Anda di halaman 1dari 14

WEEK 6

UNCLEAR TERMS
1. Merisa: COPD
Zunia: penyakit paru obstruktif yang menahun (Dorland)
2. Rani: Pneumothorax
Irwan : Udara atau gas dalam paru akibat trauma atau
proses patologis (Dorland)
3. Fildzah: Dyspnea
Dwi: pernafasan yang sukar atau sesak (Dorland)
4. Dewi: nebul combirent
Winda: nebul: pengobatan dengan menggunakan aerosol
Combirent: LO
5. Aster: Asuhan gizi
Rani: langkah langkah yang dilakukan untuk
memperbaiki gizi pasien
CUES
Mahasiswa mampu merancang dan melakukan asuhan gizi
pada pasien berdasarkan penyakit COPD pneumothorax,
dyspnea, dan memperhatikan status gizibaik saat di rumah sakit
ataupun saat telah keluar RS. (Ulfa)
PI
1. Apriliawan: apa tujuan dilakukan asuhan gizi?
Rahma: membantu proses penyembuhan
Apriliawan: memenuhi kebutuhan gizi pasien sesuai
dengan penyakitnya
Nur: membantu memcahkan masalah gizi pada pasien
Ulfa: mencegah komplikasi penyakit dari pasien
Rani: memperbaiki atau mempertahankan status gizi
pasien
2. Bagaimana interpretasi data pasien?
Sudah dijelaskan dibawah
3. Bagaimana diagnose gizi yang tepat pada pasien ini
(diagnose prioritas)?
4. Rahma: Bagaimana intervensi gizi pasien saat di RS?
Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus
respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan
hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena
berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan
perubahan analisis gas darah
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma,
kekuatan otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang
agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan
ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang
terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan
keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori
yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara
terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa
tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein
seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan
ventilasi semenit oxigen comsumption dan respons
ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada
PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein
dapat menyebabkan kelelahan.
Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada
PPOK karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi
sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan
elektrolit yang
terjadi adalah :
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma.
Dianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang,
yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih
sering.
- DIET
o Tujuan diet
Sharira: Untuk mempercepat penyembuhan
agar parunya tidak cepat obstruktif
Herwinda: tidak memperberat kerja paru
paru
Rahma: mengatur keseimbangan asam basa
o Prinsip
apriliawan: Tinggi protein dan Fe. Protein
untuk mengganti albumin yang hilang. Fe
digunakan untuk meningkatkan nilai MCV
MCH
Rahma: Rendah karbohidrat terkait RQ


o Syarat dan ketentuan? (Perhatikan RQ
karbohidrat!)
?
o Zat gizi mikro yang dibutuhkan?
Romizah : Fe
Dewi : natrium
Sharira, Rahma, Apriliawan, Fildzah : Vit C, E,
B12, B6, A, D
Zunia: selenium, magnesium
Aster: kalsium
Sharira: Omega 3 untuk anti inflamasi
o Perhitungan kebutuhan pasien?
o Bagaimana target intervensi diet yang akan
diberikan pada pasien?
o Menghubungkan recall dengan kebutuhan pasien
5. Rahma: bagaimana asuhan gizi yang diberikan saat pasien
keluar dr RS?
- EDUKASI Untuk keluarga pasien
o Aster: keluarga membantu pasien agar tidak
merokok dan minum kopi lagi
o Fildzah: memberikan makanan pengganti rokok
dan kopi
o Ulfa: pemilihan variasi makanan dan peningkatan
konsumsi sayur karena tinggi antioksidan
o Dwi: pemilihan variasi buah dan contoh olahan
buah
o Sharira: waktu pemberian makan dan obat agar
tidak terjadi interaksi
o Apriliawan: konsumsi zat antioksidan agar dapat
menyeimbangi kebiasaan merokok
o Rani: edukasi bahaya merokok dan minum kopi
o Romizah: mengedukasi tentang aktivitas fisik
6. Sharira, zunia: bagaimana patofisiologi, etiologi,
manifestasi klinis, sign symptom dan epidemiologi dari
COPD?
- Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD), PPOK adalah penyakit dengan
karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible. Keterbatasan saluran napas
tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan
atau gas. (National Institutes of Health, National Heart,
Lung and Blood Institutes. Global Iniatiative for Chronic
Obstructive Lung Disease. NHLBI/WHO workshop
report, 2001.)
- Epidemiologi
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular
utama, yang agak jarang terekpose karena kurangnya
informasi yang diberikan. Di Amerika Serikat data tahun
2007 menunjukkan bahwa prevalensi PPOK sebesar
10,1% (SE 4,8) pada lakilaki sebesar 11,8% (SE 7,9) dan
untuk perempuan 8,5% (SE 5,8).( Buist AS, McBurnie
MA, Vollmer WM, Gillespie S, Burney P, Mannino DM,
Menezes AM, Sullivan SD, Lee TA, Weiss KB, Jensen RL,
Marks GB, Gulsvik A, Nizankowska-Mogilnicka E; BOLD
Collaborative Research Group,International variation in
the prevalence of COPD (the BOLD Study): a population-
based prevalence study. Lancet. 2007 Sep
1;370(9589):741-50.)
Sedangkan mortalitas menduduki peringkat keempat
penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk
pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat
32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. American Thoracic
Society.Standards for Diagnosis and care of patient with
COPD. Am J Respir Crit Care Med 1995;152:S77-120
Sedangkan prevalensi PPOK di negara-negara Asia
Tenggara diperkirakan 6,3% dengan prevalensi tertinggi
terdapat di Vietnam (6,7%) dan China (6,5%) Chan-
Yeung M, Ait Khaled N, White N, Ip MS, and Tan WC,
The Burden and Impact of COPD in
Asia and Africa, Int J Tuberc Lung Dis, 2004; 8; p.2-14
.
7. Dwi: apa hubungan antar penyakit COPD, pneumothorax,
dyspnea?
Apriliawan: COPD disebabkan merokok dan minum kopi
dalam waktu yang lama. Pneumothorax dan dyspnea
adalah manifestasi klinis dari COPD.
8. Romizah: apa hubungan merokok dengan COPD,
pneumothorax, dyspnea?
Romizah: rokok mengandung zat berbahaya seperti
nikotin, zat berbahaya tersebut masuk ke dalam paru
paru
Merisa: CO2 yang dihirup menyebabkan darah terisi CO2,
bukan O2. Oleh karena itu O2 yang masuk ke paru paru
kurang.
9. Ulfa: apa hub kebiasaan minum kopi pasien dengan
COPD, pneumothorax, dyspnea?
Rahmah: minum kopi memperburuk keadaan merokoknya
Romizah: minum kopi dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah, sehingga O2 kurang di darah
Zunia: kopi mengandung kafein. Kafein bisa merangsang
respirasi.
10. Sharira: bagaimana IOM dari obat nebul combirent?
11. Apa definisi dari Respiratory quotient RQ?
Fildzah: rasio volume karbondioksida yang dilepas
dari jaringan tubuh terhadap volume oksigen yang
diserap jaringan tubuh (Dorland)
12. Apa pengaruh makronutrient (P, L, Kh) terhadap
RQ?
Herwinda: Kh karena bisa memperberat kerja paru
paru
Rani : Protein
13. Berapa perbandingan RQ pada masing masing
makronutrient?
14. Apakah ada pengaruh antara status gizi dengan
sistem respirasi?
Fildzah: orang yang sesak nafas akan mengalami kesulitan
makanan, sehingga nafsu makannya turun dan asupannya
kurang
Sharira: makanan diedarkan dalam tubuh butuh O2,
sehingga bila O2 kurang akan berpengaruh terhadap status
gizi
15. Bagaimana monev yang tepat pada pasien ini?
- Data apa yang perlu dimonev?
Rani: data lab terkait penyakit
Merisa, aster: data dietary intake makanan
Dwi: data terkait status gizi
Apriliawan: fisik klinis yaitu RR, karena berimplikasi pada
RQnya sehingga tau berapa asupan makronutrient agar
RR normal
Aster: kebiasaan minum kopi dan merokok
- Target monev (periode)
Dewi: Dietary (setiap hari)
Merisa: Antropometri (satu bulan)
Herwinda: Fisik klinis yaitu RR (tiap hari)
Fildzah: Biokimia tiga hari sekali dengan target
mendekati nilai normal










Hipotesis Awal:









COPD
Asuhan Gizi
Assessment
Diagnosa
Intervensi
Antropometri
Biokimia
Clinical
Dietary
Ekologi Di Rumah Sakit
Pulang dari Rumah
Sakit
Status Gizi










INTdan ANLS
Data pasien (4 Maret):
Antropometri
- TL : 54 cm
- LILA : 27cm
Status gizi: ?
Biokimia
- Albumin : 2,9 gr/dL normal (3,5 5,5 gr/dL)
- HgB R : 11,4 gr/dL normal (13,4 17,7 gr/dL)
Monitoring Evaluasi
- Trombosit T : 475x10
3
/ UL normal (142 x10
3
424 x10
3
)
- Eritrosit N : 4,82x10
6
normal (4 x10
6
5,5 x10
6
)
- WBC N : 10,15x10
3
normal (4,3 x10
3
10,3 x10
3
)
- Hematokrit R : 33,90 % normal (40 47%)
- MCV R : 70,30 FL normal (80 93 FL)
- MCH R : 23 pg normal (27 31 pg)
- MCHC N : 32,7 gr/dL normal (32 36 gr/dL)
- RDW T : 15,20% normal (11,5 14,5%)
- PCO
2
T : 57,4 mmHg normal (35 45)
Terkait COPD
- PO
2
T

: 113,2 mmHg normal (80 100 mmHg)
Terkait COPD
- pH N : 7,28 (7,25 7,45)
- HCO
3
N
:
27,3 mmol normal (21 28 mmol)
- Saturasi O
2 N
: 97,3% normal (>95%)
- Elektrolit
Natrium R : 127 mmol/ L normal (136 145
mmol/ L)
Kalium N : 4,85 (3,5 5 mmol/L)
CL R : 94 mmol/ L (98 106 mmol/L)
Klinik (4 maret)
- RR ? : 24x/ detik
- Kondisi umum : tampak sakit sedang
- TD T : 140/90 mmHg
- Suhu tubuh N : 37
0
C
- Nadi R : 58x/ menit
- GCS Sadar : 4 5 6
- Sesak +, batuk +
Dietary (4 maret)
- Pola makan 2x sehari
- Lauk hewani yang sering dikonsumsi ikan air tawar, daging,
dan telur
- Lauk nabati yang sering dikonsumsi tahu dan tempe.
Dikonsumsi tiap hari
- Pasien tidak suka sayur
- Buah yang biasa dikonsumsi yaitu pisang dan apel
- Pasien memiliki kebiasaan minum kopi 2x sehari pada
pagi dan sore
- Pasien suka makan makanan yang dimasak dengan
santan
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan
- Recall:
E = 890 kkal
P = 30 gr
L = 25 gr
Kh = 100 gr
Ekologi
- Riwayat penyakit pasien
1. Sesak sejak 7 bulan yang lalu
2. Sesak memberat 1 minggu terakhir
3. Duduk dengan posisi membungkuk
4. Batuk 2th yang lalu dengan lender berwarna putih
kekuningan
5. Batuk darah (-), demam (-), nyeri data (-), DM (-),
hipertensi (-), TBC (-)
- Riwayat sekarang
Assesment Dokter:
Pneumothorax spontan (D), dyspnea, COPD

Anda mungkin juga menyukai