Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker dengan insiden cukup tinggi pada wanita di
Indonesia. Berdasarkan data Dapartemen Kesehatan (Riskesdas) tahun 2008,
prevalensi penyakit tumor atau kanker di indonesia adalah 4.3 per 1.000 orang
penduduk. Diperkirakan 12 juta pertahun terkena kanker.
Menurut pengajar Dapartemen Radioterapi, fakultas kedokteran Universitas
Indonesia (FK UI), Dr, dr. Soehartati Gondhowiardjo,terjadi lonjokan luar biasa kasus
penyakit kanker di indonesia. Dalam jangka waktu 10 tahun, peringkat kanker sebagai
penyebab kematian di indonesia telah meningkat ke-6 dari peringkat 12. Diperkirakan
sebanyak 190.000 penderita baru dan seperlimanya akan meninggal akibat kanker
setiap kanker setiap tahunnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker
payudara (16,85) dan kanker serviks (11,78) merupakan kanker yang paling sering
terjadi. Sementara itu, kejadian kanker paru baru mencapai 5,8% dari seluruh kanker
yang ada.
Hal yang terjadi lebih memprihatinkan lagi adalah adanya fakta bahwa setiap
satu jam, seorang wanita indonesia meninggal akibat kanker serviks dengan angka
kematian 20-25 orang per hari. Data tersebut yang di ungkapkan dr.Tofan Widya
Utami, Sp.OG dari Dapartemen Obstetri dan Ginekologi FK UI RSCM dalam acara
seminar Risk of Carvical Cancer pada bulan mei 2010.
Untuk menurunkan angka kematian akibat kanker, masyarakat dapat
melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan skrining(deteksi dini) kanker,
sebagai berikut:
1. Test pap smear untuk deteksi dini kanker serviks.
2. Mamografi untuk deteksi dini kanker payudara.
3. Pemeriksaan dada (chest X-ray) untuk deteksi kanker paru.
4. Pemeriksaan kadar PSA (Prostate Specific Antigen) dalam darah untuk deteksi
dini kanker prostat.
Kanker dapat disembuhkan apabila ditemukan pada stadium awal. Demikian bunyi
slogan-slogan yang banyak dijumpai oleh masyarakat. Sungguh benar kalimat
tersebut. Namun kendalanya, kanker tidak menimbulkan gejala hingga berkembang
ke tahap lanjut. Maka dari itu, penting bagi anda untuk dapat mengetahui cara deteksi
dini kanker agar tak berkembang lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Skrining
Skrining adalah usaha untuk mengindentifikasi suatu penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat membedakan orang-orang yang kelihatan
sehat, benar-benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orangorang yang belum menunjukkan gejala kanker. Deteksi dini adalah upaya
menggunakan alat bantu untuk memungkinkan kanker didiagnosis lebih dini.
Skrining sangat baik dilakukan pada wanita atau pria yang memiliki faktor
risiko untuk kanker payudara, kanker serviks, kanker prostat pada laki-laki, kanker
paru-paru, leukimia dan limfoma (kanker kelenjar getah bening).
Test skrining dapat dilakukan dengan cara :
1. Pertanyaan/kuesioner
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. X-ray, termasuk diagnostic imaging
Jenis penyakit yang tepat untuk skrining :
1. Merupakan penyakit yang serius
2. Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan setelah
gejala muncul
3. Prevalensi penyakit pre klinik harus tinggi pada populasi yang diskrining
Syarat-syarat skrining :
1.
2.
3.
4.
5.

Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting


Harus ada cara pengobatan yang efektif
Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat

diterima oleh masyarakat


6. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit
7. Harus ada Policy yang jelas
8. Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuaensi kesehatan
Jenis skrining :
1.
2.
3.
4.
5.

Mass Skrining
Selective skrining
Single Disease Skrining
Case finding skrining
Multiphasic skrining

Kombinasi test Skrining :

1. Skrining Paralel
Positif, bila individu member hasil positif untuk test yang manapun ( Salah
satu atau kedua tes skrining). Misalnya pada skrining ca mammae dengan
pemeriksaan fisik dan mammografi, sudah disebut positif jika pemeriksaan
fisik saja + atau mammografi saja yang +.
2. Skrining series / bertahap
a. Skrining tahap I
Lebih murah, tidak terlalu invasive atau tidak terlalu mengganggu
b. Skrining tahap II
Skrining tahap II dilakukan pada mereka yang positif pada
pemeriksaan tahap I, diharapkan dapat mengurangi positif palsu.
Kriteria penyakit yang sesuai untuk dilakukan skrining :
1. Penyakit harus ada dipopulasi
2. Penyakit merupakan masalah morbiditas dan atau mortalitasnya tinggi di
masyarakat
3. Deteksi dini

dan

intervensi

harus

dapat

memperbaiki

outcome

(Anonymus,2009)
2.2 Skrining pada Kanker Payudara
2.2.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel
pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi
atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab menjaga
pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam setiap
inti sel, yang bertindak sebagai ruang kontrol dari masing-masing sel.
Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur. Proses
pertumbuhan sel: sel sehat baru mengambil alih sel lama. Tapi seiring waktu,
mutasi bisa menghidupkan beberapa gen dan mematikan bagian lain
dalam sel. Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan
tanpa kontrol memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk
tumor.
Istilah kanker payudara merujuk kepada suatu tumor ganas
(malignan)

yang

berkembang

dari

sel-sel

di

payudara. Kanker

payudara biasanya dimulai pada sel di lobules, kelenjar yang memproduksi


susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran yang menghubungkan
lobulus ke puting susu. Jarang terjadi, kanker payudara mulai pada jaringan
stromal, termasuk jaringan lemak dan jaringan ikat dari payudara.

Seiring dengan waktu, sel-sel kanker dapat menyebar ke jaringan


payudara sehat membuat jalan masuk kekelenjar getah bening di ketiak, suatu
organ kecil yang menyaring benda asing dalam tubuh. Jika sel kanker telah
meluas ke kelenjar getah bening, maka ini menjadi jalan ke bagian lain dari
tubuh.
Kanker payudara selalu disebabkan oleh abnormalitas/gangguan pada
gen(suatu kesalahan dalam bahan genetik). Hanya 5-10% dari kanker
diwarisi dari ibu atau ayah. Kira-kira 90% dari kanker payudara adalah karena
abnormalitas genetik yang terjadi sebagai hasil dari proses ketuaan dan
lainnya.
Meskipun ada langkah-langkah yang dapat dilakukan setiap orang
untuk membantu tubuh tetap sehat seperti makan diet seimbang, tidak
merokok dan alkohol, serta latihan secara teratur, kita tidak akan pernah bisa
menjamin bahwa kita akan terhindar dari penyakit ini.
Insiden kejadian
Insidens kanker payudara pada perempuan di Amerika Serikat adalah 1
banding 8 (sekitar 13%). Pada 2008, sekitar 182.460 kasus baru kanker
payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis pada perempuan di Amerika
Serikat, bersama dengan 67.770 kasus baru kanker payudara non-invasif (in
situ). Kira-kira 1.990 kasus baru kanker payudara invasif akan didiagnosis
pada pria pada 2008. Kurang dari 1% dari semua kasus baru kanker payudara
terjadi pada laki-laki. Dari 2001 hingga 2004, tingkat insiden kanker payudara
di AS turun 3,5% per tahun. Satu teori adalah bahwa penurunan ini disebabkan
karena berkurangnya penggunaan terapi penggantian hormon/terapi sulih
hormon (HRT/Hormone Replacement Therapy).
Kira-kira 40.480 perempuan di AS diperkirakan meninggal pada 2008
akibat kanker payudara, meskipun angka kematian telah turun sejak tahun
1990. Ini merupakan hasil dari kemajuan pengobatan, deteksi dini, dan
meningkatnya kesadaran. Untuk perempuan di Amerika Serikat, angka
kematian akibat kanker payudara lebih tinggi daripada kanker paru-paru.
Selain kanker kulit, kanker payudara adalah yang paling sering didiagnosis
kanker pada perempuan di AS. Lebih dari 1 dalam 4 penderita kanker adalah
kanker payudara.
Dibandingkan

dengan

perempuan

Amerika

keturunan

afrika,

perempuan kulit putih sedikit lebih besar untuk menjadi kanker payudara, tapi
kemungkinan akan mati lebih kurang. Salah satu alasan adalah bahwa

perempuan keturunan afrika cenderung memiliki tumor yang lebih agresif.


Perempuan dari latar belakang etnis lainnya -Asia, Hispanic, dan lainnyamemiliki risiko lebih rendah dalam perkembangan kematian akibat kanker
payudara dibandingkan dengan kulit putih dan Afro-american. Pada 2008,
terdapat sekitar 2,5 juta perempuan di AS yang selamat dari kanker payudara.
Resiko kanker payudara dari seorang perempuan kira-kira dua kali
lipat jika dia memiliki turunan pertama (ibu, saudara perempuan, anak
perempuan) yang telah didiagnosis dengan kanker payudara. Sekitar 20-30%
perempuan dengan diagnosis kanker payudara memiliki keluarga dengan
riwayat kanker payudara. Kira-kira 5-10% dari kanker payudara disebabkan
oleh mutasi gen yang diwariskan dari satu ibu atau ayah. Mutasi dari gen
BRCA1 dan BRCA2adalah yang paling sering. Perempuan dengan mutasi ini
memiliki resiko terkena kanker payudara sampai 80%, dan mereka sering
didiagnosis pada usia muda (sebelum usia 50). Meningkatkan resiko
kanker ovarium juga dikaitkan dengan mutasi gen ini. Laki-laki dengan
mutasi BRCA1 memiliki 1% risiko perkembangan menjadi kanker payudara
pada usia 70 dan 6% apabila mereka memiliki mutasi BRCA2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar
kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar
dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan
patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah
kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker
nasofaring.
Kira-kira 90% dari kanker payudara adalah bukan herediter, tetapi
abnormalitas genetik yang terjadi sebagai proses aging/penuaan dan gaya
hidup pada umumnya. Yang paling penting, faktor risiko untuk kanker
payudara adalahjenis kelamin (perempuan) dan usia (semakin tua).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.
Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada
wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker
rahim.
2.2.2 Tanda dan Gejala
1. Pada awalnya, kanker payudara mungkin tidak menimbulkan gejala
apapun. Benjolan mungkin terlalu kecil sehingga menyebabkan
perubahan apapun yang tidak biasa untuk dilihat sendiri. Seringkali

daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening mammogram (xray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke pemeriksaan lebih
lanjut.
2. Dalam

beberapa

kasus, tanda

pertama kanker

payudara

adalah

berupa benjolan atau massa di payudara anda atau yang ditemukan pada
pemeriksaan dokter. Benjolan yang terasa sakit, keras, dan tidak rata lebih
cenderung menjadi kanker. Tetapi kadang-kadang kanker dapat tidak
keras

dan

bulat.

Sehingga

penting

diperiksa

oleh

dokter.

(Alhamsyah,2009)
2.2.3 Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu:
1. Usia
Risiko menderita kanker payudara akan meningkat seiring
dengan semakin tuanya seseorang. Usia rata-rata wanita yang pertama
kali didiagnosis kanker payudara adalah 48 tahun.
2. Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5
kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak
banyak makan lemak dan tidak minum alkohol.
3. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan
remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel
tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
4. Masa reproduksi yang relatif panjang yaitu haid pertama di usia kurang
dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di usia lebih dari 55
tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.
5. Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan
hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah
punya anak.
6. Kehamilan dan menyusui berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar
payudara saat menyusui.
7. Wanita gemuk. Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh
akan turun pula.
8. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun. Riwayat
menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal (pil, suntik,

susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen


pada wanita yang menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.
9. Faktor genetik. Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2
sampai 3 kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara
kandungnya menderita kanker payudara (Agung,2009)
2.2.4 Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan pada tahap ini merupakan yang sangat dianjurkan dan
menjadi salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan
memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker
payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi
dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.
Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua
penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi
tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan testier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan
dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan
dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,
dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan aiternatif (Suryantoro,2009).

2.2.5 Cara Skrining pada Kanker Payudara


1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari/Sarari)
Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) harus menjadi bagian dari
kesehatan rutin bulanan dan jika mengalami perubahan pada payudara
harus segera memeriksakan diri ke Dokter. Jika anda lebih dari 40 tahun
atau memiliki resiko tinggi untuk penyakit ini, anda juga harus melakukan
pemeriksaan mammografi tahunan dan pemeriksaan fisik oleh dokter.
Semakin dini kanker payudara ditemukan dan didiagnosis semakin baik
kesempatan kita untuk mengobatinya. Proses diagnosa dapat bermingguminggu dan melibatkan berbagai jenis tes.
Langkah-langkah melakukan pemeriksaan payudara sendiri adalah
sebagai berikut:
Langkah 1: Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi
pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.
Anda harus melihat:
a. payudara,

dari

ukuran,

bentuk, dan warna yang biasa


anda ketahui.
b. payudara

denganbentuk

sempurna tanpa perubahan


bentuk dan pembengkakan.
Jika anda melihat perubahan berikut ini,
segera

anda

ke

dokter

untuk

mengkerut,

terjadi

berkonsultasi :
a. kulit

lipatan, ada tonjolan.


b. puting

berubah

posisi

biasanya seperti tertarik ke


dalam.

c. Kemerahan,

nyeri,

ruam-

ruam, atau bengkak.


Langkah 2: Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahanperubahan yang telah disebut pada langkah pertama.
Langkah 3: Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang
keluar dari kedua putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna
kuning, atau bercampur darah).

Langkah 4: Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring.


Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung
anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap
permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, Pijat seluruh payudara
anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian
atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara. Anda juga dapat
membuat gerak naik turun. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan
jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara,
dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai jaringan
bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.

2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter


Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis
payudara oleh dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3
tahun sekali. Setelah usia 40 tahun, pemeriksaan klinis payudara harus
dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun. Pemeriksaan klinis payudara
baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan klinis ini adalah
kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang perubahan
yang terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan
tentang faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan wanita menderita
kanker payudara.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Mammografi
Pemeriksaan mammografi tahunan

hasilnya

disebut mammogram, diberikan secara rutin untuk orang-orang


yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara.
Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini
mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya
lebih mudah untuk ditangani. (Alhamsyah,2009)
Mammografi adalah suatu pemeriksaan untuk mammae
(payudara) dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah.
Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita,
tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan
seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak
normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada
payudara

(sebelum

atau

sesudah

menstruasi

untuk

menyingkirkan

bahwa

nyeri

yang

ditimbulkan

bukan

dikarenakan sindroma pre menstrual). Skrining mamografi


biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun
atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko
terkena kanker payudara
Yang harus diperhatikan pada saat melakukan mamografi:
1. Jangan memakai deodorant pada ketiak, talk / bedak pada
ketiak atau payudara dan sekitarnya. Karena dapat
mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik
Kalsium.
2. Beritahu semua keluhan / gejala yang dirasakan pada ahli
yang melakukan mamografi.
3. Tanyakan dengan jelas apa yang didapat dari hasil
pemeriksaan mamografi.
4. Jangan memakai perhiasan atau baju diatas pinggang,
Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah
disediakan
Keuntungan Mammografi :
1. Pemeriksaan mamografi tergantung pada operator / ahli
yang melakukan pemeriksaan. Apakah bisa mendeteksi
tumor payudara yang kecil tergantung dari kemampuan
operator.

Idealnya

yang

melakukan

pemeriksaan

mamografi adalah dokter yang sebelumnya telah


melakukan pemeriksaan terhadap payudara pasien
sehingga hasilnya lebih akurat.
2. Jika pemeriksaan mamografi di lakukan oleh yang
benar-benar ahli, maka mamografi dapat mendeteksi
adanya jenis tumor ductal carcinoma in situ (DCIS) jenis tumor yang paling tidak membahayakan , yang
pada pemeriksaan fisik tidak akan bisa terdeteksi.
Kerugian Pada waktu melakukan mamografi :
1. Jangan memakai deodorant pada ketiak, talk / bedak
pada ketiak atau payudara dan sekitarnya. Karena dapat

mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik


Kalsium.
2. Beritahu semua keluhan / gejala yang dirasakan pada
ahli yang melakukan mamografi.
3. Tanyakan dengan jelas apa yang didapat dari hasil
pemeriksaan mamografi.
4. Jangan memakai perhiasan atau baju diatas pinggang,
Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah
disediakan.
5. Tidak boleh dilakukan jika hamil
6. Banyak yang mengalami false positive, artinya pada
pemeriksaan mamografi hasilnya positif (berarti pasien
yang bersangkutan mengidap kanker), ternyata pada
pemeriksaan lanjutan yaitu biopsi (pemeriksaan dengan
mengambil sedikit jaringan tersangka kanker untuk
diperiksa di Lab.Patologi Anatomi) hasilnya negatif
(pasien yang bersangkutan tadi tidak mengidap kanker
payudara). Biopsi ini adalah pemeriksaan invasif yang
termasuk gold standard untuk pemeriksaan tumor
payudara (dilakukan dengan jalan melakukan tindakan /
operasi) Kejadian false positif (hasil mamografi positif
kanker tapi ternyata pada akhirnya tidak terbukti ganas),
pada usia 40 - 49 tahun sebesar 30 % , sedangkan diatas
usia 50 tahun, sebanyak 25 % . (sumber : American
College of Radiology).
7. Tidak semua kanker payudara dapat tervisualisasi
dengan baik lewat pemeriksaan Mamografi.
8. Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan

cara

menekan payudara. Untuk sebagian pasien, penekanan


payudara dirasa sesuatu yang tidak menyenangkan
bahkan menyakitkan terutama bagi mereka yang
sebelumnya mempunyai gejala nyeri pada payudara.
9. Hati-hati bagi pengguna payudara implant. Bagi wanita
yang telah menjalani operasi implant payudara terbuat
dari silikon, maka jaringan payudara yang abnormal
bisa tidak terdeteksi kalau jaringan implant tadi di

letakkan diatas / di permukaan jaringan payudara


tersangka kanker. Bahkan dengan metode menekan
payudara pada pemeriksaan mamografi ini dapat
mengakibatkan ruptur / pecahnya implant payudara
yang terbuat dari silikon. Sehingga bagi wanita pemakai
implant,

harap

memberitahu

operator

yang

melakukan

sebelumnya
mamografi.

kepada

Akhirnya,

mengingat keterbatasan dari pemeriksaan mamografi ini


maka tidak setiap wanita wajib melakukan mamografi.
Mamografi dilakukan bila ada indikasi, sebagai berikut:
1. Skrining pada wanita yang mempunyai faktor resiko
tinggi untuk mendapat kanker payudara.
2. Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak
jelas.
3. Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah
bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang
klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa
/ benjolan pada payudara.
4. Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali,
sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan setahun sekali
(Nawasasi,2006)
b. Ultrasonografi (USG)
USG payudara

adalah

pemeriksaan

payudara

menggunakan gelombang suara. USG dapat membedakan


benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan
untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada
mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia
muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa
mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker
payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,
kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak
bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi,
efektifitas

pemeriksaan

USG

pengalaman dan keahlian operator

sangat

tergantung

dari

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara,
pemeriksaan

MRI

direkomendasikan

mammografi

tahunan.

MRI

bersama

menggunakan

dengan

magnet

dan

gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh.


Pemeriksaan

MRI

akan

jaruh

lebih

bermanfaat

bila

menggunakan zat kontras.


MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif
dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang
lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan
payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak
direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa
risiko tinggi kanker payudara.
d. PET Scan
Ini adalah pemeriksaan

terbaru

yang

dapat

menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat


kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel
kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat
menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas
tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin
kanker payudara.
e. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan
diperiksa oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan
dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada
tidaknya sel kanker. Biopsi dilakukan ketika tes lainnya
memberikan indikasi kuat bahwa Anda terkena kanker
payudara.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum
suntik biasa dan tidak memerlukan persiapan khusus.
Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area
tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy
jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau
mammografi.
Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat

menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 12 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit
maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil
sehingga

tidak

Pemeriksaan

biopsi

jarum

terdeteksi.
halus

saja

memiliki

kemungkinan diagnosis meleset 10%.


2. Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum
Halus tetapi menggunakan jarum yang lebih besar.
Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara
dan sedikit jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini
dapat menimbulkan nyeri minimal.
Stereotactic biopsi: dilakukan sebagai prosedur
rawat jalan. Tidak memerlukan jahitan, dan hanya ada
sedikit jaringan parut. Metode ini biasanya mengangkat
lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti.

Hasil core biopsy adalah jaringan payudara


sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker.
Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis
dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus atau
Core Biopsy dapat berupa :
a) Tidak ada tanda kanker payudara.
b) Kemungkinan ada tanda kanker payudara,
yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan
tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan
diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan

dengan

biopsi

bedah

untuk

mencapai

diagnosis akhir.
c) Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita
akan menjalani biopsi bedah yang dapat
dilakukan

dengan

pengangkatan

seluruh

kanker payudara.
3. Biopsi Bedah (open biopsy)
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan
diagnosis pasti kanker, maka wanita akan dirujuk ke
dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya
bila hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda
pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan biopsi
bedah.
Kadang-kadang

diperlukan

operasi

untuk

mengangkat semua atau sebagian benjolan sehingga


dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh massa serta
beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil
keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan
menggunakan anestesi lokal.

Jaringan yang telah diangkat melalui biopsi akan


diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi untuk
melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker.
Jika tidak kanker, maka tidak ada perlakuan yang lebih
diperlukan. Jika kanker, biopsi dapat membantu untuk
memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah
kankernya invasif atau tidak.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi
kepada pasien. Untuk tumor yang berukuran kecil,

biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat


tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat
memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya
kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi
akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.

Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara:


1. Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar
payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang
berdekatan.
2. Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas
(Kelenjar getah bening normal).
3. Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel
kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU
tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke
Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih
besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
4. Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada
yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar
getah bening yg berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang
lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke Kelenjar getah
bening ketiak.
5. Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker
ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat
bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di
Kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor
dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur
lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di
6.

dekat tulang dada.


Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar
ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan

dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar


ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
7. Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau
mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit
payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening
baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin
telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke
Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
8. Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain
dari tubuh. (Alhamsyah,2009).
2.3 Skrining pada Kanker Serviks
2.3.1 Pengertian Kanker serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak
normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering
dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua
jenis kanker.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun
demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium
lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan
dan diobati (Nasir,2009).
Kanker serviks atau juga disebut kanker leher rahim merupakan jenis
kanker kedua yang paling banyak diderita wanita di dunia yang berusia di atas
15 tahun. Berdasarkan survey tahun 2001, di Indonesia, ditemukan penderita
baru yang mengidap kanker leher rahim berjumlah 2429 atau 25,91% dari
seluruh penderita kanker.
2.3.2 Tanda dan Gejala
Pada tahap awal, biasanya kanker serviks tidak menimbulkan gejala.
Gejala sering tidak dimulai hingga kanker telah berkembang lebih jauh dan
telah menyebar ke daerah di dekatnya. Anda harus segera konsultasi ke dokter,
bila menemukan gejala kanker serviks dibawah ini:
1. Pendarahan vagina yang bersifat abnormal, seperti perdarahan
setelah bersenggama, pendarahan setelah menopause, perdarahan
dan bercak darah antar periode menstruasi, dan periode menstruasi
yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya. Pendarahan setelah

douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala


umum kanker serviks tetapi bukan pra-kanker.
2. Keputihan yang tidak normal dari vagina, dengan ciri diantaranya:
kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau busuk dan/atau
gatal
3. Rasa sakit saat bersenggama
Tentu saja, gejala ini tidak berarti bahwa Anda terkena kanker, tetapi Anda
tetap harus memeriksa dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya. Cara
terbaik adalah tidak menunggu sampai gejala muncul. Lakukan tes Pap Smear
dan pemeriksaan panggul secara teratur.
2.3.3 Etiologi
Penyebab kanker leher rahim yaitu virus HPV (Human Papiloma
Virus) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat
menyerang semua wanita, khususnya wanita yang aktif secara seksual. Saat ini
sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe
18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.
Faktor risiko yang potensial menyebabkan terjadinya kanker leher rahim
adalah sebagai berikut:
1. Infeksi HPV (human papilloma virus) ditengarai sebagai faktor
resiko

utama

penyebab

terjadinya

kanker

serviks.

HPV

adalah kumpulan lebih dari 100 virus yang berhubungan, yang


dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui
kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks.
Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan penyakit kutil
kelamin (genital ward) yang dapat sembuh dengan sendirinya
dengan kekebalan tubuh. Namun pada Virus HPV berisiko tinggi,
seperti tipe 16, 18, 31, 33 and 45, virus ini dapat mengubah
permukaan sel-sel vagina menjadi tidak normal. Bila tidak segera
diobati, infeksi Virus HPV ini dalam jangka panjang dapat
menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks.
2. Melakukan hubungan seks tidak aman terutama pada usia muda
atau memiliki banyak pasangan seks, memungkinkan terjadinya
infeksi virus HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi virus HPV
menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun). Infeksi Virus HPV
dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual.

Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang


aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu
perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka
saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel
abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker
serviks.
Saat ini sudah ada beberapa vaksin yang mencegah terjadinya
infeksi dari beberapa jenis HPV.
3. Merokok
Wanita perokok memiliki kemungkinan dua kali lebih besar
terkena

kanker

serviks

dibandingkannon-perokok.

Rokok

mengandung banyak zat beracun yang dapat menyebabkan kanker


paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke
seluruh tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products)
rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para wanita
perokok.
4. Infeksi HIV
Infeksi virus HIV (human immunodeficiency virus), penyebab
AIDS juga dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Memiliki
HIV

membuat

sistem

kekebalan

tubuh

wanita

lemah,

sehingga kurang dapat memerangi infeksi virus HPV.


5. Infeksi Klamidia
Bakteri

klamidia

umum

wanita dan menyebar melalui

menyerang

hubungan

organ

seksual.

vital

Biasanya

diperlukan tes untuk mengetahui infeksi klamidia ini. Beberapa


riset menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi
saat ini berada dalam resiko kanker serviks lebih tinggi. Infeksi
dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan masalah serius
lainnya.
6. Diet
Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah
sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya

resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada pada


tingkat resiko lebih tinggi.
7. Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko
kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung
menurun pada saat pil di-stop. Anda harus membicarakan dengan
dokter Anda tentang pro kontra penggunaan pil KB dalam kasus
Anda.
8. Memiliki Banyak Kehamilan
Wanita yang menjalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki
peningkatan resiko kanker serviks. Tidak ada yang tahu mengapa
ini dapat terjadi.
9. Hamil pertama di usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir
selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya,
daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun
atau lebih tua.
10. Penghasilan rendah
Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang
lebih tinggi. Ini mungkin karena mereka tidak mampu untuk
memperoleh perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes
Pap smear secara rutin.
11. DES (diethylstilbestrol)
DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun
1940-1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya

keguguran. Anak-anak wanita dari para wanita yang menggunakan


obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena kanker
serviks dan vagina sedikit lebih tinggi.
12. Riwayat Keluarga
Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila
Ibu atau kakak perempuan Anda memiliki kanker serviks, resiko
Anda terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat dari orang lain yang
bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat
memerangi infeksi HPV daripada wanita lain pada umumnya.
13. Juga kekurangan vitamin A, C, dan E.
14. Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti
transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid
kronis (Nuranna,2001)
2.3.4 Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum
seberapa jauh kanker telah menyebar. Ada 2 sistem yang digunakan pada
umumnya untuk memetakan stadium kanker serviks, yaitu sistem FIGO
(Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri) dan sistem TNM Kanker,
keduanya sangat mirip. Kedua pemetaan ini mengelompokkan kanker serviks
berdasarkan 3 faktor: ukuran/besar tumor (T), apakah kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening (N) dan apakah telah menyebar ke tempat jauh (M).
Dalam sistem AJCC, stadium menggunakan angka Romawi 0 s/d IV
(0-4). Secara umum, angka yang lebih rendah menunjukkan semakin kecil
kemungkinan kanker telah menyebar. Angka yang lebih tinggi, seperti stadium
IV (4) menunjukkan kanker yang lebih serius.
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ): Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan
di lapisan terdalam leher rahim.
2. Stadium I: kanker ditemukan pada leher rahim saja.
3. Stadium II: kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke
dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
4. Stadium III: kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah
vagina, mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah
menyebabkan ginjal tidak berfungsi.

5. Stadium IV: kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum,


atau bagian lain dari tubuh (paru-paru, tulang, liver, dll).

Cancer Stages

2.3.5 Pencegahan
Seringkali gejala kanker leher rahim pada stadium dini tidak menunjukkan
gejala atau tanda yang khas. Sedangkan jika telah timbul gejala diantaranya
keputihan, perdarahan setelah hubungan intim suami istri, perdarahan spontan
setelah masa menopause (masa tidak haid lagi), keluar cairan kekuningan yang
berbau busuk atau bercampur darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air
kecil, maka kemungkinan besar penyakit telah masuk stadium lanjut.
Maka sebaiknya wanita terutama yang telah menikah segera melakukan
pemeriksaan dini atau dikenal dengan pemeriksaan SKRINNING, yaitu
dengan:
1. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit
dengan

biaya

yang

relatif

terjangkau

dan

hasilnya

akurat.

Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid
atau

sesudah

petunjuk

dokter,

minimal

setahun

sekali.

Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja periksa kandungan oleh


dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk
membantu

membuka

kelamin

wanita.

Ujung

leher

diusap

dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel


dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di
bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel

yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut


dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan (Diyanti,2009).
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana
untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus).
Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap
smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga
perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.
Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya
kanker serviks.

Gambar 1: dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina


untuk menahan dinding vagina tetap terbuka.
Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat)
spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk
diperiksa.
Jenis-Jenis Test Pap Smear:
1. Test Pap smear konvensional: lihat gambar diatas.
2. Thin prep Pap: biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear
konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan
alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan
hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot

cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan


lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
3. Thin prep plus test HPV DNA: dilakukan bila hasil test Pap
smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung
DNA virus HPV.
Pap smear bukanlah pembuktian yang main-main. Namun tidak
tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil negatif palsu. Artinya tes
memperlihatkan tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya
memiliki sel atipikal. Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan Pap
smear konvensional kurang dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Pap
smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih
sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat,
banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1. Pengambilan sel yang tidak cukup
2. Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
3. Sel abnormal meniru sel benigna
4. Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak
anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk
berkembang. Jika satu tes tidak dapat mendeteksi sel abnormal,
maka

tes

selanjutnya

akan

dapat

mendeteksi

kanker

(Anonymus,2008).
Pap smear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya
sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter melakukan
pemeriksaan

lebih

lanjut.

Istilah

yang

digunakan

untuk

mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim


pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut
beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan
langkah yang dapat diambil selanjutnya:
a. Normal
Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak
perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan
pemeriksaan panggul selanjutnya.
b. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical
squamous cells of undetermined significance) adalah sel
bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang

sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit


sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas
memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis
cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk
mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker,
seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan
tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus,
anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
c. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel
yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika
perubahan

masih

tingkat

rendah,

ukuran,

bentuk

dan

karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi


prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker.
Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih
besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes
diagnostik.
d. Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada
permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal
mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka
bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
sumber sel abnormal.
e. Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer
or adenocarcinoma cells)adalah sel yang diperoleh dari Pap
smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir
yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik
menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada
serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel
glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera
melakukan investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan memutuskan
untuk memeriksa jaringan dengan mikroskop khusus dalam
prosedur colposcopy & mengambil sampel jaringan (biopsi).
Colposcopy sering digunakan untuk melengkapi diagnosis.

American cancer society merekomendasikan papsmear pertama


sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau setelah usia 21
tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai berikut :
Usia (tahun)

Frekuensi
Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2

21 29

tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan


Setiap 2 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes

30 69

normal secara berurutan


Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda

Lebih dari 70

memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan


Pap smear anda normal selama 10 tahun

2. Pemeriksaan visual dengan Asam Asetat (IVA)


yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung
leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 35 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu
tampak bercak putih yang disebut dengan aceto white ephitelum, maka
kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker. Ada beberapa
kategori yang dapat dipergunakan untuk analisis IVA, yaitu:
a. IVA Negatif = Serviks normal
b. IVA Positif = Serviks dengan radang (Servisitis) atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white ephitelum).
d. IVA Kanker serviks.
Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA
juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan
nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang
untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun.

Gambar: Berbagai hasil test IVA


3. Pemeriksaan visual dengan Asam asetat dan pembesaran ginekoskopi
(IVAB).
4. Pemeriksaan Panggul vs Tes Pap Smear
Banyak orang sering rancu antara pemeriksaan panggul vs tes
Pap smear, mungkin karena kedua hal ini sering dilakukan pada saat
bersamaan. Pemeriksaan panggul adalah bagian dari perawatan
kesehatan rutin seorang wanita. Selama pemeriksaan ini, dokter
mungkin melihat dan merasakan organ reproduksi. Beberapa wanita
berpikir bahwa mereka tidak perlu pemeriksaan panggul setelah
mereka berhenti memiliki anak. Hal ini tidak benar.
Pemeriksaan panggul dapat membantu menemukan penyakit
pada organ kewanitaan. Tapi hal itu tidak akan menemukan kanker
serviks pada stadium awal. Untuk itu, tes Pap smear diperlukan. Tes
Pap smear sering dilakukan sesaat sebelum pemeriksaan panggul.
5. Pemeriksaan test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
Telah dibuktikan bahwa lebih 90 % kondiloma servik, NIS dan
kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan
tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan
11 termasuk tipe HPV resiko rendahjarang ditemukan karsinoma yang
invasive kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16,18, 31 dan
45 tergolong HPV resiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan
hibridasi DNA.
6. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan melihat porsio (juga vagina dan vulva)
dengan pembesaran 10-15 x, untuk menampilkan porsio diulas lebih
dulu dengan asam asetat 3-5%.Pada Porsio dengan kelainan(Infeksi
HPV / INS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh
darah.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun
ketersedaiaan alat ini terbatas karena mahal. Oleh karena itu alat ini

lebih sering digunakan pada prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil test
Pap abnormal.
7. Servikografi
Pemeriksaan

kelainan

diporsio

dengan

membuat

foto

pembesaran porsio setelah dipulas dengan 3-5% asam asetat yang


dapat diperiksa oleh bidan. Hasil pemeriksaan dikirimkan ke ahli
ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai).
8. Pap Net dengan Komputerisasi
Pada dasarnya pemeriksaan pap net berdasarkan pemeriksaan
slide test pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan
secara komputerisasi. Slide hasil test pap yang mengandung sel
abnormal dapat dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi.
Pusat komputerisasi pap net adalah di New York, Amsterdam
dan hongkong. Saat ini jaringan pap net yang ada di Indonesia dikirim
ke Hongkong(Nuranna, 2001)
Saat ini telah ditemukan cara terbaru pencegahan kanker serviks
yaitu dengan vaksinasi. Vaksin ini berpotensi lebih dari 70% untuk
mencegah kanker serviks. Vaksin akan meningkatkan kemampuan
sistem kekebalan, untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika
masuk dalam tubuh. Vaksinasi sebaiknya dilakukan sejak masa remaja,
yaitu sejak usia 10 tahun, dengan jadual vaksinasi pada bulan 0, 1, dan
6. Karena pada usia tersebut telah memasuki masa reproduksi dan anak
belum terkontaminasi oleh virus HPV, sehingga diharapkan dengan
vaksinasi, tingkat kekebalan yang didapat akan lebih tinggi
dibandingkan pada usia dewasa.untuk itu, vaksinasi bersama skrinning
serta usaha mengurangi factor risiko, diharapkan dapat mengurangi
risiko terkena kanker leher rahim. Idealnya sebelum vaksinasi pada
wanita yang telah melakukan hubungan seksual harus dilakukan
pemeriksaan terhadap infeksi human papiloma virus.
Pemeriksaan PAP SMEAR /IVA dapat dilakukan di berbagai
tempat, seperti : rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi
dini kanker, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek
dokter umum dan bidan yang telah mempunyai peralatan untuk
melakukan pemeriksaan PAP SMEAR. (Dwiyanti,2009).

BAB 3
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai