Cakupan Program Puskesmas yang Tidak Mencapai Target
Edwinda Desy Ratu 102010229 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: edwindadr@ymail.com
Pendahuluan Pada dasarnya , semua jenis penelitian dilakukan karena adanya masalah. Demikian pula dengan penelitian epidemiologis, tetapi karena jumlah masalah epidemiologi sangat banyak dan tidak semua masalah memerlukan penelitian, masalah-masalah tersebut harus diidentifikasi untuk menentukan masalah-masalah yang perlu dan dapat dilakukan penelitian. Setelah mengidentifikasi dan menentukan masalah yang akan diteliti, masalah tersebut dirumuskan dengan jelas kemudian ditentukan tujuan penelitian secara jelas. Sebelum tujuan dapat dirumuskan dengan jelas, sebaiknya tidak melakukan kegiatan tahap selanjutnya karena tujuan ini akan menentukan latar belakang masalah dan metodologi yang akan digunakan, menentukan kriteria subjek studi, populasi studi, sampel, variabel yang dicari, jadwal kegiaan dan lain-lain. Metode penelitian harus dirinci dengan jelas karena bila hal ini tidak dilakukan akan menyulitkan ilmuwan untuk mengadakan evaluasi hasil penelitian, baik untuk mengadakan penelitian serupa atau untuk sebagai bahan perbandingan.
2
Epidemiologi Gizi Buruk Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (stunting) di negara kita. Dari 10 orang anak sekitar 3-4 orang anak balita mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan penyakit berulang yang didasari oleh lingkungan yang tidak sehat. Apabila janin dalam kandungan mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan normal. Keadaan ini akan berlanjut apabila bayi sampai dengan usia 6 bulan mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif). Untuk mempertahankan hal tersebut, maka pemberian MP-ASI sejak usia 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun merupakan cara efektif untuk mencapai berat badan dan panjang badan yang normal. 1 Anak balita stunting selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari anak balita normal. Selain itu, anak balita stunting ketika dewasa lebih mudah menderita penyakit tidak menular dan produktifitas kerja yang lebih rendah. Dengan demikian menanggulangi stunting pada anak balita berarti meningkatkan sumber daya manusia. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. 1
Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air minum bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan, teknologi, serta kependudukan. 4
Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan Inisiasi Menyusu 3
Dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll. 1
Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP- ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan. 1
Gizi dan infeksi memiliki keterkaitan yang erat seperti halnya lingkaran setan. Orang yang kurang gizi tanggapan kekebalannya kurang baik, sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Buruknya sistem imunitas tubuh berbanding lurus dengan menurunnya fungsi pertahanan pada sistem pencernaan, kulit, serta menurunnya fungsi otot pernafasan. 2
Epidemiologi Penyakit Menular 3 Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain: a. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab. b. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia . 4
c. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari. Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir) Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu. Unsur penyebab yang akan meninggalkan penjamu di mana ia berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara. Cara penularan (mode of transmission) Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni: a. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru. b. Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne). c. pejamu potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup
Peran Dokter dalam Masyarakat Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya. 4
5
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain: 1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif. 4
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya. 3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya 4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter. 5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter. 4
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi. 4
6
Pelayanan Kesehatan Konsep Dasar Puskesmas a. Pengertian Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung- jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. 4
1. Wilayah Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsisebagai pusat rujukanbagi Puskesmas kelurahan danjuga mempunyaifungsi koordinasi. 4
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan: 7
- kuratif (pengobatan) - preventif (upaya pencegahan) - promotif (peningkatan kesehatan) - rehabilitatif (pemulihan kesehatan) yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutupusia. 5
3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu) Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. 2
Usaha-usaha tersebut masing-masingbekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. 5
Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petuga BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puska mas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina dan satu pimpinan. 5
4. Upaya kesehatan puskesmas Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: 5
8
1) Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. 5
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: 5
a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai 9
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas. 5
5. Azas penyelenggaraan puskesmas Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. 5
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggung- jawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut: a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. 5
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas pertanggung-jawaban wilayah. 5 Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya 10
Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain: a. Upaya Kesehatan lbu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB) b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD), c. Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) d. Upaya Kesehatan Sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) e. Upaya Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, panti wreda g. Upaya Kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra) j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan. 5
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program dan Keterpaduan Lintas Sektor. 5 Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyeleng- garaan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 11
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan, 2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa 3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 5
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian 3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB 5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan 6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha. 5
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh 12
Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan. 5 Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal batik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam : 1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal operasi) dan lain-lain. 2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. 3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas. 5
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu 13
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan. 2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam. 3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu. 5
b. Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat. 4,5
c. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program 14
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 4,5 2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 4,5
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. 5
4. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 5
5. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, 15
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Kerangka Teoritis
1. Masukan (input) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method). 5,6 Tenaga Dokter Kooedinator P2M dan PKM Petugas Laboratorium Petugas Administrasi Kader aktif Jumantik Dana Mencakup tentang biaya atau dana yang diperlukan dalam menjalankan program. Biaya biasanya diberikan dari pemerintah. Seperti biaya operasional, biaya infestasi dan biaya lain-lain. 6
Sarana Medis Meliputi hal-hal dibawah ini : 5,6
16
a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senter b. Alat pemeriksaan hematokrit c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah Sakit) e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik) f. Buku petunjuk program DBD g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD h. Larvasida Non-Medis Meliputi hal-hal dibawah ini : 5,6
a. Gedung puskesmas b. Ruang tunggu c. Tuang administrasi d. Ruang periksa e. Ruang tindakan f. Laboratorium g. Apotik h. Perlengkapan administrasi i. Formulir laporan Metode Mencakup tentang metode yang digunakan dalam menjalankan sebuah program. Contohnya seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan lain sebagainya. 6 Market Mencakup tentang pemasaran dan sasaran program yang dituju. Contohnya seperti wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting dan posisioning). 5
Mechine 17
Mencakup tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang suatu program. Contohnya seperti peralatan laboratorium, peralatan unit penunjang, incenerator, dan lain sebagainya. 6
2. Proses (process) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan pengawasan (controlling). 6
Perencanaan ( planning) Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya pengembangan. 6
- Perencanaan upaya kesehatan wajib Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Langkah langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai berikut : a. Menyusun usulan kegiatan usulan Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan Kabupaten/kota dengan mengikutsertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat. 6
b. Mengajukan usulan kegiatan 18
Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk persetujuan pembiayaannya, perlu diperhatikan dalam mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana dan prasarana dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya. 6
c. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). - Perencanaan upaya kesehatan pengembangan Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya upaya puskesmas. Langkah langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas mencakup hal hal berikut : a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung dilapangan (Survei Mawas Diri). Pengertian Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. 6 Tahap pelaksanaan Survei Mawas Diri : 19
- Pengumpulan data dapat berupa data primer yakni yang dikumpulkan langsung dari sumber data atau data sekunder yakni yang berasal dari catatan yang ada - Pengolahan data - Penyajian data berupa data masalah dan potensi Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas dengan mengikutsertakan Badan Penyantun Puskesmas. Pengertian Delbecq Technique adalah perumusan masalah dan identifikasi potensi melalui kesepakatan sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya : - Pembentukan Tim - Menyusun daftar masalah - Menetapkan kriteria penilaian masalah - Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan pengembangan yang dipilih dapat lebih dari satu. Disamping itu, identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan puskesmas. b. Menyusun usulan kegiatan Langkah kedua yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama 20
dengan BPP dan Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk musyawarah masyarakat. Pengertian musyawarah masyarakat adalah pertemuan yang dihadiri oleh para pemimpin, baik formal maupun informal dan anggota masyarakat untuk merumuskan prioritas masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya. Tahap pelaksanaannya: - Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi yang dimiliki - Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah - Mambahas dan melengkapi potensi penyelesaian masalah yang dimiliki - Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai dengan potensi - Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan masalah (dalam bentuk Gantt Chart) Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib. c. Mengajukan usulan kegiatan Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke Dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak pihak lain. Apabila diajukan ke pihak pihak lain, usulan kegiatan harus diperlengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut. d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atau Penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib. 6
Pengorganisasian ( organizing) 21
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan kata lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penagguangjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral.Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan : a. Penggalangan kerjasama bentuk dua pihak yakni antara dua sector terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja. b. Penggalangan kerjasama bentuk banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah. 6
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan : a. Secara langsung yakni antar sektor sektor terkait b. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan
Penatalaksanaan (Actuating) Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana. 22
b. Meyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas. c. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas harus diperhatikan hal hal sebagai berikut : 1) Azas Penyelenggaraan Puskesmas Penyelenggaraan kegiatan puskesmas harus menetapkan keempat azas penyelenggaraan puskesmas yakni azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan. 2) Berbagai standar dan pedoman pelayanan puskesmas Pada saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai standar dan pedoman pelayanan puskesmas sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan puskesmas yang harus diperhatikan pada waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas. Standar dan pedoman tersebut adalah : a. Standar dan pedoman bangunan puskesmas b. Satandar dan pedoman peralatan puskesmas c. Standar manajemen peralatan puskesmas d. Standar dan pedoman ketenagaan puskesmas e. Pedoman pengobatan rasional puskesmas f. Standar manajemen obat puskesmas g. Standar dan pedoman teknis pelayanan berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh puskesmas h. Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) i. Pedoman perhitungan satuan biaya pelayanan puskesmas Pengawasan ( Controlling ) (1) Pemantauan Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencangkup hal hal sebagai berikut : 23
a. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai yang dibedakan atas 2 hal : a) Telaahan internal yakni telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku. Pengertian simpus adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.
b) Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Pengertian Lokakarya Mini Tribulanan adalah pertemuan yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali di puskesmas yang dihadiri oleh instasi lintas sektor tingkat kecamatan, Badan penantun Puskesmas (BPP), staf puskesmas dan jaringannya, serta dipimpin oleh camat. 5,6
Keluaran (output) Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus. Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). 6
24
Perilaku Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata / konkret. 7
a.) Perilaku dalam bentuk pengetahuan Adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba. 7
Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : 1) Awarness / kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus 3) Evaluation (menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, dimana seseorang telah mencoba berperilaku baru (adaption) sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 7
b.) Perilaku dalam bentuk sikap Sikap merupakan reaksi / respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon. Newcomb (seorang ahli psikologi social) mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh : 7
25
1) Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu. 2) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain. 3) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden. 7
c) Perilaku dalam bentuk tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan factor pendukung / support dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri tingkat tingkat praktek : 7
1.) Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2.) Respon terpimpin (guided response) Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat II. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasi bayinya pada umur umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 3.) Adaption / adaptasi Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan bahan yang murah dan sederhana. 7 26
Lingkungan Lingkungan Fisik: 4
- Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh) - Transportasi (mudah/sukar) - Jarak dengan fasilitas umum Lingkungan Non-Fisik - Mata Pencaharian penduduk (terbanyak) - Tingkat pendidikan 1
Kesimpulan Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas. Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, ANC, imunisasi dan lainnya penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan RI. http://gizi.depkes.go.id/1000-hari-mengubah-hidup- mengubah-masa-depan. Diakses pada 29 Juni 2014. 2. Gibney, Michael J. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC, 2008.h.224-5. 3. Nasry N. Epedimiologi penyakit menular. Jakarta: PT Rineka Cipta,2000.h.35-6 27
4. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke- 3. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.h.200-6. 5. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80 6. Dwi RB, Fallen R. Kesehatan komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika, 2010.h.5-69 7. Wawan A, Dewi M. Teori pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika, 2010.h.56-68