Anda di halaman 1dari 2

A.

Pelaku Dosa Menurut Perspektif Aliran Mutazilah



Kemunculan aliran Mutazilah dalam pemikiran teologi Islam diawali oleh masalah yang
hampir sama dengan kedua aliran yang telah di jelaskan diatas, yaitu mengenai status pelaku
dosa besar, apakah masih beriman atautelah kafir.Perbedaannya, bila Khawarij mengafirkan
pelaku dosa besar danMurjiah memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mutazilah
tidkamenentukan status dan perdikat yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah iatetap mukmin
atau kafir, kecuali dengan sebutan yang sangat terkenal yaitu
al manzilah bain al-manzilatatin.
Setiap pelaku dosa besar, menurut Mutazilah berada di posisi tengah di natara posisi mukmin
dan posisi kafir.Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertaubat ia akan di
masukkan keneraka selama_lamanya.Walaupun demikian siksa yang diterimanya lebih ringan
dari pada siksa orang kafir.
Dalam perkembangannya, beberapa tokoh Mutazilah, seperti Washil bin Atha dan Amr bin
Ubaid memperjelas sebutan bagi pelaku dosa besar dengan sebutan fasiq yang
bukan mukmin dan bukan kafir.
Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar,
aliran Mutazilahmerumuskan secara lebih konseptual ketimbang aliran Khawarij. Yang
dimaksud dosa besar menurut pandangan Mutazilah adalah segala perbuatan yang ancamannya
disebutkan secara jelas dalam Al-Quran, sedangkan dosa kecil adalah sebaliknya, yaitu segala
ketidak patuhan yang ancamannya tidak tegas dalam Al-Quran.
Pendapat Imam Hasan Basri,apabila seorang muslim telah melakukan dosa besar seperti
melakukan pembunuhan tanpa adanya alas an yang dibenarkan,atau melakukan perbuatan zina
dll.Menurutnya seorang itu tidaklah dikatakan kafir tapi dikatakan sebagai mukmin yang
durhaka.Jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat ia akan dihukum di dalam neraka
beberapa waktu,dan kemudian dikelurkan dari neraka dan dimasukkan surge setelah selesai
menjalani hukuman atas dosanya.
Mengenai perbuatan apa saja yng di katagorikan sebagai dosa besar, aliran mutazilah
memaparkan lebih dan merumuskannya dengan lebih konseptual dari pada aliran Khawarij, yang
dimaksud dosa besar menurut pandangan aliran ini adalah segala perbuatan yang ancamannya
telah ditegaskan dalam nash, sedangkan menurut aliran Mutazilah yang di kategorikan dosa
kecil adalah dosa atau ketidak patuhan yang ancamannya tidak ditetapkan dalam nash.
Tampaknya kaum Mutazilah menjadikan ancaman sebagai kreteria dasar untuk menentukan
dosa besar atau dosa kecil.
Masih menurut aliran Mutazilah pelaku dosa besar bukanlah kafir seperti yang
dihukumkan oleh kelompok Khawarij, dan bukanlah dapat dikatakan tetap mumin seperti kaum
Murjiah memberikan status untuk pelaku dosa besar. Menurut Mutazilah pelaku dosa besar
dikategorikan fasik, yaitu posisi yang menduduki antara mumin dan kafir, kata mumin
menurut Washil Ibn Atha merupakan sifat baik dan nama pujian yang tidak dapat diberikan
fasik dengan dosa besarnya, tapi predikat kafir tidak dapat pula diberikan kepadanya, karena
dibalik dosa besar yang dilakukannya ia masih mengucapkan dua kalimat syahadad dan masih
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.


KESIMPULAN

Setiap pelaku dosa besar, menurut Mutazilah, berada di posisi tengah di antara posisi
mukmin dan posisi kafir (al-manzilah bain al-manzilatain). Jika pelakunya meninggal dunia dan
belum sempat bertobat, ia akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya. Walaupun
demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir.

Anda mungkin juga menyukai