Anda di halaman 1dari 12

3

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Urinaria
Sistem urinaria adalah sistem yang terdiri dari organ-organ yang
memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan
salah satu sistem utama untuk mempertahankan hemoestasis (kekonstanan
lingkungan internal) (Sloane, 2003).
2.2 Komponen Sistem Urinaria
Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin, dua ureter
yang membawa urin ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan
sementara, dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh melalui orifisium
uretra eksterna (Sloane, 2003).
2.2.1 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitorial bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf
dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal (Setiadi, 2007).
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan
homeostasis cairan tubuh. Ginjal terletak dalam rongga abdomen,
retroperiotonal primer kiri dan kanan kolumna vertebralis yang
dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang periotonium. Batas
atas ginjal kiri setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12 dan
batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrae lumbalis ke-3. Setiap ginjal
memiliki panjang 11-25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal kiri
lebih panjang dari ginjal kanan. Berat ginjal pada pria dewasa 150-170
gram dan wanita dewasa 115-155 gram dengan bentuk seperti kacang,
sisi dalamnya menghadap ke verterbarae thorakalis, sisi luarnya
4

4

cembung dan di atas setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar suprarenal
(Setiadi, 2007).
2.2.2 Fungsi Ginjal
Menurut Sloane (2003), fungsi ginjal adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran zat sisa organik
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin dan produk
penguraian hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium,magnesium,
sulfat dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan
ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal
atau kulit.
c. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen (H
+
), bikarbonat
(HCO
3
-
) dan amonium (NH
4
+
) serta memproduksi urin asam atau
basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
d. Pengaturan produksi sel darah merah
Ginjal melepas eritropoitein, yang mengatur sel darah merah dalam
sumsum tulang.
e. Pengaturan tekanan darah
Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan
tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensinaldosteron,
yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.
f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam
amino darah
Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih
bertanggung jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.

5

5

g. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan
atau zat kimia asing lain dari tubuh.
2.2.3 Struktur Ginjal
Secara anatomis ginjal
dibagi 2 bagian yaitu korteks
dan medulla ginjal. Di dalam
korteks terdapat berjuta
nefron sedangkan di dalam
medulla banyak terdapat
duktus ginjal (Setiadi, 2007).
Gambar 1. Struktur ginjal

2.2.3.1 Nefron
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki satu
komponen vaskular (kapilar) dan satu komponen tubular (Sloane,
2003).
1. Glomerulus
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi
kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul Bowman.
Glomerulus dan kapsul Bowman bersama-bersama
membentuk sebuah korpuskel ginjal (Sloane, 2003).
a. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan
zat terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradien
tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman. Cairan yang
difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam kapsul bowman
disebut filtrat glomerulus. Filtrasi ini dibantu oleh faktor
berikut:
6

6

- Membran kapilar glomerular lebih permeabel
- Tekanan darah dalam kapilar glomerular lebih tinggi
(Sloane, 2003)
b. Laju filtrasi glomerular (LFG)
Laju filtrasi glomerular adalah jumlah filtrat yang
terbentuk per menit pada semua nefron dari kedua ginjal.
Pada laki-laki, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau
180 L dalam 24 jam; pada perempuan sekitar 110
ml/menit (Sloane, 2003).
c. Faktor yang mempengaruhi LFG
-. Tekanan arteri
Bila tekanan arteri meningkat, ini jelas
meningkatkan tekanan di dalam glomerulus sehingga
laju glomerulus meningkat, tetapi peningkatan filtrasi
masih diatur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan
glomerulus yang meningkat drastis (Setiadi, 2007).
- Efek kontriksi arteriol aferen
Pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol aferen
menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam
glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus,
akibatnya terjadi penurunan filtrasi glomerulus (Setiadi,
2007).
- Efek kontriksi arteri eferen
Kontriksi arteriol eferen meningkatkan tahanan
terhadap aliran keluar dari glomerulus dan ini akan
meningkatkan laju glomerulus dan filtrasinya, tetapi
bila penyempitan arteri terlalu besar dan aliran darah
sangat terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun
(Setiadi, 2007).


7

7

- Efek aliran darah glomerulus atas laju filtrasi
glomerulus
Bila arteriol aferen dan eferen berkontraksi, maka
jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap
menitnya akan menurun. Kemudian karena cairan
filtrasi dari glomerulus maka konsentrasi protein plasma
dan tekanan osmotik koloid plasma di dalam
glomerulus akan meningkat. Sebaliknya ini akan
melawan filtrasi, sehingga bila aliran darah glomerulus
turun secara bermakna di bawah normal, maka laju
filtrasi mungkin menjadi tertekan secara serius
walaupun tekanan glomerulus tinggi (Setiadi, 2007).
2. Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15 mm
dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen
tubulus ini terdapat sel-sel epitelial kuboid yang kaya akan
mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan
lumen (Sloane, 2003).
3. Ansa Henle
Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai
desenden ansa henle yang masuk ke dalam medula,
membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan) dan
membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle
(Sloane, 2003).
4. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya
sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Di
sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding
arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan
arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula
densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor
dan distimulasi oleh penurunan ion natrium (Sloane, 2003).
8

8

Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula
densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang
disebut sel jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui
penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin (Sloane,
2003).
Macula densa, sel jukstaglomerular dan sel mesangium
saling bekerja sama untk membentuk aparatus
jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan
darah (Sloane, 2003).
5. Tubulus dan duktus pengumpul
Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks,
maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus
kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus
pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk
tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam pelvis
ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal urine dialirkan
ke ureter yang mengarah ke kandung kemih (Sloane, 2003).

2.2.4 Pembentukan Urine
Ginjal memproduksi urine yang mengadung zat sisa metabolik dan
mengatur komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama: filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus (Sloane, 2003).
1. Filtrasi glomerular
Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari
kapiler glomerular dalam gradien tekanan ke dalam kapsul Bowman
(Sloane, 2003).
2. Reabsorpsi tubulus
Sebagian besar filtrat (99%) secara aktif direabsorpsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor
aktif terhadap gradien tersebut atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85%
natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada
filtrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proksimal,
9

9

walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron (Sloane,
2003).
3. Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah prose aktif yang memindahkan zat keluar
dari darah dalam kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju
cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urine (Sloane, 2003).

2.2.5 Karakteristik Urine
2.2.5.1 Komposisi
Menurut Sloane (2003), Urine terdiri dari 95% air dan
mengandung zat terlarut berikut:
a. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein,
asam urat dari katabolisme asam nukleat,dan kreatin dari
proses penguratan kreatin fosfat dalam jaringan otot.
b. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran
dan buah.
c. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak
adalah konstitusien normal dalam jumlah kecil.
d. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium,
sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium.
e. Horman atau katabolit hormon ada secara normal dalam
urinee.
f. Berbagai jenis taksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin,
atau enzim secaraa normal ditemukan dalam jumlah kecil.
g. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah
merah, sejumlah besar badan keton, zat kapur (terbentuk saat
zat mengeras dalam tubulus dan dikeluarkan), dan baru
ginjal atau kalkuli.
2.2.5.2 Sifat fisik
a. Warna. Urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat
jika kental. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh
jika didiamkan.
10

10

b. Bau. Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau
amonia jika didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai
dengan diet; misalnya, setelah makan asparagus. Pada
diabetes yang tidak terkontrol, aseton menghasilkan bau
manis pada urine.
c. Asiditas atau alkalinitas. ph urinee bervariasi antara 4,8
sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0 tetapi juga bergantung
pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan
meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan
alkalinitas.
d. Berat jenis urinee berkisar anatara 1,001- 1,035, bergantung
pada konsentrasi urine (Sloane, 2003).

2.2.6 Kontrol volume cairan dan elektrolit
Volume CES ( Cairan dan Elektrolit Sistem urinearia) ditentukan
terutama oleh jumlah total zat terlarut yang aktif secara osmotik dalam
CES. Jumlah Na
+
CES merupakan penentu yang penting untuk volume
CES karena Na
+
dan Cl
-
merupakan zat terlarut terbanyak yang aktif
secara osmotik di CES, dan karena perubahan konsentrasi Cl
-
mengikuti
perubahan konsentrasi Na
+
. Dengan demikian, mekanisme pengendalian
keseimbangan Na
+
merupakan mekanisme utama yang berperan dalam
mempertahankan volume CES. Namun demikian, terdapat juga
pengendalian volume melalui ekskresi air, peningkatan volume CES
menghambat sekresi vasopresin, dan penurunan volume CES
meningkatkan sekresi hormon (Ganong, 2008).
Pada keadaan sakit, kehilangan air dari tubuh (dehidrasi)
menimbulkan penurunan volume CES yang sedang, karena air akan
hilang baik dari cairan di kompartemen intrasel maupun ekstrasel tetapi
kehilangan Na
+
melalui fese atau diare, urine, atau keringat akan sangat
menurunkan volume CES dan akan menimbulkan shock. Kompensasi
langsung tubuh terhadap shock bekerja terutama untuk mempertahankan
volume intravascular, tetapi juga dengan mempengaruhi keseimbangan
Na
+
. Bila volume CES berkurang, tekanan darah akan turun. Tekanan
11

11

kapiler glomerulus akan menurun sehingga LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus) akan berkurang dan menurunkan jumlah Na
+
yang
difiltrasi. Reabsorbsi Na
+
oleh tubulus akan meningkat (Ganong, 2008).

2.3 Hormon dan syaraf yang berpengaruh pada sistem urinaria
2.3.1 Hormon
1. Antidiuretic hormon (ADH)
Antidiuretic hormon berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas
tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul terhadap air sehingga
mengakibatkan terjadinya reabsorpsi dan volume urine yang sedikit.
Hormon ini disintesis oleh badan sel saraf dalam nukleus supraoptik
hipotalamus dan disimpan dalam serabut saraf hipofisis posterior.
Hormon ini kemudian dilepas sesuai impuls yang sampai pada serabut
saraf (Sloane, 2003).
2. Aldosteron
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel
korteks kelenjar adrenal. Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan
duktus pengumpul untuk meningkatkan absorpsi aktif ion natrium dan
sekresi aktif ion kalium (Sloane, 2003).

2.3.2 Syaraf
Kandungan kemih mendapat persyarafan utama dari saraf-saraf
pelvis, yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus
sakralis, terutama berhubungan dengan segmen S-2 dan S-3 dari medulla
spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam 2 bentuk
persyarafan yaitu serabut saraf sensorik dan saraf motorik. Serabut
sensorik mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandungan kemih.
Sinyal sinyal regangan khususnya dari uretra posterior merupakan
sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk memicu refleks
pengosongan kandungan kemih (Guyton dan John, 2012).
Persyarafan motorik yang dibawa dalam saraf-saraf pelvis
merupakan serabut parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang
terletak di dalam dinding kandungan kemih. Kemudian saraf-saraf
12

12

postganglionic yang pendek akan mempersarafi otot detrusor (Guyton
dan John, 2012).
Selain saraf pelvis, terdapat dua jenis persyarafan lain yang penting
untuk mengatur fungsi kandungan kemih. Yang paling penting adalah
serabut motorik skeletal yang dibawa melalui saraf pudensus ke sfingter
eksterna kandungan kemih. Saraf ini merupakan serabut saraf somatik
yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunteer pada sfinger
tersebut. Kandungan kemih juga mendapatkan persyarafan simpatis dari
rangkaian simpatis melalui saraf-saraf hipogastrik, yang terutama
berhubungan dengan segmen L-2 dari medulla spinalis. Serabut simpatis
ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek
terhadap proses kontraksi kandungan kemih. Beberapa serabut saraf
sensorik juga berjalan melalui persyarafan simpatis dan mungkin penting
untuk sensasi rasa penuh dan nyeri (Guyton dan John, 2012).
2.4 Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Dinding terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
sel-sel transisional, otot polos sirkulair dan lungitudinal yang dapat melakukan
peristaltik (kontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli (Setiadi, 2007).
2.5 Kandung kemih
Kandung kemih bekerja sebagai penampung urine, organ ini berbentuk
buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar, di depan isi lainnya dan di
belakang sinfisis kubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah
terpancang erat dan disebut basis, bagian atas atau fundus naik kalau kandung
memekar atau mengembang karena urine. Puncaknya atau apeks mengarah ke
depan bawah dan ada di belakang sinfisis fubis (Pearce, 2011).
Menurut Pearce (2011), dinding kantong kemih terdiri atas:
1. Sebuah lapisan serus sebelah luar
2. Lapisan berotot
13

13

3. Lapisan sub mukosa
4. Lapisan mukosa dari epithelium transisional (peralihan).

2.6 Uretra
Ureter ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke
luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi
kandung kencing. Meatus urinalis terdiri dari serabut otot lingkar, yang
membentuk spinter uretra. Pada wanita panjang uretra adalah 2,5-3,5 cm. Dan
pada pria 17-22cm. Fungsi ureter adalah mengeluarkan urine dari kandung
kencing. (Pearce, 2011).
2.7 Gangguan Sistem Urinaria
Menurut Sloane (2003), gangguan sistem urinaria sebagai berikut:
a. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri (biasanya Escherichia Coli) yang menyebar dari
uretra atau karena repons alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung
kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri (disuria) yang disertai
darah dalam urinee (hematurial).
b. Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
1. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respons imun terhadap
toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A).
2. Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga
tubulus. Inflamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus,
tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau
karena glomerulonefritis akut.
c. Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi
bakteri. Inflamasi dapat berawal di traktus urinearia bawah (kandung
kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah
dam limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinearia terjadi akibat pembesaran
kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu
terjadinya pielonefritis.
d. Batu Ginjal (kalkuli urinearia) terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat
mengalir bersama urinee; batu yang lebih besar akan tersangkFut dalam
14

14

ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang
menyebar dari ginjal ke selangkangan.
e. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan
terjadinya retensi garam air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan
penurunan drastis volume urinee (oligura). Melalui pengobatan terhadap
kondisi penyebab gagal ginjal, maka prognosinya membaik. Gagal ginjal
yang tidak di obati dapat mengakibatkan penghentian total fungsi ginjal
dan kematian.
1. Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil di
obati. Penyakit ini ditandai dengan oligura mendadak yang diikuti
dengan penghentian produksi urinee (anuria) secara total. Hal ini
disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau
cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak
cocok, atau dehidrasi berat.
2. Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit
yang mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti
glomerulonefritis kronik atau pielonefritis, trauma, atau diabetes
nefropati (penyakit ginjal akibat diabetes melitus). Penyakit ini diobati
melalui hemodialisis (ginjal buatan) atau transplantasi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai