Anda di halaman 1dari 12

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS


A. Definisi
Pemberian cairan melalui infus merupaka tindakan memasukkan cairan
melalui intravena pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makan (Hidayat, 2008: 48). Tindakan ini
membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh
darah.

B. Tujuan
1. Mempertahankan, mengganti, serta menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.
2. Memberikan obat-obatan intravena ke dalam tubuh.
3. Memonitor hemodinamik tubuh.
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi.
5. Transfusi darah dan produk darah.

C. Indikasi
1. Pada keadaan emergency resusitasi jantung apru memungkinkan pemberian
obat secara langsung ke dalam intravena.
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat.
3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus
melalui infus.
4. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau
intramuskuler.

D. Persiapan
Persiapan Pasien
1. Menjaga privasi pasien.
2. Memposisikan pasien dengan senyaman mungkin.
Persiapan Alat dan Bahan
1. Standar infus
2. Perangkat infus/set infus
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesaui dengan ukuran
5. Pengalas
6. Tourniquet/pembendung
7. Kapas alkohol 70%
8. Plester/hepavic
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Piala ginjal/bengkok
12. Betadine
13. Alat pencukur
14. Sarung tangan
E. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke dalam botol infus
(cairan).
4. Isi cairan ke dalam infus set dengan menekan bgaian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang dan
keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan pemasangan infus.
6. Pilih vena yang akan dilakukan penusukan. Pasang torniquet di tangan
pasien yang akan di tusuk. Lakukan pembendungan dengan torniquet.
7. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.
8. Lakukan penusukan dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan
posisi jarum (abocath) mengarah ke atas, pilih vena yang lurus (penusukan
sebesar 15-20
0
.
9. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui abocath.
Bila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui abbocath. Tarik jarum
infus dan hubungkan dengan selang infus
10. Lepas torniquet dan lakukan pengedepan agar darah tidak keluar.
11. Buka klem selang infus.
12. Letakkan kassa steril yang sudah diolesi dengan betadine lalu tempelkan
pada vena yang ditusuk kemudian rekatkan dengan plester.
13. Lakukan fiksasi dengan plester pada area penusukan.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15. Atur tetesan infus sesuai kebutuhan.
16. Membereskan alat-alat.
17. Lepas sarung tangan dan Cuci tangan.

F. Evaluasi
1. Evaluasi respon pasien terhadap pemberian tindakan.
2. Perhatikan kelancaran cairan dan jumlah tetesan infus.

G. Dokumentasi
1. Catat tindakan keperawatan secara terperinci yang meliputi: tanggal, hari,
jam pemasangan infus.






STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Tindakan untuk pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan dilakukan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat melalui tiga cara, yaitu mealalui nasal, kanula, dan masker. Pemberian
oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia (Hidayat, 2008: 42).

B. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadi hipoksia/hipoksemia
3. Mempertahankan metabolisme
4. Sebagai tindakan pengobatan

C. Indikasi
1. Penderita dengan kelumpuhan otot pernapasan.
2. Penderita dengan narkose umum.
3. Penderita dengan trauma paru.
4. Hipoksemia/hipoksia.

D. Persiapan
Persiapan Pasien
1. Menjaga privasi pasien.
2. Memposisikan pasien dengan senyaman mungkin.
Persiapan Alat dan Bahan
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin atau lubrikan atau pelumas (jelly)
4. Sarung tangan
5. Spatel lidah
6. Plester
7. Kassa
8. Senter
E. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Atur aliran (flow) oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
umumnya 6-10 lpm. Kemudian observasi humidifier dengan melihat air
bergelembung.
5. Hidupkan tabung oksigen.
6. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
7. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
8. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga.
Sdetelah itu, beri lubrikan (jelly) dan masukkan.
9. Apabila memakai masker, tempatkan masker oksigen di atas mulut dan
hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
10. Rapikan peralatan yang telah digunakan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

F. Evaluasi
1. Pertahankan tinggi air pada humidifier.
2. Periksa pasien terhadap pemberian oksigen setiap 6-8 jam.

G. Dokumentasi
1. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respons pasien.



Keterangan:
1. Nasal kanula/binasal kanula: 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24 44%.
2. Sungkup muka (masker kanula) sederhana: 5-8 liter/menit dengan konsentrasi
40 60 %.
3. Kanula masker rebreating: 8 12 liter/menit dengan konsentrasi 60 80%.
Diberikan pada pasien yg memiliki tekanan CO2 yang rendah.
4. Kanula masker non breathing: konsentrasi 80 100%. Diberikan pada pasien
dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi.
5. Sungkup venturi: 4-12 lpm dengan konsentrasi 24-50%.
6. Bag valve mask: tanpa oksigen 21%, dengan oksigen 50-100%.
7. Respirator: 21-100%
8. Head box: 30-50%.













STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
GASTRIK LAVASE (BILAS LAMBUNG)


A. Definisi
Suatu tindakan kegawatdaruratan untuk menolong klien akibat keracunan.
Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan absorps itoksin, selain terapi yang
lain seperti terapi resusitasi, terapi suportif, terapi ekskresi, and terapi antidotum.

B. Tujuan
1. Mencegah keracunan
2. Prediksidaritoksinitas yang terjadi

C. Indikasi
1. Pasien keracunan dengan tingkat kesadaran semakin menurun atau pasien
sadar, tetapi tidak kooperatif.
2. Bila katartik kurang efektif.
3. Pasien yang telah memakan zat-zat lebih dari 4 jam.

D. Persiapan
Persiapan Pasien
1. Menjaga privasi pasien.
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin.

Persiapan Alat dan Bahan
1. Baskom berisi air bersih
2. Blaas spuit 200 cc
3. Sarung tangan steril
4. Selang NGT no. 18atau sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Pengalas/perlak
6. Bengkok
7. Ember penampung
8. Spuit 10 cc
9. Jeli
10. Plester dan gunting
11. Stetoskop
12. Klem

E. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
2. Alat-alat didekatkan ke pasien dan pasang perlak.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
4. Mengatur posisi pasien.
5. Pasien yang gelisah, sebaiknya tangan dan kaki diikat.
6. Masukkan blaas spuit kedalam lambung melaluis elang NGT sebanyak 100-
150cc (pada anak-anak) atau 200-300cc (pada orang dewasa) lalu
dikeluarkan dengan jalan mengisap selang NGT dengan blaas spuit. Setelah
itu dibuang ke ember penampungan.
7. Lakukan tindakan ini berulang-ulang kali sampai air yang keluar dari
lambung bersih dari sisa-sisa makanan dan obat-obatan atau zat-zat toksin
yang mengakibatkan keracunan.
8. Setelah benar-benar bersih dari penyebab keracunan, masukkan norit
dengan dosis 0,5 gram/kgbb.
9. Rapikan pasien dan alat-alat.
10. Buka sarung tangan dan cuci tangan.

F. Evaluasi
1. Evaluasi reaksi pasien.
2. Mengkaji keadaan umum pasien.

G. Dokumentasi
1. Lakukan dokumentasi tindakan (jam, berapa cc cairan yang sudah keluar,
warna cairan yang ada di dalam lambung).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN SYRINGE PUMP

A. Definisi
Syringe pump adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian
medikasi intravena pada pasien. Syringe pump merupakan salah salah satu
peralatan elektromedis yang berfungsi untuk memasukkan cairan obat ke dalam
tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur.


B. Tujuan
1. Untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan pasien.
2. Untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu pemberian yang
lama.
3. Untuk mengatur jumlah cairan / obat yang masuk dalam jangka waktu
tertentu.

C. Indikasi
1. Pasien dengan kebutuhan pemberian obat dalam dosis kecil dengan jangka
waktu pemberian yang lama.

D. Persiapan
Persiapan Pasien
1. Menjaga lingkungan dan privasi pasien.
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
Persiapan Alat dan Bahan
1. Syringe pump dan tiang penyangga
2. Spuit 10 cc/ 20 cc/ 30 cc/ 50 cc dan medikasi pasien.
3. Selang penghubung.
4. Obat yang akan dimasukkan.

E. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang dilakukan.
2. Bawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Letakkan mesin pada tempat yang aman bagi mesin, pasien, keluarga
pasien, pengunjung dan proses penggunaan alat.
4. Siapkan spuit dan medikasi pasien.
5. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan akses
intravena.
6. Nyalakan syringe pump. Tekan tombol POWER.
7. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam cc/jam. Tekan tombol
rate/D.Limit/ml (SELECT), sehingga muncul RATE pada display,
putar dial setting yang berada di bagian samping pump.
8. Setelah angka delivery rate di-set, tekan tombol START untuk memulai
pemberian medikasi.
9. Lampu indikator menyala warna hijau (berputar), berarti mesin sudah
beroperasi.
10. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan
suara dan lampu yang menyala merah.

F. Evaluasi
1. Evaluasi respon pasien terhadap pemberian cairan.

G. Dokumentasi
1. Lakukan dokumentasi tindakan (jam, tanggal, obat yang diberikan).








Menurut buku: Youngson. 1996. P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Jakarta: ARCAN.
1. Segera telpon ambulans.
2. Gali sebanyak mungkin informasi racunyg dimakan
3. Jika ada tanda luka bakar di mulut segera berikan air putih / susu
4. Taruh dalam posisi pemulihan
5. Kumpulkna botol racun utk analisis
6. Bawa korban secepat mungkin ke rumah sakit.
Jangan buang waktu utk cari antidotum.
Jangan mencoba membuat korban muntah.
Jika pingsan, periksa naps dan denyut nadi.
Jika tdk ada napas dan tdka da denyut nadi, beri naps buatan dan RJP.
Jika beri napas buatan, pastikan mulut korban bersih/gunakan pernapasan
mulut ke hidung korban.

Mohamad, kartono. 1996. Pertolongan pertama. Jakarta: Gramedia.
1. Rangsang muntah: tidak boleh pada kasus bensin, minyak tanah, asam
basa keras, px tdk sadar.
2. Bilas lambung

Anda mungkin juga menyukai