Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama
adalah Mycobacterium Tuberculosis. Mycobacterium Tuberculosis adalah
bakteri batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer&Bare, 2001). Mycobacterium
Tuberculosis mempunyai ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-0,6/ m.
Penularan penyakit Tuberkulosis sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam
(BTA) (Sudoyo & Setiyohadi, 2009).
Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sekitar 8
juta penduduk dunia diserang Tuberculosis dengan kematian 3 juta orang per
tahun. Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian
penyakit yang sebenarnya dapat dilakukan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita Tuberculosis berada di negara-negara berkembang. Dengan
munculnya epidemi HIV/AIDS sehingga jumlah penderita Tuberculosis akan
meningkat. Kematian wanita karena Tuberculosis lebih banyak daripada
kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO, 2004).
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
setelah China dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan
Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan
kejadian BTA sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan
nasional 2001, TB menempati rangking nomor 3 sebagai penyebab kematian
teringgi di Indonesia (Sudoyo & Setiyohadi, 2009).
Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam
penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang
secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen
kunci yaitu komitmen politis, pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya, pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB
dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan, jaminan ketersediaan OAT yang bermutu dan sistem pencatatan
dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan (Dinkes Jateng,
2011).
Pada pasien Tuberculosis seringkali ditemukan dahak. Dahak
merupakan materi yang dikeluarkan saluran napas bawah oleh batuk (ilmu
penyakit dalam FK UI, 2001). Dahak ini digiring ke faring dengan mekanisme
pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan, hal ini
membuat pembersihan tidak adekuat, sehingga dahak banyak tertimbun dan
bersihan jalan napas tidak efektif. Bila hal ini terjadi mukus akan dikeluarkan
dengan tekanan intra thorakal dan intra abdomen, pengeluaran dahak dapat
dilakukan dengan batuk ataupun dengan postural drainase (Nugroho, 2011).
Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam
bronkus dan bronkiolus. Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan
partikel-partikel pada faring dan saluran nafas. Batuk dapat dipicu secara
reflek ataupun disengaja yang diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan
penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang
menutup. Sedangkan batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk
membersihkan sekresi dari saluran nafas. Dengan batuk efektif penderita
Tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk
mengeluarkan sekret (Pranowo, 2010).
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal dengan tujuan menghilangkan
ekspansi paru, mobilisasi sekresi, mencegah efek samping dari retensi ke
sekresi (Hudak & Gallo 1999). Pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pasien mengalami sesak, terdengar suara nafas seperti mengi,
pusing, lemas. Hal ini dibutuhkan solusi untuk mengatasinya salah satunya
dengan melakukan batuk efektif (Nugroho, 2011)
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan perawatan pasien Tuberkulosis paru dalam bentuk penyusunan
Skipsi tindakan keperawatan batuk efektif pada pasien dengan TB Paru.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu : bagaimana gambaran penatalaksanaan
batuk efektif untuk mengelola kasus Tuberkulosis paru di RSUD Ciamis ?.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum:
Melaporkan aplikasi tindakan keperawatan batuk efektif pada pasien
dengan Tuberkulosis paru di RSUD Ciamis.
2. Tujuan Khusus:
a. Melakukan pengkajian yang mencakup riwayat kesehatan klien, data
umum, hasil pemeriksaan data fokus dan pemeriksaan penunjang
pada pasien dengan Tuberkulosis paru di RSUD Ciamis.
b. Menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis
paru di RSUD Ciamis.
c. Melakukan perencanaan sesuai dengan rasionalnya untuk
memecahkan masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien
dengan Tuberkulosis paru di RSUD Ciamis.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis
paru di RSUD Ciamis.
e. Melakukan penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien dengan Tuberkulosis paru di RSUD Ciamis.

3. KEGUNAAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu referensi penelitian berikutnya

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman
langsung dalam melakukan penelitian ilmiah tentang
penatalaksanaan batuk efektif pada pasien Tuberkulosis paru.
b. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan manfaat dalam keperawatan yaitu sebagai
panduan perawat dalam pengelolaan kasus Tuberkulosis paru serta
diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama
dalam melakukan tindakan keperawatan batuk efektif untuk
mengelola kasus Tuberkulosis paru.

4. KEASLIAN PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai