Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkitis Merupakan infeksi saluran respiratory tersering pada bayi.
Paling sering terjadi pada usia 2 24 bulan, puncaknya pada usia 2 8 bulan.
Sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun dan
75 % diantaranya terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun. Orenstein menyatakan
bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3 6 bulan
yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup dilingkungan padat penduduk. Selain
Orenstein, Louden menyatakan bahwa bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak
pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dominasi pada anak laki-laki yang
dirawat juga disebutkan oleh Shay, yaitu 1,6 kali lebih banyak daripada anak
perempuan; sedangkan Fjaerli menyebutkan 63% kasus bronkiolitis adalah laki-
laki.
Sebanyak 11,4 % anak berusia dibawah 1 tahun dan 6 % anak berusia 1
2 tahun di AS pernah mengalami bronkhiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000
kasus perawatan di rumah sakit dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya.
Bronkiolitis merupakan 17 % dari semua kasus perawatan di RS pada bayi.
Frekuensi bronkiolitis di negara-negara berkembang hampir sama dengan di AS.
Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin atau pada musim hujan di negara-
negara tropis.
Di RSUD Dr. Soetomo penderita laki-Iaki lebih banyak. Faktor resiko
terjadinya bronkiolitis adalah jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi rendah,
jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, berada pada tempat penitipan
anak atau ke tempat-tempat umum yang ramai, rendahnya antibodi maternal
terhadap RSV, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu. RSV menyebar
melalui droplet dan inokulasi/kontak langsung, seseorang biasanya aman apabila
berjarak lebih 6 feet dari seseorang yang menderita infeksi RSV. Droplet yang
besar dapat bertahan di udara bebas selama 6 jam, dan seorang penderita dapat
menularkan virus tersebut selama 10 hari. Di negara dengan 4 musim, bronkiolitis
banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, di negara tropis
pada musim hujan. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya
pada tahun 2002 dan tahun 2003, bronkiolitis banyak didapatkan pada bulan
Januari sampai bulan Mei.
Pada tahun 2005 pada pola rawat jalan umur < 1 tahun di rumah sakit
Pemerintah Provinsi NAD didapatkan angka 355 kasus atau sekitar 8,62 % kasus
bronkhitis dan bronkiolitis akut. Pada usia 1 - 4 tahun kasus yang sama didapatkan
angka 544 atau 12 %, usia 5 14 tahun 578 kasus atau 9,74 %, usia 15 24 tahun
789 kasus atau 10.8 %, usia 25 44 tahun 566 kasus atau 7,6 %, usia 45 64
tahun 388 kasus atau 9,5 %, usia > 65 tahun 558 kasus atau 10.8 %.
Rerata insidens perawatan setahun pada anak berusia di bawah 1 tahun
adalah 21,7 per 1000 dan semakin menurun seiring dengan pertambahan usia,
yaitu 6,8 per 1000 pada usia 1 2 tahun. Lama perawatan adalah 2 4 hari,
kecuali pada bayi prematur dan kelainan bawaan seperti penyakit jantung bawaan
(PJB). Bradley menyebutkan bahwa penyakit akan lebih berat pada bayi muda.
Hal ini ditunjukkan dengan lebih rendahnya saturasi O
2
juga pada bayi yang
terpapar asap rokok pasca natal. Beberapa prediktor lain untuk beratnya
bronkiolitis atau yang akan menimbulkan komplikasi yaitu bayi dengan masa
gestasi < 34 minggu, usia < 3 bulan, sianosis, saturasi < 90 %, laju respiratori > 70
x/menit, adanya ronki, dan riwayat displasia bronkopulmoner (bronchopulmonary
displasia, BPD).
Kenaikan jumlah perawatan karena bronkiolitis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu perubahan kriteria perawatan anak dengan IRA, kebiasaan
pengasuhan dengan lebih banyak anak yang dititipkan ditempat penitipan anak
(TPA), dan faktor virus sendiri yaitu perubahan virulensi strain RSV. Selain itu
terdapat juga faktor perubahan kriteria diagnostik terutama mikrobiologis dan
panduan terapi serta turunya mortalitas bayi prematur dan bayi dengan kelainan
bawaan kompleks yang merupakan resiko tinggi perawatan karena RSV.
Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara-negara
berkembang daripada di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh
rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan
penduduk di negara berkembang. Angka mortalitas di negara berkembang pada
anak-anak yang dirawat adalah 1 3 %.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor resiko kejadian bronkiolitis di Rumah Sakit Sari
Mulia Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari mulia
Banjarmasin
b. Untuk Mengetahui etiologi penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari mulia
Banjarmasin
c. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari
mulia Banjarmasin
d. Memahami patofisiologi penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari mulia
Banjarmasin
e. Mengetahui komplikasi penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari mulia
Banjarmasin
f. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Bronkiolitis di rumah sakit sari mulia
Banjarmasin.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai tolak ukur penilaian terhadap kemampuan mahasiswa yang telah
mendapatkan pengetahuan dan skill.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan kepada mahasiswa dalam hal mengetahui
penyakit struma, serta menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi
mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh
selama masa kuliah.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan adanya pembuatan laporan tentang bronkiolitis akut
dapat menjadikan tambahan referensi terbaru untuk kedepannya.
4. Bagi pasien
Bisa menjadi suatu tambahan informasi kepada pasien mengenai
penyakit struma.





BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan.Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran
(Ngastiyah, 2004 ).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Santoso, 2004).
Bronkitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
dapat bersifat akut maupun kronis. Bronchitis akut adalah peradangan bronki dan
kadang-kadang mengenai trakea yang timbul secara mendadak. Hal ini dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi saluran napas atas seperti common cold atau
dapat juga disebabkan oleh agen fisik atau kimia seperti: asap, debu, atau kabut
yang menguap. Sedangkan bronchitis kronis adalah gangguan klinis yang ditandai
dengan pembentukan mucus yang berlebihan pada bronkus dan bermanifestasi
sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum sedikitnya tiga bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut akan menjadi
bronchitis kronik.


B. Etiologi
1. Bronkitis Akut
Virus yang menyebabkan flu atau pilek seringkali menyebabkan juga bronkitis
akut. Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap
tembakau karena polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang
terkena paparan debu dan uap dapat juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi,
cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan
terjadinya bronkitis akut.
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami
penyembuhan. Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding
bronkus paru paru yang sifatnya permanen. Disebut bronkitis kronis jika
batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di dua tahun berturut.
Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah :
1. Asma.
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Penekanan pada saluran napas.
Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis yaitu
rokok,infeksi, dan polusi.
1. Rokok
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis terdapat hubungan yang
antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik.



2. Infeksi Eksasebasi
Bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi vius yang kemudian
menyebakan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang isolasi paling
banyak adalah hemophilus influenza dan sterptococus pnemoniae.
3. Polusi
Polusi tidak begitu pengaruhnya sebagai factor penyebab tetapi bila di
tambahmerokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga adalah zat-
zat pereduksi oksigen, zat-zat pengoksidasi seperti N20, hidrokarbon, aldehid,
ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa -1 antitripsin yang merupakan suatu
problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja
enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada
peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Factor social ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan social
ekonomi rendah, mungkin disebabkan factor lingkungan dan ekonomi yang
lebih baik. Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir
dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar.
Kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak
peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini
menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus.
Alveoli yang terletak dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan
membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri.Proses ini
menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronchial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik
yang terjadi dalam jalan napas.


C. Gejala Klinis
Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif
(berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau
hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi
mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran
pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan
mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.Selain
itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan
shortness of breath.
1. Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (2004), tanda dan gejala yang ada
yaitu :
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
2. Menurut Ngastiyah (2007), manifestasinya juga bisa berupa :
a. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
b. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
d. Lelah
e. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
f. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
g. Pipi tampak kemerahan
h. Sakit kepala
i. Gangguan penglihatan
j. Sedikit demam.
k. Dada merasa tidak nyaman.


D. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan
inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar
mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak, peningkatan
jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya
penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat
dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga
terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat
terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat
terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan
mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis (manurung,2008).

E. Komplikasi
a. Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronchitis
kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau bronkietaksi.


F. Penatalaksanaan
1. mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir.
2. Berjemur di pagi hari.
3. Sering mengubah posisi.
4. Banyak minum.
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang
perlu diberikan minum susu atau makanan lain.

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Rabu/ 07 April 2014
Jam : 09 : 00 WITA
No RMK : 451035
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama pasien : An. A
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

Nama penanggung jawab : Ny. B
Umur : 38 tahun
Suku/bangsa : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Junjung buih II no 19/ pondok kopi blok AB V
no 12,Jakarta.

2. KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu disertai
panas dan muntah.


3. Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya batuk 3 hari yang lalu, mual dan muntah bila
makan serta nafsu makan dan minum menurun.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak pernah menderita penyakit
keturunan seperti, Asma, DM, hipertensi, Jantung, serta penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis, dan HIV/AIDS.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital
Suhu : 38,7
0
C Pernafasan :
Nadi : 126 x/menit BB : 15 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala nampak bersih, tidak berketombe, rambut hitam,
tidak rontok.
b. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
c. Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada secret
d. Telinga : tidak ada pengeluaran serumen, pendengaran baik
e. Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Wajah : simetris, tampak pucat dan lemas
h. Dada : Simetris,tidak ada suara ronchy dan bunyi tambahan.
i. Perut : simetris,tidak ada massa dan tidak kembung.
j. Ektrimitas : simetris, tidak odema.

C. ANALISIS DATA
Diagnosa : An.A umur 4 tahun dengan bronkitis
Masalah : Batuk, demam, mual, dan muntah.
Kebutuhan : Perbaikan keadaan umum kolaborasi dengan dokter

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaaan kepada keluarga bahwa BB anaknya 15 kg,
Nadi : 126 x/m. Respirasi : 24 x/m. suhu : 38
0
C dan anak mengalami bronkitis.
ibu sudah tahu dan mengerti tentang hasil pemeriksaan.

2. Memberitahukan pada ibu cara membantu menurunkan suhu tubuh yang
meningkat yaitu dengan cara :
- Menganjurkan orangtua klien untuk memberi minum yang banyak membantu
menurunkan suhu tubuh.
- Menganjurkan kompres hangat apabila masih panas.
ibu sudah mengerti cara membantu menurunkan suhu tubuh

3. Mempertahankan pola nafas yang efektif yaitu dengan cara menganjurkan ibu
untuk mengatur posisi tempat tidur anak semi fowler / fowler
ibu sudah mengerti mempertahankan pola nafas anak.

4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
- Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang disertai dengan
supleman nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
- Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
Ibu bersedia mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.

5. Menganjurkan kepada ibu agar anaknya banyak beristirahat.
ibu mengerti dan berjanji menjaga ketenangan disekitar anak, agar anak bisa
beristirahat.

6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
kolaborasi dengan dokter telah dilakukan


CATATAN PERKEMBANGAN

senin, 07 april 2014



S : keluarga mengatakan bahwa pasien
Masih mual
O : KU lemah
T : 38,7
0
C N : 126x/menit
RR : 24 x/menit,

A : An. A umur 4 tahun dengan bronkitis

P : mengobservasi keadaan umum dan TTV,
menciptakan lingkungan yang nyaman,
- injeksi broadced 2x500 mg
- injeksi invomit 3x2 mg
- injeksi noragea 3x175 mg
- infus tridex 27 A( 20 tpm )
- nebulizer dengan ventacin(1
amp):pulmicout(1/2 amp)


Selasa, 08 Apri 2014

S : keluarga mengatakan bahwa pasien
Batuk dan demam tidak stabil.
O : KU lemah
T : 36,8
0
C N : 106x/menit
RR : 24 x/menit,
A : An. A umur 4 tahun dengan bronkitis

P : mengobservasi keadaan umum dan TTV,
menciptakan lingkungan yang nyaman,
- injeksi broadced 2x500 mg
- injeksi invomit 3x2 mg
- injeksi noragea 3x175 mg
- infus tridex 27 A( 20 tpm )
- nebulizer dengan ventacin(1
amp):pulmicout(1/2 amp)


Rabu, 09 april 2014

S: Orang tua pasien mengatakan batuk
Anaknya sudah berkurang
O: Keadaan umum lemah
T : 36,3
0
C N : 108 x/menit
RR : 22x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : - Mengobservasi keadaan umum dan
TTV
- Infus Tridex 27 A
- Injeksi Broadced 2x500 mg
- Injeksi invomit 3x2 mg
- Injeksi norages 3x175 mg
- Nebulizer dengan ventacin(1
amp):pulmicout(1/2 amp)


BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan proses pembelajaran klinik asuhan kebidanan 1 di
Garuda 4 Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin. Ditemukan beberapa kasus,
salah satunya adalah kasus bronkitis, yang dialami oleh seorang anak usia 4
tahun.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit
atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan
dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri
sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus ikut memegang
peran. Bronkitis sendiri terbagi menjadi bronkitis akut dan bronkitis kronik
(Ngastiyah,2005).
Tanda dan gejala yang dapat saya amati sewaktu pemeriksaan adalah KU
compos mentis, suhu tubuh anak naik mencapai 38C dan nampak pucat,
mukosa bibir kering, anak mengalami batuk berdahak.
Komplikasi yang dialami pasien adalah ketidakstabilan suhu tubuh yang
meningkat,sehingga mengganggu aktivitas anak.
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai advis dokter ialah menganjurkan
orang tua anak untuk memberikan dan meminumkan obat sesuai resep yang
diberikan, dan menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan anak
sedikit tapi sering agar tetap terpenuhinya nutrisi anak, dan menjaga
kebersihan diri anak.

BAB V
PENUTUP

Bronkitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
dapat bersifat akut maupun kronis. Bronchitis akut adalah peradangan bronki dan
kadang-kadang mengenai trakea yang timbul secara mendadak. Hal ini dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi saluran napas atas seperti common cold atau
dapat juga disebabkan oleh agen fisik atau kimia seperti: asap, debu, atau kabut
yang menguap. Sedangkan bronchitis kronis adalah gangguan klinis yang
ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan pada bronkus dan
bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum sedikitnya tiga
bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut akan
menjadi bronchitis kronik.
Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif
(berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau
hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi
mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran
pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan
mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.Selain
itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan
shortness of breath. Jika tidak ditangani dengan baik maka bisa menyebabkan
bronkitis kronis. Penatalaksanaan dapat dilakukan rawat inap dengan
memberikan arahan kepada orang tuanya untuk tetap menjaga pola makan, dan
kebersihan anak sedangkan obat diberikan sesuai advis dokter. Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan
sebelum makan dan menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
.
Muttaqin, Arif. 2004. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. 2007 . Patofisiologi . Jakarta : EGC

Rab, Tabran. 2008. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Tambayong, Jan . 2008 .Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai