolahan
Mingguan
- Mengganti larutan pengolahan
- Membersihkan peralatan pengolahan
- Membersihkan kotak tampilan
- Melihat kembali buku hasil pemotretan
Bulanan
- Memeriksa safelight dalam kamar gelap
- Memeriksa intensifying screen
- Memutar persediaan film
- Memeriksa grafik paparan
- Memeriksa apron timbal dan pelindung tiroid
Tahunan
- Kalibrasi mesin sinar-X
Jika tugas untuk pemeriksaan dalam waktu tertentu telah dilakukan dengan benar,
maka tahap selanjutnya yang menentukan terjaminnya kualitas radiografi tersebut
adalah tahap interpretasi. Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap
30

dengan sinar yang mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus
dihilangkan. Radiograf harus dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi
perubahan mendetil densitas gambar. Kualitas radiograf ditentukan oleh beberapa
komponen antara lain: densitas, kontras, ketajaman, dan detail.

3.2 SARAN
Saran dari kami selaku kelompok satu, agar pembaca memahami istilah-istilah
yang tertera dalam makalah ini, agar pembaca dapat lebih memahami apa isi ataupun
maksud dari makalah yang kami buat ini.
























DAFTAR PUSTAKA
31


Rahman, nova.2009. radio fotografi. Padang : UNBRAH
at:http://www.ada.org/sections/advocacy/pdfs/topics_radiography_examinations(1).pdf.
Accessed June 25, 2012.
Haring, J. I., L. Jansen.,2000., Dental Radiography., Philadelphia., W. B.Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai