Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ yang terbesar, sekitar

16% dari berat badan. Kulit memiliki beberapa fungsi penting yaitu: merupakan sawar yang melindungi organisme terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris taktilnya menerima rangsangan dari lingkungan, dan berperan penting dalam pengaturan suhu dan keseimbangan air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu, epitel permukaan yang disebut epitel epidermis dan lapisan ikat dibawahnya, dermis atau corium. Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabie tipe humanus yang merupakan sejenis family Anthropoda yang benyak menyerang pada orang-orang yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standard dan orang-orang yang seksual aktif atau hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (dengan siapa saja, tidak memilih-milih), sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Sarcoptes Scabiei menginvasi kulit pada bagian epidermis tepatnya pada Scratum Corneum. Dimana lapisan ini merupakan lapisan sel yang sangat gepeng penuh keratin tanpa inti tanpa organel sitoplasma. Pada sel-sel lapisan Scratum Corneum saling melekat erat dengan dermosom yang telah dimodifikasi. Pada lapis-lapis luar Scratum Corneum yang telah mengalami kereatinisasi sempurna, sel-selnya akan mati, melonggar dan akhirnya akan dilepaskan. Sarcoptes Scabie masuk kedalam Scratum Corneum membentuk kanali kulit atau terowongan yang lurus atau berkelok-kelok sepanjang 0,6-1,2 cm, sehingga penyakit ini menimbulkan rasa gatal dan eksema yang disebabkan oleh garutan. Scabies atau Kudis dapat menyerang dan paling banyak ditemukan pada anak-anak terutama dibawah usia 15 tahun. Scabies ini juga sering menjangkit dikomunitas yang padat, pusat asuhan-asuhan, asrama dan panti-panti. Tempat-tempat predileksinya yaitu; sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae

(wanita), pusat, bokong, alat kelamin luar (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang

penyakit Scabies, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 Apa pengertian penyakit Scabies? Bagaimana penyebab dan gejala penyakit Scabies? Bagaimana patofisiologi penyakit dan komplikasinya? Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Scabies?

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular yang disebabkan oleh infestasi tungau (kutu) yang berada dalam Stratum Corneum kulit terutama pada tempat predileksinya. Skabies adalah akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatosis dan telah menginfestasi manusia selama 2.500 tahun lamanya. Spesies Sarcoptes mempunyai sejumlah varietas yang masing-masing bersifat host spesifik. Penyebab skabies pada manusia adalah varian hominis, sedangkan varian lainnya seperti varian animalis dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat bertahan lama. Sarcoptes scabiei atau disebut juga tungau,the itch, gudik, budukan.

2.2 Bentuk Skabies 2.2.1 Skabies pada orang bersih Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan tungau.

Gambar 1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)

2.2.2 Skabies nodular Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau sukar

ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.

Gambar 2. Skabies Nodular 2.2.3 Skabies incognito Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Sehingga penderita dapat memperlihatkan perubahan lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.

Gambar 3. Skabies incognito dengan lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan pengobatan regimen imunosupresan

2.2.4 Skabies yang ditularkan oleh hewan Sarcoptes scabiei varian anis bisa menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing dan gembala. Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang sering berkontak dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan. Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan

tersebut dan mandi bersih-bersih oleh karena varietas hewan tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

Gambar 4. Skabies caninum

2.2.5 Skabies Norwegia (Skabies berkrusta) Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular karena tungau berada dalam jumlah yang banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau berkembang di kulit, sehingga dapat menjadi sumber wabah di tempat pelayanan kesehatan. Kadar IgE yang tinggi, eosinofil perifer, dan perkembangan krusta di kulit yang hiperkeratotik dengan skuama dan penebalan menjadi karakteristik penyakit ini. Plak hiperkeratotik tersebar pada daerah palmar dan plantar dengan penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan tangan. Lesi tersebut menyebar secara generalisata seperti daerah leher dan kulit kepala, telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit yang lain biasanya terlihat xerotik. Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada bentuk penyakit ini.

Gambar 5. Skabies norwegian pada plantar Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik misalnya penderita HIV/AIDS, lepra, penderita infeksi virus leukemia type 1, pasien yang menggunakan pengobatan imunosupresi, penderita gangguan neurologik dan retardasi mental.

2.2.6 Skabies pada bayi dan anak Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah. Nodul pruritis erithematos keunguan dapat ditemukan pada axilla dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul bermingguminggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul terutama pada telapak tangan dan jari.

Gambar 6. Skabies pada anak

2.3 Etiologi Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda ,

kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

2.4 Patofisiologi Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa

menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

2.5 Cara Penularan Penyakit Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).

2.6 Gejala Klinis Gejala yang dapat ditimbulkan pada penyakit Scabies adalah gatal pada malam hari karena aktivitas tungau yang lebih lembab dan panas. Bintik-bintik yang panas yang menonjol berwarna kemerah-merahan dan bernanah jika terinfeksi. Adanya terowongan pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,terbentuk impetigo dan purunkulosis, ditemukannya papul, vesikel, urtika. Pada daerah garukan dapat timbul erosi, ekskresi, krusta dan infeksi sekunder.

2.7 Komplikasi Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Scabies adalah: a) Pioderma b) Furunkulosis c) Impetigo

2.8 Penatalaksanaan Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical: 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian. 4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir. 5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. 6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

2.9 Pencegahan Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran

scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).

2.10 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan scabies 1. Pengkajian Pada penyakit Scabies dapat ditemukan hasil pengkajian pada pemeriksaan fisik sebagai berikut: a) Bengkak/gelembung halus pada kulit b) Rasa gatal yang hebat dan panas pada malam hari/pruritus nocturna c) Kulit bintik kemerah-merahan d) Terbentuk terowongan berwarna putih/keabu-abuan berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum e) Pustula, ekskoriasis. 2. Pemeriksaan penunjang Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu: a) Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop. b) Mengambil tungau dengan jarum Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke

ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi. c) Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test) Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag. d) Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy) Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop. e) Biopsi irisan dengan pewarnaan HE.

Gambar 7. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E f) Uji tetrasiklin Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

10

Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni: a. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik. b. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan hidup dan utuh. c. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi. d. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang menetap. 3. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal. b) Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus. c) Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari. d) Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi. e) Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya. 4. Intervensi Keperawatan Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal. Kriteria hasil : Klien menunjukan nyeri berkurang dan terkontrol. Terlihat rileks dan dapat tidur/istirahat. a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10. R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri. b. Catat lokasi dan factor-faktor pencetus. R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.

11

c.

Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia dan kondisi. R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.

d.

Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/ duduk. R/ Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi.

Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus. Kriteria hasil: Menunjukan regenerasi jaringan. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka. a. Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau dukungan dan bantu orang tua dalam melakukan rencana pengobatan. R/ Untuk meningkatkan pemulihan kulit. b. Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi gambaran lesi dan amati perubahan. R/ Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft. c. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan kering. R/ Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit. d. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih. R/ Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder. e. Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi. R/ Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal. f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak mengiritasi. R/ Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal. g. Berikan obat topical sesuai indikasi dan anjurkan kepada klien untuk tidak mandi selama pengobatan (24 jam). Gamecsan atau benzyl benzoat. Vaselin, lindane. R/ Obat diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal.

12

Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan. Kriteria hasil : Klien menunjukan citra diri yang positif. a. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dari orang lain. R/ Untuk memfasilitasi koping pada anak. b. Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi kulit. R/ Untuk memberikan harapan pada anak. c. Ajarkan perawatan diri yang tepat. R/ Untuk mendorong rasa keadekuatan. d. Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang bersih). R/ Untuk meningkatkan citra diri yang positif.

Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari. Kriteria hasil: Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur. Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar. a. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi. R/ Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. b. Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan agar seprei tetap bersih, kering dan tidak berkerut. R/ Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan

fisiologis/psikologis dan gatal

kulit disebabkan oleh kain lembab

menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi. c. Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi kebisingan. R/ Membantu menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif untuk tidur. d. Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air hangat, minum segelas susu hangat. R/ Meningkatkan efek relaksasi.

13

Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi. Kriteria hasil: Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal. Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan

menggunakan koping yang efektif. a. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan. R/ Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama. b. Anjurkan orang tua untuk selalu berada disamping anak. R/ Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup. c. Berikan permainan yang menarik kepada anak selama tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan. R/ Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sewaktu dilaksanakan asuhan keperawatan. d. Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan. R/ Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan

keperawatan di harapkan dapat mengurangi ansietas. e. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan. R/ Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan meminimalkan ansietas.

Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya. Kriteria hasil : Pasien memahami alasan isolasi Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat. a. Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus. R/ Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan.

14

b.

Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada anak. R/ Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.

c.

Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan penampilan fisik. R/ Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

15

BAB 3 PENUTUP

3.1

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah:

1.

Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei Var Hominis yang menyerang pada Stratum Corneum dan membuat terowongan di dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat dan panas terutama pada malam hari.

2.

Tempat predileksinya adalah : sela,sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, pusat, bokong, alat kelamin luar pria, perut bagian bawah, pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

3.

Cara penularannya adalah melalui kontak langsung yaitu kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur bersama, hubungan seksual dan kontak tak langsung yaitu melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

4.

Penyakit Scabies dapat di obati dengan menganjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak iritatif kemudian mengoleskan obat topical, gameksan dalam bentuk krim atau lotion. Bila tidak tersedia bisa diganti dengan benzyl benzoate 10-20 %, diberikan pakaian bersih dan dilarang mandi selama 24 jam atau selama penggunaan obat.

5.

Penyakit ini dapat diberantas dan prognosisnya baik bila pilihan obat dan cara pemakaian tepat, factor predisposisi dihilangkan (personal hygiene

ditingkatkan).

3.2 Saran Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai Scabies dan penatalaksanannya (asuhan keperawatan yang profesional).

16

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3. Jakarta: EGC. Donna L Wong. 2004. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. Jakarta: EGC. Marilynn E. Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai