Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang
mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
1

Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris
yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis
disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk
uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau
koroiditis.
1

Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan
teknik pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Uveitis dapat
terjadi sekunder akibat radang kornea (keratitis), radang sclera (skeliritis), atau
keduanya (sklerokeratitis). Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan
berpengaruh pada 1020 % kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju.
Uveitis lebih banyak ditemukan di negara berkembang dibandingkan dengan negara
maju karena prevalensi infeksi yang bisa mempegaruhi mata, seperti toksoplasmosis
dan tuberculosis di Negara-negara berkembang.
2

Lebih dari dari 75% uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37%
kasus diantaranya ternyata merupakan reaksi imunologik yang berhubungan dengan
uveitis anterior meliputi: Spondilitis Ankilosa, Sindroma Reiter, Arthritis, Psoriatika,
Penyakit Crohn, Colitis Ulserativa dan Penyakit Whipple. Keterkaitan antara uveitis
anterior dengan Spondilitis Ankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik HLA-
B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton dkk.
3



2
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas pada
kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata RS Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dan juga
agar kami semakin memahami dan menambah wawasan mengenai Uveitis Anterior.
























3
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI UVEA


Uvea merupakan lapis vaskular mata yang terdiri dari iris, korpus siliaris dan
koroid.
4














Gambar 1. Uvea

Iris
Iris merupakan membran yang berwarna, berbentuk sirkular yang ditengahnya
terdapat lubang yang dinamakan pupil. Iris berpangkal pada badan siliar dan
merupakan pemisah antara bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan
iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama
sekitar pupil yang disebut kripti. Jaringan otot iris terusun longgar dengan otot polos
yang berjalan melingkari pupil (sfingter pupil) dan radial tegak lurus pupil (dilator
4
pupil). Iris menipis di dekat perlekatannya dengan badan siliar dan menebal di dekat
pupil. Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada
dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus nasoiliar cabang
dari saraf cranial III yang bersifat simpatik untuk midriasis dan parasimpatik untuk
miosis.
4


Korpus Siliaris
Korpus siliaris menghubungkan koroid dengan garis lingkar iris. Pada permukaan
dalam korpus siliaris terdapat terdapat lipatan-lipatan (processus ciliaris) yang
membentuk humor aquous. Cairan ini memenuhi kamera okuli anterior dan kamera
okuli posterior yang masing-masing terletak anterior dan posterior terhadap iris.
4

Selain itu terdapat pula otot-otot siliar yang berfungsi untuk akomodasi; jika otot-otot
ini berkontraksi ia akan menarik prosesus siliar dan koroid ke depan dan ke dalam,
mengendurkan zonula Zinn sehingga lensa lebih cembung.
5














Gambar 2. Korpus Siliaris
5
Koroid
Koroid merupakan selaput yang berwarna cokelat tua antara sklera dan retina,
membentuk bagian lapis tengah yang terbesar dan melapisi hampir seluruh sklera.
Koroid di sebelah dalam dibatasi oleh membrana Bruch dan di sebelah luar dibatasi
oleh sclera. Ke anterior koroid berakhir pada korpus siliaris dan koroid melekat erat
pada retina, tetapi dapat dilpeaskan dengan mudah oleh sklera.
4
Koroid tersusun dari
tiga lapisan pembuluh darah yaitu pembuluh darah besar, sedang dan kecil. Semakin
ke dalam letak pembuluh di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Oleh karena
kaya akan pembuluh darah koroid berfungsi memberi nutrisi kepada retina bagian
luar.
4















Gambar 3. Lapisan Koroid



6
BAB III
UVEITIS ANTERIOR


3.1 Definisi
Uveitis diartikan sebagai peradangan dari uveal tract, lapisan pembuluh darah
mata yang terdiri dari iris, korpus siliar, dan koroid. Inflamasi dari struktur ini
biasanya diikuti oleh inflamasi jaringan sekitarnya, termasuk kornea, sklera, vitreous,
retina, dan nervus optikus.
2
Hal ini berarti uveitis anterior sendiri adalah peradangan
pada iris (iritis), korpus siliar (siklitis) atau keduanya (Iridosiklitis).

3.2 Klasifikasi
Uveitis dapat diklasifikasikan menurut :
a. Anatomi
Yaitu berdasarkan seberapa besar bagian uvea yang terkena. Menurut
Standardization of Uveitis Nomenclatur (SUN) Working Group pada tahun
2005 membuat suatu sistem klasifikasi secara anatomis suatu uveitis.
6

Tipe Fokus Inflamasi Meliputi
Uveitis Anterior COA Iritis
Iridosiklitis
Siklitis Anterior
Uveitis Intermediat Vitreus Pars Planitis
Siklitis Posterior
Hialitis
Uveitis Posterior Retina dan Koroid Koroiditis Fokal,
Multifokal atau difus
Korioretinitis
7
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
Pan Uveitis COA, Viterus,
Retina dan Koroid


b. Gambaran klinik :
Tipe Keterangan
Akut Karakteristik Episodenya: onset
tiba-tiba, durasi 3 bln
Rekuren Episode berulang, dengan periode
inaktivasi tanpa terapi 3bln
Kronik Uveitis persisten dengan relaps < 3
bln setelah terapi dihentikan

c. Histopatologi
1. Non-granulomatosa, adanya infiltrasi dominan limfosit pada koroid.
2. Granulomatosa, koroid dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa
multinukleus.






Gambar 4. (a) non granulomatosa (b) granulomatosa
8
3.3 Epidemiologi
Uveitis merupakan penyakit peradangan mata yang banyak menyebabkan
kebutaan pada masyarakat. Insidens uveitis berkisar antara 17 dan 52 kasus per
100.000 populasi dan prevalensinya mencapai 38 sampai 714 kasus per 100.000
populasi. Hal ini telah membuat uveitis merupakan penyebab kecacatan penglihatan
(10%) di dunia bagian barat dan lebih dari 35 % dari semua pasien uveitis yang
dilaporkan mengalami kebutaan. Adanya pengetahuan akan etiologi dan diagnosis
penyakit ini penting untuk mencegah terjadinya kecacatan atau kebutaan. Uveitis
dapat terjadi pada usia berapa pun, namun lebih sering terjadi pada usia 20 59
tahun. uveitis pada anak dibawah 16 tahun sangat jarang terjadi, terhitung hanya 5
10 % kasus.
7


3.4 Etiologi
Pada kebanyakan kasus tidak diketahui penyebabnya, diduga terjadi proses
inflamasi dan non infeksi.
2

a. Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intra
okuler, ataupun iatrogenik.
b. Endogen : karena adanya kelainan sistemik sebagai faktor predisposisi
1) Bakteri : Tuberkulosa, sifilis, lepra.
2) Virus : Herpes simpleks, Herpes zoster, CMV,
Penyakit Vogt- Koyanagi-Hanada,
Sindrom Bechet.
3) Jamur : Kandidiasis.
4) Parasit : Toksoplasma, Toksokara.
5) Penyakit Sistemik : Penyakit kolagen, arthritis reumatoid, multiple
sklerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler.
6) Imunologik : Lens-induced iridosiklitis, oftalmia simpatika.
7) Neoplastik : Limfoma, reiculum cell carcinoma.
9
c. Immunodefisiensi : AIDS.
d. Idiopatik

3.5 Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu
trauma tembus okuli, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi
terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh
diluar mata.
2,8

Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam
(antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang
infeksius. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses
infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
2

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos.
Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu
partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
2

Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
keratic precipitate yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel
kornea. Apabila presipitat keratik ini besar disebut mutton fat.
2

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel
radang didalam COA yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam
COA, dikenal dengan hifema. Akumulasi sel-sel radang dapat juga terjadi pada
perifer pupil yang disebut Koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut Busacca
nodules.
2

Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblast dapat menimbulkan perlekatan antara iris
dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun antara iris
10
dengan endotel kornea yang disebut dengan sinekia anterior. Dapat pula terjadi
perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil
tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut,
ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran
akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor
tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak
sebagai iris bombe. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan
akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena
gumpalan-gumpalan pada sudut bilik mata depan, sedangkan pada fase lanjut
glaukoma terjadi karena adanya seklusio pupil.
2

Pada kasus yang berlangsung kronis dapat terjadi gangguan produksi akuos
humor yang menyebabkan penurunan tekanan bola mata sebagai akibat hipofungsi
badan siliar.
2


3.6 Gejala Klinis
a. Gejala Subyektif
1) Nyeri :
- Uveitis anterior akut
Nyeri disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan
penekanan saraf siliar bila melihat dekat. Sifat nyeri menetap atau
hilang timbul. Lokalisasi nyeri bola mata, daerah orbita dan
kraniofasial. Nyeri ini disebut juga nyeri trigeminal. Intensitas
nyeri tergantung hiperemi iridosiliar dan peradangan uvea serta
ambang nyeri pada penderita, sehingga sulit menentukan derajat
nyeri.
- Uveitis anterior kronik
Nyeri jarang dirasakan oleh penderita, kecuali telah terbentuk
keratopati bulosa akibat glaukoma sekunder.
11
2) Fotofobia dan lakrimasi :
- Uveitis anterior akut
Fotofobia disebabkan spasmus siliar bukan karena sensitif
terhadap cahaya. Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada
kornea dan siliar, jadi berhubungan erat dengan fotofobia.
- Uveitis anterior kronik
Gejala subjektif ini hampir tidak ataupun ringan.
3) Penglihatan kabur
Derajat kekaburan bervariasi mulai dari ringan-sedang, berat atau
hilang timbul, tergantung penyebab.
- Uveitis anterior akut
Disebabkan oleh pengendapan fibrin, edema kornea, kekeruhan
aquos dan badan kaca depan karena eksudasi sel radang dan fibrin.
- Uveitis anterior kronik
Disebabkan oleh karena kekeruhan lensa, badan kaca dan
kalsifikasi kornea.

b. Gejala Objektif
1) Injeksi Siliar
Gambaran merupakan hiperemi pembuluh darah siliar sekitar limbus,
berwarna keunguan.
- Uveitis anterior akut
Merupakan tanda patognomonik dan gejala dini. Bila hebat
hiperemi dapat meluas sampai pembuluh darah konjungtiva.
- Uveitis anterior hiperakut
Selain dari hiperemi dapat disertai gambaran skleritis dan keratitis
marginalis. Hiperemi sekitar kornea disebabkan oleh peradangan
12
pada pembuluh darah siliar depan dengan reflex aksonal dapat
difusi ke pembuluh darah badan siliar.








Gambar 5. Injeksi Siliar pada Uveitis

2) Perubahan Kornea
- Keratik presipitat
Terjadi karena pengendapan sel radang dalam bilik mata depan
pada endotel kornea akibat aliran konveksi akuos humor, gaya berat
dan perbedaan potensial listrik endotel kornea. Lokalisasi dapat di
bagian tengah dan bawah dan juga difus.
Keratik presipitat dapat dibedakan :
Baru dan lama : Jika baru berbentuk bundar dan
berwarna putih. Lama akan mengkerut,
berpigmen dan lebih jernih.
Jenis sel : Leukosit berinti banyak kemampuan
aglutinasi rendah, halus keabuan.
Limfosit kemampuan beraglutinasi
sedang dan membentuk kelompok
kecil bulat batas tegas, putih.
Makrofag kemampuan aglutinasi tinggi
13
tambahan lagi sifat fagositosis
membentuk kelompok lebih besar
dikenal sebagai mutton fat.
Ukuran & jumlah sel : Halus dan banyak terdapat pada
iritis dan iridosiklitis akut, retinitis
/koroiditis, uveitis intermedia.
Mutton fat berwarna kebuan dan agak basah. Terdapat pada uveitis
granulomatosa disebabkan oleh tuberculosis, sifilis, lepra, vogt-
koyanagi-harada dan simpatik oftalmia. Juga ditemui pada uveitis
non-granulomatosa akut dan kronik yang berat. Mutton fat dibentuk
oleh makrofag yang bengkak oleh bahan fagositosis dan sel
epiteloid berkelompok atau bersatu membentuk kelompok besar.
Pada permulaan hanya beberapa dengan ukuran cukup besar dengan
hidratasi dan tiga dimensi, lonjong batas tidak teratur. Bertambah
lama membesar dan menipis serta berpigmen akibat fagositosis
pigmen uvea, dengan membentuk daerah jernih pada endotel
kornea. Pengendapan Mutton fat sulit mengecil dan sering
menimbulkan perubahan endotel kornea gambaran merupakan
gelang keruh di tengah karena pengendapan pigmen dan sisa hialin
sel.







Gambar 6. Keratik Presipitat
14
3) Kelainan Kornea
- Uveitis anterior akut
Keratitis dapat bersamaan uveitis dengan etiologi tuberculosis,
sifilis, lepra, herpes simpleks, herpes zoster atau reaksi uvea
sekunder terhadap kelainan kornea.
- Uveitis anterior kronik
Edema kornea disebabkan oleh perubahan endotel dan membran
Descement dan neovaskularisasi kornea. Gambaran edema kornea
berupa lipatan Descement dan vesikel pada epitel kornea.

4) COA
Kekeruhan dalam bilik mata depan mata disebabkan oleh
meningkatnya kadar protein, sel dan fibrin.
Efek Tyndall
Menunjukan adanya peradangan dalam bola mata. Pengukuran paling
tepat dengan tyndalometri.
- Uveitis anterior akut
Kenaikan jumlah sel dalam bilik mata depan sebanding dengan
derajat peradangan dan penurunan jumlah sel sesuai dengan
penyembuhan pada pengobatan uveitis anterior.
- Uveitis anterior kronik
Terdapat efek Tyndall menetap dengan beberapa sel menunjukan
telah terjadi perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah iris.
Bila terjadi peningkatan efek Tyndall disertai dengan eksudasi sel
menunjukkan adanya eksaserbasi peradangan.
Sel
Sel berasal dari iris dan badan siliar. Pengamatan sel akan terganggu
bila efek Tyndall hebat. Pemeriksaan dilakukan dengan lampu celah
15
dalam ruangan gelap dengan celah 1 mm dan tinggi celah 3 mm
dengan sudut 45
o
, dapat dibedakan sel yang terdapat dalam bilik mata
depan.
Jenis sel : Limfosit dan sel plasma bulat, mengkilap putih keabuan.
Makrofag lebih besar, warna tergantung bahan yang
difagositosis.
Sel darah berwarna merah.
Fibrin
Dalam humor akuos berupa gelatin dengan sel, berbentuk benang atau
bercabang, warna kuning muda, jarang mengendap pada kornea.
Hipopion
Merupakan pengendapan sel radang pada sudut bilik mata depan
bawah. Hipopion dapat ditemui pada uveitis anterior hiperakut dengan
sebukan sel leukosit berinti banyak.









Gambar 7. Hipopion




16
5) Iris
- Hiperemi iris
Gambaran bendungan dan pelebaran pembuluh darah iris kadang-
kadang tidak terlihat karena ditutupi oleh eksudasi sel. Gambaran
hipremi ini harus dibedakan dari rubeosis iridis dengan gambaran
hiperemi radial tanpa percabangan abnormal.
- Pupil
Pupil mengecil karena edema dan pembengkakan stroma iris karena
iritasi akibat peradangan langsung pada sfingter pupil. Reaksi pupil
terhadap cahaya lambat disertai nyeri.
- Nodul Koeppe
Lokalisasi pinggir pupil, banyak, menimbul, bundar, ukuran kecil,
jernih, warna putih keabuan. Proses lama nodul Koeppe mengalami
pigmentasi baik pada permukaan atau lebih dalam.
- Nodul Busacca
Merupakan agregasi sel yang terjadi pada stroma iris, terlihat
sebagai benjolan putih pada permukaan depan iris. Juga dapat
ditemui bentuk kelompok dalam liang setelah mengalami organisasi
dan hialinisasi. Nodul Busacca merupakan tanda uveitis anterior
granulomatosa.
- Sinekia iris
Merupakan perlengketan iris dengan struktur yang berdekatan pada
uveitis anterior karena eksudasi fibrin dan pigmen, kemudian
mengalami proses organisasi sel radang dan fibrosis iris. Sinekia
posterior merupakan perlengketan iris dengan kapsul depan lensa.
Perlengketan dapat berbentuk benang atau dengan dasar luas dan
tebal. Bila luas akan menutupi pupil, dengan pemberian midriatika
akan berbentuk bunga. Bila eksudasi fibrin membentuk sinekia
17
seperti cincin, bila seklusio sempurna akan memblokade pupil (iris
bombe). Kelainan ini dapat dijumpai pada uveitis granulomatosa
atau non-granulomatosa, lebih sering bentuk akut dan subakut,
dengan fibrin cukup banyak. Ditemui juga pada bentuk residif bila
efek Tyndall berat. Sedangkan sinekia anterior merupakan
perlengketan iris dengan sudut irido-kornea, jelas terlihat dengan
gonioskopi. Sinekia anterior timbul karena pada permukaan blok
pupil sehingga akar iris maju ke depan menghalangi pengeluaran
akuos, edema dan pembengkakan pada dasar iris, sehingga setelah
terjadi organisasi dan eksudasi pada sudut iridokornea menarik iris
kea rah sudut. Sinekia anterior bukan merupakan gambaran dini dan
determinan uveitis anterior, tetapi merupakan penyulit peradangan
kronik dalam bilik mata depan.










Gambar 8. Sinekia Posterior
- Oklusi pupil
Ditandai dengan adanya blok pupil oleh seklusio dengan sel-sel
radang pada pinggir pupil.

18
- Arofi iris
Merupakan degenerasi tingkat stroma dan epitel pigmen belakang.
Atrofi iris dapat difus, bintik atau sektoral. Atrofi iris sektoral
terdapat pada iridosiklitis akut disebabkan oleh virus, terutama
herpetic.

6) Perubahan pada Lensa
- Pengendapan sel radang
Akibat eksudasi ke dalam akuos diatas kapsul lensa terjadi
pengendapan pada kapsul lensa. Pada pemeriksaan lampu celah
ditemui kekeruhan kecil putih keabuan, bulat, menibul, tersendiri
atau berkelompok pada permukaan lensa.
- Pengendapan pigmen
Bila terdapat kelompok pigmen yang besar pada permukaan kapsul
depan lensa menunjukkan bekas sinekia posterior yang telah lepas.
Sinekia posterior yang menyerupai lubang pupil disebut cincin dari
Vossius.
- Perubahan kejernihan lensa
Kekeruhan lensa disebabkan oleh toksik metabolik akibat
peradangan uvea dan proses degenerasi-proliferatif karena
pembentukan sinekia posterior. Luas kekeruhan tergantung pada
tingkat perlengketan lensa-iris, berat dan lamanya penyakit.

7) Perubahan Tekanan Bola Mata
Tekanan bola mata pada uveitis dapat hipotoni, normal atau hipertoni.
Hipotoni timbul karena sekresi badan siliar berkurang akibat
peradangan. Normotensi menunjukkan berkurangnya peradangan pada
bilik mata depan. Hipertoni dini ditemui pada uveitis hipertensif akibat
19
blok pupil dan sudut iridokornea oleh sel radang dan fibrin yang
menyumbat saluran Schlemm dan trabekula.

3.7 Diagnosis Banding
a. Konjungtivitis
Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, terdapat
sekret dan umumnya tidak disertai rasa sakit, fotofobia atau injeksi silier
b. Keratitis/ keratokonjungtivitis
Penglihatan dapat kabur pada keratitis, ada rasa sakit serta fotofobia.
c. Glaukoma akut
Terdapat pupil yang melebar, tidak ada sinekia posterior dan korneanya
beruap/ keruh.
d. Neoplasma
Large-cell lymphoma, retinoblastoma, leukemia dan melanoma maligna bisa
terdiagnosa sebagai uveitis.

3.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak diperlukan pada pasien uveitis ringan
dan pasien dengan riwayat trauma atau pembedahan baru-baru ini atau dengan
tanda-tanda infeksi virus herpes simplex atau herpes zoster yang jelas.
Pemeriksaan sifilis harus mencakup uji Veneral Disease Research Laboratory
(VDRL) atau rapid plasma reagin (RPR), dan uji antibodi anti-Treponema yang
lebih spesifik seperti FTA-ABS atau MHA-TP assays. Pemeriksaan tuberkulosis
dan sarkoidosis juga dapat dilakukan apabila dari hasil anamnesis mengarah
kesana.



20
3.9 Pengobatan
Pengobatan uveitis pada umumnya digunakan obat-obat intra okuler, seperti
sikloplegik, OAINS atau kortikosteroid. Pada OAINS atau kortikosteroid, dapat
juga digunakan obat-obatan secara sistemik. Selain itu pada pengobatan yang
tidak berespon terhadap kortikosteroid, dapat digunakan imunomodulator.
a. Midriatik atau sikloplegik
Midriatik atau sikloplegik berfungsi dalam pencegahan terjadinya sinekia
posterior dan menghilangkan efek fotofobia sekunder yang diakibatkan oleh
spasme dari otot siliaris. Semakin berat reaksi inflamasi yang terjadi, maka
dosis siklopegik yang dibutuhkan semakin tinggi.
b. OAINS
Dapat berguna sebagai terapi pada inflamasi post operatif, tapi kegunaan
OAINS dalam mengobati uveitis anterior endogen masih belum dapat
dibuktikan. Pemakaian OAINS yang lama dapat mengakibatkan komplikasi
seperti ulkus peptikum, perdarahan traktus digestivus, nefrotoksik dan
hepatotoksik.
c. Kortikosteroid
Merupakan terapi utama pada uveitis. Digunakan pada inflamasi yang berat.
Namun efek samping yang potensial, pemakaian kortikosteroid harus dengan
indikasi yang spesifik, seperti pengobatan inflamasi aktif di mata dan
mengurangi inflamasi intra okuler di retina, koroid dan N.optikus.
d. Imunomodulator
Terapi imunomodulator digunakan pada pasien uveitis berat yang mengancam
penglihatan yang sudah tidak merespon terhadap kortikosteroid.
Imunomodulator bekerja dengan cara membunuh sel limfoid yang membelah
dengan cepat akibat reaksi inflamasi. Indikasi digunakannya imunomodulator
adalah :
1. Inflamasi intraokular yang mengancam penglihatan pasien.
21
2. Gagal dengan terapi kortikosteroid.
3. Kontra indikasi terhadap kortikosteroid.
Sebelum diberikan imunomodulator, harus benar-benar dipastikan bahwa
uveitis pasien tidak disebabkan infeksi, atau infeksi di tempat lain, atau
kelainan hepar atau kelainan darah. Dan sebelum dilakukan informed concent.
e. Analgetika
Analgetik dapat diberikan secara sistemik terutama diberikan pada kasus
uveitis non granulomatosa, karena biasanya pasien mengeluhkan nyeri.

3.10 Komplikasi
Komplikasi dari uveitis dapat berupa :
a. Glaukoma, peninggian tekanan bola mata
Pada uveitis anterior dapat terjadi sinekia posterior sehingga mengakibatkan
hambatan aliran aquos humor dari bilik posterior ke bilik anterior. Penupukan
cairan ini bersama-samadengan sel radang mengakibatkan tertutupnya jalur
dari out flow aquos humor sehigga terjadi glaucoma. Untuk mencegahnya
dapat diberikan midriatika.
b. Katarak
Kelainan polus anterior mata seperti iridosiklitis yang menahun dan
penggunaan terapi kortikosteroid pada terapi uveitis dapat mengakibatkan
gangguan metabolism lensa sehingga menimbulkan katarak. Operasi katarak
pada mata yang uveitis lebih komplek lebih sering menimbulkan komplikasi
post operasi jika tidak dikelola dengan baik. Sehingga dibutuhkan perhatian
jangka panjang terhadap pre dan post operasi. Operasi dapat dilakukan setelah
3 bulan bebas inflamasi. Penelitian menunjukan bahwa fakoemulsifikasi
dengan penanaman IOL pada bilik posterior dapat memperbaiki visualisasi
dan memiliki toleransi yang baik pada banyak mata dengan uveitis.
22
Prognosis penglihatan pasien dengan katarak komplikata ini tergantung pada
penyebab uveitis anteriornya.
c. Neovaskularisasi
d. Kerusakan N.optikus
e. Edem Kisoid Makulae
Terjadi pada uveitis anterior yang berkepanjangan.

3.11 Prognosis

Anda mungkin juga menyukai