Anda di halaman 1dari 5

DIALOG INTERAKTIF

Acara : Kick Andy


Tema : Orang-orang asing yang mencintai seni budaya indonesia
DIALOG :
Presenter : Baik, pemirsa tema kali ini adalah orang-orang asing yang mencintai seni
budaya indonesia. Dan mbak Hiromi Kano ini adalah orang jepang yang
menjadi pesinden terkenal. Menarik sekali, karena sebagai orang jepang,
anda malah dikira orang jawa asli, ya ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Nah,sudah berapa lama nyinden?
Hiromi : Saya menjadi pesinden sejak tahun 1996.
Presenter : Langsung nyinden?
Hiromi : Ya sebenarnya tidak langsung. Tetapi saya kuliah dulu, terus waktu saya
les privat, sedikit ada kegiatan nyinden.
Presenter : Anda datang ke Indonesia tahun 1996?
Hiromi : Ya.
Presenter : Kenapa anda tertarik datang ke Indonesia?
Hiromi : Sebelum saya datang ke Indonesia, saya seklah di Jepang. Waktu tu saya
pernah mendengar gamelan jawa.
Presenter : Dimana itu ?
Hiromi : Di Tokyo.
Presenter : Ada gamelan jawa?
Hiromi : Ya.
Presenter : Persisnya dimana itu?
Hiromi : Saya mendengar pertama kali di Tokyo Caleco Music yang saya lulus.
Presenter : Jadi sekolah di situ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Ada pelajaran main gamelan atau karawitan ?
Hiromi : Ya, tapi mata kuliah kesenian hanya ada gamelan jawa tidak ada tari atau
yang lain.
Presenter : Oh, jadi ada gamelan jawa ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Yang ngajar siapa? Orang Indonesia atau orang Jepang ?
Hiromi : Dulu pernah ada orang Jawa, tapi yang ngajar saya itu orang Jepang asli yang
pernah sekolah di Caleco Music.
Presenter : Jadi, dengar gamelan pertama kali itu berada di Tokyo.
Hiromi : Ya.
Presenter : Kenapa jatuh hati ? Apa hebatnya gamelan di telinga anda ?
Hiromi : Jujur, pertama kali saya mendengar lagu Jawa itusaya tidak kagum, malah
merasa aneh sekali, karena nadanya beda terus, kadang-kadang ramai sekali,
kadang-kadang goong.
Presenter : Tidak konsisten ?
Hiromi : Ya, terus semua tanpa notasi. Tapi, kok kelihatannya pemainnya menikmati
sekali. Jadi, saya merasa aneh sekali, tapi etelah itu tidak bisa melupakan.
Presenter : Terkesan sekali?
Hiromi : Terkesan sekali.
Presenter : Karena aneh?
Hiromi : Ya, karena aneh.
Presenter : Gara-gara dengar gamelan jawa di sekolah anda, anda jatuh hati. Karena
aneh dan sempat kepikiran terus. Apakah gara-gara itu, kemudian anda
memutuskan untuk belajar gamelan sampai ke Indonesia?
Hiromi : Ya, waktu itu ada mata kuliah, terus saya ambil, tapi sebenarnya sistemnya
mungkin disana kurang bagus. Jadi saya sempat kecewa dan menjadi tidak
tertarik. Tapi, bunyinya gamelan itu bagus. Jadi, saya ingin berhenti belajar
gamelan. Tapi sebelum berhenti, saya ingin menyaksikan gamelan jawa yang
asli di Indonesia.
Presenter : Maka berangkatlah anda ke Indonesia ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Berangkat dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai gamelan atau
kesenian Jawa. Reaksi orang tua bagaimana?
Hiromi : Tidak setuju.
Presenter : Kenapa tidak setuju ?
Hiromi : Ibu saya sampai berkata Hirmi, saya menyekolahkan kamu bukan untuk
belajar gamelan, tapi saya menyekolahkan kamu untuk belajar piano.
Presenter : Jadi orang tua waktu itu ingin anda menjadi apa?
Hiromi : Guru piano atau apa gitu, pokoknya...
Presenter : Pokoknya jangan gamelan gitu ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Nggak jelas itu.
Presenter : Terus anda ngomongnya ke orang tua gimana?
Hiromi : Ya, maaf saya tidak ingin menjadi guru walaupun guru piano. Kalau piano
itu, saya sukanya main bukan ingin jadi guru. Jadi, coba saya minta untuk
memberi kesempatan untuk belajar gamelan di Indonesia.
Presenter : Apalagi, saya dengar orang tua semakin tidak suka anda belajar gamelan
karena anda pernah menonton wayang Indonesia, gitu ? Dan apa yang
terjadi ?
Hiromi : Ya, orang tua semakin tidak suka. Terus saya marah agar orang tua suka.
Kemudian saya mengundang orang tua untuk datang ke pentas kami yang
orang Jepang itu, tapi semakin tidak suka, mungkin karena kami belum bisa.
Selain itu pentasnya tidak seperti di Indonesia, tapi di sekolahan Colaco
Music.
Presenter : Jelek dong ?
Hiromi : Jelek sekali.
Presenter : Lalu apa komentar teman-teman atau keluarga waktu Hiromi berangkat ke
ke Indonesia ?
Hiromi : Mereka mendukung, tapi orang tua sudah angkat tangan.
Presenter : Jadi sudah nyerah ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Bahasa jawanya ngeyel.
Preenter : Sebelum itu apakah gamelan atau kesenian Jawa sudah cukup terkenal di
Jepang ?
Hiromi : Sebenarnya tidak terlalu banyak. Tapi, kalau di Tokyo banyak pentas-pentas.
Kalau jual tiket itu cepat habis.
Presenter : Pertunjukan apa itu?
Hiromi : Pertumjukan klenengan, bagus sekali, apalagi pemainnya dari Indonesia asli.
Presenter : Orang Jepang itu sangat familiar atau biasa saja dengan lagu Bengawan
Solo ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Terkenal sekali disana?
Hiromi : Ya, apalagi lagu pak Gesang juga pernah di gelar di Jepang.
Presenter : Dapat gelar dari Jepang ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Hiromi sendiri bisa menyanyi lagu Bengawan Solo ?
Hiromi : Ya, kalau versi Indonesia sudah biasa, tapi juga ada versi Jepang.
Presenter : Setelah sampai di Indonesia, kesan pertama anda ketika melihat gamelan
dimainkan, seperti apa ?
Hiromi : Terkejut, amat sangat beda, dan sangat energik.
Presenter : Dan anda memutuskan untuk belajar gamelan?
Hiromi : Ya, ingin memperdalami lagi.
Presenter : Sejak kapan anda belajar gamelan ?
Hiromi : Sebenarnya sejaktahun 1988 saat saya masih kuliah di Jepang.
Presenter : Alat musik apa waktu itu yang paling anda sukai ?
Hiromi : Gender.
Presenter : Susah nggak belajar gender ?
Hiromi : Ya, tidak begitu. Tapi, susahnya gamelan itu tidak ada notasinya. Ada
dasarannya, tapi setelah itu perkembangannya sulit.
Presenter : Tapi, bukan karena itu anda memutuskan untuk menjadi sinden daripada
pemain karawitan ?
Hiromi : Saya tidak ngn menjad sinden, meskipun saya pernah ikut les privat sinden,
tapi itu untuk pengetahuan tentang karawitan.
Presenter : Sebagai pesinden, sejak kapan anda memutuskan bahwa snden ini akan
menjadi profesi anda ?
Hiromi : Tahum 2002
Presenter : Saya dengar, anda sudah sering pentas dimana-mana bahkan sampai ke
Jepang, ya ?
Hiromi : Ya, pernah waktu saya belajar di ISI Surakarta itu selain saya ikut les privat
sinden, saya juga ikut les privat instrument, karena saya ingin mendalami
karawitan. Saat ada klenengan atau wayang saya selalu ikut dan pada tahun
2001 yang sering saya ikuti adalah Ki Mantab Sudharsono yang sempat
pentas d Jepang. Dan waktu itu Ki Mantab milih sinden saya.
Presenter : Bagaimana tanggapan orang-orang di Jepang ?
Hiromi : Tiketnya langsung habis.
Presenter : Orang tua anda kan tidak setuju anda terjun ke karawitan, gamelan, maupun
sinden. Tapi, waktu anda pentas di Jepang orang tua nonton ?
Hiromi : Ya, saya minta orang tua saya nontonpentas wayang kulit sama Ki Mantab.
Presenter : Tapi, orang tua anda dulu pernah jengkel nih, diundang sekali lagi mau
mereka ?
Hiromi : Tidak mau, malas, malas Hiromi. Tetapi saya minta, karena pemainnya
bukan orang Jepang semua, terus dalangnya itu dalang kondang atau dalang
termasyur.
Presenter : Maka ikutlah ibu anda nonton ?
Hiormi : Nonton
Presenter : Reaksinya bagaimana ?
Hiromi : Setelah nonton, berubah 180
0
Presenter : Karena waktu itu Hiromi juga jadi sindennya. Habis komentar ibu melihat
anaknya tiba-tiba aneh begini ?
Hiromi : Dulu tidak suka, tapi setelah nonton pentas itu menjadi suka dan mulai
mendukung.
Presenter : Dan sekarang menjadi sinden profesional ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Dan menjadi profesi ?
Hiromi : Ya.
Presenter : Jadi, dulu les sindennya dari ?
Hiromi : Dari Alhm. Pak Tarman dan Ibu Supadmi.
Presenter : Lagu atau tembang apa yang pertama diajarkan ibu Supadmi kepada anda ?
Hiromi : Bronto Menthol.
Presenter : Orang Jepang nyinden bahasa Jawa, ada kesuliatan nggak ?
Hiromi : Sulit sekali. Kalau dalam bahasa Jepang L tidak ada, R tidak ada, N
tidak ada, E tidak ada.
Presenter : Jadi buat anda sulit sekali ?
Hiromi : Sulit, sulit sekali.
Presenter : Tapi, kalau kita lihat tadi, nggak nyangka bisa melafalkannya itu seperti
orang Jawa asli.
Hiromi : Tapi saya belum bisa sempurna.

Anda mungkin juga menyukai