Pendahuluan Identitas suatu kota pada dasarnya adalah sesuatu yang mampu memberikan kesan dalam sebuah proses imajinasi manusia dan pada akhirnya menciptakan kesan unik tersendiri. Identitas suatu kota tidak sekedar simbolis arsitektural semata seperti mengartikan identitas suatu kota cukup dengan membuat landmark saja. Memahami identitas kota tidak hanya berorientasi pada keberadaan elemen-elemen fisik maupun kejelasan struktur kota namun yang lebih penting adalah makna yang terkandung di dalamnya serta bagaimana keberjalinan antara manusia dengan objek fisik dapat terbangun. Seperti faktor lingkungan sosial, ekonomi, budaya dapat mempengaruhi terbentukya identitas suatu kota. Sehingga adanya sebuah sense yang memberikan makna bagi setiap orang. Identitas suatu kota tidak dapat terbentuk secara langsung, namun butuh proses yang cukup lama untuk membentuknya. Pembentukan karakter suatu kota didasari pada 5 unsur utama, yaitu nodes, paths, districts, landmarks, dan edges. Ketika dilakukan wawancara terhadap beberapa informan usia tua dan usia muda yang pernah tinggal di J akarta, didapati perbedaan mengenai karakter kota J akarta berdasarkan 5 unsur utama tersebut. Hal ini terjadi karena ruang jelajah orang berusia tua relatif lebih luas dibandingkan orang yang masih berusia muda. Kemudian dapat dibandingkan juga perkembangan suatu kota dari informasi serta mental map orang berusia tua dan orang yang masih berusia muda. Identitas Kota Identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri (Lynch, 1960). Ketika berbicara mengenai identitas kota, tidak akan pernah lepas dari bentukan-bentukan fisik tiga dimensi bangunan-bangunan serta sudut pandang kehidupan manusia yang menghuni di dalamnya. Manusia akan mampu merasakan keunikan dari sebuah kota tidak hanya secara fisik namun juga keunikan dan kekhasan kehidupan Gambar 1. Monumen Nasional sosial, budaya, ekonomi, politik, dan spiritual penghuninya. Kota adalah sumber kenangan (collective memory) masa lampau. Kota bukan sekedar gambaran manusia masa kini, melainkan juga sebagai sumber kenangan masa lampau dan arena berfantasi ke masa depan (Budiharjo, 1991). Sehingga sangat jelas bahwa kota tidak boleh dipahami sebatas fisik semata, namun lebih ditekankan bagaimana interaksi sosial antara berbagai elemen terjadi. Identitas kota tidak lepas dari simbol yang ada pada suatu kota. Simbol ini memiliki banyak makna jika dipandang dari sudut pandang material, kultural, dan struktural. Penyandang simbol paling utama adalah bangunan-bangunan monumental dan patung-patung kolosal. Sebagai contoh pada kota J akarta, semua orang sudah mengenal Monumen Nasional (Monas) sebagai simbol dari Kota J akarta. Ada pula Patung Pancoran, Stadion Gelora Bung Karno, dan bangunan-bangunan lainnya. Namun tidak hanya itu, selain bentuk fisik tersebut ada unsur sosial budaya, seperti simbol dari Kota J akarta adalah masyarakat suku Betawi dengan segala adat istiadatnya. Dari beberapa informan yang telah diwawancarai, semua telah mengenal Monas sebagai simbol dari Kota J akarta, dan hanya orang yang berumur sudah agak tua yang mengetahui adanya monumen-monumen maupun bangunan-bangunan lainnya yang menjadi simbol Kota J akarta. Begitu juga ketika ditanya identitas Kota J akarta, semua informan hanya menjawab Monas yang begitu kental sebagai identitas Kota J akarta. Karakteristik Kota Suatu kota pasti memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lainnya. Kevin Lynch (1918-1989) dalam bukunya yang berjudul The Image of The City mengemukakan bahwa kota memiliki ciri khas yang dapat membuat seseorang menilai suatu kota sebagai tempat yang unik dan tak terlupakan karena kota tersebut memiliki karakter dan keunikan yang khusus. Menurut Kevin Lynch terdapat 5 unsur yang terdapat dalam kota yang membuat suatu kota berkarakter, yaitu nodes, paths, districts, landmarks, dan edges. Nodes atau simpul merupakan pertemuan antara beberapa jalan/lorong yang ada di kota, sehingga membentuk suatu ruang tersendiri. Masing-masing simpul memiliki ciri yang berbeda, baik bentukan ruangnya maupun pola aktivitas umum yang terjadi. Biasanya Gambar 2. Suku Betawi Gambar 3. Bundaran HI bangunan yang berada pada simpul tersebut sering dirancang secara khusus untuk memberikan citra tertentu atau identitas ruang. Nodes merupakan suatu pusat kegiatan fungsional dimana disini terjadi suatu pusat inti/core region dimana penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidup semuanya bertumpu di nodes. Nodes ini juga juga melayani penduduk di sekitar wilayahnya. Nodes dapat berupa persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman,, square, dan sebagainya. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya. Berdasarkan wawancara terhadap informan yang berusia >40 tahun, nodes yang paling diingat adalah Bundaran HI. Karena bundaran tersebut adalah persimpangan jalan besar yang cukup unik dan terdapat air mancur besar serta dikelilingi gedung-gedung pencakar langit. Sementara informan yang berusia <25 tahun lebih mengingat pertigaan organon yang berada di Bintaro sektor 1. Karena pertigaan tersebut cukup unik dan sering dilalui ketika hendak beraktivitas, dimana terdapat bus Metro Mini dan Angkutan Umum 08 yang sedang mangkal serta sering terjadi kemacetan lalu lintas setiap pagi di pertigaan itu. Paths atau J alan merupakan penghubung dan jalur sirkulasi manusia serta kendaraan dari sebuah ruang ke ruang lain di dalam kota. Paths adalah merupakan salah satu unsur pembentuk kota. Paths sangat beranaka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi geografisnya, aksesibilitasnya dengan wilayah lain dan sebagainya. Berdasarkan elemen pendukungnya , paths dikota meliputi jaringan jalan sebagai prasarana pergerakan dan angkutan darat, sungai, laut, udara, terminal/pelabuhan, sebagai sarana perangkutan. J aringan perangkutan ini cukup penting khususnya sebagai alat peningkatan perkembangan daerah pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun komunikasi lainnya. Paths adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Paths merupakan identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang besar, serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan lain-lain), atau ada belokan yang jelas. Berdasarkan wawancara terhadap informan yang berusia >40 tahun, paths yang paling diingat adalah jalan Veteran Bintaro, karena jalan tersebut selalu terjadi kemacetan lalu lintas setiap pagi. Sedangkan informan yang berusia <25 tahun, lebih mengingat jalan dari rumahnya di Bintaro menuju Kampus UI Depok, karena dia melalui jalan itu setiap hari dan sudah sangat hafal jalan menuju kampus serta sepanjang jalan menuju kampus terdapat ruas jalan yang sering macet seperti di J alan Raya TB Simatupang. Gambar 4. J alan Veteran Bintaro Districts adalah suatu daerah yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dan memberikan citra yang sama. Distrik yang ada dipusat kota berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi. Daerah pusat kegiatan yang dinamis, hidup tetapi gejala spesialisasinya semakin ketara. Daerah ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan. Hal ini ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian penduduk kota masih tingal pada bagian dalam kota-kotanya (innersections). Proses perubahan yang cepat terjadi pada daerah ini sangat sering sekali mengancam keberadaan bangunan-bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah- daerah yang berbatasan dengan distrik masih banyak tempat yang agak longgar dan banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal. Districts merupakan kawaan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. Districts mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogenya, serta fungsi dan posisinya jelas. Berdasarkan wawancara terhadap informan yang berusia >40 tahun, districs yang paling diingat adalah kawasan industri Karawang, karena di kawasan tersebut, hampir semua bangunannya adalah pabrik industri namun tertata rapi dan bersih. Sedangkan informan yang berusia <25 tahun, lebih mengingat area pendidikan di sekitar J alan Raya Kodam Bintaro, karena di sepanjang jalan tersebut terdapat beberapa sekolah, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga tingkat Sekolah Menengah Atas. Landmarks atau tengaran adalah salah satu unsur yang turut memperkaya ruang kota. Bangunan yang memberikan citra tertentu, sehingga mudah dikenal dan diingat dan dapat juga memberikan orientasi bagi orang dan kendaraan untuk bersirkulasi. Landmarks merupakan ciri khas terhadap suatu wilayah sehingga mudah dalam mengenal orientasi daerah tersebut oleh pengunjung. Landmarks merupakan citra suatu kota dimana memberikan suatu kesan terhadap kota tersebut. Landmarks dapat berupa elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota, misalnya gunung atau bukit, gedung tinggi, menara, tanda tinggi, tempat ibadah, pohon tinggi, dan sebagainya. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Gambar 5. Kawasan Industri Karawang Berdasarkan wawancara terhadap informan yang berusia >40 tahun, landmarks yang paling diingat adalah Monas, karena Monas adalah salah satu landmarks J akarta yang paling ramai setiap harinya, apalagi ketika hari besar nasional, Monas akan semakin ramai serta bentuknya yang menjulang tinggi dan indah ketika malam hari. Sedangkan informan yang berusia <25 tahun, lebih mengingat Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. Karena tempat tersebut sangat menarik dan cukup rimbun, sangat cocok dijadikan tempat berolahraga pagi bagi masyarakat J akarta. Edges adalah bentukan-bentukan objek yang membatasi suatu ruang di dalam kota. Ruang yang terbentuk tergantung kepada kepejalan dan ketinggian massa. Daerah perbatasan biasanya terdiri dari lahan tidak terbangun. Kalau dilihat dari fisik kota semakin jauh dari kota maka ketinggian bangunan semakin rendah dan semakin rendah sewa tanah karena nilai lahannya rendah (derajat aksesibilitas lebih rendah), mempunyai kepadatan yang lebih rendah, namun biaya transpotasinya lebih mahal. Edges adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai paths. Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi, dan sebagainya. Edges lebih bersifat sebagai refrensi daripada misalnya elemen sumbu yang bersifat koordinasi. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas, membagi atau menyatukan. Berdasarkan wawancara terhadap informan yang berusia >40 tahun, tidak mengetahui edges sebagai pemabatas suatu daerah yang secara fungsional berbeda di J akarta, yang diketahui hanya perbatasan administrasi antara Provinsi DKI J akarta Dengan Banten yang berupa rel kereta api. Sedangkan informan yang berusia <25 tahun, mengingat batas suatu area di daerah Kebon J eruk yaitu batas suatu RW yang kumuh dan tidak kumuh beupa sungai. Dari beberapa informan yang diwawancarai, mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang karakter kota J akarta berdasarkan 5 unsur utama, nodes, paths, districts, landmarks, dan edges. Hal ini terjadi karena imajibilitas atau kemampuan untuk mendatangkan kesan/gambaran suatu kota berbeda-beda. Mereka mempunyai ide yang cukup jelas tentang ciri kultural dan sosial dari lingkungan perkotaan tersebut.
Gambar 6. Stadion GBK Kesimpulan Identitas suatu kota belum dapat ditentukan dari semua usia masyarakat yang menempati kota tersebut. Karena identitas kota merupakan citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri. Sehingga diperlukan informan berusia cukup tua, >40 tahun, karena telah memiliki pengalaman lebih banyak untuk dapat menjelaskan identitas maupun simbol suatu kota. Kota-kota besar maupun kecil di Indonesia pada masa sekarang ini masing-masing mempunyai simbolik yang mengkristal yang disebabkan oleh berbagai macam perbedaan sifat dan asal usul. Semua orang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang karakter suatu kota berdasaran 5 unsur utama nodes, paths, districts, landmarks, dan edges dari teori Kevin Lynch. Sehingga dari informasi beberapa informan yang diwawancarai didapati karakter suatu kota. Karena mereka tidak hanya melihat dari aspek fisiknya saja, namun juga dari aspek sosio-kulturalnya.
Daftar Pustaka Budihardjo, E., 1991, Arsitektur dan Kota di Indonesia, Cetakan ke-3, Alumni, Bandung Lynch, Kevin, 1960, The Image of The City, MIT Press, Cambridge Nas, PJ M., 2004, Simbolik Perkotaan Indonsia (Terj.) Nas, PJ M. Boender, Welmoet, 2002, Kota Indonesia dalam Teori Perkotaan (Terj.) Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius http://digilib.its.ac.id/ITS-Article-3400012000258/18279 FAKTOR-FAKTOR TATA RUANG PEMBENTUK IDENTITAS KOTA BARU