Anda di halaman 1dari 3

23

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Hukum kewarisan Islam merupakan hukum yang mengatur tentang peralihan
kepemilikan harta dari orang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup
(berhak menerimanya), yang mencakup apa saja yang menjadi harta warisan, siapa-siapa
saja yang berhak menerima, berapa besar porsi atau bagian masing-masing ahli waris,
kapan dan bagaimana tata cara pengalihannya.
Ketentuan mengenai pembagian harta waris di Indonesia diatur pada pasal 176
KHI, yang menyebutkan bahwa besar bagian anak perempuan apabila seorang hanya
mendapat separoh bagian, dan apabila terdapat dua orang atau lebih secara bersama-sama
mendapatkan bagian dua pertiga bagian. Sedangkan untuk anak perempuan secara
bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua berbanding
satu dengan anak perempuan.
Dalam hubungannya dengan hukum kewarisan, dapat diartikan bahwa keadilan
merupakan keseimbangan antara hak dan kewajiban dan keseimbangan berdasarkan
perolehan dan kewajiban atau keperluan. Dengan demikian keadilan dalam hukum waris
Islam merupakan ketentuan hukum Islam mengenai peralihan harta warisan dari pewaris
(pemilik harta yang meninggal dunia) kepada para ahli waris yang bersifat proporsional
dan berimbang.
Artinya, dapat dikatakan bahwa perbedaan gender tidak mempengaruhi hak
kewarisan dalam Islam, artinya laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama
kuatnya untuk mendapatkan warisan, sesuai dan sebanding antara hak yang diperolehnya
dengan kewajiban yang dipikul dan harus ditunaikannya dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Karenanya, faktor jenis kelamin tidaklah menentukan dalam hak kewarisan
21
22

(kebalikan dari asas keseimbangan ini dijumpai dalam masyarakat yang menganut sistem
garis keturunan patrilinial, yang ahli waris tersebut hanyalah keturunan laki-laki saja atau
garis kebapakan).

B. Saran-saran
Berdasarkan uraian penulisan makalah di atas, maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut :
1. Sebagai insan akademis, tokoh agama dan praktisi hukum keislaman maupun pihak
birokrasi, termasuk Kementerian Agama RI bahwa telaah permasalahan azas
keadilan dalam kewarisan Islam merupakan isu kontemporer yang perlu dikaji lebih
mendalam, mengingat perkembangan dan kondisi zaman terus mengalami pergeseran
nilai dan kebutuhan. Sehingga, pelaksanaan syariat berdasarkan Alquran dan hadis,
khususnya masalah warisan Islam tetap sejalan dan terpenuhi sesuai dinamika
perubahan zaman.
2. Persoalan warisan Islam dalam tatanan hukum keindonesiaan sangat perlu dikaji
lebih mendalam, mengingat di Indonesia regulasi yang ada lebih mengacu pada
Kompilasi Hukum Islam, khususnya Bab II Hukum Kewarisan. Padahal tinjauan
fikih klasik sebagai hasil ijtihad para fuqaha memberikan corak dan warna yang
sangat beragam untuk dipelajari dan digali lebih dalam. Apalagi di Indonesia
sekarang ini, pemahaman fikih terhadap pembahasan warisan, terkadang
dikesampingkan dan mulai ditinggalkan lantaran sistem yang dikehendaki Alquran
dianggap tidak adil pada pihak-pihak tertentu. Sehingga, probelmatika warisan lebih
cenderung diselesaikan secara kekeluargaan.
3. Sebagai umat Islam, sejatinya memahami, mengkaji dan menyadari serta
menyerukan kepada keluarga dan saudara-saudara muslim lainnya agar
23
mengedepankan ketentuan agama sebagai barometer utama untuk menyelesaikan
perkara warisan Islam. Karena, hikmah disyariatkannya kewarisan dalam Islam
sejatinya mempunyai tujuan dan nilai luhur dalam menciptakan stabilitas sebuah
rumah tangga dan keluarga dalam berbagai aspek.

Anda mungkin juga menyukai