Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alkohol
2.1.1 Pengertian Alkohol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C
2
H
5
OH
dan rumus empiris C
2
H
6
O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus
etil (C
2
H
5
).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Ethanol merupakan senyawa yang tidak terdapat secara bebas di alam. Zat ini
adalah golongan alkohol biasa atau alkohol primer yang dibuat dari glukosa atau jenis
gula yang lain dengan jalan peragian.

2.1.2 Sejarah Alkohol
Etanol/Alkohol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan
keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa
minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali
ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa
Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan
(Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir
ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah
terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine.
Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias
Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang. Antoine Lavoisier
menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Thodore de Saussure dapat
menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott
Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu
senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry
Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan
menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada
proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.

2.1.3 Jenis-jenis Alkohol
Alkohol diklasifikasikan berdasarkan dua hal yaitu letak gugus OH pada rantai
karbon dan berdasarkan kadar alkoholnya. Klasifikasi alkohol berdasarkan letak gugus
OH nya adalah sebagai berikut:
1. Alkohol Primer
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang hanya mengikat
satu atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol primer.
Contoh yang paling sederhana adalah etanol. Metanol bukan alkohol primer karena
atom karbon yang mengikat gugus -OH tidak mengikat karbon lain.
2. Alkohol Sekunder
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat dua
atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol sekunder.
Contoh alkohol sekunder adalah 2-propanol.



3. Alkohol Tersier
Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat tiga
atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkoholtersier. Contoh
senyawa alkohol tersier adalah 2-metil-2-propanol.







Alkohol Primer, sekunder dan tersier

4. Vinil Alkohol
Vinil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi yang
terikat pada atom karbon berikatan rangkap dua. Contoh senyawa vinil alkohol
adalah 2-propenol.
5. Benzil Alkohol
Benzil alkohol adalah senyawa yang mempunyai
gugus hidroksi yang terikat pada gugus benzil. Gugus benzil
mempunyai rumus C
6
H
5
-CH
2
-.
6. Alkohol Dihidrat
Alkohol dihidrat adalah senyawa yang mengandung dua gugus hidroksi.
Contoh alkohol dihidrat adalah etilen glikol.
7. Alkohol Trihidrat
Alkohol triidrat adalah senyawa yang mengandung tiga gugus hidroksi.
Contoh alkohol trihidrat adalah gliserol.
Sementara klasifikasi alkohol berdasarkan kadar alkoholnya diantaranya :
1. Alkohol Tingkat 1
Kadar nya : 1-5 %. Contoh nya: Bir, Arak, dan sebagainya.
2. Alkohol Tingkat 2
Kadar nya : 5-20%. Contoh nya: Anggur dan sejenis nya
3. Alkohol Tingkat 3
Kadar nya : 20-45%. Contoh nya: Wiski, Vodka, Red Leabel, dan sebagainya.

2.1.4 Bahan Baku Pembuatan Alkohol
2.1.4.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku untuk memproduksi ethanol dengan cara fermentasi dapat di
produksi dari 3 macam karbohidrat, yaitu:
1. Bahan-bahan yang mengandung gula atau disebut juga sustansi sakharin,
rasanya manis seperti misalnya gula tebu, gula bit, molase (tetes), macam-
macam sari buah-buahan dan lain-lain.
2. Bahan yang mengandung pati, misalnya: padi-padian, jagung, gandum,
kentang sorgum, malt, barley, ubi kayu dan lain-lain.
3. Bahan-bahan yang mengandung selulosa, misalnya: kayu, cairan buangan
pabrik pulp dan kertas (waste sulfite liquor)
4. Gas-gas hidrokarbon dengan jumlah yang terbatas.
Di Indonesia sendiri, bahan baku yang banyak digunakan dalam
pembuatan alkohol adalah molase (tetes). Molase adalah limbah hasil proses
industri gula yang masih mengandung gula dan asam-asam organik. Molase
dibagi menjadi tiga jenis :
a. Molase kelas 1
Molase jenis ini didapat dari sisa proses kristalisasi yang pertama.
Biasanya disebut jus dan berwarna bening.
b. Molase kelas 2
Molase jenis ini biasa disebut dark,
karena warnanya yang agak kecoklatan.
Molase diperoleh dari proses kristalisasi
yang kedua.
c. Black strap
Black strap adalah sisa dari proses
kristalisasi tahap akhir. Warnanya coklat tua mendekati hitam. Dalam
black strap masih terkandung kalsium, magnesium, potassium, dan besi.
2.1.4.2 Bahan Baku Penunjang
Dalam proses fermentasi alkohol digunakan ragi. Ragi ini dapat merubah
glukosa menjadi alkohol dan gas CO2. Ragi merupakan mikroorganisme
bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan Eumycetes. Dari
golongan ini dikenal beberapa jenis, antara lain Saccharomyces anamensis,
Schizosacharomyces pompe dan Saccharomyces cerevisiae. Masing-masing
mempunyai kemampuan
memproduksi alkohol
yang berbeda.
Syarat-syarat
yang diperlukan dalam
memilih ragi untuk
fermentasi adalah :
Cepat berkembang biak
Tahap terhadap alkohol tinggi
Tahan terhadap suhu tinggi
Mempunyai sifat yang stabil
Cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang difermentasi
Pada umumnya ragi yang dipakai untuk membuat alkohol adalah
jenis Saccharomyces cerevisiae, yang mempunyai pertumbuhan sempurna
pada suhu 30
o
C dan pH 4,8.
Ragi menurut kegiatan selama fermentasi terbagi atas dua bagian, yaitu :
Top Yeast (Ragi Atas)
Ragi yang aktif pada permukaan atas media, yang menghasilkan
etanol dan CO
2
dengan segera. Jenis ini biasanya dijumpai pada industri
alkohol dan anggur.
Bottom Yeast (Ragi Bawah)
Ragi yang aktif pada bagian bawah. Biasanya industri penghasil bir
yang menggunakan ragi bawah ini yang menghasilkan etanol sedikit dan
membutuhkan waktu yang lama untuk kesempurnaan fermentasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi :
Nutrisi
Dalam kegiatannya ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan, misalnya unsur C, unsur N dan
unsur P.
Mineral-mineral
Vitamin-vitamin
Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, ragi memerlukan media suasana asam,
yaitu antara pH 4,8-5,0. Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan
asam sulfat jika substratnya alkalis atau natrium bikarbonat jika
substratnya asam.
Temperatur
Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
adalah 28-30
o
C. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan panas karena
reaksinya eksoterm. Untuk mencegah agar suhu fermentasi tidak naik,
perlu pendinginan supaya dipertahankan tetap 28-30
o
C.
Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara),
namun demikian udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum
fermentasi, untuk pengembangbiakan ragi sel.
Selain ragi, air juga menjadi bahan yang sangat penting. Air diperlukan
dalam proses hidrasi pati yaitu tahap dimana biji-bijian digiling dan serbuk
biji-bijian diberi air sehingga terjadi dispersi.

2.1.5 Proses Pembuatan Alkohol
Pembuatan alkohol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan fermentasi dan
sintetis.
2.1.5.1 Cara Fermentasi
Garis besar Proses Pembuatan Alkohol / Ethanol
1. Perlakuan awal tetes
Molase yang didatangkan dari Pabrik Gula tidak langsung
diproduksi, namun disimpan terlebih dahulu dalam tanki penyimpanan.
Sebelum diproses melasse/tetes mengalami beberapa perlakuan awal,
seperti analisa : berat jenis, kadar glukosa (menggunakan brixmeter), dan
viscositas.
Untuk kebutuhan pembibitan, tetes diencerkan dengan air dari 85

Bx dengan kadar gula ( TSAI ) 50 %, menjadi 16 Bx, asumsi kadar gula
+/- 10 %. Pembibitan dilakukan dalam Botol 200 ltr, Jotang 3.000 ltr dan
Gistbak 18.000 ltr sedangkan untuk Fermentasi tetes diencerkan menjadi
19 s.d. 21 Bx dalam fermentor volume 80.000 ltr. Semua pemakaian tetes
yang diolah, ditimbang. Pada waktu pengenceran tetes ditambahkan
H
2
SO
4
agar saccharosa yang ada dalam tetes terinversi menjadi glucose
dan menjaga dominasi pertumbuhan Yeast. Pengenceran ini sangat
berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme dalam mengubah
molase menjadi alcohol.
2. Pembibitan Ragi / Yeast
Proses pembibitan dilakukan secara bertahap pada botol 200 ltr
dilanjut ke jotang 3.000 ltr dan gistbak 18.000 ltr dengan waktu incubasi
masing-masing +/- 18 jam, hal ini dimaksudkan agar mikroba beradaptasi
dan berkembang biak. Mikroba yang digunakan ialah Saccharomyces
Cereviccae. Untuk menunjang laju pertumbuhan mikroba dibutuhkan
udara dan nutrisi seperti Urea, TSP dan MgSO
4
sesuai dosis.
3. Fermentasi
Hasil proses pembibitan akhir pada Gistbak 18.000 ltr dimasukan
ke fermentor kemudian ditambahkan larutan tetes 21 Bx hingga volume
fermentor hampir penuh +/- 80.000 ltr. Selanjutnya diincubasikan selama
+/- 44 jam , diharapkan glukose yang ada dalam larutan tetes maksimal
dirombak oleh Yeast (Saccharomyces cereviceae) menjadi Alkohol dan
dampak lain adalah CO
2
, untuk itu kondisi fermentasi dibuat anaerob.
Selain itu dilakukan penambahan nutrisi urea, TSP, MgSO
4
, sebagai
makro dan mikro nutrient. Suhu selama fermentasi dijaga tetap pada 30
o
C
32
o
C dengan mengalirkan air pendingin di luar tangki. Proses fermentasi
berlangsung selama 30 jam lalu dialirkan ke bak penampung. Untuk
mencegah tumbuhnya jamur serta hasil kontaminasi, maka dilakukan
penyemprotan kalium permanganate (KMnO
4
). Kandungan alkohol hasil
akhir fermentasi sebesar 8 12 % disebut beslag.
4. Destilasi
Hasil fermentasi yang lazim disebut beslag dengan kandungan
alkohol 8 12 % selanjutnya dialirkan ke Destilasi untuk dilakukan
pemisahan antara alkohol dan bukan alkohol dengan cara penyulingan
melalui kolom-kolom secara bertahap.
a. Tahap 1 Ruw Kolom
Beslag dialirkan ke kolom pertama yaitu Ruw Kolom, disini terjadi
perpindahan panas dan massa. Beslag dialirkan secara kontinue dan
dipanasi dengan steam dari boiler pada temperatur 98
o
C. Pada suhu
ini dihasilkan uap alkohol dan air dengan kandungan alkohol +/- 40 %
yang kemudian keluar pada bagian atas yang akan menjadi feed bagi
Voorlup Kolom (kolom sementara) untuk didistilasi lanjut. Sedangkan
pada bagian bawah dihasilkan sisa buangan berupa Vinase yang masih
mengandung alkohol maksimal 0,2 %.
b. Tahap 2 Voorlup Kolom
Feed yang berupa campuran alkohol dan komponen lain serta air
akan mengalami pemisahan, sehingga konsentrasi alkohol lebih tinggi.
Hasil bawah alkohol bebas aldehid masuk dalam kolom distilasi
berikutnya, disebut Kolom pelepas (Uitspuit Column), sedangkan hasil
atas merupakan campuran alkohol and aldehid, karena perbedaan titik
didih aldehid dan alkohol tidak teralu besar, sehingga untuk
menghindari kehilangan alkohol dilakukan refluks dan pendinginan
untuk menghindari kehilangan alkohol yang terikut denagn aldehid
yang dibuang ke udara. Alkohol yang didapatkan merupakan alkohol
dengan kadar 94 % merupakan alkohol teknis, atau dikenal alkohol
afwykend, yang digunakan sebagai bahan bakar.
Uap hasil penyulingan dari Ruw Kolom kondisinya masih
campuran antara uap alkohol dan cairan masuk ke Voorlup kolom
segmen 3 disemprot dengan air panas temperatur 60
o
C untuk
menangkap alkohol yg larut dalam air siraman dan dialirkan ke Uitput
Kolom. Sedangkan uap alkohol yang bertitik didih rendah tidak
tertangkap dengan air siraman naik keatas diembunkan pada kuler dan
kondensor dijadikan produk afwykend dengan kandungan alkohol
94 %. Hasil produksinya sangat sedikit +/- 10 20 ltr/jam.
c. Tahap 3 Uitput Kolom
Feed yang berasal dari Voorlop Column yang terdiri dari fraksi
ringan berupa campuran alkohol dan fusel oil dan air akan mengalami
pemisahan dalam kolom ini. Suhu uitput kolom sekitar 100 104
o
C.
Fraksi ringan (uap alkohol ) akan masuk dalam Versteking Column
untuk mengalami pemekatan, sedang hasil bawah berupa air panas
yang masuk dalam tangki penampung air panas.
Dengan adanya pemanasan pada kolom diharapkan terjadi
pemisahan alkohol dan air karena adanya perbedaan titik didih dan
massa jenis.
d. Tahap 4. Versterking Kolom
Uap alkohol dari Uitput kolom masuk ke Versterking kolom yang
akan mengalami pemekatan dalam kolom ini. Pada Verstecking kolom
ini pemanasan dikurangi menjadi +/- 87
o
C dimaksudkan agar hasil atas
lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air, karena adanya
penurunan pemanasan dibawah titik didih air.
Karena adanya penurunan pemanasan tersebut hasil top produk
meningkat 90 % dan dialirkan ke kolom berikutnya yaitu Rectifisier
Kolom untuk dibersihkan sedangkan bagian tengah masuk dalam Olie
Column.
e. Tahap 5 Rectifisier Kolom
Uap alkohol dari Verstecking kolom dengan kadar 90 % masuk ke
Rectifisier kolom untuk dibersihkan. Pada Rectifisier kolom ini
pemanasan diturunkan mendekati titik didih alkohol +/- 82
o
C. Dengan
adanya penurunan panas diharapkan pada top produk lebih banyak
alkohol yang menguap dari pada air nya. Hasil top produk rectifisier
kolom berkadar +/- 96,5 % yang selanjutnya dialirkan ke kuler /
pendingin untuk dilanjutkan ke Finale Kolom. Produk bawah yang
lebih banyak air namun masih mengandung alkohol 20 % direfluk
dikembalikan ke Verstecking kolom. Refluks dan pendinginan tersebut
dimaksudkan untuk menghindari kehilangan alkohol dalam aldehid
sebelum aldehid dibuang ke udara.
f. Tahap 6 Finale Kolom
Produk atas Rectifisier yang berupa cairan masuk ke Finale kolom
pada segmen 2. Karena produk ini masih mengandung zat lain berupa
ester, aldehide dll yang mempunyai titik didih dibawah alkohol, maka
pada finale kolom dilakukan pemanasan namun dibawah titik didih
alkohol +/- 76
o
C. Dengan adanya pemanasan 76
o
C maka zat lain yang
terdiri dari ester, aldehyde dll akan menguap pada produk atas
selanjutnya diembunkan dan dikondensasi untuk dijadikan alkohol
afwykend dengan kadar 94 %, sedangkan alkohol produk bawah finale
kolom yang sudah terbebas dari zat pengotornya masuk ke kuler prima
dijadikan produk prima dengan kadar alkohol 98 %.
g. Olie Column
Feed berasal dari kolom pemekat yang akan mengalami pemisahan
antara alcohol dengan minyak fusel, hasil bawah berupa minyak fusel
ditampung dalam tangki penampungan minyak fusel, sedang hasil atas
masuk dalam kondensor dan alcohol yang didapatkan merupakan
alkohol teknis.

2.1.5.2 Pembuatan Alkohol secara Sintetik
Selain dengan fermentasi alkohol juga dapat dibuat secara sintetik,
diantaranya :
a. Mereaksikan alkil halida dengan basa
Alkohol dibuat dengan mereaksikan antara alkil halida dengan
suatu basa. Selain itu juga diperoleh produk lain, yakni garam halide.
contoh:


b. Reduksi aldehida
Reduksi (hidrogenasi) aldehida akan menghasilkan alkohol primer.
Contoh:





c. Hidrolisis alkil hidrogensulfat
Hidrolisis alkil hidrogensulfat akan menghasilkan alkohol dengan
hasil sisa asam sulfat.
Contoh :


d. Hidrolisis ester
Alkohol dibuat dengan hidrolisis ester. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kesetimbangan.
Contoh :


e. Reduksi keton dengan hidrogen
Reduksi suatu keton akan menghasilkan suatu alkohol sekunder.
Contoh:

f. Mereaksikan Alkena dengan asam sulfat kemudian dihidrolisis.
Hidrolisis hasil reaksi antara alkena dengan asam sulfat akan
menghasilkan alkohol. Contoh :







2.1.5.3 Perbedaan Proses Pembuatan Alkohol secara Sintetik dengan Proses
Fermentasi

Fermentasi Hidrasi etena
Jenis proses
Proses berkelompok. Semua bahan dimasukkan
ke dalam sebuah wadah dan kemudian dibiarkan
sampai fermentasi selesai. Kumpulan bahan ini
kemudian dikeluarkan dan sebuah reaksi baru
dilangsungkan. Proses ini tidak efisien.
Proses aliran kontinyu. Aliran
pereaksi dilewatkan secara
terus menerus diatas sebuah
katalis. Cara ini lebih efisien.
Laju reaksi Sangat lambat. Sangat cepat.
Kualitas
produk
Menghasilkan etanol yang sangat tidak murni
dan memerlukan pengolahan lebih lanjut
Menghasilkan etanol yang
jauh lebih murni.
Kondisi-
kondisi reaksi
Menggunakan suhu dan tekanan udara yang
sedang.
Menggunakan suhu dan
tekanan tinggi, sehingga
memerlukan banyak input
energi.
Penggunaan
bahan baku
Menggunakan bahan baku yang terbaharukan
dari material tanaman.
Menggunakan bahan baku
terbatas dari minyak mentah.

2.1.6 Kegunaan Alkohol
Beberapa kegunaan alkohol yang dapat dimanfaat kan manusia diantaranya :
a. Minuman
Alkohol biasanya terdapat dalam minuman beralkohol. Alkohol sebagai
minuman dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Minuman yang tidak disuling, yaitu minuman yang hanya mengandung alkohol
paling banyak 12%, contoh bir dan anggur.
Minuman yang disuling, yaitu minuman yang mengandung alkohol kurang
lebih 55%, contoh Whisky, arak, cognac.


b. Pelarut
Alkohol banyak digunakan sebagai pelarut karena relatif aman dan bisa
digunakan untuk melarutkan macam-macam senyawa organik yang tidak bisa larut
dalam air. Biasanya digunakan sebgai pelarut zat warna di industri tekstil dan
parfum. Misal : lak dan vernis
c. Bahan bakar
Alkohol bisa digunakan sebagai bahan bakar dan biasa disebut dengan
bioethanol. Bioethanol adalah bahan bakar yang ramah lingkungan dan bahan
bakar alternatif pengganti minyak bumi.
d. Bidang kedokteran
Dalam bidang kedokteran, alkohol dengan kadar 76% digunakan sebagai
zat antiseptik, disinfektan serta obat-obatan.
Agar alkohol yang digunakan sebagai bahan bakar dan keperluan farmasi
serta industri tidak diminum, maka ethanol dibuat tidak terminum dengan cara
diberi methanol dan zat pewarna(denaturasi alkohol), misalnya alkohol yang
dipakai sebagai spirtus bakar.
e. Sebagai bahan sintetis untuk menghasilkan bahan kimia yang lain, seperti aldehid.

2.2 Bir

Anda mungkin juga menyukai