Anda di halaman 1dari 6

TREN DAN ISSU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3) DALAM KEPERAWATAN







Beatrix Saragih
11/317453/KU/14683


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan
suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengn sistem kesehatan. pada
intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktivitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan.
Pada masa ini perkembangan dunia industri berjalan dengan pesat, demikian juga
tuntutan terhadap kualifikasi pekerjaannya serta pelayanan kesehatan pada kelompok pekerja
di industri barang maupun jasa. Konsep pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja juga
mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan dunia industri. Pelayanan
kesehatan umumnya dilakukan oleh dokter atau perawat. Perawat yng bekerja di perusahaan
merupakan perawat kesehatan masyarakat yang bekerja dalam komunitas pekerja dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus
pada keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian
efek yang merugikan selama interaksi pekerja dengan tempat kerja.
Pengertian Perawatan Kesehatan Kerja (Occupational Health Nursing) merupakan
cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang memberikan pelayanan pada tenaga kerja
atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus pada promosi, proteksi, dan pemulihan
kesehatan dalam hubungannya dengan keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat.
Pelayanan keperawatan bersifat otonom dan independen dalam menentukan penatalaksanaan
keperawatan bidang kesehatan kerja (AAOHN American Association of Occupational
Health Nursing, 1994)
Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi
masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dituntut untuk selalu dalam kondisi dan keadaan yang saniter serta sesuai dengan
peraturan-peraturannyang berlaku. Pelayanan kesehatan yang dilakukan harus bermutu. Hal
ini dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung dari setiap kegiatan
yang dilakukan. Rumah sakit dengan segala fasilitas dan peralatannya apabila tidak diketahui
dengan baik dapat menjadi sumber bahaya keselamatan dan kesehatan yang potensial
terutama bagi tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya perawat.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat adalah salah satu profesi kesehatan
profesional yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit karena kunci keberhasilan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh terdapat pada pelayanan keperawatan. Hal ini terbukti dengan
melihat unit-unit pelayanan di rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang selama 24 jam
berada di sisi pasien adalah perawat. Oleh sebab itulah perawat sangat berisiko terkena
penyakit-penyakit akibat kerja.
Dalam ruangan atau tempat kerja, biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dalam pembangunan sektor tenaga kerja, khususnya pada upaya perlindungan bagi
tenaga kerja di rumah sakit dan institusi kesehatan lain, aspek keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan kebijakan pokok yang senantiasa perlu dikembangkan penerapannya
guna perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh. Salah satu tujuan utama
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah risiko terjadinya kecelakaan kerja. Risiko
tersebut merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian pada setiap kegiatan pelaksanaan
keperawatan.
Dalam kenyataannya berdasarkan data ILO (International Labour Organization) atau
pada tahun 2008, setiap tahun diperkirakan 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja. Sementara itu mengutip dari data Jamsostek pada tahun
2010 tercatat 98.711 kasus. Dari angka tersebut, 2191 tenaga kerja meninggal dunia, dan
menimbulkan cacat permanen sejumlah 6.667 orang. Jumlah klaim yang harus dibayarkan
untuk kasus-kasus tersebut mencapai lebih dari Rp 401 miliar. Mengingat kerugian ang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja, maka banyak usaha yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi dan meminimalisasi kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah kebijakan dalam
penggunaan alat pelindung diri yang dibuat oleh pemerintah ataupun perusahaan itu sendiri
sesuai dengan standarisasi pemerintah, selain itu diharapkan juga adanya pengenalan resiko
kecelakaan kerja oleh perusahaan dan pekerja dari pekerjaan yang dilakukan perusahaan.
Salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
maupun kecelakaan kerja adalah dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) sesuai PP RI
No 102 tahun 2000 tentang Standar Nasional Indonesia. Alat pelindung diri menurut
Sumamur dalam buku kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi pemakai terhadap kecelakaan kecelakaan tertentu, sangat membantu dalam
mencegah penyakit.
Guna mencegah timbulnya kecelakaan kerja maka perlu penggunaan APD yang
merupakan tingkat pengendalian terakhir yang dilakukan bila pengendalian yang lain sudah
dilakukan namun belum dapat mengurangi dampak resiko kecelakaan kerja yang ditimbulkan
oleh tempat kerja dan alat kerja. Untuk itu penggunaan alat pelindung diri sebagai bagian dari
pengendalian bahaya di tempat kerja merupakan syarat penting yang harus mendapat
perhatian, khususnya standar keselamatan kerja alat pelindung diri harus dikembangkan
sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Namun dalam
penggunaan APD harus disesuaikan dengan resiko kecelakaan yang ada.
Berdasarkan survey yang dilakukan di Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya bagian
rawat inap, perawat yang seharusnya menggunakan APD secara lengkap ternyata tidak
menggunakan secara lengkap walaupun sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Banyak
alasan yang dikemukakan, salah satunya yaitu karena mereka merasa kurang nyaman dalam
penggunaan APD bahkan tidak sedikit perawat menganggap bahwa penggunaan APD hanya
bisa menghambat dan mengganggu kerja mereka. Dalam setiap tindakan keperawatan di
Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya yang dilakukan oleh perawat selalu mempunyai potensi
bahaya didalamnya baik itu dari manusia, alat yang digunakan dan tempat kerja.
Resiko-resiko tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi rumah sakit dan tenaga
kerja. Penggunaan APD yang tepat dan benar adalah salah satu cara untuk mengendalikan
resiko tersebut, bila pengendalian secara teknis dan administratif belum dapat mengurangi
dampak resiko yang ada.
Pnyediaan APD sebagai kewajiban dari rmah sakit masih dianggap sebagai tambahan
biaya, karena selain harus membayar (seperti Jamsostek dll) yang menjadi kewajiban rumah
sakit juga harus menyediakan berbagai APD yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Sebaliknya
tenaga kerja pada umumnya belum terbiasa menggunakan alat pelindung diri, sehingga
enggan untuk memakainya walaupun telah disediakan. Penyediaan APD terkait dengan
pemberian penyuluhan atau pelatihan bagi para pekerja untuk memberikan informasi apa
kegunaan dan bagaimana penggunaan APD secara baik dan benar terhadap karyawan lama
dan karyawan baru. Dengan kata lain bagaimana tenaga kerja bekerja dengan aman dan APD
digunakan sebagaimana mestinya.
Menurut buku Pedoman ILO Geneva, bahwa dari seluruh kecelakaan kerja yang
diakibatkan kondisi tidak aman diperkirakan 15%. Sedangkan yang diakibatkan oleh tindakan
manusia yang tidak aman sebesar 85%. Dengan demikian perhatian yang lebih diperhatikan
adalah pada tindakan manusia yang tidak aman sebagai penyebab terjadinya kecelakaan.
Tindakan tidak aman tersebut disebabkan karena tidak adanya pengetahuan akan manfaat alat
pelindung diri.
Oleh sebab itu perlu ditingkatkan promosi penggunaan alat pelindung diri pada
paramedis umumnya dan perawat khususnya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja selama kontak dengan pasien maupun selama melaksanankan tugas. Sehingga tingkat
kecelakaan kerja bisa diminimalkan dan mengurangi kerugian material maupun kerugian
lainnya baik bagi perawat maupun tenaga kerja yang lain dan rumah sakit atau instansi yang
lain. Selain itu kebijakan pemerintah tentang kesehatan dan keselamatan kerja perlu di
perhatikan dan ditingkatkan untuk menjamin kesejahteraan tenaga kerja.














Daftar Pustaka

Permatasari, Henny. 2011. Tinjauan Teori Keperawatan Kesehatan Kerja. Keperawatan
Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Teknik industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Gunadarma, 2010
Indarwati, Retno S.Kep., Ns. Asuhan Keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2009
Standar Kompetensi Perawat Indonesia. PPNI, AIPNI, AIPDiKI, Jakarta, 2012
Mulyana, Dede Sri. Januarui 2013. Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh
Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Universitas Indonesia. Depok
Repository Universitas Sumatera Utara, 2014

Anda mungkin juga menyukai

  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen14 halaman
    Chapter II
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • OPTIMAL TUMOR
    OPTIMAL TUMOR
    Dokumen45 halaman
    OPTIMAL TUMOR
    Aulia Vinia Ardelia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penelitian
    Laporan Penelitian
    Dokumen26 halaman
    Laporan Penelitian
    Robye Ari Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Tes
    Tes
    Dokumen4 halaman
    Tes
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Demensia
    Demensia
    Dokumen31 halaman
    Demensia
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Laporan LBM 1 Blok 1.5
    Laporan LBM 1 Blok 1.5
    Dokumen17 halaman
    Laporan LBM 1 Blok 1.5
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Konsep
    Konsep
    Dokumen1 halaman
    Konsep
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • ZZ ECT
    ZZ ECT
    Dokumen5 halaman
    ZZ ECT
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Kebaktian
    Kebaktian
    Dokumen1 halaman
    Kebaktian
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Tutor 2.3
    Tutor 2.3
    Dokumen11 halaman
    Tutor 2.3
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Fix
    Fix
    Dokumen3 halaman
    Fix
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • 2014
    2014
    Dokumen25 halaman
    2014
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen5 halaman
    Kasus
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Editan Baru
    Editan Baru
    Dokumen1 halaman
    Editan Baru
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Sakit Maag
    Sakit Maag
    Dokumen15 halaman
    Sakit Maag
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen5 halaman
    Kasus
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • ORIGINAL
    ORIGINAL
    Dokumen5 halaman
    ORIGINAL
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Isi Transcultural Care Diversity
    Isi Transcultural Care Diversity
    Dokumen9 halaman
    Isi Transcultural Care Diversity
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Askep Klien
    Askep Klien
    Dokumen60 halaman
    Askep Klien
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • .Nyeri Komprehensif
    .Nyeri Komprehensif
    Dokumen2 halaman
    .Nyeri Komprehensif
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Hasil Wawancara Dengan Responden
    Hasil Wawancara Dengan Responden
    Dokumen2 halaman
    Hasil Wawancara Dengan Responden
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • .Macam2 Fraktur
    .Macam2 Fraktur
    Dokumen14 halaman
    .Macam2 Fraktur
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Menopause Dan Andropause
    Menopause Dan Andropause
    Dokumen4 halaman
    Menopause Dan Andropause
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • .Konsep Dasar Nyeri
    .Konsep Dasar Nyeri
    Dokumen20 halaman
    .Konsep Dasar Nyeri
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Dame's
    Dame's
    Dokumen10 halaman
    Dame's
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Preeklampsia
    Patofisiologi Preeklampsia
    Dokumen5 halaman
    Patofisiologi Preeklampsia
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Dame's
    Dame's
    Dokumen10 halaman
    Dame's
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Kata Kunci: Budaya Keselamatan Kerja, Komitmen Manajemen
    Kata Kunci: Budaya Keselamatan Kerja, Komitmen Manajemen
    Dokumen1 halaman
    Kata Kunci: Budaya Keselamatan Kerja, Komitmen Manajemen
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat
  • Tutor 1.3 Week 2
    Tutor 1.3 Week 2
    Dokumen2 halaman
    Tutor 1.3 Week 2
    Beatrix Saragih
    Belum ada peringkat