Anda di halaman 1dari 15

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien
mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat
dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya
(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk
mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak
jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan sehingga
dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan
atau kerugian akibat menimbun barang.
JIT (just-in-time) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi
aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan
permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan
produksi.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki
implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat
sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau
dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta,
dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan
perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimalisasi
pemborosan. Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen,
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan
fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi
atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak
menambah nilai bagi suatu produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan
kunci utama, yaitu :
5

1. menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan.
2. memproduksi dengan jumlah kecil
3. menghilangkan pemborosan
4. memperbaiki aliran produksi
5. menyempurnakan kualitas produk
6. orang-orang yang tanggap
7. menghilangkan ketidakpastian
8. penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.
B. Latar Belakang Timbulnya Just In Time
Sistem Just In Time berkembang di negara Jepang karena adanya
keprihatinan industri-industri di Jepang. Pada saat itu Jepang merupakan negara
yang memiliki sumber daya alam yang terbatas, ketergantungan pada energi dan
bahan baku import, dan keadaan geografisnya yang kurang menguntungkan (80%
bagian negara terdiri dari pegunungan). Hal ini menjadikan para produsen Jepang
mempunyai posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan pesaing-pesaing
dari negara-negara barat. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai macam
usaha untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan biaya produksi
yang lebih rendah dibandingkan negara lain sehingga produk Jepang menjadi
sangat kompetitif dengan produk lain di dunia internasional.
Jepang mengembangkan suatu inovasi terhadap pemborosan dalam hal
bahan baku, tempat, tenaga kerja, waktu serta biaya. Harga tanah yang mahal
akibat lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk membangun tempat
penyimpanan persediaan sehingga mendorong perusahaan untuk merancang tata
letak pabrik dan arus bahan menjadi seefektif mungkin. Dari keterbatasan
inilah Just In Time berkembang. Pendekatan Just In Timedikembangkan oleh Mr.
Taiichi Ohno (mantan wakil presiden Toyota Motor Company di Jepang)
bersama rekannya di pertengahan 1970. PengembanganJust In Time di Jepang
adalah untuk menghindari atau mengeliminasi pemborosan, menghindari produk-
produk rusak atau cacat dengan menghasilkan produk yang bermutu tinggi,
mengeliminasi pengerjaan ulang dan penumpukan persediaan.
6

Keberhasilan Just In Time pada Toyota Motor Company menarik
perhatian perusahaan lain di Jepang. Toyota telah memperoleh pengakuan dunia
industri tentang keberhasilannya mengurangi inventory sampai pada tingkat
minimum (orientasi zero inventory). Sejak saat penerapan sistem Just In
Time terbukti manfaatnya semakin bertambah banyak perusahaan-perusahaan di
Jepang yang ikut menerapkan sistem Just In Time. KonsepJust In Time ini
kemudian meluas di luar Jepang yaitu Ford, Chrysler, General Motor, Hawlett
Packard merupakan contoh perusahaan-perusahaan besar yang telah menerapkan
sistem Just In Time. Tempat makan siap saji seperti McDonalds telah belajar
sistem manufaktur Just In Time seperti Toyota, dengan menerapkan sistem Just
In Time baru yang disebut dengan Made For You. Dimana tujuan dari
sistem Just In Time tersebut adalah melayani setiap konsumen dengan makanan
yang sesegar mungkin dalam waktu 90 detik. Sampai saat ini, sistem Just In
Time terus berkembang dan diterapkan bukan saja pada perusahaan-perusahaan
manufaktur, tetapi juga dikembangkan oleh perusahaan kecil (Ristono, 2010).
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana
menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara
kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik seharusnya
diberikan. Tujuan JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan
perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas,
serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu hal yang perlu selalu di
ingat peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan survive, tetapi
tidak memiliki daya saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana.
C. Tujuan JIT (Just In Time)
Tujuan dari adanya manajemen menggunakan dan mengembangkan
konsep manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum atas
beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi proses produksi
Peningkatan efisiensi dapat dilakukan terutama melalui pengurangan
persediaan barang sehingga mengakibatkan pengurangan biaya persediaan, atau
dengan kata lain meningkatkan perputaran modal. Biaya persediaan ini sangat
7

tinggi, berkisar antara 20 %40% dari harga barang pertahun. Efisiensi didapat
juga dengan cara mendesain pabrik sedemikian rupa sehingga proses produksi
dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman.
2. Meningkatkan daya kompetisi
Meningkatnya efisiensi dalam proses produksi dengan sendirinya akan
meningkatkan daya saing perusahaan. Hal ini dianggap salah satu tujuan yang
paling penting, yaitu suatu tujuan strategis, karena peningkatan efisiensi berarti
penurunan biaya dan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap bertahan dalam
persaingan pasar.
3. Meningkatkan mutu barang
Kemitraan pembeli (perusahaan) penjual (penyedia bahan baku) yang
dibina dan berlangsung dalam jangka panjang selalu berusaha untuk melakukan
perbaikan secara terus menerus dalam hal mutu dan biaya barang. Mutu tinggi
dari suku cadang atau komponen yang dipasok oleh pemasok pada gilirannya
akan meningkatkan mutu barang yang diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan
penjual pembeli memungkinkan melakukan pengendalian mutu suku cadang atau
komponen dengan lebih murah dan lebih handal.
4. Mengurangi pemborosan
Pengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang,
karena pada hakekatnya pemborosan adalah biaya.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :
1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan,
2. Meningkatkan mutu,
3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan
harga jual rendah dan laba meningkat),
4. Memperbaiki kinerja pengiriman.
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem ini adalah :
- Zero Defect (tidak ada barang yang rusak).
- Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up).
- Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot).
- Zero Handling (tidak ada penanganan).
- Zero Queues (tidak ada antrian).
8

- Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin).
- Zero Lead Time (tidak ada lead time).
JIT pemanufakturan didasarkan pada konsep :
Hanya memproduksi produk sejumlah yang diminta oleh konsumen
(tepat kuantitas)
Memproduksi produk bermutu tinggi
Memproduksi produk berbiaya rendah
Memproduksi produk berdaur waktu yang tepat
Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu
JIT pembelian didasarkan pada konsep :
Hanya membeli sejumlah barang yang diperlukan untuk produksi
Membeli barang bermutu tinggi
Membeli barang berharga murah
Pengiriman barang yang dibeli tepat waktu
JIT mempunyai empat aspek pokok yaitu sebagai berikut :
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan
konsumen harus dieliminasi
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu menjadi lebih tinggi
3. Selalu diupayakan penyempurnaan berkesinambungan
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman
terhadap aktivitas
D. Manfaat JIT (Just In time)
JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga
merupakan sistem - sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi
dan aktivitas. Manfaat JIT antara lain :
- Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.
- Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi
- Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi
kesalahan pada sumbernya.
- Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.
- Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.
- Layout pabrik yang lebih baik.
9

- Pengendalian kualitas dalam proses.
E. Persyaratan-persyaratan Just In Time
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penerapan JIT:
1. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan
produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu
diletakkan dalam satu lokasi.
2. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana
menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara
kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik seharusnya
diberikan.
Membentuk Aliran/Penyederhanaan. Idealnya suatu lini produksi yang baru
dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi,
menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
Kanbal Pull Sistem. Kanbal merupakan sistem manajemen suatu
pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang
perlu diperhatikan:
1. Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya.
2. Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat
dibutuhkan,
3. Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya,
4. Meratakan beban produksi,
5. Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning,
6. Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3. Visibiltas / pengendalian visual
Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual.
Melacaknya apa yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para
karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak
rute produksi yang saling bersilangan.
4.Eliminasi Kemacetan
10

Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa
produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi
silang. Tim ini terdiri dari berbagai departemen, seperti perekayasaan,
manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup.
Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang
terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk
menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan
proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin
membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator
yang menjalankan mesin tersebut.
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC) dan Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada
dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus
bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak
ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi
mesin harus bekerja dengan prima.
F. Keuntungan dan Kelemahan JIT
Keuntungan JIT :
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan
11

historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan
konsumen.
Perlu kita ketahui bahwa pengimplementasian konsep Just In Time (JIT)
dalam perusahaan juga tidak mudah. Kegiatan produksi akan terhenti dan
tenggang waktu pengiriman tidak terpenuhi apabila salah satu komponen bahan
penting hilang atau ditemukan cacat. Sedangkan pemasok harus mampu
menyerahkan bhan baku yang bebas dari cacat pada waktu dan jumlah yang
tepat. Hal ini berarti perusahaan perlu mengandalkan pemasok yang betul-betul
dapat diandalkan dan juga pemasok yang yang sanggup untuk memasok bahan
baku dalam jumlah yang tepat sebelum proses produksi dilaksanakan.
Oleh karena itu disamping konsep Just In Time (JIT) menghasilkan
benefit yang tinggi karena aktifitas evesiensi biaya namun diiringi juga dengan
risiko yang tinggi pula. Pilihan ini tentu saja harus membuat perusahaan berfikir
lebih komprehensif sehingga perusahaan dapat mengantisipasi segala
kemungkinan untuk meminimalisir risiko.
G. Elemen-elemen Kunci JIT
1. Tingkat persediaan yang minimal
Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
o Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
o Jumlah penanganan bahan baku
o Jumlah persediaan yang usang.
2. Pembenahan Tata Letak Pabrik
3. Arus Lini
Jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak
melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman
barang jadi.
4. Pengurangan Setup Time
Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan
formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure
yang berbeda.
5. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
12

TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan
penerimaan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para
pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.
6. Tenaga kerja yang fleksibel
H. Aspek Pokok JIT
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan
secara terus - menerus untuk merespon perubahan dengan meminimalisasi
pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu:
- Menghilangkan semua aktifitas atau sumber- sumber yang tidak memberikan
nilai tambah terhadap produk atau jasa.
- Komitmen terhadap kualitas prima.
- Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
- Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan
visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.
I. Penerapan JIT
Just In Time diterapkan di bidang fungsional perusahaan, diantaranya
adalah Just In Time Pembelian dan Just In Time Produksi.
- JIT Pembelian
Pembelian JIT adalah sistem pembelian barang berdasarkan permintaan
sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu
tinggi, dan berharga murah. JIT pembelian mengharuskan adanya sistem
penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan konsumen atau
penggunaan produksi.
Di Jepang dan USA, sistem JIT pembelian telah lama dan banyak
digunakan dalam praktik industri yang produknya cepat rusak misalnya dalam
industri pembuatan makanan jajanan (basah), bunga segar, ikan segar. Namun
sekarang, di negara tersebut JIT pembelian banyak diterapkan juga dalam
berbagai bidang industri lainnya.
JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara:
> Mengurangi jumlah pemasok.
13

> Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
> Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan.
> Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak bernilai tambah.
> Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.
Penerapan JIT pembelian mempengaruhi sistem penentuan biaya dengan
cara-cara sebagai berikut:
Keterlacakan langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
Perubahan cost pools untuk mengumpulkan biaya.
Mengubah dasar pengalokasian biaya penanganan bahan (barang).
Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli
secara individual.
Mengurangi biaya adminidtrasi system akuntansi
- JIT Produksi
Produksi JIT adalah sistem produksi berdasar tarikan permintaan
sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu , tepat jumlah, bermutu tinggi dan
berbiaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi
dengan cara:
Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses.
Mengurangi atau meniadakan lead time.
Mengurangi atau menidakan setup.
Menyederhanakan pengolahan produk.
Perusahaan yang menggunakan JIT produksi menyatakan bahwa mereka
secara signifikan dapat mengurangi aktivitas - aktivitas tidak bernilai tambah dan
meningkatkan efisiensi secara besar - besaran.
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem
akuntansi biaya manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
Meningkatkan keterlacakan langsung sejumlah biaya.
Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas
tidak langsung.
Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya
tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets.
14

J. Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional
Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional
JIT TRADISIONAL
1. Sistem tarikan
2. Persediaan tidak signifikan
3. Basis pemasok sedikit
4. Kontrak jangka panjang dengan
pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur seluler
6. Karyawan berkeahlian ganda
7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi
9. Gaya manajemen sebagai penyedia
fasilitas
10. Total quality control (TQC)
1. Sistem dorongan
2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka pendek dengan
pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur
departemen
6. Karyawan terspesialisasi
7. Jasa tersentralisasi
8. Keterlibatan karyawan rendah
9. Gaya manajemen sebagai pemberi
perintah
10.Acceptable quality level (AQL)
1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar
atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen
eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan
konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan
aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.
System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar
dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas
pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong
aktivitas penjualan.
2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan.
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi
persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-
citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan
system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah
bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang
15

diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan
penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen
melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi
melebihi jumlah bahan yang dibeli.
3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk
mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah,
memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan
system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga
yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas
tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus
dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang
rendah.
4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa
pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan
sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah,
bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta
dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan
kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk
memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau
mungkin mutunya rendah.
5. Struktur seluler dibanding struktur departemen
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam
satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U
sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu
jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam
pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu,
dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam
system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa
departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan
16

beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.
Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu
dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.
6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
System JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus
digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian
ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu
misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu.
Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi
berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau
departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada
aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada
departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan,
pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga
jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada
system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para
karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus
ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si
struktur selulernya.
8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan.
Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para
karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada
mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut
pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat
meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para
karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana
pabrik beroperasi.
9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
17

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai
atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk
melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan
karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang
cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.
10. TQC dibanding AQL
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan
pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan
dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol
atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat
mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen. AQL
(Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan
pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya
kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah
ditentukan sebelumnya.
K. Hubungan Antara JIT dan TQM.
Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality
secara keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat
menanggapi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi
melaksanakan JIT, tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan
TQM, maka personil departemen produksi akan menghadapi hambatan yang
besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga sering kali timbul
penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah. Kaizen atau
perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality
Management (TQM). Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum
sistem mutu dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak
akan dapat dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini
adalah usaha yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa
juga merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan
sebagai perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen
18

nerupakan suatu kesatuan pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang
meliputi:
1. Berorientasi pada pelanggan.
2. Pengendalian mutu secara menyeluruh
3. Robotic
4. Gugus kendali mutu
5. Sistem saran
6. Otomatisasi
7. Disiplin di temapt kerja
8. Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh
9. Kanban
10. Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat
11. Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer
dan karyawan
12. Pengembangan produk baru
Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus
dan berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari ini harus lebih
dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari
tanpa ada perbaikan. Adapun hirarki dalam kaizen adalah:
o Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan
o Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan
o Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai
penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan kebijakan
o Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi
o Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil

Anda mungkin juga menyukai