Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Minyak Biji Karet (Hevea brasiliensis)
Ada banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan memanfaatkan biji
karet yang tidak pernah diolah dan dikembangkan secara khusus. Selama ini,
masyarakat yang memiliki kebun karet hanya mengambil dan memanen getah dari
batang karet atau meyadap sebagai sumber penghasilan utama mereka. Bahkan,
proses penyadapan yang baik dan tepat kurang diketahui oleh masyarakat sehingga
kualitas karet yang dihasilkan kurang bagus. Masyarakat pada umumnya hanya
mengambil getah dari batang karet dan membiarkan biji karet yang berjatuhan di
bawahnya. Ternyata biji karet yang dibiarkan oleh masyarakat tersebut
mengandung minyak. berdasarkan komposisi biji karet tersebut dapatlah diolah
menjadi bahan baku bahan bakar alternatif yaitu Biodiesel.
Tabel 1. Komposisi Biji Karet
Komposisi Jumlah
Minyak

45,63%
Abu 2,71%

Air 3,71%

Protein 22,17%

Karbohidrat 24,21%

(Sumber: Shokib Abdul, dkk, 2009)
2. Biodiesel
Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif yang berbahan
baku tumbuhan (biofuel). Biodiesel adalah senyawa alkil-ester yang diproduksi
melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau
metanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi
asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis asam
menjadi senyawa alkil ester dan air.
Biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak atau
esterifikasi asam-asam lemak dikenal dengan biodiesel mentah, biasanya masih
mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol atau air. Untuk memurnikan
biodiesel mentah tersebut dapat dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor
tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan.
Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan atau dihilangkan kandungan air
nya pada kondisi vakum sehingga menghasilkan produk yang murni dan memiliki titik
nyala 100
o
C.
3. Esterifikasi
Esterifikasi adlaah proses untuk mengubah asam lemak bebas hasil dari degumming
menjadi ester dengan hasil samping air. Katalis yang biasa digunakan adalah zat
dnegan sifat asam yang cukup tinggi, yaitu H2SO4. Reaksi esterifikasi dilakukan pada
suhu 60-70oC, karena pada suhu tersebut metanol akan menguap. Minyak hasil
esterifikasi selanjutnya diendapkan selama 24 jam untuk memisahkan ester dengan
hasil sampingnya. Seperti reaksi esterifikasi di bawah ini.

R-COOH + R-OH R-COOR + H2O
Asam lemak bebas Alkohol Alkil ester Air
4. Microwave
Gelombang mikro merupakan cara alternatif untuk pemberian input energi ke dalam
proses reaksi kimia. Melalui pemanasan dielektrik, campuran hasil reaksi secara
homogen dipanaskan tanpa kontak dengan dinding. Waktu rekasi secara signifkan
tereduksi dibanding dengan sistem pemansan konvensional. Kekurangan dari
gelombang mikro ini adalah bahwa proses reaksi kimia dalam medan gelombang
mikro tergantung pada peralatan dan bahan kimia yang bisa digunakan dibandingkan
dengan cara pemanasan konvensional. Metode ini digunakan sebagai pengganti media
pemanas dan sumber energi pembuatan biodiesel yang dapat mempercepat waktu
reaksi.
5. Indeks Cetane
Indeks cetane menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang
diinjeksikan ke ruang bakar bisa terbakar secara spontan (setelah bercampur dengan
udara). Nilai cetane pada bahan bakar mesin diesel memiliki pengertian yang
berkebalikan dengan angka oktan pada bahan bakar mesin bensin, karena angka oktan
menunjukkan kemampuan campuran bensin-udara menunggu rambatan api dari busi
(spark ignition). Semakin cepat suatu bahan bakar mesin diesel terbakar setelah
diinjeksikan ke dalam ruang bakar, semakin baik (tinggi) angka cetane bahan bakar
tersebut. Dari standard tersebut bisa dillihat bahwa hidrokarbon dengan rantai lurus
(straight chain) lebih mudah terbakar dibandingkan dengan hidrokarbon yang
memiliki banyak cabang (branch). Indeks cetane berkorelasi dengan tingkat
kemudahan penyalaan pada temperatur rendah (cold start) dan rendahnya kebisingan
pada kondisi idle (Environment Canada, 2006). Angka cetane yang tinggi juga
diketahui berhubungan dengan rendahnya polutan NOx (Knothe, 2005). Secara umum,
biodiesel memiliki angka cetane yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar.
Biodiesel pada umumnya memiliki rentang angka cetane dari 46 70, sedangkan
(bahan bakar) Diesel No. 2 memiliki angka cetane 47 55 (Bozbas, 2005).
Panjangnya rantai hidrokarbon yang terdapat pada ester (fatty acid alkyl ester,
misalnya) menyebabkan tingginya angka cetane biodiesel dibandingkan dengan solar
(Knothe, 2005).



























DP

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9398-2305100150-Presentation_1.pdf
/ abdul shokib dan Pramita gumanti 2009 PDf. Pembuatan biodiesel dari biji karet
dengan metode supercritical methanol

Anda mungkin juga menyukai