Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan


Warunggunung Tahun 2011 adalah suatu penilaian dan pengukuran terhadap
rangkaian rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang memuat keadaan, masalah,
tujuan, cara mencapai tujuan, strategi dan kebijakan serta prioritas Program
Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan selama tahun 2011
Evaluasi ini disusun secara partisipatif, pokok-pokok permasalahan,
potensi, peluang dan tantangan yang harus dievaluasi pada saat ini dan di perbarui
untuk masa yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Evaluasi Programa
Penyuluhan Pertanian ini kami ucapkan terima kasih.Semoga Evaluasi Programa
Penyuluhan Pertanian Tahun 2011 ini dapat bermanfaat bagi lajunya pertumbuhan
sektor pertanian di Kecamatan Cibadak.


DAFTAR ISI



KATA PEN6ANTAR ...................................................................................... I
DAFTAR ISI ........................................................................................ II

BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Evaluasi .............................................................................. 1

BAB II PERUMUSAN INDIKATOR DAN PARAMETER EVALUASI
Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi
Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen ........................................ 5
Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas ...................................... 6
Realsasi Penyerapan Pupuk.., ............................................................... 7


BAB III EVALUASI KENDALA DAN MASALAH
Masalah Umum .................................................................................... 10
Masalah Khusus .................................................................................. 13


BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum yang secara inheren didalamnya
terkandung maksud untuk memenuhi hak azasi setiap warga negara.Dalam ruang
lingkup pembangunan pertanian, peranan penyuluhan mempunyai posisi yang
penting. Sistem penyuluhan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi
kebutuhan pangan, papan dan sandang serta bahan baku industri. Memperluas
lapangan kerja dan usaha, serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat khususnya petani.Dengan pelaksanaan sistem penyuluhan yang baik,
terpola, tersusun, dan tepat, serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang produktif berupa peningkatan indikator - indikator dalam sektor pertanian
pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikulutra,
perikanan/peternakan dan kehutanan, pada khususnya. Sebagai kelanjutan atau
perpanjangan tangan dari kelembagaan penyuluhan nasional, Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) yang berada di kecamatan berkewajiban melaksanakan suatu
evaluasi dan analisis yang berkenaan dengan pelaksanaan penyuluhan khususnya
pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Warunggunung, untuk
tahun 2011 telah melaksanakan rencana kerja penyuluhan yang harus dievaluasi
dan diukur pencapaiannya. Oleh karena itu dalam tulisan ini, akan dijelaskan
beberapa hasil kinerja yang telah dicapai oleh BPP Kec. Warunggunung
Khususnya.

1.2 Tujuan Evaluasi
Penyusunan evaluasi programa penyuluhan ini bertujuan antara lain untuk:
a. Mengukur pelaksanaan seluruh kegiatan pernyuluhan pertanian yang
sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ditetapkan.
b. Mengidentifikasi proses perubahan perilaku dan karakteristik
masyarakat pertanian sebagai bagian langsung dari kegiatan atau
pelaksanaan penyuluhan.
c. Memberikan umpan balik (feed back) mengenai tingkat keberhasilan
pelaksanaan penyuluhan yang dicapai selama kurun waktu tahun 2011.
Sehingga dapat dilakukan evaluasi baik secara menyuluruh maupun
secara parsial terhadap rencana system penyuluhan yang telah
ditetapkan.

1.3 Manfaat Praktikum Evaluasi
Praktikum mampu mengidentifikasi impacpoint teknis, I.P.ekonomi
dan I.P.sosial
Praktikum menambah pengetahuan dan pengalaman petani
Praktikum membantu petani memecahkan masalah yang tengah
dihadapi saat ini
Khususnya bagi pemerintah sebagai bahan evaluasi terhadap program-
program yang dijalankan agar program tersebut sisa tercapai dengan
baik.

1.4 Sarana /alat
Kertas
Pulpen
Pinsil
Kalkulator
Komputer
Data
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Pelaksanaan Programa
a. Pelaksanaan Program Penyuluhan Melalui Sistem Latihan dan
Kunjungan Kelompok
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku petani
dalam melaksanakan sistem usahtani yang efektif dan efisien.BPP dalam hal
ini telah melakukan upaya-upaya selama tahun 2011 dengan melaksanakan
berbagai jenis dan bentuk penyuluhan pertanian.Beberapa jenis penyuluhan
tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan latihan
dan kunjungan (LAKU). Sistem penyuluhan dengan model LAKU ini
diantaranya ditempuh dengan cara:
Memberikan model demonstrasi cara, teknik dan metode dalam sistem
budidaya, dan usaha tani sebagai wahana untuk memberikan bekal-
bekal keahlian dan keterampilan bagi petani.
Memberikan penyuluhan dan pembinaan serta pengawasan dalam
pelaksanaan sistem pertanian secara umum dengan cara mengunjungi
petani baik secara home visit, maupun secara massal.
Dengan menggunakan model LAKU ini telah dirasakan beberapa manfaat
yang dihasilkan dan dapat terevaluasi secara kontinu, dianataranya :Kemauan dan
motivasi adposi teknologi dikalangan petani meningkat meskipun secara
kualitatif. Pencapaian peroduksi dan produktivitas hasil pertanian secara umum
meningkat meskipun peningkatannya masih dibawah target yang diharapkan.
Tabel 1. Matrlks Hasil Pelaksanaan Kegiatan Latihan dan Kunjungan Penyuluhan
Tahun 2011
No Jenis Kegiatan Lokasi Frekuensi Waktu
Pelaksana
an
Pelaksan
a
A Demonstrasi Cara dan Teknik
1 Pembuatan Bakteri Coryne BPP dan
Kel.Tani
Pusaka
2 April dan
Mei 2010
PPL&
POPT 2 Pembuatan Dekomposer Nabati Kel.Tani
Pusaka
1 Mei 2011 PPL&
POPT
3 Pembuatan Lahan Persemaian
Padi Hibrida
Kel.Tani

Tegal Waru
2 Oktober
2010
PPL
B Kunjungan dan Penyuluhan

Penyebaran informasl
teknologi:

a Tentang Benih dan Varietas Kel.Tani di
Setiap
Wllbin
216 Jan s/d
Des 2010
PPL
b Tentang Perilndungan terhadap
OPT
Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
324 Jan s/d
Des 2010
POPT
c Tentang Panen dan Pasca Panen Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
108 Jan s/d
Des 2010
PPL
d Tentang Pupuk dan Pemupukan Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
324 Jan s/d
Des 2010
PPL
e Tentang Alat dan Mekanisasi Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
108 Jan s/d
Des 2010
PPL
2 Kegiatan benah kelompok Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
216 Jan s/d
Des 2010
PPL
3 Tanya Jawab/Konsultasi Kel.Tani di
Setiap
Wilbin
216 Jan s/d
Des 2010
PPL
Jumlah 1517
Sumber: Data BPP Kec. Cijati 2011

b. Pelaksanaan SL - PTT dan LL - PTT
Sebagai salah satu instrumen dalam percepatan peningkatan produksi
pertanian, program SL-PTT dan LL PTT dipandang cukup banyak
memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman petani serta hasil produksi.
Untuk tahun 2011, Kecamatan Warunggunung melaksanakan program
SL-PTT dan LL PTT secara agregat seluas 1040 hektar yang terlaksana
dengan SL -PTT dengan 44 hektar lahan LL PTT. Dengan perincian 1000
hektar SL PTT padi inbrida dan 40 hektar SL PTT padi hibrida.
Tabel 2.
Rekapitulasi Jurnlah Pelaksanaan Kegiatan SL PTT Tahun 2011
No Nama Desa Jumlah
Kelompok
Pelaksana
(Unit)
Luas
Lahan SL
PTT (Ha)
Luas Lahan
LL PTT
(Ha)
Jumlah Unit
SL/LL PTT
1 Selaraja 4 100 4 4
2 Cempaka 4 100 4 4
3 Sukarendah


i
/
i
125 5 5
4 Cibuah 5 110 5 5
5 Baros 5 110 5 5
6 Pasir tangkal 6 135 6 6
7 Sindangsari 5 125 5 5
8 Banjarsari 4 100 4 4
9 Sukaraja 6 135 6 6
Jumlah 44 1040 44 44
c. Rehabiiitasi Jaringan Irigasi
Upaya lainnya dalam peningkatan hasil produksi pertanian diantaranya
yang telah dilaksanakan di Kecamatan warunggunung adalah program
rehabiiitasi jeringan irgasi, yang tertuang dalam satu kegiatan proyek. Yaitu
kegiatan rehabiiitasi jaringan irigasi desa yang berlokasi di saluran irigasi
Cibanteng Desa selaraja, yang mampu mengairi sawah seluas + 45 hektar.

2.2 Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen
Selama tahun 2011 realisasi sasaran tanam padi sawah telah melampaui
terget sebesar 54%, dimana dari sasaran tanam yang ditargetkan sebesar 2085
hektar, telah tercapai realisasi tanam sebesar 3211 hektar. Sedangkan padi ladang
pencapaian realisasi dari targetnya adalah sebesar 151,28%. Dari target sasaran
tanam 234 hektar tercapai realisasi 354 hektar. Tabel 3. Target dan Realisasi
Sasaran Tanam dan Luas Panen Berbagai Komoditi Pertanian di Kecamatan
Warunggunung Tahun 2011
No Komoditi Luas Tanam Luas Panen
(Ha)



Target
(Ha)
Realisa
si (Ha)
Pencapai
an (%)


1 PADI SAWAH 2085 3211 154.00% 2890
2 PADI LADANG 234 354 151.28% 319
3 JAGUNG 58 45 77.59% 45
4 KEDELAI 5 0 0.00% 4.5
5 KACANG TANAH 88 0 0.00% 0
6 KACANG HIJAU 0 0 0% 0
7 UBI KAYU 73 46 63.01% 46
8 UBIJALAR 3 6 200.00% 6
Sumber: Data BPP Kec. Cijati 2011

Sedangkan untuk sasaran luas panen padi sawah telah mencapai luas
panen untuk tahun 2011 sebesar 2890 hektar (melampaui sebesar 15,10% dari
target 2454 hektar).

2.3 Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas
Untuk jenis komoditi padi sawah tahun 2011 Kecamatan Ciadak telah
menghasilkan 17.395 ton Gabah Kering Giling (GKG).Sedangkan untuk padi
ladang telah menghasilkan 290 ton GKG.

Jika dibandingkan dengan tahun 2009, maka terdapat kenaikan pencapaian
hasil yaitu sebesar 8,21% untuk padi sawah dan penurunan 5,84% untuk padi
ladang.
Tabel 4.
Perkembangan Jumlah Produksi Padi di Kecamatan Warunggunung

Nama Komoditi
Jumlah Produksi (ton) Laju
Perkembangan
(%)
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010 Padi Sawah
GKP 15,451 18,582 20,109 8.22%
GKG 13,367 16,075 17,395 8.21%
Padi Ladang
GKP 539 998 935 -5.90%
GKG 402 747 700 -5.84%


Untuk tingkat produckivitas padi sawah, selama tahun 2011 dari target
yang ditetapkan 62,34 Kwintal/ha GKG, hanya tercapai 60,19 Kw/ha GKG.
Artinya angka pencapaian masih dibawah angka target sebesar 96,7%. Namur jika
dibandingkan dengan pencapaian productivitas rata-rata pada tahun 2009, untuk
tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,99%, yaitu dari 56,79 Kwintal/ha
(2009) menjadi 60,19 Kw/ha.
Tabel 5.
Perkembangan Tingkat Produktivitas Padi di Kecamatan Warunggunung

Komoditi
Tingkat Produktivitas (Kw/Ha) Laju
Perkembang
an (%)
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Padf Sawah
GKP 59.05 64.57 65.65 69.58 5.99%
GKG 51.08 55.86 56.79 60.19 5.99%
Padi Ladang
GKP 27.01 27.36 28.03 27.92 -0.39%
GKG 23.44 23.67 24.25 24.15 -0.41%
Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2011



2.4 Realisasi Penyerapan Pupuk
a. Realisasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Non Bantuan
Untuk ketersediaan (target) dan pemakaian (realisasi) terhadap input
produksi pupuk bersubsidi yang ada di Kecamatan Warunggunung selama
tahun 2011, dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.
Daya Serap dan Jumlah Alokasi Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Warunggunung.

No Jenis Pupuk Target (Ton) Realisasi (Ton)
1 UREA 689 387
2 SP-36 119 106
3 ZA 23 20
4 NPK 138 92
5 ORGANIK 11 0

Pupuk urea dari alokasi sebesar 689 ton, hanya terserap sebesar 387 ton,
SP-36 dari alokasi 119 ton, hanya terserap 106 ton, dan NPK dari alokasi 138 ton,
terserap 92 ton.
b. Realisasi Distribusi Pupuk Bantuan SL PTT
Untuk penyaluran pupuk SL PTT tahun 2011, dapat digambarkan pada
tabei dibawah ini.
Tabel 7.
Jumlah Alokasi Pupuk SL PTT Kecamatan Warunggunung Tahun 2011

No



Jenis Pupuk


Jumlah Tonase Berdasarkan
Klasifikasi Jenis Komoditl
SL PTT
Jumlah
(ton/liter)


Padi Non
Hibirlda
(ton/liter)
Padi Hiblrida
(ton/liter)
1 Pupuk NPK
Kujang (ton)
9.6 1.1 10.7
2 Pupuk Organik
Biocasan (ton)
30 3 33
3 POC Biocosan
(liter)
140 14 154


Seluruh pupuk SL PTT disalurkan kepada 44 kelompok tani sebagai
pelaksana program SL PTT tahun 2011.Terdiri atas 40 kelompok tani
pelaksana SL PTT padi inbrida dan 4 kelompok tani pelaksana SL PTT padi
hibrida.
c. Realisasi Distribusi Pupuk BLP (Bantuan Pupuk Langsung)
Untuk penyaluran pupuk BLP tahun 2011, dapat digambarkan pada
tabel dibawah ini.

Jenis Bantuan BLP
Jml
Kel.Tani
Penerima
Jenis Pupuk BLP
NPK
(ton)
Organi
k (ton)
POC
(liter) BLBU SL PTT NON Padi
Inbrida
40 96 288 1920
BLBU SL PTT Padi
Hibrida
4 3.6 10.8 72
BLBU NON SL PTT Padi
Hibrida
1 2 6 40
Jumlah 45 101.6 304.8 2032
Sumber: Data BPP Kec. Warunggunung 2011

Seluruh pupuk BLP disalurkan kepada 45 kelompok tani sebagai
pelaksana program BLP tahun 2011. Terdiri atas 40 kelompok tani penerima
BLBU padi inbrida SL PTT, 4 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida SL
PTT, dan 1 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida non SL PH.
BAB III
EVALUASI KENDARAAN DAN MASALAH


3.1 Masalah Umum
1. Karakteristik Lahan Sawah
Dengan melihat ciri dan sifat lahan pesawahan yang ada di wilayah
Kecamatan Warunggunung yang secara umum merupakan lahan sawah
pedesaan dan tada hujan. Dengan hal ini membawa implikasi bahwa satu
hal yang menjadi problem utama dalam menjaga kelangsungan proses
penanaman padi adalah ketersediaan air yang cukup untuk menjaga
kelangsungan dan kestabilan tanaman.
Dengan melihat kondisi ini bahwa sampai dengan saat ini
permasalahan pemenuhan kebutuhan pasokan air untuk lahan sawah masih
menjadi skala prioritas utama untuk senantiasa dicarikan jalan solusinya.

2. Kondisi Sarana Transportasi
Barang kali sudah menjadi rahasia umum, bahwa secara topografi
kiondisi permukaan rupa daratan wilayah selatan adalah merupakan daerah
yang bergelombang dan labil.Hal ini membawa dampak bahwa tingkat
kerawanan dan munculnya bencana cukup besar.Oleh karena itu kenyataan
menunjukkan bahwa kondisi sarana transportasi untuk menjangkau seluruh
lokasi pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Cibadak masih minim
dari kelayakan sarana yang memadai khususunya sarana transportasi
darat.Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan sarana pertanian dan
pemasaran hasil pertanian menambah resiko dan biaya.Sehingga kalkulasi
marjin pemasaran dan penjualan hasil menjadi berkurang karena terlalu
besarnya biaya pemasaran dan penjualan yang dihadapi.Dampak dari
kedaan ini adalah harga jualyang diterima petani menjadi kurang layak dan
tidak adil. Sedangkan harga input produksi yang dihadapi petani
bertambah mahal.

3. Faktor Iklim dan Cuaca
Aspek perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di wilayah
Kecamatan Warunggunung sampai dengan saat ini masih menjadi aspek
yang belum dapat diatasi. Sama seperti yang terjadi di berbagai wilayah
lain, akibat yang ditimbulkan karena perubahan iklim dan cuaca yang tidak
normal ini menjadikan pola tanam dan pengaturan jadwal tanam menjadi
terganggu. Walaupun memang aspek ini bersifat un control tetapi sejauh
ini kemampuan petani untuk memprediksi dan meramalkan perubahan
iklim dan cuaca berrdasarkan gejala gejala yang umum dan nampak masih
belum memadai.

4. Dukungan Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian memegang peran yang penting dalam
rangka memberikan bantuan dan dorongan secara fasilitatif.Namur sejauh
ini beberapa lembaga pertanian yang ada belum sempurna.Lemahnya
keuangan petani sampai dengan saat ini belum tercover dengan kehadiran
lembaga pemberi kredit, lembaga atau assosiasi pemasaran hasil, dan
koperasi.

5. Aspek Keuangan Pembiayaan Petani
Dari aspek keuangan dan sumber pembiayaan usaha tani, dapat
dikatakan bahwa ciri khas petani Indonesia diantaranya adalah penguasaan
asset usaha tani yang dimilikinya relatif kecii.Tidak terkecuali petani yang
ada di Kecamatan Warunggunung. Lemahnya institusi permodalan usaha
tani yang dijalankan membawa pengaruh yang besar terhadap proses
perbaikan dan perkembangan pola usaha usaha tani yang efisien dan
efektif. Daya jangkau terhadap akses pembelian inputproduksi seperti
pupuk, alat dan mekanisasi pertanian yang masih kurang membawa
dampak terhadap proses usaha tani yang inefisiensi. Salah satu kasus
diantaranya pemberian pupuk yang kurang seimbang dikarenakan
ketidakmampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang dianjurkan.

6. Faktor SDM
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan
khususnya untuk masyarakat Kecamatan Warunggunung, aspek koalitas
SDM menjadi salah satu factor yang mempunyai peranan besar dalam
upaya membantu pencapaian keberhasilan pembangunan pertanian. Dalam
hal ini kaitan yang sangat penting adalah upaya perubahan pola dan
perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknoiogi kerap
kali menghadapi kendala kurang terapresiasi karena factor pemahaman
petani terhadap tujuan, manfaat , dan dampak dari penerapan anjuran
teknoiogi yang direkomendasikan. Beberapa hal yang berkaitan dengan
factor lemahnya koalitas SDM sejauh ini adalah:
Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga
memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil
keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan usaha tani,
secaramandiri dan independen sulit untuk dilaksanakan.
Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaanusaha
tani sejauh ini hanya berdasarkan lepada pengalaman.
Lemahnya dukungan skill dan keahlian usaha tani yang lebihadaptif
terhadap adopsi teknoiogi belum optimal. Lemahnya kemampuan inovatif,
dan kreativitas dalam melakukandan pemberdayaan pengelolaan usaha tani
yang dilaksanakan.

3.2 Masalah Khusus
a. Aspek Teknis Budidaya
Dalam hal ini aspek budidaya menekankan kepada pengertian
sejauhmana aplikasi proses manipulasi terhadap lingkungan dengan suatu
perlakukan baik bersifat teknis, bilogis, maupun mekanis dapat membehkan
hasil atau nilai tambah produksi. Sejauh ini dalam kulaifikasi aspek teknis
budidaya khususnya untuk komoditas tanaman pangan padi, beberapa hal
yang terkait dengan masalah ini untuk wilayah Kecamatan Warunggunung
yang terjadi adalah :

1. Penerapan benih unggul
Untuk aplikasi penggunaan benih unggul berlabel tanaman padi sawah
dalam kurun waktu 2011 di wilayah Kecamatan Warunggunung telah
teraplikasikan sebanyak 93,83% dari luas lahan sawah yang ada. Pencapaian
penerepan benih unggul untuk tahun 2011 ini sejalan dengan petaksanaan
bantuan benih nasional Program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN).Untuk musim tanam di tahun 2011 ini sebanyak 1060 ha telah
tertanami dengan benih bantuan ini.Sedangkan sekitar 340 ha merupakan
lahan sawah yang ditanami benih berlabel non bantuan, dan sisanya
merupakan lahan sawah yang ditanami benih non label. Beberapa jenis
varietas benih unggul yang digunakan adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga,
Situ Bagendit (padi ladang), dan IR-64. b. Pengolahan lahan
Aspek pengelohan lahan dalam kaitan dengan usaha pelestarian
lingkungan menekankan kepada pengolahan lahan yang tidak intensif
mekanisasi.Sejauh ini dalam sistem pengolahan lahan sawah di Kecamatan
Warunggunung masih dominan menggunakan mekanisasi seperti
menggunakan traktor. Sistem pengolahan lahan alternatif yang dipandang
lebih ramah dan lebih lestari, seperti penerapan sistem TOT (tanpa olah tanah)
dan sistem tabela (tanam benihlangsung) masih kurang populer, hanya kurang
dari 10% dari total luas lahan yang ada yang menggunakan kedua cara
tersebut.

2. Pemupukan berimbang
Pemupukan padi sawah mengenal beberapa istilah seperti pemupukan
berimbang, pemupkan spesifik lokasi dan pengelolaan hara spesifik lokasi
yang pada dasarnya identik satu sama lain. Akan tetapi pemupukan berimbang
sering disalahartikan sebagai pemupukan lengkap (N,P,K,S) dan identik
dengan penggunaan pupuk mejemuk.
Secara sederhana pemupukan berimbang adalah mengacu kepada
keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi berdasarkan sasaran
tingkat hasil yang diinginkan dengan ketersediaan hara dalam tanah.
Mengingat beragamnya lokasi dan kondisi kesuburan tanah, maka akan
berbeda pula takaran dan jenis pupuk yang digunakan.
Pemupukan berimbang menawarkan beberapa prinsip dan perangkat
untuk mengoptimalkan penggunaan hara dari sumber sumber alami atau lokal
sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.Sumber hara alami dapat berasal dari
tanah, pupuk kandang, sisa tanaman dan air irigasi.
Dengan melihat asumsi tersebut maka untuk skup wilayah Kecamatan
Warunggunung penerapan konsep pemupukan berimbang belum menunjukkan
kondisi yang optimum. Dengan melihat kenyataan bahwa hampir 90% lahan
pesawahan yang ada masih intensif terhadap pupuk anorganik.Dimana
penggunaan pupuk kimia seperti urea, SP-36, KCL, NPK yang cukup besar.
Apalagi permasalahan ditambah dengan penggunaan dosis dan takaran belum
sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.Sedangkan penggunaan pupuk alam
(organik) masih tergolong cukup sedikit.

3. Pengendalian hama secara terpadu (PUT)
Dari beberapa kasus serangan dari organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) maka kondisi wilayah lahan sawah di Kecamatan Warunggunung
memiliki kecendrungan serangan hama yang mempunyai frekuensi dan
intensitias yang cukup tinggi diantaranya adalah serangan hama ; ekong mas,
tikus dan ulat. Sedangkan OPT yang pernah mengganggu dengan intensitas
yang tinggi adalah ; wereng, penggerek batang, hama putih dan walang sangit.
Beberapa jenis OPT yang menjadi perhatian dalam penanggulangannya
diantaranya:
1. Keong Mas
Hampir menyerang disemua lokasi pertanaman yang ada di Kecamatan
Warunggunung. Luas areal pertanaman yang diserang oleh hama keong
ini mencapai 65 % lahan sawah yang ada di selaraja.
2. Tikus
Hama tikus sering menjadi hama pengganggu di sebagian wilayah
Cibadak, terutama didaerah lahan sawah sepanjang aliran Sungai Cibuni,
yang meliputi Desa Baros, Pasir tangkil dan Cempaka.
3. Wereng
Hama wereng yang sering menjadi musuh petani diantaranya adalah
wereng cokelat dan wereng hijau, daerah serangannya meliputi Desa
Bojonglarang, Sukamahi, Cibadak dan
4. Penggerek
Hama penggerek yang sering kali menjadi masalah tanaman padi di
Cijati adalah penggerek batang. Diantara wilayah
yang menjadi endemik serangan yaitu Desa Desa Baros, Pasir tangkil dan
Cempaka.

5. Ulat
Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada diKecamatan
Warunggunung Jenis hama ulat yang menyerang diantaranya adalah
ulatgrayak.
6. Hama Putih
Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada diKecamatan
Warunggunung terutama di Desa selaraja
7. Walang Sangit
Hama ini merupakan yang seringkali menyerang dengan tingkat serangan
yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu menyebar di Kecamatan
Warunggunung

2. Aspek Finansial dan Ekonomis
Dalam aspek penguatan keuangan lembaga kelompok tani, pemasaran
hasil, dan sistem penjualan hasil produksi pertanian, berdasarkan gambaran
kondisi nyata bahwa selama jangka waktu 2008 ini, menunjukkan keadaan
yang belum maksimal. Partisipasi kelompok dalam aspek penguatan modal
kelompok masih belum maksimal, dari 92 kelompok tani yang ada, hanya 52
kelompok tani yang mampu mengadakan partisipasi aktif anggotanya.
Artinya hanya 57% kelompok tani yang mampu melaksanakan konsep
pemberdayaan kelompok tani dalam aspek pembiayaan.
Sedangkan dalam kemampuan melakukan penguatan permodalan usaha
tani setiap rumah tangga petani dengan pengembangan asset yang dimiliki
sejauh ini masih relatif kurang berkembang. Dengan struktur sumber
pembiayaan modal sendiri yang relatif kecil, kesempatan untuk
mengembangkan usaha tani melalui pelaksanaan inovasi mengalami
kesulitan. Karena aspek penanggungan resiko kegagalan masih menjadi
pertimbangan utama. Dari aspek pemasaran dan informasi pasar masyarakat
petani Kecamatan Warunggunung sebagian besar memiliki kemampuan yang
besar terhadap informasi pasar terutama tentang harga jual komoditas
gabah.Namun yang menjadi aspek permasalahan dalam hal ini adalah sumber
informasi yang dijadikan referensi adaiah informasi harga dari pembeli atau
tengkulak.Jelas dalam hal ini kelemahan yang utama adaiah peluang
terjadinya mis informasi atau informasi harga menjadi tidak fair.Dengan
sistem penjualan hasil yang dilakukan melalui sistem jual gabah langsung
pada saat panen, merupakan salah satu aspek nyata bahwa petani masih
rentan terhadap kebutuhan finansial. Sehingga kemampuan untuk menahan
hasil produksi untuk jangka waktu yang relatif lama dengan tujuan untuk
mendapatkan harga jual yang tinggi belum terpenuhi dengan selayaknya.

3. Aspek Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani
Dengan pencapaian sasaran tujuan untuk meningkatkan hasil produksi
dan produktivitas, maka aspek penerapan teknologi usaha tani sangat perlu
untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam hal ini tekanan untuk
peningkatan produksi gabah, aspek penerapan teknologi seyogianya
dilaksanakan dengan cara terpadu dan kontinu. Selama kurun waktu tahun
2011, gambaran pelaksanaan anjuran teknologi usaha tani yang dilakukan
petani Kecamatan Warunggunung adaiah sebagai berikut:
Tabel 11.
Tingkat Penerapan TPTU di Kecamatan warunggunung

No Aspek Penerapan
Anjuran
Teknologi Usaha
Tani
Uraian Pelaksanaan
Penerapan Anjuran
Teknologi Usaha Tani
Keragaan
Yang Ada di
Lapangan
Keterangan
1 Aspek
Pengolahan tanah
Dominan menggunakan
alat mekanisasi
misalnya traktor. Masih
rendah penggunaan
metode tanpa olah
tanah, dan
penggunaan asupan
pupuk dasar bahan
organik. Tingkat
pemahaman petani
terhadap metode TOT
dan bahan organik
masih kurang
Hanya 15%
petani yang
mampu
melaksanakan
pengolahan
tanah yang
menggunakan
anjuran
teknologi PTT
Memiliki skala
prioritas
menengah
untuk
peningkatan
dan perbaikan
2 Penggunaan benih
unggul
Telah teraplikasikan
sebanyak 85% dari luas
lahan sawah yang ada
Beberapa jenis varietas
benih unggul yang
digunakan adalah :
Ciherang, Cigeulis,
Mekongga Situ
Bagendit (padi ladang),
dan IR-64.
Hanya tersisa 7
% petani yang
belum
tersentuh
dengan
anjurang
penggunaan
benfh unggul
Secara umum
aspek ini
memiliki
tingkat aplikasi
yang baik. Dan
dalam jangka 1
tahun
diharapkan
100% petani
sudah
menggunakan
benih Unggul
3 Penggunaan jarak
tanam
Hampir seluruh wilayah
lahan sawah
menggunakan jarak
tanam yang teratur.
Jarak tanam 25 x 25
cm digunakan hampir
90%. Jarak tanam
dengan menggunakan
tandur jajar 2 baris
hanya disebagian kecil
yakni hanya + 10 %.
Terjadi
peningkatan
jumlah Petani
yang
menggunakan
sistem tanam
jajar 2 :1
sekitar 10 %
Memiliki skala
prioritas utama
untuk
peningkatan
dan perbaikan
4 Pemupukan 90% lahan pesawahan
yang ada masih
intensif pupuk
anorganik.
Penggunaan pupuk
kimia seperti urea, SP-
36, KCL, NPK cukup
besar. Penggunaan
dosis dan takaran
belum sesual dengan
tingkat kebutuhan
Terjadi
perubahan
perilaku petani
daiam aplikasi
pupuk dengan
menggunakan
kombinasi
pupuk organik
dan takaran
pupuk kimia
yang adaptif
Memiliki skala
prioritas utama
untuk
peningkatan
dan perbaikan
5 Pengelolaan dan
penggunaan air
Optimalisasi
pengelolaan air dengan
menggunakan pengairan
bergilir belum
tercapai. Terhambat
dengan sarana
pengairan yang
belum memadai.
Kemampuan kelompok
tani dalam
menggunakan alat
mekanis mesin pompa
masih terhambat
masalah blaya
operasional
Sulitnya
pengelolaan
pengairan yang
disebabkan
oleh
karakteristik
lingkungan
sawag yang
sebagian besar
mengandaikan
irigasi
pedesaan dan
tadah hujan
Memiliki skala
prioritas jangka
panjang untuk
peningkatan
dan perbaikan
Fluktuas! musirn dan
cuaca masih
berpengaruh besar
karena lahan sawah
tadah hujan cukup besar

6 Pengendalian
OPT
Di beberapa lokasi
memiliki kecendrungan
serangan hama yang
mempunyai frekuensi
dan intensitias yang
cukup tinggi
diantaranya adaiah
serangan hama ;
ekong mas, tikus dan
ulat. OPT Yang
pernah mengganggu
dengan intensitas yang
tinggi adaiah ; wereng,
penggerek batang,
hama putih dan
walang sangit. 90%
Pengendalian OPT
intensif dengan
pestisida.
Hampir
seluruh petani
masih
membutuhkan
pestisida dan
bahan kimia
dalam
pengendalian
OPT
Memiliki skala
prioritas
menengah
untuk
peningkatan
dan perbaikan
7 Pola tanam Sejauh ini pola tanam
yang dilakukan
diantaranya:
a. 25 % pola : Padi -
padi -padi
b. 25% pola :Padi -
padi -palawija
c. 50 % pola :Padi - padi
libera
Dominan 50 %
pola :Padi -
padi -bera
Memiliki skala
prioritas
menengah
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\untuk
peningkatan


8 Pergiliran varietas Beberapa jenis varietas
benih unggul yang
digunakan adaiah :
Ciherang, Cigeulis, Situ
Bagendit (padi ladang),
dan IR-64. Pola
pergiliran yang dipakai
diantaranya: a.
Ciherang - Ciherang -
IR64 b. Ciherang - IR
64 c. Cigeulis -
Ciherang
Dominan
Ciherang -
Ciherang - IR
64
Secara umum
aspek ini
memiliki
tingkat aplikasi
yang baik.
9 Penggunaan 2PT Masih rendah
penggunaan zat hormon
pengatur tumbuh (ZPT).
Hal ini ditunjukan hanya
dibeberapa lokasi petani
yang berkesempatan
menggunakannya
Hanya +15,5
%
Memiliki skala
prioritas
menengah
untuk
peningkatan
dan perbaikan
10 Pengelolaan
panen dan pasca
panen
Tingginya kehilangan
hasil produksi (15%-
20%) karena kurangnya
sarana pendukung
pengelolaan kegiatan
panen, dan pasca panen.
Masih tinggi
kehilangan
hasil akibat
pengendalian
pasca panen
sebagai akibat
sistem
pemanenan
yang manual
dan alat yang
kurang
memadai
Memiliki skala
prioritas utama
untuk
peningkatan
dan perbaikan
Sumber: Data BPP Kecamatan Tahun 2011

4. Aspek Pengelolaan Manajeman Usaha Tani
Beberapa hal yang masih menjadi bahan perbaikan dan peningkatan
kinerja kelompok tani terutama masaiah pengelolaan lembaga kelompok tani,
diantaranya:
a. Kelengkapan administrasi kelompok tani : AD/ART, Profil kelompok
tani, buku adm, dsb.
b. Kesekretariatan alamat kelompok tani
c. Intensitas dan frekuensi pertemuan kelompok tani dalam kegiatan
pelaksanaan penyuluhan pertanian
d. Pelaksanaan kegiatan pelatihan, sekolah lapang, kursus tani dsb
e. Pembagian kerja dan tugas dalam struktur organisasi kelompok
f. Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam
rangka menciptakan kemampuan dan kemandirian kelompok tani.
g. Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan
subsidi.
BAB IV
PENUTUP


Pembangunan pertanian di Kecamatan Warunggunung bukan hanya
merupakan tanggung jawab penyuiuh pertanian namun melibatkan semua unsur
terkait seperti lembaga sosial ekonomi, organisasi profesi, pemerintah daerah
setempat sampai pada petani itu sendiri.
Kecamatan Warunggunung merupakan Kecamatan yang baru berdiri secara
definitif, untuk menunjang kegiatan penyuluhan pertanian diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai, baik itu tenaga penyuiuh maupun faktor pendukung
lainnya. Dalam rangka menyebarkan informasi teknologi dan berjaiannya proses
belajar mengajar di tingakat petani perlu adanya metode kegiatan yang efektif dan
efisien serta mudah dicerna oleh petani seperti SLPHT, kursus tani, demplot dan
lain sebagainya. Hal ini memerlukan bantuan alokasi kegiatan baik itu dari dinas
pertanian kabupaten maupun pemerintah daerah setempat.





























KESIMPULAN


Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan
keluarganya seta agar mereka mau dan mampu mengorganisasikan dirinya daiam
mengakses informasi teknologi, permodalan dan pasar sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan.
penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan, merupakan
pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis tentang Rencana Kegiatan
Penyuluhan yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai,
masalah-masalah serta cara mencapai tujuan dan dirumuskan secara partisipatif,
yang dikoordinasikan melalui keterpaduan lintas program dan lintas sektoral yang
berkesinambungan sehingga membangun kemandirian, prakarsa, tanggung jawab
serta partisipasi masyarakat tani dalam pembangunan pertanian yang terencana
dan terukur.


DAFTAR PUSTAKA




Deptan. (1995). Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan pertanian. Pusat Penyuluhan
Pertanian. Badan Diklat

Malo, M. (1999). Metode penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka

Maunder, AH. (1972). Agrikultural Extension. Roma : FAO

Nasution S. (1991). Metode Research. Bandung : Yemmers

Padmowiharjo S. (1978). Beberapa konsep proses belajar dan implikasinya.
Bogor: IPLPP-Ciawi

Anda mungkin juga menyukai