PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2014 1. Jelaskan tentang perkembangan organ sistem reproduksi sejak embrio A. Perkembangan organ saat embrio Pertumbuhan dan perkembangan organ gonad ini berasal dari lapisan mesoderm intermediate pada minggu ke-5. Pada pria perkembangan system reproduksinya berasal dari duktus mesonephros (Wollfian), sedangkan pada wanita berasal dari duktus paramesonepros (Mullerian) yang berkembang di sebelah lateral duktus mesoneprhos. Perkembangan kedua saluran ini akan bermuara pada sinus urogenitalia. Perkembangan embrio genitalia eksterna pada pria dan wanita (penis, skrotum, clitoris, labia, vagina) juga akan berdiferensiasi sampai umur kira-kira 8 minggu. Sebelum berdiferensiasi, embrio pada pria dan wanita terdapat genital tubercle, yang terdiri dari uretral groove, sepasang uretral fold dan labioscrotal swelling. Pada embrio pria, beberapa testosterone akan dikonversikan menjadi dihydrotestosteron yang menstimulasi perkembangan uretra, prostat, organ genital eksterna (skrotum dan penis). Genital tubercle akan memanjang dan berkembang menjadi penis. Fusi antara uretral fold akan membentuk spongy (penil) uretra. Labiosrotal swelling akan berkembang menjadi skrotum. Karena pada wanita tidak terdapat dehidrosteron, maka genital tubercle ini akan berkembang menjadi clitoris. Uretral fold tetap terbuka membentuk labium minora, dan labioscrotalnya berkembang menjadi labium mayora.
B. Perkembangan organ saat pubertas Pertumbuhan pada masa remaja ditinjau dari tinggi dan berat badan merupakan akselerasi yang tinggi sehingga hapir mencapai 2 kali lipat, mendahului tercapainya kematangan seksual (pubertas) dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Pada pertumbuhan remaja wanita, ukuran garis tengah transversal dari pelvis akan bertambah, kemudian payudara akan membesar, terjadi pigmentasi putting susu, perubahan sekresi vagina. Segera sesudah itu, mulai tumbuh rambut di daerah pubis dan akhirnya di bagian aksila.ovarium akan bertambah besar dan berat dengan lambat mulai dari lahir hingga menarche, kemudian tumbuh lebih cepat antara menarche dan pubertas. Pada saat pubertas, ovarium berbentuk lonjong dan mempunyai permukaan yang rata. Bila perkembangan folikel ovarium sudah cukup hingga menghasilkan estrogen, maka pertumbuahan uterus mulai cepat, terutama bagian korpusnya. Vagina bertambah lebar dan dalam, dindingnya mulai mempunyai lipatan transversal. Tuba fallopi manjadi matang serta menjadi panjang dan lebar. Pada dinding epithelium tumbuh sel cilia dan mulai ada peristaltic yang lambat. Pada anak pria, pertama-tama testis dan penis akan bertambah besar, kemudian terjadi perbesaran mammae yang sementara pada awal pubertas. Selanjutnya timbul rabut di daerah pubis, ketiak dan muka, terjadi perubahan suara. Timbul spermatozoa dalam sekresi seminalis.
C. Perkembangan orang saat lansia 1. Wanita Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi. a. Vagina Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna. b. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. c. Ovarium Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron. d. Payudara (Glandula Mamae) Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik. e. Menopause Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase perimenopause. Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
2. Pria Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah: a. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum. b. Kelenjar prostat biasanya membesar. Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut. c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi. d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun. f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja. g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu.
2. Jelaskan fungsi masing-masing organ reproduksi A. Organ reproduksi pria Eksternal a. Penis Sebagai organ ereksi sehingga dapat memperpendek jarak yang harus ditempuh sperma di dalam organ reproduksi wanita. b. Scrotum Sebagai organ yang melindungi organ-organ di dalamnya. c. Testes Sebagai penghasil hormon testosterone dan sebagai penghasil sperma d. Epididimis Sebagai tempat maturisasi sperma sehingga siap untuk ovulasi
Internal a. Vas deferens Sebagai saluran yang dilalui sperma yang sudah matur dari epididimis b. Uretra Saluran yang berfungsi sebagai saluran sperma dan urin keluar dari tubuh c. Vesikula seminalis Sebagai penghasil fruktosa yang menyediakan energy bagi sperma d. Kelenjar prostat Sebagai penghasil cairan untuk ejakulasi e. Kelenjar Bulbourethral Sebagai penghasil cairan yang berfungsi untuk lubrikasi dan untuk menetralkan cairan asam yang mungkin tersisa ketika eliminasi urin
B. Organ reproduksi wanita Eksternal a. Mons Veneris Berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika. b. Labia Mayora Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual. c. Labia Minora Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pembuluh darah dan syaraf. d. Klitoris Merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual. f. Vestibulum Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama. g. Hymen Merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid maupun sekret dan cairan dari genetalia internal dapat mengalir keluar.
Internal a. Vagina Berfungsi sebagai : Saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu haid dan sekret dari dalam uterus, alat untuk bersenggama, dan jalan lahir bayi waktu melahirkan. b. Uterus Berfungsi sebagai: Tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di dalam rahim pada saat hamil, memberi makanan pada janin melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim. c. Tuba Fallopi Berfungsi sebagai saluran yang membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke dalam uterus. d. Ovarium Memproduksi Ovum e. Ligamentum Berfungsi untuk mengikat ataumenahan organ-organ reproduksiwanita agar terfiksasi dengan baik padatempatnya, tidak bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya
3. Jelaskan peran dan fungsi hormon reproduksi dalam tahap perkembangan Perkembangan Pranatal Perempuan memiliki kromosom seks dengan konfigurasi XX. Selama fase embrionik, sel-sel yang berkembang menjadi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan berkembang dari jaringan gonad yang sama dan potensial untuk berkembang menjadi genitalia laki-laki atau perempuan. Pertama-tama sistem duktus millerian dan sistem duktus wolffian tidak dapat dibedakan. Sistem ini berkembang menjadi gonad, duktus dari gonad menjadi genetalia eksternal dan kelenjar seks sekunder. Diferensiasi embrio menjadi laki-laki atau perempuan dipengaruhi konfigurasi genetik dan hormon-hormon. Pada akhir minggu ke-12 dari kehamilan, jenis kelamin janin sudah dapat ditentukan secara visual. Pada embrio perempuan, struktur-struktur internal (uterus, tuba falopi, dan sepertiga bagian dalam vagina) akan berkembang dari sistem duktus mullerian, sedangkan sistem duktus wolffian mengalami regresi. Pada diferensiasi karotip laki-laki (XY), gen SRY pada kromosom Y mengawali perkembangan testis yang nantinya memproduksi testosteron, yang merangsang sistem duktus wolffian untuk berkembang menjadi epididimis, vas diferensial, dan vesikula seminalis. Sistem mullerian ditekan dalam perkembangannya. Selanjutnya, genetalia laki-laki akan berkembang dengan adanya dihidrotestosteron. Tidak adanya faktor-faktor laki-laki (gen-gen dan hormon-hormon) janin akan berkembang menjadi perempuan.
Perkembangan saat Pubertas Periode pubertas pada perempuan terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonodotropin oleh hipofise yang perlahan dimulai pada tahun ke-8 kehidupan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11-16 tahun. Berkembangnya seks sekunder dna primer yang berkarakteristik adalah sebagai akibat pengaruh hormon estrogen. Tanda pubertas eksternal dilihat dari puting dan payudara yang berkembang dan areola yang membesar, tumbuhnya rambut aksila dna pubis, panggul melebar, yang berkembang dengan cepat. Uterus dan ovarium juga berkembang dan matang.
Perubahan akibat Penuaan Perubahan sistem reproduksi pada perempuan akibat penuaan biasanya dimulai selama dekade kelima dalam kehidupan. Kebanyakan perempuan mengalami monopause di awal usia 50-an. Pada saat itu, reduksi hormon estrogen akhirnya menyebabkan penghentian menstruasi yang bersamaan dengan gejala khas penurunan produksi hormon, yaitu atrofi organ-organ reproduksi, menurunnya lubrikasi, dan tidak stabilnya vasomotor. Istilah klimakterium pada laki-laki ditujukan pada saat fungsi reproduksi fisiologis mulai menurun sehubungan dnegan proses penuaan. Proses penurunan ini terjadi lebih lambat daripada proses pada perempuan, dengan demikian fungsi sistem reproduksi pada laki-laki akan dapat bertahan pada usia lanjut. Tubulus seminiferus dari testes akan terus menghasilkan sperma, meskipun jumlahnya lenih sedikit dengan bertambahnya usia. 10% dari tubulus seminiferus akan berhenti menghasilkan sperma pada usia 40 tahun, 50% pada usia 50 tahun, dan 90% pada usia 80 tahun. Kadar testosteron akan menurun secara bertahap. Jumlah sel- sel Leydig mungkin menurun, seperti halnya kemampuan sel-sel yang masih ada untuk mengahsilkan testosteron. (Price, Sylvia A., 2005)
Hormon yang dihasilkan oleh wanita adalah : a. Hormon Testosteron Hormon Testosteron dihasilkan oleh intersisial Leiding yang terletak di antara tubulus seminiferus. Sel ini sedikit pada bayi dan anak, namun banyak pada pria dewasa. Setelah pubertas, sel intersisial banyak menghasilkan hormon testosteron setelah disekresi testis. Sebagian besar testosteron berikatan longgar dengan protein plasma yang beredar dalam darah. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi andosteron dan dehidroepiandosteron. Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui empedu ke dalam urin. Fungsi Testosteron: 1. Efek desensus testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang paling penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan faktor keturunan. 2. Perkembangan seksual primer dan sekunder: Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun, mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas. b. Hormon Gonadotropin Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormone yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria. Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit terjadi di dalam tubulus seminiferus dan dirangsang oleh FSH. Namun FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa karena itu testosteron disekresi secara serentak oleh sel interstisial yang berdisfusi menuju tubulus seminiferus oleh proses pematangan akhir spermatozoa. c. Hormon Estrogen Hormon estrogen dibentuk dari tesosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya kedalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma. d. Hormon Pertumbuhan Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Secara khusus meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan spermatogenesis sangat berkurang atau tidak sama sekali.
Hormon yang dihasilkan oleh wanita adalah : a. Hormon Estrogen hormon estrogen disekresikan oleh ses-sel trache intrafolikel ovarium, korpus latum, dan plasenta. Sebagian kecil dihasilkan oleh korteks adrenal.Estrogen mempermudah pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan tuba uterin, jumlah otot uterus, dan kadar protein kontraktil uterus. Eatrogen mempengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH. Dalam beberapa keadaan menghambat sekresi LH, dan dalam beberapa keadaan lain meningkatkan LH. Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus duktus yang terdapat pada kelenjar mamae dan merupakan hormone feminisme wanita, terutama disebabkanm oleh hormone androgen. b. Hormon Progesteron Hormon progesterone dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta. Hormon ini bertanggungjawab atas perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks dan vagina. Progesteron juga berpengaruh anti-estrogenik pada miometrium. Selain itu menurunkan kepekaan otot endometrium, sensitivitas ,iometrium sambil meningkatkan potensial membrane, selain itu juga bertanggungjawab meningkatkan suhu basal tubuh pada saat ovulasi. Efek progesteron terhadap tuba falopii meningkatkan sekresi dan mukosa. Pada kelenjar mamae, progesterone meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolar kelenjar mamae. c. FSH FSH mulai ditemukan pada gadis berusia 11 tahun dan jumlahnya terus menerus bertambah sampai dewasa. FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Pembentukan FSH ini akan berkurang pada pembentukan atau pemberian estrogen dalam jumlah yang cukup, yaitu keadaan hamil. d. LH LH bekerjasama dengan FSH menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel se Graaf. LH menyebabkan penimbunan substansi progesterone dalam sel granulose. Bila estrogen dibentuk dalam jumlah yang cukup besarakan menyebabkan pengurangan produksi FSH sedangkan produksi LH bertambah sehingga tercapai suatu rasio produksi FSH dan LH yang dapat merangsang terjadinya ovulasi. e. Hormon Prolaktin Hormon prolaktin ditemukan pada wanita yang mengalami menstruasi, terbanyak pada urine wanita hamil, masa laktasi, dan menopause. Hormon ini dibentuk oleh selnalfa dari lobus anterior kelenjar hipofisis. Fungsi hormone ini adalah mempertahankan produksi progesterone dari kortus luteum. Kelenjar hipofisis dirangsang dan diatur oleh pusat yang lebih tinggi yaitu hipotalamus untuk menghasilkan factor pelepas gonadotropin. (Syaiffudin, Haji, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (Eds.). (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (6 th ed.). Jakarta: EGC. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. (2007). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: InfoMedika Syaifuddin. (2011). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Tortora, J Gerrard et all. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. Asia: Willey