Anda di halaman 1dari 53

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATENTION,


RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACATON) TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS
VII SMP NEGERI 1 SUKAWATI
TAHUN PELAJARAN
2013/2014






OLEH:
Komang Dewi Maharani
NIM: 2010.V.1.0173











JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
2013
ii

KATA PENGANTAR


Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), karena berkat rahmat-Nyalah proposal yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Arcs (Atention, Relevance,
Confidence, Satisfacaton) Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam proses penyusunan proposal ini banyak mendapatkan bimbingan,
arahan atau saran dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam kesempatan ini ucapan terimakasih diberikan kepada kepada:
1. Dr. I Made Suarta S.H., M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Bali
2. Drs. I Wayan Suanda, SP., M.Si., selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali.
3. I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua J urusan Pendidikan
Matematika.
4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FPMIPA atas motivasi dan bantuannya
kepada penulis.
5. Rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang telah mendukung proses
penulisan proposal ini dari awal sampai akhir.
Disadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca tetap
diharapkan demi penyempurnaan proposal ini dan penulisan selanjutnya.
Akhir kata diharapkan semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca yang berkepentingan.
Denpasar, Oktober 2013

Penulis


iii


DAFTAR ISI
Halaman

J UDUL ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Manfaat ...................................................................................................... 8
E. Asumsi dan Keterbatasan ........................................................................... 8
BAB II KAJ IAN TEORI ...................................................................................... 10
A. Model Pembelajaran ARCS ( Atention , Relevance, Confidence,
Statisfaction) ............................................................................................ 10
B. Prestasi Belajar Matematika ..................................................................... 13
C. Motivasi Belajar ....................................................................................... 15
D. Model Pembelajaran konvensional ......................................................... 19
E. Kajian penelitian yang Relevan ............................................................... 19
F. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 22
G. Hipotesis ................................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 25
B. Populasi dan Sampel ................................................................................ 30
C. Variabel dan Definisi Variabel ................................................................. 32
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 33
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 34
F. Metode Analisis Data ............................................................................... 39
DAFTAR RUJ UKAN .......................................................................................... 45



1
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai
upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum
memenuhi harapan. Hal ini disebabkan banyak lulusan pendidikan formal yang
belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia. Menurut
UU NO 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dimana telah
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah
sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang
baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. maka
perlu dilakuakn beberapa upaya strategis untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas, mulai dari pendidikan usia dini hingga jenjang
pendidikan yang tinggi tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Salamanca tentang pendidikan insklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua
pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas, oleh karena
itu upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan. Banyak hal yang
dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia di
Indonesia diantaranya adalah dengan menigkatkan kualitas seorang pendidik yang
nantinya akan mendidik dan menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
2

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari banyaknya pendidik-
pendidik berprestasi yang mampu menghasilkan peserta didik yang berprestasi
secara nasional maupun internasional. Peningkatan kualitas pendidikan tidak
hanya mutlak harus dilakukan oleh seorang pendidik tetapi semua aspek yang
dapat mendukung dalam perkembangan kualitas pendidikan harus bekerjasama
dan saling mendukung agar kualitas pendidikan yang di harapkan dapat terwujud.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembengan kualitas pendidikan
adalah kurikulum. Perkembangan kurikulum haruslah memperhatikan segala
aspek yang menyangkut proses perkembangan peserta didik. Menurut Ragan
dalam buku Panduan Menajemen Mutu Kurikulum Pendidikan berpendapat
bahwa kurikulum dalam arti yang luas adalah mencangkup semua program dan
kehidupan dalam sekolah. Kurikulum tidak hanya mencakup bahan pelajaran,
namun seluruh kehidupan dalam kelas, hubungan sosial antar pendidik dan
peserta didik, metode mengajar, dan cara mengevaluasi termasuk di dalamnya.
Artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan diatur dalam kurikulum.
Dalam UU No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Saat ini di Indonesia
baru saja diperkenalkan dengan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum
2013. Namun belum semua sekolah menggunakan kurikulum ini karena
Kurikulum 2013 masih dalam proses uji coba. Kurikulum yang saat ini masih
banyak digunakan adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan masingmasing satuan
pendidikan dan dilaksanakan ditingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Artinya setiap satuan pendidikan memiliki kewenangan untuk menyusun
kurikulumnya sendiri. Di dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan utama kegiatan
pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
dapat menarik minat dan antusias peserta didik serta dapat memotivasi peserta
didik untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana
belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi
3

belajar yang optimal. Prestasi belajar peserta didik merupakan suatu indikasi dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta setelah mengalami proses
belajar-mengajar. Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan peserta didik
dalam memahami suatu materi pelajaran.
Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan bahwa dunia
pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian. Pengembangan kurikulum
ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan perangkat kerja lainnya,
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu pendidik harus
dapat mengambil keputusan yang tepat ketika peserta didik belum dapat
membentuk kompetensi dasar seperti yang diinginkan, untuk itu pendidik harus
memiliki kemampuan dalam mengembangkan modelmodel pembelajaran yang
efektif, yang dapat membuat peserta didik semakin tertarik untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik sehingga hasil pembelajaran
yang di lakukan dapat di tingkatkan. Pendidik tidak semata-mata menggunakan
model pembelajaran yang menurut mereka gampang, tetapi harus memikirkan
kondisi peserta didik yang akan dididik, fasilitas pendidikan di tempat melakukan
kegiatan pendidikan dan faktor-faktor lainnya yang nantinya dapat mengganggu
proses pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar
matematika peserta didik diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, dalam proses pembelajaran pendidik jarang mengkaitkan konsep-
konsep atau materi yang diajarkan dengan kehidupan dunia nyata dan jarang
mengarahkan peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan konsep yang diajarkan. Dampak pembelajaran tersebut adalah
konsep-konsep yang dipelajari peserta didik sulit diintegrasi dengan konsep-
konsep yang sudah ada di dalam struktur kognitif mereka.
Kedua, pembelajaran di kelas hanya berorientasi pada target menuntaskan
materi dalam kurikulum. Dalam pembelajaran yang berorientasi untuk
menuntaskan materi kurikulum, pendidik akan berusaha agar materi yang ada
pada kurikulum habis disampaikan atau disajikan di kelas tanpa memperhatikan
apakah peserta didik sudah dapat menguasai materi tersebut atau belum. Pendidik
akan cenderung mengabaikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
4

telah disajikan. Pembelajaran yang hanya bertujuan menuntaskan materi, akan
berdampak pada peserta didik, yaitu peserta didik akan sulit menemukan atau
mengaitkan materi yang dipelajari di kelas dengan situasi dunia nyata.
Pembelajaran seperti ini hanya berhasil dalam kompetensi mengingat jangka
pendek, tapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan masalah dalam
jangka panjang.
Ketiga, pendidikan matematika di sekolah pada umumnya masih berada pada
pendidikan matematika konvensional. Dalam hal ini pendidik belum mampu
secara optimal melaksanakan pembelajaran berorientasi pemecahan masalah
sesuai tuntutan KTSP. Pendidik lebih banyak memberikan soal/masalah dimana
ide-ide, konsep-konsep, dan pola-pola hubungan matematika, serta strategi,
teknik, dan algoritma pemecahannya diberikan secara explicit sehingga peserta
didik dapat dengan mudah menebak dan mendapat solusinya (immediate
solution), tanpa melalui proses mengerti. Sebaliknya, peserta didik akan
mengalami masalah besar atau gagal mengerjakan tugas matematika, jika soalnya
sedikit saja diubah atau konteksnya dibuat sedikit berbeda dari contoh-contoh
yang telah diberikan. Hal ini mengindikasikan dalam pembelajaran pendidik
belum menjadikan pemecahan masalah sebagai kegiatan utama dalam
pembelajaran padahal kemampuan pemecahan masalah sangat penting
ditanamkan pada peserta didik.
Tujuan utama dari berkembangnya kurikulum ini adalah meningkatkan
kualitas peserta didik yang dihasilkan. Hal ini berarti ada indikasi paksaan yang
timbul terhadap peserta didik yaitu peserta didik dipaksa untuk berkembang atau
mengembangkan kemampuannya agar bisa mengikuti semua kompetensi dasar
yang ingin di capai. Kondisi ini dirasa berhasil saat materi yang diajarkan dikelas
dirasa mudah oleh peserta didik sehingga peserta didik hanya perlu
mengembangkan kemampuan yang telah ia miliki. Namun kondisi ini akan
berdamapak negatif saat materi pelajaran yang diajarkan dirasa sulit untuk di
pelajari. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan di dalam kelas dimana peserta
didik yang memiliki kemampuan lebih dari peserta didik yang lain akan bisa
5

mengikuti perkembangan ini sedangkan peserta didik yang tidak memiliki
kemampuan itu akan semakin tidak mampu mengikuti perkembangan.
Hal ini akan berakibat semakin buruk saat pendidik hanya mengejar materi
yang harus diselesaikan tanpa memperhatikan kemampuan peserta didik atas
materi tersebut sehingga peserta didik yang belum mampu menguasai materi
tersebut akan semakin sulit mengikuti materi berikutnya karena ia belum mampu
menguasai materi sebelumnya. Pada pembelajaran Matematika hal ini berdampak
buruk karena pada dasarnya pembelajaran matematika lebih menekankan
pemahaman konsep peserta didik dari pada penyelelesaian materi yang harus
diselesaikan. Pembelajaran matematika pada dasarnya memiliki keterkaitan antar
bab, sehingga jika peserta didik tidak mampu menguasai bab sebelumnya ia akan
merasa kesulitan untuk menguasai bab berikutnya. Ini akan berakibat pada hasil
belajar peserta didik yang semakin menurun seiring dengan tingkat kesulitan
meteri yang harus diselesaikan peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VII F SMP Negeri 1
Sukawati dapat diketahui bahwa kejadian seperti di atas terjadi pada kelas ini,
dimana pada bab bilangan bulat yang sesungguhnya hanyalah penerapan konsep
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian banyak peserta didik yang
merasa kesulitan ketika mendapat pengembangan soal tentang operasi hitung
tersebut. Ini berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman peserta didik akan
materi berikutnya yaitu materi aljabar. Hal ini terbukti dengan banyaknya peserta
didik yang merasa kesulitan ketika menemui soal tentang operasi hitung aljabar
karena peserta didik sebelumnya kurang dalam pemahaman konsep operasi hitung
bilangan bulat. Hal ini berdampak pada semakin sulitnya peserta didik untuk
berkembang mengikuti materi yang harus mereka selesaikan. Semakin sulit materi
yang diajarkan maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan materi tersebut, sehingga pembelajaran akan semakin tertunda
untuk mulai memasuki materi baru. Namun hal ini tidak berlaku ketika seorang
pendidik hanya mementingkan penyelesaian materi saja tanpa memperhitungkan
mampukah peserta didiknya menguasai materi tersbut.
6

Menjadi pendidik sebaiknya tidak hanya memikirkan penyelesaian akhir dari
materi yang dijelaskan tetapi harus memikirkan mampukah peserta didik
menguasai materi yang diajarkan. Untuk memenuhi hal tersebut pendidik
sebaiknya mampu membuat kondisi belajar dikelas menjadi kondisi belajar yang
mampu membuat peserta didik memahami konsep dasar dari materi apa yang
sedang di pelajari. Kondisi seperti ini sebaiknya menjadikan pembelajaran dikelas
berpusat kepada peserta didik dimana pendidik hanya sedikit menjelaskan tentang
konsep dasar apa yang akan mereka pelajari sedangkan pengembangan dari materi
tersebut peserta didik sendiri yang mengembangkannya. Kegiatan seperti ini akan
memotivasi peserta didik untuk berusaha memahami konsep dasar dari apa yang
mereka pelajari dengan cara mereka sendiri dan mengembangkannya dengan cara
mereka juga.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar
peserta didik tentang pemahaman konsep dasar materi apa yang mereka pelajari
adalah penerapan model pembelajran ARCS (Atention, Relevance, Convidence
and Statisfaction) dimana model pembelajaran ini merupakan prinsip-prinsip
motivasional dalam proses pembelajaran untuk merangsang, meningkatkan dan
memelihara motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, proses
pembelajaran menjadi manarik, bermakna dan memberikan tantangan kepada
peserta didik (Warsita, 2008 ; 81)
Berdasarkan kondisi di atas peneliti mencoba mengadakan penelitian
tentang pengaruh penerapan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) terhadap hasil belajar peserta didik ditinjau dari
motivasi belajar matematika peserta didik kelas VII semester 2 SMP Negeri 1
Sukawati tahun pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan
dengan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and
7

Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang
memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki
motivasi belajar rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati
Tahun Ajaran 2013/2014 ?
3. Apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran
dan antar motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun
Ajaran 2013/2014 ?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention,
Relevance, Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap
hasil belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mendapatkan data empiris tentang perstasi belajar
matematika akibat pengaruh model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) setelah ditijnau dari motivasi belajar matematika.
Secara oprasional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik
yang diajarkan dengan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta
didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang
memiliki motivasi belajar rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika antar
model pembelajaran dan antar motivasi peserta didik kelas VII SMP
Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.
4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran ARCS
(Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar
8

terhadap hasil belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati.

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik melalui model
pembelajaran probing prompting.
1. Secara teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam bidang pendidikan tentang penggunaan model-model pembelajaran yang
lebih kreatif agar mampu menciptakan suasana belajar yang lebih bervariasi. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat menunjang teori-teori pembelajaran terutama
teori tentang model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and
Statisfaction).

2. Secara praktis
Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
berikut.
a. Bagi peserta didik, sebagai pemicu motivasi belajar sehingga peserta didik
dapat belajar matematika dengan baik dan tidak membosankan.
b. Bagi pendidik, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penggunaan dan pemilihan
model dalam mengajar.
c. Bagi pihak sekolah, pihak sekolah dapat memberikan fasilitas yang ada, agar
guru-guru agar bias lebih kreatif.
d. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan terkait dengan penggunaan metode
pembelajaran Matematika di sekolah.

E. Asumsi dan Keterbatasan
1. Asumsi
9

Asumsi adalah suatu anggapan dasar yang tidak perlu diuji lagi kebenarannya.
Asumsi adalah keterangan yang sebenarnya diterima tanpa pembuktian lebih
lanjut untuk menjadi dasar awal suatu pedoman dalam suatu perbincangan.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Jawaban yang diberikan oleh peserta didik selaku responden diasumsikan
telah mencerminkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya
b. Nilai yang diperoleh dari hasil tes terhadap responden diasumsikan telah
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya

2. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkup dari aspek yang di teliti sesuai
dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini, maka keterbatasan penelitian ini
adalah bahwa dalam penelitian ini gejala yang diteliti terbatas pada pengaruh
penerapan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and
Statisfaction) terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar
matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran
2013/2014














10


10
BAB II
KAJIAN TEORI


A. Model Pembelajaran ARCS ( Atention , Relevance, Confidence, Statisfaction)
Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik dituntut untuk dapat
membangkitkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Seseorang tidak akan pernah
belajar jika tidak termotivasi untuk itu, orang tidak bisa dipaksa untuk belajar.
Maksudnya peserta didik harus termotivasi untuk melibatkan diri dalam proses
belajar. Motivasi dan usaha mempengaruhi belajar dan unjuk kerja peserta didik.
Untuk itu motivasilah peserta didik dengan tugas-tugas riil dalam kehidupan nyata
sehari-hari dan kaitkan tugas dengan pengalaman pribadinya. Kemudian dorong
peserta didik untuk memahami kaitan antara usaha dan hasil yang dicapai.
Pengertian ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Statisfaction) menurut
Warsita (2008:81) adalah prinsipprinsip motivasional dalam proses pembelajaran
untuk merangsang, meningkatkan, dan memelihara motivasi peserta didik dalam
belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menjadi menarik, bermakna, dan
memberikan tantangan kepada peserta didik. Model pembelajaran ARCS adalah
model pembelajaran yang dikembangkan oleh Keller pada tahun 1987. Adapun
keempat kondisi motivasional itu sebagai berikut:
Attention (Perhatian), menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah minat
atau pengamatan artinya melihat dengan seksama atau dengan teliti sehingga
menghasilkan sesuatu yang benar. Menurut Warsita (2008; 81) Attention atau
perhatian yaitu merupakan sikap dari seseorang yang umumnya didorong oleh rasa
keingintahuan. Sedangkan rasa ingin tahu ini dirangsang melalui sesuatu yang baru,
unik aneh dan sebagainya. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu
menarik dan memperhatika perhatian peserta didik. Menurut warsita (2008 : 81)
adapun strategi untuk merangsang atau membangun minat dan perhatian peserta didik
dalam pembelajaran ,yaitu : 1) menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi
11

(metode ceramah, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, studi kasus,
demonstrasi, dan sebagainya); 2)menggunakan media pembelajaran; 3) menggunakan
contoh-contoh peristiwa nyata dalam menjelaskan konsep; 4) menggunakan teknik
bertanya untuk melibatkan peserta didik.
Relevance (Relevansi), menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
hubungan artinya setiap materi yang dipelajari harus berhubungan dengan
kebutuhan perserta didik sehingga dapat memotivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Menurut Warsita (2008; 81) Relevance atau hubungan yaitu
menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apabila apa
yang dipelajari memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kebutuhan pribadi meliputi
motif pribadi, motif instrumental dan motif cultural. Ada beberapa stratergi untuk
mengembangkan dan meningkatkan relevansi dalam pembalajaran, yaitu : 1)
menjelaskan tujuan yang ingin dicapai; 2) menjelaskan manfaat pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajarinya, dan bagaimana dalam penerapannya didunia kerja;
3) memberikan contoh, latihan atau tes yang sesuai dengan kondisi peserta didik atau
profesi tertentu.
Confidence (percaya diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu, merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan linkungan. Prinsip ini
menunjukkan bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan
untuk berhasil. Harapan ini sering kali dipengaruhi oleh pengalaman sukses masa
lampau. Sehingga pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk
mengerjakan tugas berikutnya. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kepercayaan diri, yaitu : 1) member materi matematika secara
sistematis, dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang kongkret ke abstrak,
sehingga kemampuan siswa mengikuti pelajaran termotivasi sejak awal kegiatan; 2)
menyampaikan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran,
sehingga arah dan tujuan kegiatan jelas bagi siswa; 3) menumbuh kembangkan rasa
percaya diri pada siswa, dengan tidak mengatakan kamu bodoh, atau kamu salah,
12

akan tetapi guru dapat menggunakan kata lain jika jawaban siswa salah dengan
mungkin masih ada jawaban yang lain atau jawaban kamu sudah hamper tepat
dan sebagainya; 4) memberikan umpan balik yang membangun selama pembelajaran,
agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka selama ini.
Statisfaction (kepuasan) adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu
timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat
kepada perasaan harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar. Adapun strategi
untuk meningkatkan kepuasan peserta didik dalam pembelajaran yaitu, 1)
memberikan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan cacian atau
ancaman; 2) berikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan
pengetahuan yang dipelajarinya; 3) menyuruh peserta didik yang telah berhasil untuk
membantu teman lain; 4) bandingkan prestasi peserta didik dengan prestasinya
sendiri di masa lalu dengan standar tertentu.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan model pembelajaran ARCS (Attention
Relevance Confidence Statisfaction) adalah suatu bentuk pembelajaran yang
mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan
pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan
menimbulkan rasa puas dalam diri siswa tersebut. Model pembelajaran ini menarik
karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga
mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi
diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Astra Winaya ada
keunggulan dalam penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention Relevance
Confidence Statisfaction ) yaitu : 1) memberikan petunjuk aktif dan arahan tentang
apa yang harus dilakukan peserta didik, 2) cara penyajian materi dengan menggunakn
model ARCS dilakukan dengan menarik, 3) model motivasi yang diperkuat oleh
rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada peserta didik, 4) penerapan model
ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang materi lainnya yang pada hakikatnya
kurang menarik, 5) penilaian dilakukan menyeluruh terhadap kemampuan-
kemampuan yang lebih karakteristik siswa agar startegi pembalajaran lebih efektif.
13

B. Prestasi Belajar Matematika
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: Hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).Adapun belajar menurut
pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukan oleh beberapa ahli
diantaranya sebagai berikut.
1. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suat masalah atau berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
3. Belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari mengamati,
membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu
tujuan.
4. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami
itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat mengambil suatu kesimpulan,
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai
akibatdari pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi belajar
sebagaimana yang tercantum dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar
dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang
14

kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-
masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang
bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.
Matematika adalah suatu matapelajaran wajib yang harus diikuti peserta didik
baik peserta didik tingkat SD, SMP, SMA maupun yang telah mengnjak di bangku
kuliah. Matematika sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan
sehari-hari tidak ada satuhhal pun yang luput dari matematika.Matematika sering
menjadi momok bagi peserta didik, karena masih banyak anggapan bahwa
matematika itu susah namun pada dasarnya ketika kita dapat memahami konsep dasar
dari pembelajaran matematika, matematika itu menjadi hal yang mudah dan
menyenangkan untuk dipelajari.
Prestasi belajar matematika sering dikaitkan dengan tingkat kemampuan peserta
didik, ketika peserta didik dengan prestasi belajar matematikanya tinggi maka peserta
didik tersebut dapat dikatagorikan kedalam peserta didik dengan kemampuan tinggi,
begitupun sebaliknya ketika seorang peserta didik memiliki prestasi yang rendah di
bidang matematika maka peserta didik tersebut dikategorikan dalam peserta didik
dengan kemampuan rendah. Beberapa uapaya telah dilakukan dalam peningkatan
prestasi belajar matematika, baik melalui berbagai model pembelajaran yang
bervariasi atau penggunaan media yang dapat menarik minat peserta didik dalam
proses belajar matematika.
Prestasi belajar matematika dapat dilihat dari berbagai aspek matematis peserta
didik.Tidak hanya melalui hasil tes yang diberikan namun dapat dilihat pula dalam
pengaplikasian materi matematika tersebut kedalam kehidupan sehari-hari peserta
didik.Namun yang paling memperlihatkan bahwa seorang peserta didik berprestasi
dalam belajar matematika yaitu melalui hasil-hasil tes yang ddidapat oleh peserta
didik tersebut, apakah hasil tes yang diterima meningkat, menurun atau tetap.Ketika
hasil tes yang diterima peserta didik meningkat maka ada suatu perubahan positif
yang didapt oleh peserta didik, namun bila hasil tes menurun itu berarti terdapat
perubahan negative yang terjadi pada peserta didik.
15

C. Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari dua kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterprestasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu, maka motivasi diartikan sebagai
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Mernurut Mc. Donald,
motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai yang
ditandai dengan munculnyafeeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. David Mc Clelland, berpendapat A motive is the redintegration by a
cue of change in effective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil
pertimbangan yang telah dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi
afektif. Dari beberapa definisi motivasi diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun
dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku
atau aktivitas tertentu lebih baik ari keadaan sebelumnya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar
adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan
tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsic, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
kondusif,dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh
rangsangan terrtentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas
belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta
didik yang sedang belajar untuk mengadakan peribahan tingkah laku, pada umunya
dengan beberapa indicator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai
16

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar
dapat diklasifikasikan sebagi berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; 4) adanya perghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Peranan motivasi dalam belajar dan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang
belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan
hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang
dipelajari itu sedikitnya dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan
seseorang tekun belajar.
Dari peranan motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berperan
penting dalam proses belajar karena motivasi dapat menguatkan apa yang telah
dipelajari peserta dididk serta memperjelas tujuan belajar dan menentukan ketekunan
belajar peserta didik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah.
1. Memberikan angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.
17

Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai
pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para
peserta didik merupakan motivasi yang sangat kuat.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan
tersebut.
3. Saingan atau kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakann sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu motivasi yang cukup
penting. Seseorang berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai
prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.
5. Memberi ulangan
Para peserta didik akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi.
6. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui
bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri peserta
didik untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7. Pujian
18

Apabila ada peserta didik yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement
yang positif dan sekaligus merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.
Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga
diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan
yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, tentu akan hasilnya akan baik.
10. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul
karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancer
kalau disertai dengan minat.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan
alat motivasi yang sangat penting. Oleh sebab dengan memahami tujuan
yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,
maka akan timbul gairah untuk terus belajar.




19

D. Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Djamarah (2000), model pembelajaran konvensional disebut juga model
pembelajaran tradisional karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran konvensional ditandai
dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Selanjutnya menurut Roestiyah (1991), pembelajaran konvensional yang
dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa,
pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu,
misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada
keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran
berpusat pada guru. Dalam pembelajaran konvensional ini, metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah.
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru yang ditandai
dengan pemberian penjelasan atau ceramah, serta pembagian tugas dan latihan dalam
proses pembelajaran.

E. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai penerapan model
pembelajarn ARCS (Attention Relevance Confidence Statisfaction) ini adalah sebagai
berikut.
Zusfahair dalam Penelitian berjudul Aplikasi Teori Motivasi (ARCS Model)
untuk pencapaian kompetensi Mata Kuliah Biokimia I menyimpulkan bahwa
Penerapan teori motivasi (ARCS model) terhadap proses pembelajaran mata kuliah
Biokimia I telah dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa dalam bentuk kepuasan
mahasiswa terhadap penggunaan alat bantu ajar dan peningkatan perhatian dosen
selama proses pembelajaran. Hasil kuisioner menunjukkan secara umum mahasiswa
menilai proses pembelajaran sudah berjalan baik.
20

Zahra Chairani dalam penelitian berjudul Model ARCS dalam Pembelajaran
Hubungannya dengan Aspek Kecakapan Hidup menyimpulkan bahwa 1) 1. Model
ARCS merupakan prinsip-prinsip teori motivasi yang dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran matematika dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kecakapan hidup (life skill) dalam Kurikulum 2004, 2) Pembelajaran matematika
dengan penerapan ARCS dapat meningkatkan minat dan perhatian
siswa,meningkatkan rasa percaya diri serta memberikan rasa kepuasan bagi siswa
dalam perolehan hasil belajarnya, 3) Sembilan peristiwa belajar dalam model ARCS
dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran matematik
dan bersesuaian dengan struktur pembelajaran matematika yang selama ini
dilaksanakan guru, 4) Peningkatan kemampuan siswa dalam matematika dengan
penerapan model ARCS dapat menjadi bahan penelitian tindakan kelas bagi guru.
Envir Setyadin dalam penelitian berjudul Perbedaan Hasil Belajar Model
Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (Arcs) Dengan Model
Pembelajaran Konvensional Pada Kelas X Titl Di Smkn 2 Surabaya menyimpulkan
bahwa 1) Rerata hasil belajar siswa yang dikenakan pembelajaran dengan model
pembelajaran ARCS sebesar 79,78 dan hasil belajar siswa yang dikenakan
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional rerata sebesar 72,35 atau
terdapat perbedaan signifikan atau lebih tinggi antara hasil belajar siswa yang
dikenakan pembelajaran dengan model pembelajaran ARCS dengan hasil belajar
siswa yang dikenakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada
standar kompetensi memperbaiki peralatan rumah tangga listrik, 2) Tingkat kepuasan
siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran ACSR sebesar 88,35%,
sedangkan tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional sebesar 72,87% atau terdapat perbedaan secara signifikansi atau lebih
tinggi tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
ACSR dibandingkan dengan tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi memperbaiki peralatan
rumah tangga listrik.
21

I Made Astra Winaya dalam penelitian berjudul pengaruh model ARCS
terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pembelajaran ips
dikelas iv sd chis denpasar nenyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini
sebaga iberikut: (1) terdapat terbedaan hasil belajarIPS antara siswa yang mengikuti
modelpembelajaran ARCS dengan siswa yangmengikuti model pembelajaran
konvensional,(2) Perbedaan hasil belajar IPS siswa yangmengikuti pembelajaran
model pembelajaran ARCS lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional. Setelah motivasi belajar dikendalikan, (3)
Terdapat kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
CHIS Denpasar. Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan, dan refleksi akademik
terkait dengan beberapa teori sejenis, serta dengan mempertimbangkan karakteristik
serta keunggulan komparatif yang dimiliki oleh model pembelajaran ARCS, maka
dapat diformulasikan saran sebagai berikut: bahwa penelitian ini menunjukkan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran ARCS berbeda dengan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Untuk itu model
pembelajaran ARCS perlu diperkenalkan den dikembangkan lebih lanjut kepada para
guru, siswa dan praktisi pendidikan lainya sebagai alternative pembelajaran.











22


F. Kerangka Berfikir


Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar,
sedangkan tugas utama setiap peserta didik adalah belajar. Keterkaitan antara belajar
dan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran (Sanjaya, 2006).
Salah satu pembelajaran wajib yang dilaksanakan di sekolah adalah
pembelajaran matematika. Pada saat belajar matematika di sekolah banyak dijumpai
peserta didik yang kurang senang dalam mengikutinya. Hal itu karena mereka
menganggap pelajaran matematika itu sulit, menakutkan bahkan membosankan.
Salah satu penyebab hal tersebut karena motivasi belajar siswa terhadap pelajaran
matematika masih tergolong rendah. Akibatnya, minat siswa untuk belajar
matematika juga rendah.
Latar belakang masalah
Motivasi belajar matematika
siswa rendah

Model pembelajaran
Konvesional

Prestasi matematika peserta
didik rendah
Model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction)
Motivasi belajar matematika
siswa meningkat
Prestasi peserta didik
meningkat
23

Minat siswa yang rendah menyebabkan siswa sering mengalami kesulitan belajar.
Tidak banyak dari mereka yang berani untuk menanyakan kesulitan belajarnya di
kelas. Hal itu karena mereka merasa malu, takut dan ragu-ragu untuk
menyampaikannya. J ika tidak ditanggulangi, hal tersebut akan berdampak langsung
terhadap motivasi belajar dan kompetensi mereka di bidang matematika. Berdasarkan
uraian di atas, perlu adanya suatu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi hal
tersebut. model pembelajaran merupakan perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melalui model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).
Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction)
merupakan merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk
merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan
mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran
ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh
pengetahuan yang baru. motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat
mendorong peserta didik mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun
rancangan bahan ajar, jika peserta didik tidak termotivasi maka tidak akan terjadi
peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar
tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik guna
meningkatkan prestasi/hasil belajarpeserta didik khususnya dalam mata pelajaran
matematika, maka penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif
dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan
ataupun minat siswa. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas
dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan
semangat belajar peserta didik secara optimal dengan memotivasi diri peseta didik
sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru masih menjadi
pusat informasi peserta didik, sehingga apa pun yang di katakan oleh guru menjadi
24

referensi bagi peserta didik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
belajar mengajar semuanya di lakukan oleh guru, peserta didik hanya menerima
informasi tanpa di libatkan dalam penentuan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan belajar yang berlangsung.
Berdasarkan nilai matematika peserta didik kelas VII semester II SMP N 1
Sukawati tahun pelajaran 2012/2013 yang masih berada pada kisaran KKM bahkan
cenderung menurun, ini disebabkan mungkain karena model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang mengajar matematika tidak terlalu menarik perhatian
peserta didik untuk belajar.
Dengan demikian berdasarkan uraian diatas peneliti akan menggunakan model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) untuk
menigkatkan prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati tahun pelajaran 2012/2013.

G. Hipotesis Penelitian
Berdasarka kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang
dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut.
1. Ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan
model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and
Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional.
2. Ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki motivasi
belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah
peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.
3. Ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan antar
motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran
2013/2014.
25

4. Ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar
Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati

25
BAB III
METODE PENELITIAN



A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuai apakah
penerapan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction) berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, ini berarti peneliti
memabandingkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction) dengan hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang belajar tanpa
menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction) Menurut metode yang digunakan penelitian ini adalah penelitian
eksperimen karena peneliti sengaja memanipulasi salah satu variabel yang disebut
dengan variabel eksperimental. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan sebab akibat (Emzir, 2011).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat dengan variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) dan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar matematika peserta didik yang di tinjau dari
motivasi belajar matematika peserta didik.
Pada penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas control
dimana kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama dalam
menyelesaikan permasalahan matematika. Kelas eksperimen adalah kelas yang
dimanipulasi oleh peneliti yaitu kelas yang dalam proses belajarnya diterapkan model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) sedangkan
kelas kontorl adalah kelas yang dalam proses belajaranya tidak mendapat perlakuaan
(manipulasi) seperti yang terjadi pada kelas eksperimen namun dalam proses
26

belajarnya kelas kontorl menggunakan model pembelajaran konvensional sebagimana
model pembelajaran yang sering digunakan oleh pendidik. Pada kedua kelompok
tersebut akan dibandingkan prestasi belajar matematikanya yang ditinjau dari
motivasi belajar metematika peserta didik.

2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain
eksperimental semu (quasi-experimental designs) dimana desain eksperimental semu
agak lebih baik dibandingkan dengan pra-eksperimental, karena melakukan suatu
cara untuk membandingkan kelompok (Emzir: 2012). Bentuk desain ekaperimen ini
merupakan pengembangan dari true esperimental design, yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2011). Desain eksperimental semu adalah sebagai berikut. (1) The
Nonequivalent Control Group Design, (2) Desain Rangkaian Waktu (3) Desain
Berimbang (4) Desain Faktorial.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain factorial
(Factorial Design) karena dalam penelitian ini melibatkan dua variabel bebas dan
satu variabel yang dimanipulasi. Pada dasarnya desai ini merupakan elaborasi dari
desain true-experimental dan mengizinkan penyelidikan terhadap dua variabael,
secara individu dan dalam interaksi satu sama lain. Istilah faktorial mengacu pada
fakta bahwa desain tersebut melibatkan beberapa faktor. Setiap faktor memiliki dua
atau lebih tingkatan; dalam penelitian ini faktor metode pengajaran yaitu model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) memiliki dua
tingkatan karena terdapat dua jenis pengajaran, dan faktor motivasi memiliki dua
tingkatan: motivasi tinggi dan motivasi rendah. Desain factorial dapat dilihat pada
gambar berikut.


27

Tabel 3.1 Desain Faktorial
Variabel Ekpsrimental Jenis Pengajaran
Variabel Kontrol Model ARCS Model Konvensional
Motivasi
Tinggi A1 B1
Rendah A2 B2

Keterangan:
A1, A2: Kelas Dengan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction)
B1, B2: Kelas Dengan Model Pembelajaran konvensional
(Emzir, 2010; 106)

3. Rancangan penelitian
Berdasarkan pengertiannya rancangan penelitian dapat diartikan sebagai
strategi mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat
(valid) sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian
eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan
peneliti untuk mengendalikan (mengontrol) variabel-variabel bebas. Dalam keadaan
ini peneliti benar-benar mempunyai peran penuh dalam penelitiannya karena peneliti
yang akan mengendalikan semua keadaan yang terdapat dalam penelitiannya.
Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada
hipotesis yang dikaji. Rancangan ini nantinya akan membantu peneliti dalam proses
penelitiannya. Rancangan penelitian dibuat membantu peneliti dalam menentukan
langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Berikut adalah diagram alur penelitian yang dilakukan.
Diagram alur penelitina






PROPOSAL
ANALISIS SK DAN KD
ANALISIS MATERI AJAR
28















Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitiam


1. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
a) Tahap persiapan
Tahap persiapan dimulai dari pemilihan bahan ajar yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.
Tahap selanjutnya adalah menganalisis bahan ajar yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran, proses analisis ini sangat penting karena bahan ajar yang akan
digunakan dalam proses penelitian nanti harus dapat disesuaikan dengan model
pembelajaran yang digunakan. Kita tahu bahwa tidak semua materi matematika SMP
kelas VII sesuai dengan model pembelajaran yang kita inginkan. Setelah bahan
PEMBUATAN BAHAN BELAJAR
PENGELOMPOKAN SAMPEL KELAS
EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
MODEL PEMBELAJ ARAN ARCS
MODEL PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
TEST
TEST
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
PENELITIAN
29

belajar dianalisis tahap berikutnya adalah pembuatan bahan ajar yang nantinya
digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar ini harus sesuai dengan model
pembelajaran yang diterapkan yakni model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidance, Statisfaction).
Selanjutnhya adalah pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
nantinya akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Ini dilakukan agar guru
tahu dimana dan kapan bahan belajar yang telah dibut ini disertakan dalam proses
pembelajaran.
Proses berikutnya adalah penyusunan instrument tes yang akan diberikan kepada
peserta didik. Dalam menyusun instrument tes dapat dilakukan dengan mengerjakan
soal di buku Matematika kelas VII lalu merubah bentuk soal tersebut kedalam bentuk
soal yang lebih bervariasi. Setelah itu menentukan konsep yang terlibat dan kognitif
untuk setiap butir soal.
Selanjutnya adalah uji validitas soal tersebut. Uji validitas soal dapat dilakukan
oleh peneliti sendiri atau meminta bantuan pembimbing agar mendapatkan butir soal
yang valid sebagai instrument tes dalam penelitian tersebut. Seletah dilakukan uji
validitas selanjutnya adalah proses revisi butir soal hasil validasian tersebut
kemnudian di uji cobakan kepada peserrta didik kelas VII yang tidak termasuk dalam
objek penelitian untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
kualitas pengecoh. Setelah di uji coba instrument tes tersbut di revisi kembali
sebelum diujikan kepada peserta didik yang menjadi sampel penelitian.

b) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan tes awal untuk
mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang menjadi sampel penelitian.
Selanjutnya peserta didik dikelompok kelas eksperimen diberikan pengajaran dengan
menggunakan model pembelajraan ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction) sedangkan peserta didik dikelompok control diberikan pengajaran
dengan menggunakan model pembelajran konvfensional. Setelah dikelompokkan
30

menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen peneliti dapat melakukan penelitian
sesuai rancangan yang telah dibuat. Menyelesaikan materi yang telah dibuat adalah
hal wajib yang harus dilakukan karena dari penyelesaian materi nantinyanya kita bisa
melihat perubahan yang terjadi setelah mendapat treatmen berupa model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).
Setelah materi yang disampaikan pendidik telah selesai seluruh peserta didik yang
menjadi sampel diberikan tes yang sama untuk mengetahui apakan ada perubahan
yangterdi saat peserta didik mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).

c) Evaluasi
Tahap ahir yang dilakukan adalah menganalisis hasil dari tes yang telah diberikan
keseluruh sampel yang terdapat dalam penelitian ini. Setelah analisis hasil tes selesai
dilakukan peneliti selanjutnya membuat kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan apakah model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,
Statisfaction) membawa perubuhan terhadap prestasi belajar metematika peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2012/2013

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Popoluasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2011)
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek itu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1
Sukawati maka SMP Negeri 1 Sukawati merupakan populasi. SMP Negeri 1
Sukawati mempunyai sejumlah orang atau obyek yang lain. Hal ini berarti populasi
31

dalam hal jumlah atau kuantitas. Tetapi SMP Negeri 1 Sukawati juga mempunyai
karakteristik orang-orangnya yang bervariasi, misalnya motovasi kerjanya, disiplin
kerjanya atau kepemimpinannya atau juga iklim organisasinya. Ini berarti segala
sesuatu yang ada di SMP Negeri 1 Sukawati merupakan populasi dari penelitian ini.

2. Sampel
Sampel adalah baigan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono,2011). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada di dalam populasi mungkin karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
akan dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
representatif.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel peserta didik kelas VII dimana
sebelum menjadi sampel dalam penelitian, peneliti memberikan sejenis test kecil
kepada seluruh peserta didik kelas VII untuk mengetahui tingkat homogenitas setiap
kelas. Setelah diketahui tingkat homogenitas setiap kelas peneliti akan lebih mudah
menentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas mana yang akan
menjadi kelas eksperimen.
Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling
karena peneliti memberi peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011). Teknik probability sampling
yang digunakan adalah sample random sampling karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi tersebut. Cara ini dapat dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.




32











Table 3.2 Data jumlah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati

NO Kelas Jumlah
1 Kelas VII A 34
2 Kelas VII B 30
3 Kelas VII C 30
4 Kelas VII D 32
5 Kelas VII E 35
6 Kelas VII F 36
7 Kelas VII G 36
8 Kelas VII H 34
Total 284

Dari data diatas akan dipilih dua kelas sebagai objek dalam penelitian ini dua
kelas ini sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Dua kelas ini akan
dipilih dengan teknik sample random sampling.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel
Variabl penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada beberapa
variabel yang dilibatkan yaitu:

Populasi
Homogen/relatif
homogen

Sampel yang
representatif
Diambil secara

acak/random
Gambar 3.2
Sample Random Sampling
33

1. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dipenden (variabel terikat).
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalh model pembelajaran
yang digunakan yaitu model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,
Confidance, Statisfaction). Kenapa model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidance, Statisfaction) dikatakan sebagai variabel bebas, karena
model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) ini
diharapakn menimbulkan perubahan prestasi belajar matematika peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2013/2014.
2. Varibel dipenden (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oelh
variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati tahun pelajaran 2013/2014
3. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau disebut konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor
luar yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol adalah
motivasi belajar peserta didik.

D. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data tentang prestasi belajar
matematika peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidance, Statisfaction). Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif karena prestasi belajar matematika memiliki skala pengukuran
yang dapat diukur besar kecilnya nilai prestasi belajar tersebut.

2. Metode Pengumpulan Data
34

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Instrument Tes
Instrumen tes yang digunakan adalah Tes uraian objektif dimana tes uraian
objektif adalah tes yang memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relative
lebih pasti sehingga mampu dilakukan penskoran secara objektif (Zaenal Arifin,
2011). Walaupun dalam konsepnya pemeriksaan berbeda namun mempunyai sekor
yang relative sama. Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, sekor hanya
dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. J ika benar
memperoleh sekor 1 dan jika salah memperoleh sekor 0.
Langkah-langkah pemberian sekor uraian objektif adalah:
1) Tuliskan semua kata kunci atau kemungkian jawaban dengan benar secara jelas
untuk setiap soal.
2) Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi sekor 1. Tidak ada sekor setengah
untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawabandengan sekor 1 adalah jawaban
sempurna dan jawaban yang lainnya adalah 0.
3) J ika satu pertanyaan memiliki beberapa sub pertanyaan, perincilah kata kunci
dari jawaban soaltersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan
sekornya.
4) Jumlahkan sekor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut.
Jumlah sekor ini disebut sekor maksimal.

b. Instrumen Non-Test
Intrumen non tes yang digunakan adalah intrumen angket untuk mengetahui
motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Angket adalah alat penilaian hasil
belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang
sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan
35

siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain-lain (BSNP, 2007; 16). Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2010; 199). Mernurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2010; 200) ada
beberapa prinsip penulisan angket yaitu:
1) Isi dan tujuan pertanyaan
2) Bahasa yang digunakan
3) Tipe dan bentuk pertanyaan
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring
7) Panjang pertanyaan
8) Urutan pertanyaan
9) Prinsip pengukuran
10) Penampilan fisik angket
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 193), prosedur untuk membuat angket
adalah :
1) merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket.
2) Mengidentifikasikan variabel ayang akan dijadikan sasaran angket.
3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan
tunggal
4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya.

E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu intrumen tes
berupa tes uraian objektif dan instrumen non-tes berupa instrumen angket motivasi.
1. Konsepsi
a) Insturmen tes uraian objektif
36

Seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya tes uraian objektif adalah tes yang
memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti sehingga
mampu dilakukan penskoran secara objektif (Zaenal Arifin, 2011). Instrument ini
dapat digunakan saat ulangan ahir bab atau sub bab, karena dari ulangan ahir bab atau
sub bab kita bisa tau materi-materi apa yang benar-benar dikuasai oleh peserta didik.
Dari setiap istrumen soal yang diberikan memiliki nilai tersendiri sehingga kita bisa
tau kelemahan dan kelebihan peserta didik dalam menyelesaikan masalah pasa materi
tersebut.

b) Intrumen angket motivasi
Dalam penelitian ini angket motivasi bertujuan untuk mengetahui motivasi
belajar peserta didik dalam belajar matematika untuk kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati. Instrumen angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
asalkan isi dari instrumen ini sesuai dengan variabel apa yang akan diukur. Angket
juga sangat efektif jika terdapat banyak responden yang akan menjadi sampel dalam
penelitian. Ketepatan pemilihan pertanyaan adalah salah satu unsur terpenting dalam
penyusunan angket karena bila pertanyaan-pertanyaan yang disajikan tidak sesuai
dengan variabel yang akan diteliti maka akan membuat penelitian semakin sulit
dilakukan karena peneliti tidak menemukan sesuatu yang dicari dalam penelitian
tersebut.

2. Kisi-kisi instrumen
a) Tes uraian objektif
Sekolah : SMP Negeri 1 Sukawati
Kelas : VII
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : II(dua)
Standar Kompetensi : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam
pemecahan masalah

37

NO
Kompeten
si Dasar
Indikator
Pencapaian
Indikator Soal
Bentuk
Soal
No.Butir
1
Memahami
pengertian
dan notasi
himpunan,
serta
penyajiann
ya
Menyatakan
masalah sehari- hari
dalam bentuk
himpunan dan
mendata
anggotanya
Menyatakan
masalah sehari-
hari dalam bentuk
himpunan dan
mendata
anggotanya
Uraian
Objkektif
1
Menyebutkan
anggota dan bukan
anggota himpunan
Menyebutkan
anggota dan bukan
anggota himpunan
Uraian
Objkektif
2
Menyatakan notasi
himpunan
Menyatakan notasi
himpunan
Uraian
Objkektif
3


Mengenal
himpunan kosong
dan notasinya
Mengenal
himpunan kosong
dan notasinya
Uraian
Objkektif
4
2
Memahami
konsep
himpun an
bagian
Menentukanhimpun
an bagian dari suatu
himpunan
Menentukan
himpunan bagian
dari suatu
himpunan
Uraian
Objkektif
5
Menentukan banyak
himpunan bagian
suatu himpunan
Menentukan
banyak himpunan
bagian suatu
himpunan
Uraian
Objkektif
6
Mengenal
pengertian
himpunan semesta,
serta dapat
menyebutkan
anggotanya
Mengenal
pengertian
himpunan semesta,
serta dapat
menyebutkan
anggotanya
Uraian
Objkektif
7
3
Melaku
kan operasi
irisan,
gabungan,
kurang
(difference)
, dan
komplemen
pada
himpunan
Menjelaskan
pengertian irisan
dan gabungan dua
himpunan
Menjelaskan
pengertian irisan
dan gabungan dua
himpunan
Uraian
Objkektif
8
Menjelaskan
kurang(difference)
suatu himpinan dari
himpunan lainnya
Menjelaskan
kurang(difference)
suatu himpinan
dari himpunan
lainnya
Uraian
Objkektif
9
38

NO
Kompeten
si Dasar
Indikator
Pencapaian
Indikator Soal
Bentuk
Soal
No.Butir


Menjelaskan
komplemen dari
suatu himpunan
Menjelaskan
komplemen dari
suatu himpunan
Uraian
Objkektif
10

b) Angket motivasi
Sekolah : SMP Negeri 1 Sukawati
Kelas : VII
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : II(dua)
Standar Kompetensi : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam
pemecahan masalah

NO Kompetensi Dasar Butir Soal
Pilihan Jawaban
1 2 3 4 5
1 Memahami pengertian dan notasi
himpunan, serta penyajiannya
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10

2 Memahami konsep himpun an
bagian
11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20

3 Melaku kan operasi irisan,
gabungan, kurang (difference),
dan komplemen pada himpunan
21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30

Jumlah Instrumen 30 Butir Soal

3. Uji Instrumen
a) Uji validitas
Tes prestasi belajar matematika tergolong tes uraian, oleh karena itu validitasnya
perlu diuji dengan korelasi product moment, dengan mengkorelasikan skor tiap butir
tes dengan skor total yaitu dengan rumus:

r
xy
=
()()

2
()
2

2
()
2



Keterangan:
r
xy
=koefisien korelasi product moment
39

N =banyak sampel
x=skor butir
y=skor total

Setelah didapat nilai r
xy
, kemudian dibandingkan dengan nilai r
tabel
dengan taraf
signifikansi 5%. J ika nilai r
xy
yang didapat lebih besar dari nilai r
tabel
maka dapat
disimpulkan instrumen tersebut valid.

Tabel 3.3 tafsiran koefisien validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,70 rxy <0,90 validitas tinggi (baik)
0,40 rxy <0,70 validitas sedang (cukup)
0,20 rxy <0,40 validitas rendah (kurang)
0,00 rxy <0,20 validitas sangat rendah
rxy <0,00 tidak valid

b) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk setiap tes yang valid dan menggunakan rumus
alpha cronbach.
r
11
=

1
1

2

Dengan:

2
=
2


( )
2

2
=
2


( )
2



Keterangan:
r
11
=realibitas tes

2
=varians butir

2
=varians total
N =jumlah responden
X =Skor tiap item
Y =Skor total item
40

k =banyak soal yang akan diujicobakan (soal valid)

Setelah r
11
diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r
tabel
dengan taraf
signifikansi 5%. Apabila r
11
lebih besar dari r
tabel
maka dapat dikatakan soal tersebut
reliabel.
Tabel 3.4 koefisien reliabililas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,90 r11 1,00 reliabilitas tinggi (baik)
0,70 r11 <0,90 reliabilitas tinggi (baik)
0,40 r11 <0,70 reliabilitas sedang (cukup)
0,20 r11 <0,40 reliabilitas rendah (kurang)
0,00 r11 <0,20 reliabilitas sangat rendah


F. Metode Analisis Data
Untuk menguji data yang dikumpulkan, maka data diolah dengan menggunakan
analisis uji prasyarat dan uji analisis varian dua arah (ANOVA DUA J ALUR).
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan.
1) Uji normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
bisa diuji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik atau tidak. Apabila sebaran
data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik
parametrik bisa dilakukan.Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal maka uji
lanjut dengan menggunakan statistik parametrik tidak bisa dilakukan, tetapi
menggunakan statistik non parametrik. Untuk menguji normalitas sebaran data bisa
dilakukan dengan empat cara, yaitu kertas peluang normal, Chi-Square.
Dalam hal ini, untuk mengetahui apakah sebaran data hasil suatu penelitian
berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square dengan rumus sebagai
berikut.
41


=
n
i e
e
hit
f
f f
x
2
0
2 ) (


Keterangan:
f
o
=frekuensi observasi
f
e
=frekuensi harapan
i =kelas interval

Sementara itu, hipotesis statistik yang akan diuji dalam uji normalitas data
adalah:
Ha : f
e
f
o

Ho : f
e
=f
o

Kriteria pengujian adalah ) 1 , (
2 2
k hit X X , maka Ho diterima (gagal ditolak)
yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansinya adalah 5%
dan derajat kebebasannya (dk) =(k 1).
2) Uji Homogenitas Varians
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebarab tersebut
homogeny atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. J ika dua
kelompok data atau lebiih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji
homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji
statistik Anakova benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan
sebagai akibat perbedaan dalam kelompok.
Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F dari Havley dengan rumus sebagai
berikut.

2
2
2
1
s
s
F =

Keterangan:
2
1
s =varians yang lebih besar
42

2
2
s =varians yang lebih kecil

Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha :
2
2
2
1

Ho :
2
2
2
1
=
Kriteria pengujian homogenitas, data mempunyai varians yang homogeny bila
F
hit
<F
tabel
=F
(db pembilang -1, db penyebut 1)
pengujian dilakukan paada taraf signifikansi
5% ) 05 , 0 ( = .

3) Uji Hipotesis
Data tentang motivasi berprestasi dan prestasi belajar yang muncul pada diri siswa
dan perubahannya setelah diberikan pembelajaran dideskripsikan secara naratif dan
dianalisis secara deskriptif dengan persentase. Teknik analisis data yang digunakan
untuk pengujian hipotesis adalah dengan teknik analisis varian (anova) dua jalur. Dasar
pemikiran teknik anava adalah variasi total semua subjek dalam suatu eksperimen dapat
dianalisis menjadi dua sumber yaitu varians antar kelompok dan varians dalam
kelompok. Anova dapat digunakan untuk menguji dua mean atau lebih (Furchan Arief,
2005 :220).
Melalui anava dua jalur penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui interaksi antara
prestasi belajar dalam pelajaran matematika yang diberikan dengan model pembelajaran
ARCS dengan motivasi berprestasi yang berbeda dan perbedaan rata-rata prestasi belajar
antara yang menggunakan model pembelajaran ARCS dan Konvensional. Kemudian
dilanjutkan dengan uji-t untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar yang dapat dicapai
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARCS dan
Konvensional dilihat dari motivasi berprestasi baik tinggi maupun yang rendah, mana
yang lebih tinggi antara model pembelajaran ARCS dan model pembelajaran
konvensional.
43

Penelitian ini menggunakan Anava dua jalan untuk mengetahui apakah ada interaksi
antara model pembelajaran ARCS dengan motivasi belajar pada mata pelajaran
matematika.

Tabel 3.5. Rumus Anava Dua Jalur
Sumber
Variansi
Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo
Antara A
N
X
n
X
JK
T
A
A
A


=
2 2
) ( ) (
A-1
A
A
db
JK

d
A
MK
MK

Antara B
N
X
n
X
JK
T
B
B
B


=
2 2
) ( ) (
B-1
B
B
db
JK

d
B
MK
MK

Antara
AB
(interaksi)
B A
T
B
B
B
JK JK
N
X
n
X
JK =


2 2
) ( ) (

B A
db db
AB
AB
db
JK

d
AB
MK
MK

Dalam (d)
AB B A D
JK JK JK JK =
AB B A T
db db db db
Total (T)


=
N
X
X JK
T
T T
2
2
) (

N-1


Keterangan :
J KT =jumlah kuadrat total
J KA=jumlah kuadrat variabel A
J KB =jumlah kuadrat variabel B J
KAB=J mlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
J Ka =jumlah kuadrat dalam
MKA =mean kuadrat variabel A
MKB =mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
MKd =meand kuadrat dalam
FA=harga F untuk fariabel A
FB =harga F untuk variabel B
FAB=harga Fo untuk interaksi variabel A dengan variabel B
(Suharsinii Arikunto, 1005 : 253

Tabel 3.6 Cara penarikan kesimpulan
Jika
t
F F
0
1% Jika
t
F F
0
5% Jika
t
F F <
0
5%
Harga F
0
yang diperoleh
sangat signifikan
Harga F
0
yang diperoleh
signifikan
Harga F
0
yang diperoleh
tidak signifikan
Ada perbedaan mean secara
sangat signifikan
Perbedaan mean secara
signifikan
Tidak ada perbedaan mean
secara sangat signifikan
44

Hipotesis Nilil (Ho) ditolak Hipotesis Nilil (Ho) ditolak Hipotesis Nilil (Ho)
diterima
P <0.01 atau P =0.01 P <0 P <0.01 atau P =0.01
(Suharsimi Arikunto, 2005 :256)

J ika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji t. T-
test Dua Sampel Independen . Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk
pengujian hipotesisi komparatif dua sampel independen, yaitu :

2
2
2
1
2
1
2 1
n
S
n
S
X X
T
+

=
(Sparated Varian)

+
+
+

=
2 1 2 1
2
2 1
2
1 1
2 1
1 1 ) 1 ( ) 1 (
n n n n
S n S n
X X
T
(Polled Varian)

Keterangan:
X1 =rata-rata hasil belajar siswa kelas esperimen
X2 =rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol
S1
2
=banyaknya sampel kelompok 1
S2
2
=banyaknya sampel kelompok 2
n
1
=banyaknya sampel kelompok 1
n
2
=banyaknya sampel kelompok 2

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu :
1. Apakah rata-rata itu berasal dari dua sa.mpel yang jumlahnya sama atau tidak
2. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab
itu perlu pengujian homogen varians.

45

Berdasarkan dua hal di atas maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih
rumus t-test.
1. BiIa jumlah anggota sampel nl = n2 dan varians homogen, maka dapat
menggunakan rumus t-test baik separated varians maupun poled varians untuk
mengetahui t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dk=n1 +n2 -2.
2. bila nl tidak sama dengan n2 da varians homogen dapat digunakan rumus t-test
dengan polled varians, dengan dk =nl +n2 - 2.
3. bila nl =n2 varians homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan polled
varians maupun separated varians, dengan dk=n1- 1 atau n2 -2, jadi bukan n1-
n2-2
4. Bila nl tidak sama dengan n2 dan varians tidak homogen, dapat digunakan
rumus t-test dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel
hitung dari selisih harga t tabel dengan dk = (n1-1) dan dk =n2-1, dibagi dua
kemudian ditambah dengan harga t terkecil.

Rumusan hipotesis 1
Ha : Ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan model
pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction) dan
peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan
model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction)
dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional

Rumusan Hipotesis 2
Ha : Ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki motivasi
belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah
peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014
46

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki
motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar
rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran
2013/2014

Rumusan Hipotesis 3
Ha : Ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan antar
motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran
2013/2014
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan
antar motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran
2013/2014

Rumusan Hipotesis 4
Ha : Ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar
Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati.
Ho : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,
Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar
Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati.
Kriteria pengujian
Ho ditolak jika F (interaksi AB) hasil analisis lebih besar atau sama dengan F Tabel
dengan signifikan 5% atau F nilai interaksi AB mempunyai tingkat signifikan dibawah
0,05
Ho diterima jika F (interaksi AB) hasil analisis lebih kecil atau sama dari F Tabel dengan
signifikan di atas 0,05 (Sugiyono, 2003,203)


DAFTAR RUJUKAN


Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka
Cipta
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. Rosda
Astra Winaya, I Made DKK.2013.PENGARUH MODEL ARCS TERHADAP
HASIL BELAJ AR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJ AR SISWA
PADA PEMBELAJ ARAN IPS DI KELAS IV SD CHIS DENPASAR
tersedia pada
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
10&ved=0CHcQFjAJ &url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2F
e-
journal%2Findex.php%2Fjurnal_pendas%2Farticle%2Fdownload%2F5
22%2F314&ei=9IdiUsnIEIqyrAffnYGYDw&usg=AFQjCNHAyq6bZg
wsJ_sjj0irLuBagOYYvQ&sig2=Czmz7j1PTxnbE9Vv4S9oDQ&bvm=b
v.54934254,d.bmk. (diakses pada 19 Oktober 2013)
B.Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara
------------------- dan Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta. Bumi
Aksana
Chairani, Zahra.2005. MODEL ARCS DALAM PEMBELAJ ARAN
(Hubungannya dengan Aspek Kecakapan Hidup) tersedia pada
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
2&ved=0CDEQFjAB&url=http%3A%2F%2Flocal.sman3sda.sch.id%2
Fdownload%2Fdownload%2Febook%2FBUku%2Fbuku%2520matema
tika%2Fmodel%2520ARCS%2520dalam%2520pembelajaran.pdf&ei=
9IdiUsnIEIqyrAffnYGYDw&usg=AFQjCNHQ41fMhihFXTjHcz_lHh
wBT_22YQ&sig2=c5Dy45WtCiCYyux1ZgB5rA&cad=rja. (diakses
pada 19 Oktober 2013)
Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Malang. Gava Media
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta. Rineka Cipta
Emzir. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta.
Rajawali Pers
Envir Setyadin, Joko.2013.PERBEDAAN HASIL BELAJ AR MODEL
PEMBELAJ ARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE,
SATISFACTION (ARCS) DENGAN MODEL PEMBELAJ ARAN
KONVENSIONAL PADA KELAS X TITL DI SMKN 2 SURABAYA
terdapat pada ejournal.unesa.ac.id/article/1287/44/article.pdf. (diakses
pada 19 Oktober 2013)
Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UGM
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta.Bumi
Aksana
Seputri, Resti Switaning Edy.2010.Penerapan pembelajaran model ARCS untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar sistem persamaan linier dan
kuadrat dua variabel siswa SMU Laboraturium UM kelas X semester I
oleh Resti Switaning Edy Seputri. tersedia pada
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=43259. (diakses
pada 19 Oktober 2013)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabet
-----------.2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabet
Supangat, Andi. 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensif, dan
Nonparametrik. Jakarta.Kencana Prenada Group
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta. Rajawali Pers
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Bandung. Rajawali Pers
Zusfahair,Dkk.2007. Aplikasi Teori Motivasi (ARCS Model) untuk
PencapaianKompetensi Mata Kuliah Biokimia I terdapat pada
http://www.scribd.com/doc/117460686/Aplikasi-Teori-Motivasi-ARCS-
Model-untuk-Pencapaian-Kompetensi-Mata-Kuliah-Biokimia-I.
(diakses pada 19 Oktober 2013)

Anda mungkin juga menyukai