Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan
Warunggunung Tahun 2011 adalah suatu penilaian dan pengukuran terhadap rangkaian rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang memuat keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai tujuan, strategi dan kebijakan serta prioritas Program Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan selama tahun 2011 Evaluasi ini disusun secara partisipatif, pokok-pokok permasalahan, potensi, peluang dan tantangan yang harus dievaluasi pada saat ini dan di perbarui untuk masa yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian ini kami ucapkan terima kasih.Semoga Evaluasi Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2011 ini dapat bermanfaat bagi lajunya pertumbuhan sektor pertanian di Kecamatan Cibadak.
DAFTAR ISI
KATA PEN6ANTAR ...................................................................................... I DAFTAR ISI ........................................................................................ II
BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan Evaluasi .............................................................................. 1
BAB II PERUMUSAN INDIKATOR DAN PARAMETER EVALUASI Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen ........................................ 5 Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas ...................................... 6 Realsasi Penyerapan Pupuk.., ............................................................... 7
BAB III EVALUASI KENDALA DAN MASALAH Masalah Umum .................................................................................... 10 Masalah Khusus .................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyuluhan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum yang secara inheren didalamnya terkandung maksud untuk memenuhi hak azasi setiap warga negara.Dalam ruang lingkup pembangunan pertanian, peranan penyuluhan mempunyai posisi yang penting. Sistem penyuluhan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang serta bahan baku industri. Memperluas lapangan kerja dan usaha, serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani.Dengan pelaksanaan sistem penyuluhan yang baik, terpola, tersusun, dan tepat, serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang produktif berupa peningkatan indikator - indikator dalam sektor pertanian pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikulutra, perikanan/peternakan dan kehutanan, pada khususnya. Sebagai kelanjutan atau perpanjangan tangan dari kelembagaan penyuluhan nasional, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berada di kecamatan berkewajiban melaksanakan suatu evaluasi dan analisis yang berkenaan dengan pelaksanaan penyuluhan khususnya pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Warunggunung, untuk tahun 2011 telah melaksanakan rencana kerja penyuluhan yang harus dievaluasi dan diukur pencapaiannya. Oleh karena itu dalam tulisan ini, akan dijelaskan beberapa hasil kinerja yang telah dicapai oleh BPP Kec. Warunggunung Khususnya.
1.2 Tujuan Evaluasi Penyusunan evaluasi programa penyuluhan ini bertujuan antara lain untuk: a. Mengukur pelaksanaan seluruh kegiatan pernyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ditetapkan. b. Mengidentifikasi proses perubahan perilaku dan karakteristik masyarakat pertanian sebagai bagian langsung dari kegiatan atau pelaksanaan penyuluhan. c. Memberikan umpan balik (feed back) mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan yang dicapai selama kurun waktu tahun 2011. Sehingga dapat dilakukan evaluasi baik secara menyuluruh maupun secara parsial terhadap rencana system penyuluhan yang telah ditetapkan.
1.3 Manfaat Praktikum Evaluasi Praktikum mampu mengidentifikasi impacpoint teknis, I.P.ekonomi dan I.P.sosial Praktikum menambah pengetahuan dan pengalaman petani Praktikum membantu petani memecahkan masalah yang tengah dihadapi saat ini Khususnya bagi pemerintah sebagai bahan evaluasi terhadap program- program yang dijalankan agar program tersebut sisa tercapai dengan baik.
1.4 Sarana /alat Kertas Pulpen Pinsil Kalkulator Komputer Data BAB II PELAKSANAAN
2.1 Pelaksanaan Programa a. Pelaksanaan Program Penyuluhan Melalui Sistem Latihan dan Kunjungan Kelompok Dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku petani dalam melaksanakan sistem usahtani yang efektif dan efisien.BPP dalam hal ini telah melakukan upaya-upaya selama tahun 2011 dengan melaksanakan berbagai jenis dan bentuk penyuluhan pertanian.Beberapa jenis penyuluhan tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan latihan dan kunjungan (LAKU). Sistem penyuluhan dengan model LAKU ini diantaranya ditempuh dengan cara: Memberikan model demonstrasi cara, teknik dan metode dalam sistem budidaya, dan usaha tani sebagai wahana untuk memberikan bekal- bekal keahlian dan keterampilan bagi petani. Memberikan penyuluhan dan pembinaan serta pengawasan dalam pelaksanaan sistem pertanian secara umum dengan cara mengunjungi petani baik secara home visit, maupun secara massal. Dengan menggunakan model LAKU ini telah dirasakan beberapa manfaat yang dihasilkan dan dapat terevaluasi secara kontinu, dianataranya :Kemauan dan motivasi adposi teknologi dikalangan petani meningkat meskipun secara kualitatif. Pencapaian peroduksi dan produktivitas hasil pertanian secara umum meningkat meskipun peningkatannya masih dibawah target yang diharapkan. Tabel 1. Matrlks Hasil Pelaksanaan Kegiatan Latihan dan Kunjungan Penyuluhan Tahun 2011 No Jenis Kegiatan Lokasi Frekuensi Waktu Pelaksana an Pelaksan a A Demonstrasi Cara dan Teknik 1 Pembuatan Bakteri Coryne BPP dan Kel.Tani Pusaka 2 April dan Mei 2010 PPL& POPT 2 Pembuatan Dekomposer Nabati Kel.Tani Pusaka 1 Mei 2011 PPL& POPT 3 Pembuatan Lahan Persemaian Padi Hibrida Kel.Tani
Tegal Waru 2 Oktober 2010 PPL B Kunjungan dan Penyuluhan
Penyebaran informasl teknologi:
a Tentang Benih dan Varietas Kel.Tani di Setiap Wllbin 216 Jan s/d Des 2010 PPL b Tentang Perilndungan terhadap OPT Kel.Tani di Setiap Wilbin 324 Jan s/d Des 2010 POPT c Tentang Panen dan Pasca Panen Kel.Tani di Setiap Wilbin 108 Jan s/d Des 2010 PPL d Tentang Pupuk dan Pemupukan Kel.Tani di Setiap Wilbin 324 Jan s/d Des 2010 PPL e Tentang Alat dan Mekanisasi Kel.Tani di Setiap Wilbin 108 Jan s/d Des 2010 PPL 2 Kegiatan benah kelompok Kel.Tani di Setiap Wilbin 216 Jan s/d Des 2010 PPL 3 Tanya Jawab/Konsultasi Kel.Tani di Setiap Wilbin 216 Jan s/d Des 2010 PPL Jumlah 1517 Sumber: Data BPP Kec. Cijati 2011
b. Pelaksanaan SL - PTT dan LL - PTT Sebagai salah satu instrumen dalam percepatan peningkatan produksi pertanian, program SL-PTT dan LL PTT dipandang cukup banyak memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani serta hasil produksi. Untuk tahun 2011, Kecamatan Warunggunung melaksanakan program SL-PTT dan LL PTT secara agregat seluas 1040 hektar yang terlaksana dengan SL -PTT dengan 44 hektar lahan LL PTT. Dengan perincian 1000 hektar SL PTT padi inbrida dan 40 hektar SL PTT padi hibrida. Tabel 2. Rekapitulasi Jurnlah Pelaksanaan Kegiatan SL PTT Tahun 2011 No Nama Desa Jumlah Kelompok Pelaksana (Unit) Luas Lahan SL PTT (Ha) Luas Lahan LL PTT (Ha) Jumlah Unit SL/LL PTT 1 Selaraja 4 100 4 4 2 Cempaka 4 100 4 4 3 Sukarendah
i / i 125 5 5 4 Cibuah 5 110 5 5 5 Baros 5 110 5 5 6 Pasir tangkal 6 135 6 6 7 Sindangsari 5 125 5 5 8 Banjarsari 4 100 4 4 9 Sukaraja 6 135 6 6 Jumlah 44 1040 44 44 c. Rehabiiitasi Jaringan Irigasi Upaya lainnya dalam peningkatan hasil produksi pertanian diantaranya yang telah dilaksanakan di Kecamatan warunggunung adalah program rehabiiitasi jeringan irgasi, yang tertuang dalam satu kegiatan proyek. Yaitu kegiatan rehabiiitasi jaringan irigasi desa yang berlokasi di saluran irigasi Cibanteng Desa selaraja, yang mampu mengairi sawah seluas + 45 hektar.
2.2 Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen Selama tahun 2011 realisasi sasaran tanam padi sawah telah melampaui terget sebesar 54%, dimana dari sasaran tanam yang ditargetkan sebesar 2085 hektar, telah tercapai realisasi tanam sebesar 3211 hektar. Sedangkan padi ladang pencapaian realisasi dari targetnya adalah sebesar 151,28%. Dari target sasaran tanam 234 hektar tercapai realisasi 354 hektar. Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Tanam dan Luas Panen Berbagai Komoditi Pertanian di Kecamatan Warunggunung Tahun 2011 No Komoditi Luas Tanam Luas Panen (Ha)
Sedangkan untuk sasaran luas panen padi sawah telah mencapai luas panen untuk tahun 2011 sebesar 2890 hektar (melampaui sebesar 15,10% dari target 2454 hektar).
2.3 Pencapaian Hasil Produksi dan Produktivitas Untuk jenis komoditi padi sawah tahun 2011 Kecamatan Ciadak telah menghasilkan 17.395 ton Gabah Kering Giling (GKG).Sedangkan untuk padi ladang telah menghasilkan 290 ton GKG.
Jika dibandingkan dengan tahun 2009, maka terdapat kenaikan pencapaian hasil yaitu sebesar 8,21% untuk padi sawah dan penurunan 5,84% untuk padi ladang. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi di Kecamatan Warunggunung
Nama Komoditi Jumlah Produksi (ton) Laju Perkembangan (%) Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Padi Sawah GKP 15,451 18,582 20,109 8.22% GKG 13,367 16,075 17,395 8.21% Padi Ladang GKP 539 998 935 -5.90% GKG 402 747 700 -5.84%
Untuk tingkat produckivitas padi sawah, selama tahun 2011 dari target yang ditetapkan 62,34 Kwintal/ha GKG, hanya tercapai 60,19 Kw/ha GKG. Artinya angka pencapaian masih dibawah angka target sebesar 96,7%. Namur jika dibandingkan dengan pencapaian productivitas rata-rata pada tahun 2009, untuk tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,99%, yaitu dari 56,79 Kwintal/ha (2009) menjadi 60,19 Kw/ha. Tabel 5. Perkembangan Tingkat Produktivitas Padi di Kecamatan Warunggunung
Komoditi Tingkat Produktivitas (Kw/Ha) Laju Perkembang an (%) Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Padf Sawah GKP 59.05 64.57 65.65 69.58 5.99% GKG 51.08 55.86 56.79 60.19 5.99% Padi Ladang GKP 27.01 27.36 28.03 27.92 -0.39% GKG 23.44 23.67 24.25 24.15 -0.41% Sumber : Data BPP Kec. Cijati 2011
2.4 Realisasi Penyerapan Pupuk a. Realisasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Non Bantuan Untuk ketersediaan (target) dan pemakaian (realisasi) terhadap input produksi pupuk bersubsidi yang ada di Kecamatan Warunggunung selama tahun 2011, dapat digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Daya Serap dan Jumlah Alokasi Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Warunggunung.
No Jenis Pupuk Target (Ton) Realisasi (Ton) 1 UREA 689 387 2 SP-36 119 106 3 ZA 23 20 4 NPK 138 92 5 ORGANIK 11 0
Pupuk urea dari alokasi sebesar 689 ton, hanya terserap sebesar 387 ton, SP-36 dari alokasi 119 ton, hanya terserap 106 ton, dan NPK dari alokasi 138 ton, terserap 92 ton. b. Realisasi Distribusi Pupuk Bantuan SL PTT Untuk penyaluran pupuk SL PTT tahun 2011, dapat digambarkan pada tabei dibawah ini. Tabel 7. Jumlah Alokasi Pupuk SL PTT Kecamatan Warunggunung Tahun 2011
No
Jenis Pupuk
Jumlah Tonase Berdasarkan Klasifikasi Jenis Komoditl SL PTT Jumlah (ton/liter)
Seluruh pupuk SL PTT disalurkan kepada 44 kelompok tani sebagai pelaksana program SL PTT tahun 2011.Terdiri atas 40 kelompok tani pelaksana SL PTT padi inbrida dan 4 kelompok tani pelaksana SL PTT padi hibrida. c. Realisasi Distribusi Pupuk BLP (Bantuan Pupuk Langsung) Untuk penyaluran pupuk BLP tahun 2011, dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.
Jenis Bantuan BLP Jml Kel.Tani Penerima Jenis Pupuk BLP NPK (ton) Organi k (ton) POC (liter) BLBU SL PTT NON Padi Inbrida 40 96 288 1920 BLBU SL PTT Padi Hibrida 4 3.6 10.8 72 BLBU NON SL PTT Padi Hibrida 1 2 6 40 Jumlah 45 101.6 304.8 2032 Sumber: Data BPP Kec. Warunggunung 2011
Seluruh pupuk BLP disalurkan kepada 45 kelompok tani sebagai pelaksana program BLP tahun 2011. Terdiri atas 40 kelompok tani penerima BLBU padi inbrida SL PTT, 4 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida SL PTT, dan 1 kelompok tani penerima BLBU padi hibrida non SL PH. BAB III EVALUASI KENDARAAN DAN MASALAH
3.1 Masalah Umum 1. Karakteristik Lahan Sawah Dengan melihat ciri dan sifat lahan pesawahan yang ada di wilayah Kecamatan Warunggunung yang secara umum merupakan lahan sawah pedesaan dan tada hujan. Dengan hal ini membawa implikasi bahwa satu hal yang menjadi problem utama dalam menjaga kelangsungan proses penanaman padi adalah ketersediaan air yang cukup untuk menjaga kelangsungan dan kestabilan tanaman. Dengan melihat kondisi ini bahwa sampai dengan saat ini permasalahan pemenuhan kebutuhan pasokan air untuk lahan sawah masih menjadi skala prioritas utama untuk senantiasa dicarikan jalan solusinya.
2. Kondisi Sarana Transportasi Barang kali sudah menjadi rahasia umum, bahwa secara topografi kiondisi permukaan rupa daratan wilayah selatan adalah merupakan daerah yang bergelombang dan labil.Hal ini membawa dampak bahwa tingkat kerawanan dan munculnya bencana cukup besar.Oleh karena itu kenyataan menunjukkan bahwa kondisi sarana transportasi untuk menjangkau seluruh lokasi pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Cibadak masih minim dari kelayakan sarana yang memadai khususunya sarana transportasi darat.Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan sarana pertanian dan pemasaran hasil pertanian menambah resiko dan biaya.Sehingga kalkulasi marjin pemasaran dan penjualan hasil menjadi berkurang karena terlalu besarnya biaya pemasaran dan penjualan yang dihadapi.Dampak dari kedaan ini adalah harga jualyang diterima petani menjadi kurang layak dan tidak adil. Sedangkan harga input produksi yang dihadapi petani bertambah mahal.
3. Faktor Iklim dan Cuaca Aspek perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di wilayah Kecamatan Warunggunung sampai dengan saat ini masih menjadi aspek yang belum dapat diatasi. Sama seperti yang terjadi di berbagai wilayah lain, akibat yang ditimbulkan karena perubahan iklim dan cuaca yang tidak normal ini menjadikan pola tanam dan pengaturan jadwal tanam menjadi terganggu. Walaupun memang aspek ini bersifat un control tetapi sejauh ini kemampuan petani untuk memprediksi dan meramalkan perubahan iklim dan cuaca berrdasarkan gejala gejala yang umum dan nampak masih belum memadai.
4. Dukungan Kelembagaan Pertanian Kelembagaan pertanian memegang peran yang penting dalam rangka memberikan bantuan dan dorongan secara fasilitatif.Namur sejauh ini beberapa lembaga pertanian yang ada belum sempurna.Lemahnya keuangan petani sampai dengan saat ini belum tercover dengan kehadiran lembaga pemberi kredit, lembaga atau assosiasi pemasaran hasil, dan koperasi.
5. Aspek Keuangan Pembiayaan Petani Dari aspek keuangan dan sumber pembiayaan usaha tani, dapat dikatakan bahwa ciri khas petani Indonesia diantaranya adalah penguasaan asset usaha tani yang dimilikinya relatif kecii.Tidak terkecuali petani yang ada di Kecamatan Warunggunung. Lemahnya institusi permodalan usaha tani yang dijalankan membawa pengaruh yang besar terhadap proses perbaikan dan perkembangan pola usaha usaha tani yang efisien dan efektif. Daya jangkau terhadap akses pembelian inputproduksi seperti pupuk, alat dan mekanisasi pertanian yang masih kurang membawa dampak terhadap proses usaha tani yang inefisiensi. Salah satu kasus diantaranya pemberian pupuk yang kurang seimbang dikarenakan ketidakmampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang dianjurkan.
6. Faktor SDM Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan khususnya untuk masyarakat Kecamatan Warunggunung, aspek koalitas SDM menjadi salah satu factor yang mempunyai peranan besar dalam upaya membantu pencapaian keberhasilan pembangunan pertanian. Dalam hal ini kaitan yang sangat penting adalah upaya perubahan pola dan perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknoiogi kerap kali menghadapi kendala kurang terapresiasi karena factor pemahaman petani terhadap tujuan, manfaat , dan dampak dari penerapan anjuran teknoiogi yang direkomendasikan. Beberapa hal yang berkaitan dengan factor lemahnya koalitas SDM sejauh ini adalah: Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan usaha tani, secaramandiri dan independen sulit untuk dilaksanakan. Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaanusaha tani sejauh ini hanya berdasarkan lepada pengalaman. Lemahnya dukungan skill dan keahlian usaha tani yang lebihadaptif terhadap adopsi teknoiogi belum optimal. Lemahnya kemampuan inovatif, dan kreativitas dalam melakukandan pemberdayaan pengelolaan usaha tani yang dilaksanakan.
3.2 Masalah Khusus a. Aspek Teknis Budidaya Dalam hal ini aspek budidaya menekankan kepada pengertian sejauhmana aplikasi proses manipulasi terhadap lingkungan dengan suatu perlakukan baik bersifat teknis, bilogis, maupun mekanis dapat membehkan hasil atau nilai tambah produksi. Sejauh ini dalam kulaifikasi aspek teknis budidaya khususnya untuk komoditas tanaman pangan padi, beberapa hal yang terkait dengan masalah ini untuk wilayah Kecamatan Warunggunung yang terjadi adalah :
1. Penerapan benih unggul Untuk aplikasi penggunaan benih unggul berlabel tanaman padi sawah dalam kurun waktu 2011 di wilayah Kecamatan Warunggunung telah teraplikasikan sebanyak 93,83% dari luas lahan sawah yang ada. Pencapaian penerepan benih unggul untuk tahun 2011 ini sejalan dengan petaksanaan bantuan benih nasional Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).Untuk musim tanam di tahun 2011 ini sebanyak 1060 ha telah tertanami dengan benih bantuan ini.Sedangkan sekitar 340 ha merupakan lahan sawah yang ditanami benih berlabel non bantuan, dan sisanya merupakan lahan sawah yang ditanami benih non label. Beberapa jenis varietas benih unggul yang digunakan adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga, Situ Bagendit (padi ladang), dan IR-64. b. Pengolahan lahan Aspek pengelohan lahan dalam kaitan dengan usaha pelestarian lingkungan menekankan kepada pengolahan lahan yang tidak intensif mekanisasi.Sejauh ini dalam sistem pengolahan lahan sawah di Kecamatan Warunggunung masih dominan menggunakan mekanisasi seperti menggunakan traktor. Sistem pengolahan lahan alternatif yang dipandang lebih ramah dan lebih lestari, seperti penerapan sistem TOT (tanpa olah tanah) dan sistem tabela (tanam benihlangsung) masih kurang populer, hanya kurang dari 10% dari total luas lahan yang ada yang menggunakan kedua cara tersebut.
2. Pemupukan berimbang Pemupukan padi sawah mengenal beberapa istilah seperti pemupukan berimbang, pemupkan spesifik lokasi dan pengelolaan hara spesifik lokasi yang pada dasarnya identik satu sama lain. Akan tetapi pemupukan berimbang sering disalahartikan sebagai pemupukan lengkap (N,P,K,S) dan identik dengan penggunaan pupuk mejemuk. Secara sederhana pemupukan berimbang adalah mengacu kepada keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi berdasarkan sasaran tingkat hasil yang diinginkan dengan ketersediaan hara dalam tanah. Mengingat beragamnya lokasi dan kondisi kesuburan tanah, maka akan berbeda pula takaran dan jenis pupuk yang digunakan. Pemupukan berimbang menawarkan beberapa prinsip dan perangkat untuk mengoptimalkan penggunaan hara dari sumber sumber alami atau lokal sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.Sumber hara alami dapat berasal dari tanah, pupuk kandang, sisa tanaman dan air irigasi. Dengan melihat asumsi tersebut maka untuk skup wilayah Kecamatan Warunggunung penerapan konsep pemupukan berimbang belum menunjukkan kondisi yang optimum. Dengan melihat kenyataan bahwa hampir 90% lahan pesawahan yang ada masih intensif terhadap pupuk anorganik.Dimana penggunaan pupuk kimia seperti urea, SP-36, KCL, NPK yang cukup besar. Apalagi permasalahan ditambah dengan penggunaan dosis dan takaran belum sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.Sedangkan penggunaan pupuk alam (organik) masih tergolong cukup sedikit.
3. Pengendalian hama secara terpadu (PUT) Dari beberapa kasus serangan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) maka kondisi wilayah lahan sawah di Kecamatan Warunggunung memiliki kecendrungan serangan hama yang mempunyai frekuensi dan intensitias yang cukup tinggi diantaranya adalah serangan hama ; ekong mas, tikus dan ulat. Sedangkan OPT yang pernah mengganggu dengan intensitas yang tinggi adalah ; wereng, penggerek batang, hama putih dan walang sangit. Beberapa jenis OPT yang menjadi perhatian dalam penanggulangannya diantaranya: 1. Keong Mas Hampir menyerang disemua lokasi pertanaman yang ada di Kecamatan Warunggunung. Luas areal pertanaman yang diserang oleh hama keong ini mencapai 65 % lahan sawah yang ada di selaraja. 2. Tikus Hama tikus sering menjadi hama pengganggu di sebagian wilayah Cibadak, terutama didaerah lahan sawah sepanjang aliran Sungai Cibuni, yang meliputi Desa Baros, Pasir tangkil dan Cempaka. 3. Wereng Hama wereng yang sering menjadi musuh petani diantaranya adalah wereng cokelat dan wereng hijau, daerah serangannya meliputi Desa Bojonglarang, Sukamahi, Cibadak dan 4. Penggerek Hama penggerek yang sering kali menjadi masalah tanaman padi di Cijati adalah penggerek batang. Diantara wilayah yang menjadi endemik serangan yaitu Desa Desa Baros, Pasir tangkil dan Cempaka.
5. Ulat Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada diKecamatan Warunggunung Jenis hama ulat yang menyerang diantaranya adalah ulatgrayak. 6. Hama Putih Hama ini hampir menyerang disemua desa yang ada diKecamatan Warunggunung terutama di Desa selaraja 7. Walang Sangit Hama ini merupakan yang seringkali menyerang dengan tingkat serangan yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu menyebar di Kecamatan Warunggunung
2. Aspek Finansial dan Ekonomis Dalam aspek penguatan keuangan lembaga kelompok tani, pemasaran hasil, dan sistem penjualan hasil produksi pertanian, berdasarkan gambaran kondisi nyata bahwa selama jangka waktu 2008 ini, menunjukkan keadaan yang belum maksimal. Partisipasi kelompok dalam aspek penguatan modal kelompok masih belum maksimal, dari 92 kelompok tani yang ada, hanya 52 kelompok tani yang mampu mengadakan partisipasi aktif anggotanya. Artinya hanya 57% kelompok tani yang mampu melaksanakan konsep pemberdayaan kelompok tani dalam aspek pembiayaan. Sedangkan dalam kemampuan melakukan penguatan permodalan usaha tani setiap rumah tangga petani dengan pengembangan asset yang dimiliki sejauh ini masih relatif kurang berkembang. Dengan struktur sumber pembiayaan modal sendiri yang relatif kecil, kesempatan untuk mengembangkan usaha tani melalui pelaksanaan inovasi mengalami kesulitan. Karena aspek penanggungan resiko kegagalan masih menjadi pertimbangan utama. Dari aspek pemasaran dan informasi pasar masyarakat petani Kecamatan Warunggunung sebagian besar memiliki kemampuan yang besar terhadap informasi pasar terutama tentang harga jual komoditas gabah.Namun yang menjadi aspek permasalahan dalam hal ini adalah sumber informasi yang dijadikan referensi adaiah informasi harga dari pembeli atau tengkulak.Jelas dalam hal ini kelemahan yang utama adaiah peluang terjadinya mis informasi atau informasi harga menjadi tidak fair.Dengan sistem penjualan hasil yang dilakukan melalui sistem jual gabah langsung pada saat panen, merupakan salah satu aspek nyata bahwa petani masih rentan terhadap kebutuhan finansial. Sehingga kemampuan untuk menahan hasil produksi untuk jangka waktu yang relatif lama dengan tujuan untuk mendapatkan harga jual yang tinggi belum terpenuhi dengan selayaknya.
3. Aspek Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani Dengan pencapaian sasaran tujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas, maka aspek penerapan teknologi usaha tani sangat perlu untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam hal ini tekanan untuk peningkatan produksi gabah, aspek penerapan teknologi seyogianya dilaksanakan dengan cara terpadu dan kontinu. Selama kurun waktu tahun 2011, gambaran pelaksanaan anjuran teknologi usaha tani yang dilakukan petani Kecamatan Warunggunung adaiah sebagai berikut: Tabel 11. Tingkat Penerapan TPTU di Kecamatan warunggunung
No Aspek Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani Uraian Pelaksanaan Penerapan Anjuran Teknologi Usaha Tani Keragaan Yang Ada di Lapangan Keterangan 1 Aspek Pengolahan tanah Dominan menggunakan alat mekanisasi misalnya traktor. Masih rendah penggunaan metode tanpa olah tanah, dan penggunaan asupan pupuk dasar bahan organik. Tingkat pemahaman petani terhadap metode TOT dan bahan organik masih kurang Hanya 15% petani yang mampu melaksanakan pengolahan tanah yang menggunakan anjuran teknologi PTT Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan 2 Penggunaan benih unggul Telah teraplikasikan sebanyak 85% dari luas lahan sawah yang ada Beberapa jenis varietas benih unggul yang digunakan adalah : Ciherang, Cigeulis, Mekongga Situ Bagendit (padi ladang), dan IR-64. Hanya tersisa 7 % petani yang belum tersentuh dengan anjurang penggunaan benfh unggul Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik. Dan dalam jangka 1 tahun diharapkan 100% petani sudah menggunakan benih Unggul 3 Penggunaan jarak tanam Hampir seluruh wilayah lahan sawah menggunakan jarak tanam yang teratur. Jarak tanam 25 x 25 cm digunakan hampir 90%. Jarak tanam dengan menggunakan tandur jajar 2 baris hanya disebagian kecil yakni hanya + 10 %. Terjadi peningkatan jumlah Petani yang menggunakan sistem tanam jajar 2 :1 sekitar 10 % Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan 4 Pemupukan 90% lahan pesawahan yang ada masih intensif pupuk anorganik. Penggunaan pupuk kimia seperti urea, SP- 36, KCL, NPK cukup besar. Penggunaan dosis dan takaran belum sesual dengan tingkat kebutuhan Terjadi perubahan perilaku petani daiam aplikasi pupuk dengan menggunakan kombinasi pupuk organik dan takaran pupuk kimia yang adaptif Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan 5 Pengelolaan dan penggunaan air Optimalisasi pengelolaan air dengan menggunakan pengairan bergilir belum tercapai. Terhambat dengan sarana pengairan yang belum memadai. Kemampuan kelompok tani dalam menggunakan alat mekanis mesin pompa masih terhambat masalah blaya operasional Sulitnya pengelolaan pengairan yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan sawag yang sebagian besar mengandaikan irigasi pedesaan dan tadah hujan Memiliki skala prioritas jangka panjang untuk peningkatan dan perbaikan Fluktuas! musirn dan cuaca masih berpengaruh besar karena lahan sawah tadah hujan cukup besar
6 Pengendalian OPT Di beberapa lokasi memiliki kecendrungan serangan hama yang mempunyai frekuensi dan intensitias yang cukup tinggi diantaranya adaiah serangan hama ; ekong mas, tikus dan ulat. OPT Yang pernah mengganggu dengan intensitas yang tinggi adaiah ; wereng, penggerek batang, hama putih dan walang sangit. 90% Pengendalian OPT intensif dengan pestisida. Hampir seluruh petani masih membutuhkan pestisida dan bahan kimia dalam pengendalian OPT Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan 7 Pola tanam Sejauh ini pola tanam yang dilakukan diantaranya: a. 25 % pola : Padi - padi -padi b. 25% pola :Padi - padi -palawija c. 50 % pola :Padi - padi libera Dominan 50 % pola :Padi - padi -bera Memiliki skala prioritas menengah \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ \\\\\untuk peningkatan
8 Pergiliran varietas Beberapa jenis varietas benih unggul yang digunakan adaiah : Ciherang, Cigeulis, Situ Bagendit (padi ladang), dan IR-64. Pola pergiliran yang dipakai diantaranya: a. Ciherang - Ciherang - IR64 b. Ciherang - IR 64 c. Cigeulis - Ciherang Dominan Ciherang - Ciherang - IR 64 Secara umum aspek ini memiliki tingkat aplikasi yang baik. 9 Penggunaan 2PT Masih rendah penggunaan zat hormon pengatur tumbuh (ZPT). Hal ini ditunjukan hanya dibeberapa lokasi petani yang berkesempatan menggunakannya Hanya +15,5 % Memiliki skala prioritas menengah untuk peningkatan dan perbaikan 10 Pengelolaan panen dan pasca panen Tingginya kehilangan hasil produksi (15%- 20%) karena kurangnya sarana pendukung pengelolaan kegiatan panen, dan pasca panen. Masih tinggi kehilangan hasil akibat pengendalian pasca panen sebagai akibat sistem pemanenan yang manual dan alat yang kurang memadai Memiliki skala prioritas utama untuk peningkatan dan perbaikan Sumber: Data BPP Kecamatan Tahun 2011
4. Aspek Pengelolaan Manajeman Usaha Tani Beberapa hal yang masih menjadi bahan perbaikan dan peningkatan kinerja kelompok tani terutama masaiah pengelolaan lembaga kelompok tani, diantaranya: a. Kelengkapan administrasi kelompok tani : AD/ART, Profil kelompok tani, buku adm, dsb. b. Kesekretariatan alamat kelompok tani c. Intensitas dan frekuensi pertemuan kelompok tani dalam kegiatan pelaksanaan penyuluhan pertanian d. Pelaksanaan kegiatan pelatihan, sekolah lapang, kursus tani dsb e. Pembagian kerja dan tugas dalam struktur organisasi kelompok f. Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam rangka menciptakan kemampuan dan kemandirian kelompok tani. g. Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan subsidi. BAB IV PENUTUP
Pembangunan pertanian di Kecamatan Warunggunung bukan hanya merupakan tanggung jawab penyuiuh pertanian namun melibatkan semua unsur terkait seperti lembaga sosial ekonomi, organisasi profesi, pemerintah daerah setempat sampai pada petani itu sendiri. Kecamatan Warunggunung merupakan Kecamatan yang baru berdiri secara definitif, untuk menunjang kegiatan penyuluhan pertanian diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, baik itu tenaga penyuiuh maupun faktor pendukung lainnya. Dalam rangka menyebarkan informasi teknologi dan berjaiannya proses belajar mengajar di tingakat petani perlu adanya metode kegiatan yang efektif dan efisien serta mudah dicerna oleh petani seperti SLPHT, kursus tani, demplot dan lain sebagainya. Hal ini memerlukan bantuan alokasi kegiatan baik itu dari dinas pertanian kabupaten maupun pemerintah daerah setempat.
KESIMPULAN
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya seta agar mereka mau dan mampu mengorganisasikan dirinya daiam mengakses informasi teknologi, permodalan dan pasar sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan. penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan, merupakan pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis tentang Rencana Kegiatan Penyuluhan yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah-masalah serta cara mencapai tujuan dan dirumuskan secara partisipatif, yang dikoordinasikan melalui keterpaduan lintas program dan lintas sektoral yang berkesinambungan sehingga membangun kemandirian, prakarsa, tanggung jawab serta partisipasi masyarakat tani dalam pembangunan pertanian yang terencana dan terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Deptan. (1995). Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan pertanian. Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan Diklat
Malo, M. (1999). Metode penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka
Maunder, AH. (1972). Agrikultural Extension. Roma : FAO
Nasution S. (1991). Metode Research. Bandung : Yemmers
Padmowiharjo S. (1978). Beberapa konsep proses belajar dan implikasinya. Bogor: IPLPP-Ciawi