Anda di halaman 1dari 16

FEMALE LEGAL THEORY DAN UU NO.

1
TAHUN 1 974 TENTANG PERKAWI NAN
Presentasi Wanita dan Hukum
Anggota Kelompok 2
Aditya Pratama
Fachmi Ridho Pratama P
Fahri Gunawan
Garinindya E
Nabilah Karimah
Permasalahan UU No.1 tahun 1974
Banyak permasalahan dan kasus-kasus yang dialami oleh
perempuan dalam perkawinan atau akibat perkawinan
karena pengaplikasian UU no.1 tahun 1974 tentang
Perkawinan, Contohnya:

Agama
Pertengakaran dalam perkawinan
Kawin Siri
Kedudukan suami istri yang tidak seimbang
Poligami
Perempuan sbg Kepala Rumah Tangga
Umur melakukan perkawinan

Permasalahan UU No.1 tahun 1974
Berbagai permasalahan tersebut selanjutnya memerlukan upaya
dari berbagai pihak (termasuk DPR RI) untuk memberikan
perlindungan terhadap perempuan dari berbagai permasalahan
tersebut. Salah satunya adalah melalui pembahasan perubahan atas
UU no. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Hal ini menjadi suatu hal yang memiliki tingkat Urgensitas tinggi
didasarkan pada Peraturan lain yang berlaku dan dianut di
Indonesia yang melindungi perempuan, yakni
1.UUD 1945 Pasal 27 tentang Persamaan Hak dan Kewajiban Warga
Negara;
2. UU NO. 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi dan Kekerasan Terhadap Perempuan (ratifikasi
CEDAW);
3. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;



Upaya-upaya yang dilakukan membahas UU
perkawinan

Meuthia farida hatta
Direktorat jendral peraturan perundang-undangan
Tokoh ulama garut
Seminar nasional kedudukan ALK
Komnas perempuan
Fakultas syariah IAIN
PSKK-UGM
Hukum onlline
Kongres koalisi perempuan nasional

APAKAH FEMALE LEGAL THEORY?

Female Legal Theory atau Feminist Jurisprudence
berkembang dimulai pada tahun 1960 sampai awal 1970 yang
dibawa oleh feminis Amerika. Female Legal Theory adalah
falsafah hukum yang didasarkan adanya kesetaraan gender
diberbagai bidang. Female Legal Theory melakukan
pendekatan Feminis Kultural, dimana pendekatan tersebut
mengutamakan adanya perbedaan antara pria dan wanita
yang kemudian mencari keadilan dari perbedaan tersebut.
Female Legal Theory berkembang dikarenakan adanya
kritisasi wanita atas peraturan2 yang lebih mengakomodir
kebutuhan pria, sehingga wanita merasa tidak terlindungi
dengan sistem hukum yang berlaku. Selain itu, semakin
berkembangnya teori ini diakibatkan adanya isu politik atas
sub ordinansi antara pria dan wanita.

metode yang digunakan dalam Female
Legal Theory
Menurut Katherine T Bartlett, metode yang digunakan dalam
Female Legal Theory sebetulnya sama dengan yang dilakukan para
pengacara pada umumnya, namun ada beberapa metode-metode yang
lebih menyeluruh yaitu :
asking woman question -> dimana metode ini berusaha menelaah
bagaimana hukum telah gagal melihat dari sisi pengalaman perempuan
yang akhirnya merugikan perempuan
feminist practical reasoning -> penalaran hukum menolak adanya
monolitic community yang sering digunakan oleh pria, dan lebih
memusatkan kepada kepada perspektif wanita sebagai kaum yang tidak
terwakili. Aliran ini kemudian lebih luas karena memusatkan hal-hal yang
tidak biasa, namun tetap memusatkan perempuan sebagai titik tolak
consciousness raising -> lebih memusatkan pada pemberdayaan individu
bukan lagi pada serangan-serangan terhadap kaum tertentu.
Pemberdayaan ini juga ikut menyerang institusi2 dengan cara through the
popular medias, arts, even litigations.

Alasan.Female Legal Theory digunakan sebagai
landasan teori bagi penganut konsep Feminisme
1.Mengidentifikasi sumber ketidakjelasan dan ketida
kadilan dari produk hukum terhadap kaum
perempuan
2.Mencari cara untuk mencapai agar tercipta
keadilan terhadap perempuan di dalam lembaga
maupun kehidupan sehari hari
3.Mengidentifikasi alasan terjadinya penolakan -
penolakan terhadap batasan batasan hukum yang
membatasi perempuan

FEMALE LEGAL THEORY DI
INDONESIA?

Gerakan emansipasi di Indonesia terus bergulir mengikuti zaman, bisa dilihat dari berbagai
rancangan undang-undang yang terus dibuat dengan harapan bahwa terdapat keadilan bagi
kaum wanita. Contoh rancangan undang-undang Perlindungan Kekerasan Rumah Tangga,
Pekerja Wanita Migran, dan Undang-undang Perkawinan 1 / 1974
Selain melakukan gerakan-gerakan pada hukum positif di Indonesia, bisa dilihat dengan
munculnya LSM LSM pergerakan wanita dimana terus menyuarakan produk-produk
kebijakan yang dibuat namun merugikan wanita. Berbagai cara dilakukan dengan seminar,
debat publik, atau talkshow.
Salah satu Undang-undang yang ikut ditelaah dari Female Legal Theory adalah Undang-
undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Berbagai pro dan kontra terhadap undang-
undang ini karena diharapkan akan memberi angin segar kepada perlindungan wanita. Namun,
masih saja ditemukan adanya Pasal-pasal terkait yang jelas merugikan wanita. Sebagai contoh
Pasal 8 yang mengatur tentang pelarangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan atas
persetujuan dirinya menjadi objek pornografi. Penjelasan pasal ini adalah jika seseorang dalam
keadaan paksaan dan ancaman maka ia tidak akan dipidana. Tetapi, pada ketentuan pidana
pasal 34 menyebutkan ancaman hukuman pidana dalam UU Pornografi ini adalah maksimal 10
tahun atau denda maksimal 10 milyar. Dan, UU Pornografi ini mengacu pada KUHAP yang
menyebutkan bahwa ancaman pidana diatas 5 tahun wajib dilakukan penahanan (pasal 23
KUHAP). Artinya perempuan dan anak korban pornografi wajib membuktikan dirinya tidak
bersalah. Namun, dalam proses penyidikan sebagai korban mereka tetap ditahan dalam
tahanan penyidik/polisi karena mengacu pada KUHAP.

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

Seminar Nasional
Mendorong Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan

DISAMPAIKAN OLEH KUNTHI TRIDEWIYANTI
DISELENGGARAKAN OLEH KOMNAS
PEREMPUAN
22 September 2011

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

KERTAS KONSEP PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

Sekian dan Terima Kasih



SESI TANYA JAWAB

Anda mungkin juga menyukai